Semua Bab Ksatria Pengembara Season 2: Bab 2071 - Bab 2080

2578 Bab

191. Bagian 9

"Gadis bermulut busuk berhati culas! Perbuatan keji apa yang telah aku lakukan terhadap dirinya?!” kata Dewi Awan Putih hampir berteriak saking geramnya."Jika kau mau mendengar akan kubuka kedok kejahatanmu!” kata Ruhjelita pula sambil mengerling dan tersenyum pada Bintang. Namun sebelum gadis ini meneruskan ucapannya Bintang mengangkat tangan dan cepat berkata. ”Ruhjelita, biar aku yang menjelaskan padanya. ”Lalu Bintang memandang pada Dewi Awan Putih. Sambil bicara dia memperhatikan sepasang mata biru si gadis untuk menjajagi apakah benar Dewi cantik ini tidak tahu menahu Perihal bunga mawar kuning yang hampir merenggut jiwanya itu."Tak lama setelah aku meninggalkanmu, aku sampai di sebuah bukit Di situ ada telaga dan aliran sungai kecil. Ketika berada di tepi sungai kulihat sekuntum bunga mawar berwarna kuning dihanyutkan arus sungai. Karena belum pernah melihat bunga mawar berwarna kuning, apa lagi bentuknya indah sekali, Lalu kuambil. Ket
Baca selengkapnya

191. Bagian 10

"Ruhjelita, kau memang betul. Aku tidak mengikutimu sampai di telaga... ”Kata Bintang pula. "Berarti pada saat antara aku pergi dan kau berada sendiri di tepi sungai kecil, Dewi ini muncul dan membuang bunga mawar beracun itu ke dalam aliran sungai karena dia tahu kau ada di tepi sungai, pasti kau akanmelihat bunga itu dan mengambilnya""Bintang,” kata Dewi Awan Putih masih dengan segala ketenangan, "Bunga mawar kuning itu katamu dihanyutkan arus sungai kecil. Apakah kau tahu dari mana atau di sebelah mana anak sungai itu berasal?""Kalau aku tidak salah dari telaga di lereng bukit...”"Hai, kau menjawab jujur dan polos. Lalu siapakah yang mandi saat itu di telaga di lereng bukit itu?” Bintang terdiam tapi kemudian segera berpaling memandang ke arah Ruhjelita. Di saat yang sama Ruhjelita berteriak keras dan melompat ke arah Dewi Awan Putih.”Dasar Dewi jahat! Kau putarbalikkan kenyataan! Kau yang melakukan kebusu
Baca selengkapnya

191. Bagian 11

Bintang dekati Dewi Awan Putih dan berbisik. ”Dari omongan mereka, aku menduga keras mereka adalah kaki tangan Jin Muka Seribu. Apa kau kenal siapa-siapa mereka ini?"Belum sempat Dewi Awan Putih menjawab, kakek yang kepalanya botak hitam membuka mulut. ”Sobatku mata picak, apakah pemuda ini yang menurut pesan Jin Muka Seribu harus kita pesiangi dan kuras darahnya lewat ubun-ubun di kepalanya?!"Yang ditanya kedap-kedipkan mata kirinya beberapa kali baru menjawab. ”Hai! Dari potongan tubuh dan ciri-cirinya memang tak salah!"Mendengar ucapan orang, Bintang maklum kalau kakek-kakek itu jelas membawa niat yang tidak baik terhadapnya. Dia memandang pada kakek picak lalu kedap-kedipkan matanya meniru.Kemudian sambil sunggingkan seringai mengejek dia berkata. ”Matamu cuma satu, apa kau tidak keliru melihat bahwa aku orang yang dimaksudkan Jin Muka Seribu?!""Kau pandai melucu!” menyahuti kakek mata picak. ”Setelah ur
Baca selengkapnya

191. Bagian 12

Sementara itu tanpa ada yang mengetahui, di atas sebuah pohon besar berdaun rimbun hingga sulit terlihat dari bawah, mendekam seorang berpakaian rumput kering warna hitam. Orang ini sulit dilihat wajah aslinya karena seluruh mukanya dilumuri dengan sejenis tanah liat. Lalu tanah liat ini masih dilapisi pula dengan sejenis jelaga berwarna hitam. Walau siang bolong begitu sosoknya tidak beda dengan sosok Jin. Entah sejak kapan dia berada di atas pohon itu. Yang jelas orang ini merasa sangat cemas menyaksikan apa yang terjadi di bawah sana."Dewi Awan Putih, ilmunya tinggi. Mungkin tidak sulit baginya menghadapi kakek berhidung besar itu. Namun jika dikeroyok tiga dan kalau sampai kakek di atas dukungan turun tangan, Hai aku khawatir dia bisa kelabakan. Bahkan bakal cidera berat. Lalu pemuda asing berambut panjang dikuncir seperti ekor kuda itu. Sampai di mana kehebatannya? Berdua dengan Dewi Awan Putih apa mungkin mereka menghadapi tiga kakek sakti kaki tangan Jin Muka Seribu?
Baca selengkapnya

191. Bagian 13

Pahidungbesar bukan seorang penakut atau mudah menjadi kecut. Namun karena ingin cepat-cepat menguasai Dewi Awan Putih maka dia memilih berlaku cerdik."Papicakkanan!” seru Pahidungbesar pada kakek yang mendukung Pasulingmaut "Aku tak begitu bernafsu menghadapi pemuda itu! Aku lebih bernafsu menghadapi Dewi Awan Putih!” Habis berkata begitu tanpa tunggu lebih lama si hidung cendawan itu melesat ke hadapan Dewi Awan Putih. Seperti tadi tangan kanannya bergerak seolah hendak menotok. Dewi Awan Putih mundur dua langkah lalu kebutkan selendang sutera di tangan kanannya."Wutttt!"Sinar biru bertabur di udara. Laksana sebuah jala besar siap melibas sosok Pahidungbesar. Tapi si hidung besar ini tertawa bergelak. Begitu selendang sutera biru menyambar dia sengaja susupkan diri, masuk ke dalam selubungan selendang. Selanjutnya dia membuat gerakan bergulung ke arah lawan.Dewi Awan Putih berseru kaget ketika tahu-tahu lawan telah berada hanya satu lang
Baca selengkapnya

191. Bagian 14

Papicakkanan tertawa mengekeh lalu kembali sunggingkan seringai mengejek. ”Pemuda gagah! Kuras seluruh tenaga dalam yang kau miliki! Aku mau lihat sampai di mana kehebatan orang dari negeri manusia!""Jangan terpancing! Jangan lakukan apa yang dikatakannya! Jangan kerahkan seluruh tenaga dalam! Semakin kau mengerahkan semakin mudah baginya melumat dirimu!"Tiba-tiba satu suara menggema dari atas pohon. Bintang belum sempat berpaling Papicakkanan dongakkan kepala dan gerakkan mata kanannya yang picak tertutup cat merah. Selarik sinar merah menderu."Wussss!"Pohon besar di atas sana mendadak sontak di amuk kobaran api. Lebih dari setengah bagian atas pohon ini kini tampak gundul hangus. Tapi orang yang tadi berada di tempat itu telah berkelebat lenyap.Papicakkanan menggeram marah. Dia mendongak pada orang yang didukungnya."Hai Pasulingmaut, siapa menurutmu bangsat di atas pohon tadi yang tahu kelemahan ilmu Asap Iblis Pembeku Darah mi
Baca selengkapnya

191. Bagian 15

DIATAS sebuah pembaringan batu yang dialasi permadani dan bantal-bantal empuk terbuat dari rumput kering, Jin Muka Seribu berbaring dengan mata terpejam, ditemani setengah lusin gadis cantik berpakaian serba minim. Diantara mereka ada yang memijat-mijat tangan atau kaki, ada pula yang memijit-mijit kepalanya. Seorang gadis bermuka bulat berbadan sintal sesekali menyuapkan sejenis buah menyerupai anggur ke dalam mulut Jin Muka Seribu yang saat itu terbaring dengan penampilan wajah seorang lelaki separuh baya. Sudah beberapa kali gadis ini berusaha memasukkan buah itu ke dalam mulut Jin Muka Seribu, namun Jin Muka Seribu entah apa sebabnya sejak tadi selalu mengatupkan mulut.Di sisi kanan bersimpuh gadis ke enam, gadis paling cantik dari semua gadis yang ada di ruangan itu. Gadis ini memegang sehelai kipas daun yang dikipas-kipaskannya ke arah Jin Muka Seribu dan menebar bau harum. Beberapa waktu berlalu tanpa ada yang berani bicara dan Jin Muka Seribu masih saja berbaring den
Baca selengkapnya

191. Bagian 16

"Yang kutanyakan adalah tiga sahabat tangan kananku di Istana Surga Dunia ini. Si Pahidungbesar, Papicakkanan dan Pasulingmaut!” jawab Jin Muka Seribu pula dengan suara agak berang.Baru saja Jin Muka Seribu selesai berucap tiba-tiba di luar ruangan ada orang berseru."Jin Muka Seribu Junjungan Penguasa Istana Surga Dunia! Kami bertiga yang kau tanyakan ada di luar sini! Mohon waktu untuk menghadap! Kami membawa kabar buruk!"Empat wajah Jin Muka Seribu sesaat berubah men-jadi wajah kakek-kakek pucat. Setelah hatinya tenang wajahnya depan belakang kiri dan kanan kembali pada wajah dua lelaki separuh baya."Pintu batu tidak dikunci. Dorong dan masuklah!” Jin Muka Seribu berkata. Matanya memandang tak berkesip ke ujung ruangan. Dinding ruangan itu perlahan-lahan bergerak ke kiri. Dua orang kakek kelihatan tegak di seberang sana. Salah seorang di antaranya mendukung satu sosok yang paha kirinya buntung.Dari kutungan tubuh ini kelihatan da
Baca selengkapnya

191. Bagian 17

"Jahanam besar! Kalian bertiga ternyata tidak becus!” Empat muka Jin Muka Seribu kembali berubah menjadi wajah-wajah raksasa menggidikkan."Sebenarnya hal mudah bagi kami untuk membereskan pemuda itu. Malah Dewi Awan Putih telah kami tawan.”"Apa?!” Jin Muka Seribu tersentak. ”Di mana Dewi Itu sekarang?""Aku sembunyikan di sebuah sumur melintang dekat jalan masuk ke Istana Surga Dunia di sebelah utara.”"Jangan bermain culas denganku Pahidungbesar. Gadis itu harus kau bawa ke hadapanku! Aku sudah lama menyarang dendam terhadapnya. Walau aku tidak boleh membunuhnya tapi aku sudah lama berniat untuk merampas kehormatannya. Bahkan aku akan membuatnya hamil mengandung! Agar segala kutuk jatuh pada dirinya!” Jin Muka Seribu basahi bibirnya dengan ujung lidah berulang kali. Rangkungannya turun naik dan empat wajahnya berubah menjadi wajah empat orang pemuda gagah. Ini pertanda bahwa dirinya telah dirasuki nafsu birahi kotor!
Baca selengkapnya

191. Bagian 18

LELAKI yang membekal parang terbuat dari batu biru di tangan kanannya itu hentikan lari di ujung jurang.Memandang ke bawah sesaat dia jadi tercekat. ”Jurang batu. Dalam sekali! Celaka! Tak mungkin kuterjuni.” Dia silangkan parang di depan dada lalu berpaling ke belakang. Belum selesai dia membuat gerakan tiba-tiba sesosok tubuh melayang di udara, membuat gerakan berjumpalitan dua kali. Di lain kejap sosok ini sudah tegak di hadapannya dengan muka menyeringai garang dan membersitkan nafas menyapu panas sampai ke permukaan wajahnya."Patumpangan! Tempat larimu sudah putus! Kau hanya punya tiga pilihan! Mampus bunuh diri menerjuni jurang! Mati di tanganku atau menyerahkan Jimat Hati Dewa padaku!"Orang yang memegang parang biru mendengus lalu meludah ke tanah. ”Selama Parang Langit Biru masih berada di tanganku, jangan kau berani mencari mati Hai Pasedayu!"Pasedayu si muka garang tertawa bergelak. ”Parang Langit Biru hanya ciptaan a
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
206207208209210
...
258
DMCA.com Protection Status