"Lebih baik aku cari selamat! Perduli amat dengan Patandai!" Tanpa banyak bicara lagi sang Junjungan segera berkelebat tinggalkan tempat itu. Untuk meminta tongkatnya kembalipun dia tidak ingat. Sebaliknya Ruhcinta yang memang tidak memerlukan tongkat tersebut segera melemparkan nya ke arah makhluk jerangkong.
"Wuuuttt.. sett!"
Tongkat tulang itu menyusup di sisi kiri jubah hitam sang Junjungan, terus menembus sampai ke bagian kanan. Akibatnya gerakan larinya itu terjegal terserimpung. Tak ampun lagi dia tersungkur tunggang langgang. Muka tengkoraknya berkelukuran di tanah. Sambil menyumpah panjang pendek orang ini bangkit berdiri lalu tinggalkan tempat itu diiringi suara tawa cekikikan Ruhcinta.
"Ruhcinta, aku perlu bicara dengan Jin Bara Neraka. Harap kau buat dia bangun dari tidurnya!" Ucapan Jin Terjungkir Langit itu membuat Ruhcinta hentikan tawanya. Gadis ini menatap ke arah Jin Bara Neraka lalu usap mukanya dua kali dan meniup. Saat itu juga sosok J
"Anak itu ... Kemana dia pergi. Dia tak mungkin berjalan sendiri. Ada seseorang yang membawanya. Aku masih belum berkesempatan untuk menerang kan padanya ... Maithatarun anakku " Kembali Jin Terjungkir Langit menangis terisak-isak."Kek, biar aku mendukungmu, membawa ke tempat lebih baik untuk dirawat," orang berjubah hitam bermuka tanah liat tiba-tiba mendekat lalu mendukung si kakek di bahu kirinya."Tak jauh dari sini ada sebuah telaga di kaki bukit kecil. Untuk sementara kurasa itu tempat yang baik bagimu." Si muka tanah liat berpaling pada Ruhcinta."Aku mendukung kakek ini, harap kau menolong perempuan di dalam jaring ""Orang bermuka aneh, aku tahu tadi kau yang menolong aku dari bahaya maut tangan ganas makhluk muka tengkorak itu. Dia begitu ketakutan melihat Pukulan Menebar Budi yang kau lepaskan untuk menyelamatkan nyawaku. Pukulan itu menandakan kau adalah yang selama ini dijuluki Si Jin Budiman. Tapi Hai, siapakah kau sebenarnya?"Dibal
"Sudahlah, jangan banyak bertanya. Hari mulai gelap. Kalau kau ajak bicara terus aku bisa lari menabrak pohon. Kalau kepalamu yang mendarat. di batang kayu lebih dulu, apa kau tidak celaka? Nanti kau menuduh diriku sengaja mencelakai dirimu "Bintang menggerendeng dalam hati. Dadanya mendenyut sakit sekali. Tubuhnya saat demi saat terasa semakin lemah. Jin Santet Laknat pegang pundak pemuda ini."Tubuhmu mulai dingin. Racun tendangan Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab mulai bekerja. Aku harus bertindak cepat "Si nenek percepat larinya. Baru berlalu beberapa saat tiba-tiba Bintang merasakan dadanya sesak. Dia membuka mulut lebar-lebar agar bisa bernafas. Tapi dari mulutnya menghambur darah segar. Saat itu juga Ksatria Pengembara jatuh pingsan tak sadarkan diri lagi!"Celaka! Celaka!" kata Jin Santet Laknat berulang kali. Dia percepat larinya. Dalam udara yang mulai gelap sosoknya kelihatan seperti bayang-bayang, berkelebat ke arah matahari tenggelam. Tujuannya
"Gadis-gadis sesat bermulut keji! Kalau kau tidak menjaga ucapan akan kurobek mulut kalian saat ini juga!" Jin Santet Laknat marah besar."Hik ... hik! Dia takut kita mau mengambil pemuda itu!" kata Ruhkenanga pula."Hemm ... Kalian suka pada pemuda itu! Silahkan masuk ke dalam gubuk! Lakukan apa yang kalian mau!" Jin Santet Laknat berkata seraya maju selangkah."Kami tidak berselera! Apa lagi pemuda itu siap menjadi bangkai tak berguna! Siapa sudi!" jawab Ruhkenanga.Seperti diketahui dua gadis kembar cucu-cucu Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab ini memang mempunyai kelainan. Yakni hanya suka pada kaum sejenis. "Kalau kalian tidak punya kepentingan lekas menyingkir! Atau api di ujung ranting ini akan merusak wajah kalian!"Habis berkata begitu Jin Santet Laknat membuat lompatan, menyergap dua gadis kembar seraya babatkan ujung ranting berapi ke wajah mereka. Sepasang Gadis Bahagia tahu sekali siapa adanya Jin Santet Laknat. Mereka tidak mau mencari cel
"Aku tidak mau mati! Tidaakk! Kau yang harus mati! Kau ... kau ... kau!" Bintang berteriak lagi lalu kembali dia memukul dan menendang kalap.Mendadak pintu gubuk ditendang orang dari luar. Satu sosok hitam menghambur masuk. Di kepitan tangan kirinya dia membawa berbagai macam dedaunan. Di tangan kanan orang ini memegang obor ranting kayu. Jin Santet Laknat!"Bintang! Apa yang terjadi?!" si nenek bertanya kaget dan heran melihat keadaan Bintang begitu rupa. "Aku tidak mau mati! Aku tidak mau mati! Kau yang harus mati! Kau ... kau ... kaul""Kau ... kau siapa maksud pemuda ini? Diriku? Dia ingin aku mati?"Si nenek sisipkan obor di sudut gubuk. Dedaunan dibuangnya ke lantai lalu cepat dia mendekati Bintang. Begitu dia menyentuh tubuh si pemuda terasa sangat panas."Kau mimpi! kau barusan bermimpi Bintang! Sekaligus diserang demam panas akibat racun tendangan"Bola mata Ksatria Pengembara memandang seputar gubuk. "Mana dia? Mana dia manu
"Gusti Allah! Kau telah menolongku! Aku sembuh! Aku bisa bergerak!" Masih kurang percaya, Ksatria Pengembara ini bergerak bangkit. Dia keluarkan seruan tertahan ketika melihat dia benar-benar bisa duduk di atas pembaringan terbuat dari batang kelapa itu!Bintang perhatikan dada kirinya. Sebelumnya disitu ada tanda kebiru-biruan bekas tendangan kaki beracun Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab. Tapi saat itu tak ada lagi, lenyap tak berbekas. "Tuhan Maha Besar!" Bintang bersujud di atas pembaringan. "Terima kasih Tuhan. Terima kasih Gusti Allah. Jika pertolongan dan kesembuhanku ini Kau berikan melalui kebaikan seseorang maka berilah orang itu berkah sebesar- besarnya! Berilah kepadaku kemampuan untuk membalas budinya!" Setelah bersujud tak bergerak beberapa lamanya sambil mengucap puji syukur berkepanjangan Bintang turun dari pembaringan. "Aku harus mencari nenek itu "Hanya mengenakan celana tanpa baju dia melangkah ke pintu. Pintu gubuk mengeluarkan suara berkereketan ketik
Ksatria Pengembara memandang ke timur. Langit semakin terang. "Aku harus kembali ke gubuk. Mungkin Jin Santet Laknat sudah ada di sana. Aku harus mendapatkan Pedang Pilar Bumi kembali. Aku harus mencari kawan-kawanku. Aku harus menolong Maithatarun dan Ruhsantini. Terakhir sewaktu di lembah mereka masih berada dalam jaring aneh itu..." Bintang lalu ingat dengan orang-orang yang hendak menurunkan tangan jahat terhadapnya. Seperti Pawungu, Jin Tangan Seribu dan Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab."Persetan dengan mereka!" Bintang memaki sendiri lalu balikkan badan, kembali menuju ke gubuk. Hampir sepeminuman teh berlalu, pendekar kita mulai heran dan geleng-geleng kepala. "Aneh, waktu pergi tadi rasanya aku tidak jauh-jauh. Mengapa sekarang membutuhkan waktu begini lama mencari gubuk sialan itu?!"Bintang memandang berkeliling. Sementara itu langit sudah terang karena malam telah berganti siang. Ketika dia menoleh ke kiri kagetlah Bintang. Gubuk yang d
"Aku tak tahu pasti mereka berada di mana. Tapi sebelum berpisah Si Jin Budiman mengatakan akan membawa kakek itu ke sebuah telaga tak jauh dari tempat itu. Ternyata kemudian kuketahui, gua dimana aku dan Ruhsantini berada terletak tak jauh dari telaga, sama-sama tidak jauh pula dari bukit ini. Pagi tadi, begitu fajar mulai menyingsing aku berjalan-jalan ke puncak bukit ini. Tak sengaja aku menemukan gubuk ini. KuPeriksa. Kosong. Tapi di dalamnya aku melihat tanda-tanda sebelumnya ada orang di sini. Lalu aku melihat sehelai baju putih. Aku yakin sekali pakaian itu adalah milikmu. Berarti sebelumnya kau ada di dalam gubuk. Aku memutuskan untuk menunggu. Tapi tak ada yang muncul. Aku keluar dari gubuk. Tepat pada saat kau tengah menuju ke sini ""Aku memang berada di gubuk ini. Aku tak ingat pasti berapa lama atau berapa malam aku berada di sini. Sebelumnya aku menderita luka dalam yang amat parah. Tendangan Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab membuat sekujur badanku lumpuh. Jin Sant
"Nek, berkat pertolonganmu aku sudah sembuh!" Bintang mengalihkan pembicaraan walau saat itu dia ingin sekali mengambil Pedang saktinya dari tangan si nenek."Aku berterima kasih padamu Nek," kata Bintang lagi sambil memegang bahu si nenek kiri kanan. Jin Santet Laknat pandangi wajah Bintang lalu memperhatikan dua tangan yang mendekap bahunya itu. Si nenek kemudian tersenyum. "Tak perlu kau mengucapkan terima kasih. Kalaupun kau merasa perlu, sampaikan pada Tuhanmu. Aku sudah memuji syukur semalaman tadi pada para Dewa "Jin Santet Laknat kemudian ulurkan tangannya yang memegang Pedang."Berat hatiku mengembalikan senjata ini padamu. Tapi aku tahu itu bukan milikku. Kau bukan saja sebagai orang yang mempunyai tapi aku tahu senjata itu banyak kegunaannya jika berada di tanganmu. Ambillah kembali. Maafkan kalau kau merasa aku pernah mencurinya darimu..." Jin Santet Laknat dekatkan mata Pedang ke wajahnya. Untuk beberapa saat lamanya dia tempelkan senjata itu di pi
Setelah melihat Jejaka Emas memahami maksud perkataannya, Bintang segera melangkah ke arah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Berjarak 3 tombak dari Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, Bintang menghentikan langkahnya.“Tidak ada yang kalah juga tidak ada yang menang dalam sebuah peperangan. Lebih baik kita berdamai dan hidup berdampingan Ayah Mertua” ucap Bintang dengan menyebut Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sebagai ayah mertuanya. Tentu saja kenyataan itu tak bisa Bintang pungkiri. Walau bagaimana, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal adalah ayah mertua baginya.Tatapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal masih terlihat dingin kearahnya, dan terdengar suara beratnya. “Kenapa kau menolak untuk menjadi penguasa dunia, Bintang? Bukankah itu keinginan semua laki-laki didunia ini! Tahta dan Kekuasaan?!”Bintang menggeleng, lalu berkata, “Aku lebih suka kedamaian. Buat apa meraih kekuasaan, kalau hidup selalu tidak tenang” Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terdiam saat mendengar kata-kata Bintang.Binta
Semua terdiam!Sunyi!Tak ada satu suarapun yang terdengar, kecuali desau angin!Sementara itu, keadaan semua orang yang tadinya terpaku, kini sudah bisa bergerak, masing-masing saling menatap satu sama lain, lalu mengedarkan pandangan mereka ke arah sekitar. Apa yang baru saja terjadi, berasa seperti mimpi.Sementara itu, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal pun masih terpaku berdiri ditempatnya, memandangi jari manis tangan kanannya yang sudah kosong, tidak ada lagi Cincin Sulaiman yang biasa terpatri.Di pihak Jejaka Emas, Bintang lebih dulu tersadar dengan keadaan yang terjadi. Masih terlihat keringat dingin di sekujur tubuh Bintang. Rasa sakit yang baru saja dialami oleh Bintang bukan sekedar dalam angan-angan, tapi Bintang benar-benar dapat merasakan bagaimana tubuhnya terhempas dengan keras ke sebuah alam, dimana di alam itu, berbagai macam orang dengan segala macam siksaannya. Bintang benar-benar merasakan kesakitan yang amat sangat yang membuat tubuhnya seperti ditusuk oleh ribuan
“Bangunlah kalian berdua!” kembali suara lembut tapi tegas itu terdengar menyapa keduanya, hampir bersamaan Bintang dan Jejaka Emas memalingkan wajah mereka kearah depan. Wajah keduanya berubah. Berjarak hanya beberapa tombak dihadapan mereka, terlihat sosok seorang laki-laki tua berwajah agung dan teduh. Mengenakan pakaian putih disekujur tubuhnya. Senyumnya terlihat begitu agung dan teduh. Bintang dan Jejaka Emas terkejut, karena tadi, tidak ada seorangpun yang ada ditempat itu selain mereka berdua.Lelaki tua berparas agung itu terlihat duduk diatas sebuah batu putih yang bila diperhatikan dengan seksama. Batu itu tidaklah menyentuh tanah, alias mengapung diudara.“Kemari!” Terdengar suara lembut dan tegas kembali menyapa Bintang dan Jejaka Emas. Walau keduanya tak melihat bibir lelaki tua itu bergerak, tapi Bintang dan Jejaka Emas yakin, kalau lelaki tua itulah yang menyuruh mereka.Lagi-lagi Bintang dan Jejaka Emas diliputi keheranan, karena tubuh mereka tiba-tiba saja bangkit be
Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terlihat geram saat melihat tak satupun dari pihak lawan yang mau bersikap setia kepadanya. “Kalian semua rupanya benar-benar ingin mati, jangan katakan kalau aku tidak memberikan kalian kesempatan...” ucap Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Lalu Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal berpaling kearah seluruh pasukannya yang ada dibelakangnya.“Bunuh mereka semua!”Satu perintah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sudah cukup untuk membuat pasukannya bergerak kedepan dengan senjata terhunus. Siap untuk membunuh lawan-lawan mereka yang sudah tak berdaya ditempatnya.Mendengar perintah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, membuat pucat wajah-wajah dari pihak lawannya. Sebagian mengeluarkan keringat dingin membayangkan kematian yang akan segera mendatangi mereka, sementara sebagian lagi tampak mampu bersikap tenang dan sudah siap menerima nasib, karena memang sejak awal pertempuran, mereka sudah siap untuk mati. Ada satu hal yang setidaknya membuat mereka mati dengan tenan
Sementara itu dipihak Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal juga ikut bingung melihat kejadian itu, Bintang yang kini tampak tengah diperebutkan oleh ke-4 wanita cantik. Di benak mereka terbersit pikiran, ‘Apa mereka tidak menyadari kalau saat ini tengah berperang’. Hal ini membuat semua orang geleng-geleng kepala melihatnya.Sementara itu, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terlihat menatap ke arah Bintang dengan tatapan dingin. Lalu Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal maju beberapa langkah kedepan. Seketika keadaan riuh ditempat itu langsung berhenti. Hening. Bahkan keributan kecil diantara Bintang dengan ke-4 gadisnya juga ikut terhenti dan kini mereka ikut menatap kearah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Tak ada yang bersuara, semua perhatian tertuju langsung ke arah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Tiba-tiba saja dari pihak seberang, sesosok tubuh melangkah kehadapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Dia adalah Jejaka Emas. Jejaka Emas memang sangat kesal melihat keberuntungan Bintang yang dike
“Hai! Utusan Dewa. Kami akan menghentikan peperangan ini bila Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sudah terkalahkan, tapi bila tidak. Bahkan Sang Hyang Guru Dewa sendiripun tak akan bisa berbuat apa-apa!” Raja Munaliq Dari Timur memberikan jawaban diiringi anggukan oleh kedua raja jin lainnya, juga para prajurit yang berada dibawah kendali mereka.Apa yang dikatakan oleh Raja Munaliq Dari Timur memang tidak salah. Selama Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal tidak bisa dikalahkan, maka kemenangan akan selalu menjadi milik mereka. Bahkan Sang Hyang Guru Dewa sendiripun tak akan bisa berbuat apa-apa.Kini balik Una Lyn yang terlihat terdiam ditempatnya. Jejaka Emas yang melihat hal itu, segera beranjak maju untuk memberikan tanggapannya.Bleegaarrr!Sebuah suara keras ledakan terdengar keras membahana di tempat itu, begitu kerasnya sampai membuat tempat itu bergetar laksana digoncang gempa skala sedang. Ada yang jatuh terduduk karena tak kuat menahan getaran yang terjadi, tapi masih banyak pula y
Una Lyn sendiri terlihat melakukan salto beberapa kali diudara hingga akhirnya berhasil mendarat dengan mulus ditanah, sedangkan Ifrit juga mampu mendaratkan kedua kakinya ditanah, setelah terseret cukup jauh kebelakang. Darah terlihat merembes dimulut keduanya, sebagai tanda luka dalam yang mereka derita.Seakan tak ingin membuat waktu percuma, Una Lyn terlihat langsung mengangkat tangannya yang tengah memegang pedang naga emas keatas.Wusshh..!Bayangan seekor naga emas melesat keluar dari hulu pedang ditangan Una Lyn. Sementara itu di ujung sana, Ifrit pun terlihat tak ingin tinggla diam.Dugghh!Tongkat ditangannya dihentakkan ke tanah.Wusshh..! Wusshh..! Wusshh..!Banyak sosok bayangan hitam yang keluar dari kepala tongkat dan sosok-sosok bayangan hitam itu tampak membentuk wujud-wujud jin yang tak terhitung jumlahnya yang hampir memenuhi langit. Di tempatnya, Una Lyn cukup terkejut melihat pamer kesaktian yang diperlihatkan oleh Ifrit. Ternyata Ifrit mampu mengeluarkan banyak j
Dughh! Seiring dengan itu Ifrit menghentakkan tongkat ditangannya ke bawah.Werrrr...! gelombang energi terpancar keluar dari tubuh Ifrit yang langsung menyapu seluruh tempat itu. Terjadi keanehan! Pemandangan mencengangkan terjadi. Waktu seolah berhenti, bangsa jin yang tengah bertempur satu sama lain, terdiam seperti patung. Semuanya berhenti bergerak, bukan saja yang ada di tanah, tapi juga yang ada diudara ikut berhenti bergerak.Baik bangsa manusia, bangsa jin, maupun para dewa-dewi, bahkan Jejaka Emas pun ikut berdiri mematung ditempatnya berada. Terlihat perubahan diwajah semua orang, termasuk Jejaka Emas yang berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan dirinya agar bisa kembali bergerak, tapi sejauh ini hanya gerakan yang sangat lamban yang terlihat. Tak ada yang mampu menggerakan tubuh mereka. Sementara itu, di pihak Ifrit, mereka semua tahu, kalau ini adalah salah satu kemampuan Ifrit yang bisa menghentikan waktu.Di depan sana, terlihat Ifrit tersenyum sinis melihat ke arah Jej
Jejaka Emas tak memberi kesempatan sedikitpun bagi Ifrit untuk menghela nafas. Serangan gelang dewanya terus menghantam sosok Ifrit.Sosok Ifrit yang melayang diatas tanah, terus terdesak mundur. Entah sudah belasan ataupun berpuluh-puluh kali serangan gelang dewa menghantam sosoknya, tapi walaupun terdesak. Ifrit sedikitpun tidak terlihat terluka.Jejaka Emas yang melihat hal itu, harus mengakui kekuatan dan kekebalan tubuh Ifrit, tapi anehnya seraya terus melesatkan serangan gelang-gelang dewanya, Jejaka Emas justru tertawa-tawa. Hal ini dikarenakan sosok Ifrit yang terkena serangan beruntun gelang dewanya dari berbagai arah, membuat tubuh Ifrit yang melayang diudara itu tampak terdorong ke kanan, ke kiri, ke belakang dan kedepan, Ifrit seperti tengah berjoget atau bergoyang dangdut. Hal ini pula yang membuat Jejaka Emas kemudian tertawa tergelak-gelak. Bangsa Jin yang ada ditempat itupun bingung dan heran, kenapa Jejaka Emas bertarung sambil tergelak-gelak sendiri.Ifrit terus dig