"Aku tak tahu pasti mereka berada di mana. Tapi sebelum berpisah Si Jin Budiman mengatakan akan membawa kakek itu ke sebuah telaga tak jauh dari tempat itu. Ternyata kemudian kuketahui, gua dimana aku dan Ruhsantini berada terletak tak jauh dari telaga, sama-sama tidak jauh pula dari bukit ini. Pagi tadi, begitu fajar mulai menyingsing aku berjalan-jalan ke puncak bukit ini. Tak sengaja aku menemukan gubuk ini. KuPeriksa. Kosong. Tapi di dalamnya aku melihat tanda-tanda sebelumnya ada orang di sini. Lalu aku melihat sehelai baju putih. Aku yakin sekali pakaian itu adalah milikmu. Berarti sebelumnya kau ada di dalam gubuk. Aku memutuskan untuk menunggu. Tapi tak ada yang muncul. Aku keluar dari gubuk. Tepat pada saat kau tengah menuju ke sini "
"Aku memang berada di gubuk ini. Aku tak ingat pasti berapa lama atau berapa malam aku berada di sini. Sebelumnya aku menderita luka dalam yang amat parah. Tendangan Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab membuat sekujur badanku lumpuh. Jin Sant
"Nek, berkat pertolonganmu aku sudah sembuh!" Bintang mengalihkan pembicaraan walau saat itu dia ingin sekali mengambil Pedang saktinya dari tangan si nenek."Aku berterima kasih padamu Nek," kata Bintang lagi sambil memegang bahu si nenek kiri kanan. Jin Santet Laknat pandangi wajah Bintang lalu memperhatikan dua tangan yang mendekap bahunya itu. Si nenek kemudian tersenyum. "Tak perlu kau mengucapkan terima kasih. Kalaupun kau merasa perlu, sampaikan pada Tuhanmu. Aku sudah memuji syukur semalaman tadi pada para Dewa "Jin Santet Laknat kemudian ulurkan tangannya yang memegang Pedang."Berat hatiku mengembalikan senjata ini padamu. Tapi aku tahu itu bukan milikku. Kau bukan saja sebagai orang yang mempunyai tapi aku tahu senjata itu banyak kegunaannya jika berada di tanganmu. Ambillah kembali. Maafkan kalau kau merasa aku pernah mencurinya darimu..." Jin Santet Laknat dekatkan mata Pedang ke wajahnya. Untuk beberapa saat lamanya dia tempelkan senjata itu di pi
"Kalau begitu kerjakan apa yang segera bisa kau lakukan." Jin Santet Laknat mengangguk "Aku berjanji menolong mereka. Sekarang aku harus pergi. Sebelum pergi aku ada satu pertanyaan dan satu permintaan. Kuharap kau mau menjawab satu pertanyaan itu dan memenuhi satu permintaan itu!""Kalau pertanyaanmu tidak sulit pasti akan kujawab. Kalau permintaanmu tidak sukar pasti akan kupenuhi.""Dalam rimba persilatan Negeri Jin tersiar kabar buruk mengenai dirimu. Kau dikatakan telah memperkosa Sepasang Gadis Bahagia cucu Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab. Sehabis merusak kehormatan mereka kau juga dituduh menganiaya dua gadis kembar itu. Lalu kau dituduh sebagai pencuri sebuah tongkat sakti terbuat dari batu biru yang juga milik Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab. Kemudian tersiar pula berita bahwa kau telah berbuat mesum dengan Ruhjelita. Terakhir sekali yang sangat menghebohkan kau dituduh telah menghamili Bunda Dewi! Pertanyaanku, apakah semua itu betul adanya?"Bintang tatap
"Kalau begitu mungkin ada Dewi yang turun kesasar ke tempat ini!" kata si nenek pula,"Aku yakin makhluk itu bukan seorang Dewi.""Hai, agaknya kau tertarik pada gadis cantik berpakaian putih itu. Kau ingin aku menyelidik dan mencarinya?" tanya Jin Santet Laknat lalu tertawa cekikikan.Bintang hanya bisa tersenyum."Ada hal lain yang hendak kau sampaikan padaku?""Sekali lagi aku berterima kasih padamu Nek," kata Bintang pula. Jin Santet Laknat tertawa panjang. Dia lambaikan tangan."Jangan lupa, dua malam mendatang. Di Tebing Batu Terjal!""Aku pasti datang Nek," kata Bintang. Setelah si nenek lenyap Bintang berucap seorang diri."Sulit menduga. Apa benar nenek jahat itu kini telah berubah menjadi makhluk sangat baik?" Bintang keluarkan Pedang Pilar Bumi dari balik pakaiannya. Dia duduk bersila di tanah. Mata Pedang ditempelkannya ke dadanya. Lalu setelah pejamkan mata Ksatria Pengembara ini mulai atur jalan nafas serta aliran
Dari dalam gua Ruhcinta tersentak bangun dan cepat melompat ke luar. Sesaat pemandangannya tertutup oleh tebaran kerikil dan debu yang masih menggantung di depan mulut gua. Begitu keadaan agak terang terlihatlah sosok Ruhsantini berdiri dengan wajah pucat, tubuh bergetar dan dua tangan ditekapkan ke mulut. Tak jauh dari Ruhsantini berdiri pula satu sosok hitam yang segera dikenali Ruhcinta bukan lain adalah makhluk muka tanah liat si Jin Budiman.Ruhcinta segera dekati Ruhsantini dan rangkul tubuh perempuan itu."Ada apa ... Apa yang terjadi? Bagaimana kau bisa lolos? Kemana perginya jaring api biru yang melibatmu?!""Aku tidak tahu pasti ..." jawab Ruhsantini dengan wajah masih pucat dan suara agak bergetar."Aku tersentak bangun ketika ada suara meletup. Kulihat asap aneh mengepul seolah keluar dari tubuhku. Lalu jaring di sekujur badanku mengeluarkan cahaya biru! Aku melihat satu sosok hitam di dekatku. Belum sempat aku mengenali siapa dia adanya
Di susunan batu kedua saat itu tampak tiga orang duduk bersila. Mereka duduk membentuk satu barisan lurus, menghadap ke lamping bukit yang terbuka dan gelap. Tak satupun bersuara. Tak ada yang bergerak. Mereka duduk diam sambil sesekali saling pandang namun masing-masing memasang telinga. Di langit bulan sabit muncul begitu awan hitam yang sejak tadi menghalanginya bergerak menjauh.Keadaan diTebing Batu Terjal untuk beberapa lamanya menjadi agak terang. Namun begitu awan muncul kembali menutupi, suasana serta merta menjadi pekat menghitam kembali. Orang yang duduk di ujung kiri- adalah seorang lelaki berusia agak lanjut, bernama Paduliu. Di samping kanan Paduliu duduklah nenek berambut putih riap-riapan yang bukan lain adalah Ramahila, sang juru nikah. Lalu di ujung kanan, di sebelah Ramahila duduk sosok berjubah hitam yang memiliki wajah seekor burung gagak dan sudah diterka siapa adanya yaitu Jin Santet Laknat.Ramahila mengerling pada Paduliu lalu menatap Jin Sante
Ksatria Pengembara jadi merinding. Menatap pada si nenek Ada rasa kasihan tapi juga ada rasa ngeri dalam hatinya."Nek, apakah tidak ada orang pandai, atau mungkin para Dewi dan para Dewa yang dapat melepaskan dirimu dari dosa warisan atau kutuk yang kau alami?"Jin Santet Laknat mamandang pada sang juru nikah Ramahila. Nenek berambut riap-riapan ini anggukan kepala. Jin Santet Laknat lalu bersuara menjawab pertanyaan Bintang tadi."Kutuk yang jatuh pada diriku sulit untuk ditelusuri pangkal sebabnya. Selain itu tidak ada satu makhluk pun baik di bumi maupun di atas langit sana yang mampu membebaskan diriku dari dosa warisan kutuk celaka ini. Kutuk telah merubah hatiku, merubah jalan pikiranku. Lebih lanjut merubah diriku menjadi seorang buruk rupa dan jahat hati. Aku melakukan kekejian apa saja menurut sukaku. Apa lagi jika ada yang mendorong. Lebih celaka ketika aku jatuh ke tangan Jin Muka Seribu dan sempat menjadi budak suruhannya ""Kalau begitu, mun
Jin Santet Laknat seka deraian air mata yang jatuh ke pipinya. Pada saat itulah Ksatria Pengembara keluarkan seruan tertahan. Matanya membeliak besar, memandang si nenek tak berkesip. Kakinya kembali bergerak tersurut."Apa yang terjadi? Mengapa bisa begini? Jangan jangan dia pergunakan ilmu hitam untuk merubah dirinya. Tapi ... Astaga, bukankah dia "Di hadapan Bintang, Ramahila dan Paduliu, sosok Jin Santet Laknat perlahan-lahan mengalami perubahan. Mula-mula pakaiannya. Jubah hitamnya berubah menjadi sehelai baju panjang berwarna putih. Lalu perubahan terjadi pada rambutnya. Rambutnya yang pendek acak-acakan dan sebagian telah berwarna kelabu berganti dengan rambut hitam panjang, berkilat bagus dan tergerai lepas sampai ke pinggang. Sosoknya yang seperti pohon lapuk penuh keriput kini berganti menjadi sosok yang bagus mulus, langsing semampai. Dan yang membuat Ksatria Pengembara jadi tercekat besar adalah ketika menyaksikan perubahan pada wajah si nenek.
"Kalau hatimu begitu teguh dan tak bisa dirubah Hai pemuda asing, aku ataupun Jin Santet Laknat tak dapat memaksa. Berarti pertemuan kita berakhir di tempat ini. Malang nasibmu Hai kerabatku Jin Santet Laknat. Entah sampai kapan kau akan tetap berada daiam keadaan ujudmu sekarang ini. Sebentar lagi masing-masing kita akan segera meninggalkan Tebing Batu Terjal ini. Namun sebelum berpisah, agar hati sama bersih, tiada perasaan yang jadi ganjalan, tak ada rasa sakit hati apalagi dendam kesumat, ada baiknya kita sama sama meneguk air suci yang di sebut embun murni”Kata-kata Ramahila itu membuat hati dan perasaan Jin santer laknat jadi terenyuh. Dia berusaha menabahkan diri agar tidak mengucurkan air mata.“Kerabatku Paduliu, harap kau segera mengeluarkan empat piala perak yang kau bawa." Mendengar ucapan Ramahila, lelaki bernama Paduliu segera keluarkan empat buah-piala kecil terbuat dari perak dari dalam sebuah kantong jerami yang sejak tadi terletak di atas
Setelah melihat Jejaka Emas memahami maksud perkataannya, Bintang segera melangkah ke arah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Berjarak 3 tombak dari Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, Bintang menghentikan langkahnya.“Tidak ada yang kalah juga tidak ada yang menang dalam sebuah peperangan. Lebih baik kita berdamai dan hidup berdampingan Ayah Mertua” ucap Bintang dengan menyebut Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sebagai ayah mertuanya. Tentu saja kenyataan itu tak bisa Bintang pungkiri. Walau bagaimana, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal adalah ayah mertua baginya.Tatapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal masih terlihat dingin kearahnya, dan terdengar suara beratnya. “Kenapa kau menolak untuk menjadi penguasa dunia, Bintang? Bukankah itu keinginan semua laki-laki didunia ini! Tahta dan Kekuasaan?!”Bintang menggeleng, lalu berkata, “Aku lebih suka kedamaian. Buat apa meraih kekuasaan, kalau hidup selalu tidak tenang” Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terdiam saat mendengar kata-kata Bintang.Binta
Semua terdiam!Sunyi!Tak ada satu suarapun yang terdengar, kecuali desau angin!Sementara itu, keadaan semua orang yang tadinya terpaku, kini sudah bisa bergerak, masing-masing saling menatap satu sama lain, lalu mengedarkan pandangan mereka ke arah sekitar. Apa yang baru saja terjadi, berasa seperti mimpi.Sementara itu, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal pun masih terpaku berdiri ditempatnya, memandangi jari manis tangan kanannya yang sudah kosong, tidak ada lagi Cincin Sulaiman yang biasa terpatri.Di pihak Jejaka Emas, Bintang lebih dulu tersadar dengan keadaan yang terjadi. Masih terlihat keringat dingin di sekujur tubuh Bintang. Rasa sakit yang baru saja dialami oleh Bintang bukan sekedar dalam angan-angan, tapi Bintang benar-benar dapat merasakan bagaimana tubuhnya terhempas dengan keras ke sebuah alam, dimana di alam itu, berbagai macam orang dengan segala macam siksaannya. Bintang benar-benar merasakan kesakitan yang amat sangat yang membuat tubuhnya seperti ditusuk oleh ribuan
“Bangunlah kalian berdua!” kembali suara lembut tapi tegas itu terdengar menyapa keduanya, hampir bersamaan Bintang dan Jejaka Emas memalingkan wajah mereka kearah depan. Wajah keduanya berubah. Berjarak hanya beberapa tombak dihadapan mereka, terlihat sosok seorang laki-laki tua berwajah agung dan teduh. Mengenakan pakaian putih disekujur tubuhnya. Senyumnya terlihat begitu agung dan teduh. Bintang dan Jejaka Emas terkejut, karena tadi, tidak ada seorangpun yang ada ditempat itu selain mereka berdua.Lelaki tua berparas agung itu terlihat duduk diatas sebuah batu putih yang bila diperhatikan dengan seksama. Batu itu tidaklah menyentuh tanah, alias mengapung diudara.“Kemari!” Terdengar suara lembut dan tegas kembali menyapa Bintang dan Jejaka Emas. Walau keduanya tak melihat bibir lelaki tua itu bergerak, tapi Bintang dan Jejaka Emas yakin, kalau lelaki tua itulah yang menyuruh mereka.Lagi-lagi Bintang dan Jejaka Emas diliputi keheranan, karena tubuh mereka tiba-tiba saja bangkit be
Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terlihat geram saat melihat tak satupun dari pihak lawan yang mau bersikap setia kepadanya. “Kalian semua rupanya benar-benar ingin mati, jangan katakan kalau aku tidak memberikan kalian kesempatan...” ucap Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Lalu Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal berpaling kearah seluruh pasukannya yang ada dibelakangnya.“Bunuh mereka semua!”Satu perintah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sudah cukup untuk membuat pasukannya bergerak kedepan dengan senjata terhunus. Siap untuk membunuh lawan-lawan mereka yang sudah tak berdaya ditempatnya.Mendengar perintah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, membuat pucat wajah-wajah dari pihak lawannya. Sebagian mengeluarkan keringat dingin membayangkan kematian yang akan segera mendatangi mereka, sementara sebagian lagi tampak mampu bersikap tenang dan sudah siap menerima nasib, karena memang sejak awal pertempuran, mereka sudah siap untuk mati. Ada satu hal yang setidaknya membuat mereka mati dengan tenan
Sementara itu dipihak Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal juga ikut bingung melihat kejadian itu, Bintang yang kini tampak tengah diperebutkan oleh ke-4 wanita cantik. Di benak mereka terbersit pikiran, ‘Apa mereka tidak menyadari kalau saat ini tengah berperang’. Hal ini membuat semua orang geleng-geleng kepala melihatnya.Sementara itu, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terlihat menatap ke arah Bintang dengan tatapan dingin. Lalu Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal maju beberapa langkah kedepan. Seketika keadaan riuh ditempat itu langsung berhenti. Hening. Bahkan keributan kecil diantara Bintang dengan ke-4 gadisnya juga ikut terhenti dan kini mereka ikut menatap kearah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Tak ada yang bersuara, semua perhatian tertuju langsung ke arah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Tiba-tiba saja dari pihak seberang, sesosok tubuh melangkah kehadapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Dia adalah Jejaka Emas. Jejaka Emas memang sangat kesal melihat keberuntungan Bintang yang dike
“Hai! Utusan Dewa. Kami akan menghentikan peperangan ini bila Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sudah terkalahkan, tapi bila tidak. Bahkan Sang Hyang Guru Dewa sendiripun tak akan bisa berbuat apa-apa!” Raja Munaliq Dari Timur memberikan jawaban diiringi anggukan oleh kedua raja jin lainnya, juga para prajurit yang berada dibawah kendali mereka.Apa yang dikatakan oleh Raja Munaliq Dari Timur memang tidak salah. Selama Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal tidak bisa dikalahkan, maka kemenangan akan selalu menjadi milik mereka. Bahkan Sang Hyang Guru Dewa sendiripun tak akan bisa berbuat apa-apa.Kini balik Una Lyn yang terlihat terdiam ditempatnya. Jejaka Emas yang melihat hal itu, segera beranjak maju untuk memberikan tanggapannya.Bleegaarrr!Sebuah suara keras ledakan terdengar keras membahana di tempat itu, begitu kerasnya sampai membuat tempat itu bergetar laksana digoncang gempa skala sedang. Ada yang jatuh terduduk karena tak kuat menahan getaran yang terjadi, tapi masih banyak pula y
Una Lyn sendiri terlihat melakukan salto beberapa kali diudara hingga akhirnya berhasil mendarat dengan mulus ditanah, sedangkan Ifrit juga mampu mendaratkan kedua kakinya ditanah, setelah terseret cukup jauh kebelakang. Darah terlihat merembes dimulut keduanya, sebagai tanda luka dalam yang mereka derita.Seakan tak ingin membuat waktu percuma, Una Lyn terlihat langsung mengangkat tangannya yang tengah memegang pedang naga emas keatas.Wusshh..!Bayangan seekor naga emas melesat keluar dari hulu pedang ditangan Una Lyn. Sementara itu di ujung sana, Ifrit pun terlihat tak ingin tinggla diam.Dugghh!Tongkat ditangannya dihentakkan ke tanah.Wusshh..! Wusshh..! Wusshh..!Banyak sosok bayangan hitam yang keluar dari kepala tongkat dan sosok-sosok bayangan hitam itu tampak membentuk wujud-wujud jin yang tak terhitung jumlahnya yang hampir memenuhi langit. Di tempatnya, Una Lyn cukup terkejut melihat pamer kesaktian yang diperlihatkan oleh Ifrit. Ternyata Ifrit mampu mengeluarkan banyak j
Dughh! Seiring dengan itu Ifrit menghentakkan tongkat ditangannya ke bawah.Werrrr...! gelombang energi terpancar keluar dari tubuh Ifrit yang langsung menyapu seluruh tempat itu. Terjadi keanehan! Pemandangan mencengangkan terjadi. Waktu seolah berhenti, bangsa jin yang tengah bertempur satu sama lain, terdiam seperti patung. Semuanya berhenti bergerak, bukan saja yang ada di tanah, tapi juga yang ada diudara ikut berhenti bergerak.Baik bangsa manusia, bangsa jin, maupun para dewa-dewi, bahkan Jejaka Emas pun ikut berdiri mematung ditempatnya berada. Terlihat perubahan diwajah semua orang, termasuk Jejaka Emas yang berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan dirinya agar bisa kembali bergerak, tapi sejauh ini hanya gerakan yang sangat lamban yang terlihat. Tak ada yang mampu menggerakan tubuh mereka. Sementara itu, di pihak Ifrit, mereka semua tahu, kalau ini adalah salah satu kemampuan Ifrit yang bisa menghentikan waktu.Di depan sana, terlihat Ifrit tersenyum sinis melihat ke arah Jej
Jejaka Emas tak memberi kesempatan sedikitpun bagi Ifrit untuk menghela nafas. Serangan gelang dewanya terus menghantam sosok Ifrit.Sosok Ifrit yang melayang diatas tanah, terus terdesak mundur. Entah sudah belasan ataupun berpuluh-puluh kali serangan gelang dewa menghantam sosoknya, tapi walaupun terdesak. Ifrit sedikitpun tidak terlihat terluka.Jejaka Emas yang melihat hal itu, harus mengakui kekuatan dan kekebalan tubuh Ifrit, tapi anehnya seraya terus melesatkan serangan gelang-gelang dewanya, Jejaka Emas justru tertawa-tawa. Hal ini dikarenakan sosok Ifrit yang terkena serangan beruntun gelang dewanya dari berbagai arah, membuat tubuh Ifrit yang melayang diudara itu tampak terdorong ke kanan, ke kiri, ke belakang dan kedepan, Ifrit seperti tengah berjoget atau bergoyang dangdut. Hal ini pula yang membuat Jejaka Emas kemudian tertawa tergelak-gelak. Bangsa Jin yang ada ditempat itupun bingung dan heran, kenapa Jejaka Emas bertarung sambil tergelak-gelak sendiri.Ifrit terus dig