All Chapters of Ksatria Pengembara Season 2: Chapter 2051 - Chapter 2060

2578 Chapters

190. Bagian 12

“Anak muda, kau tahu apa soal hidup. Apa lagi soal hidupku. Yang penting aku tidak jadi membunuhmu, malah menolongmu. Kau harus bersyukur...”“Saya dan kawan-kawan memang bersyukur dan berterima kasih padamu. Kek, apakah semua ini gara-gara Jin Muka Seribu?”“Jangan hubungkan diriku dengan makhluk satu itu!” hardik Jin Tangan Seribu tapi sambil membuang muka, memandang ke jurusan lain.“Kek, kau membuat aku tambah tidak mengerti. Dulu jelas-jelas sekali kau bilang kau di Perintah Jin Muka Seribu untuk membunuh kami bertiga dan mencari cincin berbatu hijau itu. Sikap dan ucapanmu membuat saya tidak tahu apa sebenarnya hubunganmu dengan Jin Muka Seribu...”Karena Jin Tangan Seribu tak memberikan jawaban maka Bintang melanjutkan ucapannya tadi. “Kek, ketahuilah jika ada kesempatan menemui Jin Muka Seribu saya akan membuat perhitungan dengan makhluk satu itu! Kalau tidak dia akan mendahului membunuh saya d
Read more

190. Bagian 13

Dewi Awan Putih mengulum senyum yang membuat Bunda Dewi menjadi berdebar. “Hai kerabatku Dewi Awan Putih. Jangan kau berani berbuat menyalahi aturan. Kau pasti tahu betul apa yang terjadi dengan Ruhmintari, Dewi yang melanggar larangan dan melakukan perkawinan dengan Pahambalang hingga melahirkan seorang anak dijuluki Jin Patilandak. Apa kau ingin menerima nasib seperti Ruhmintari itu Hai kerabatku?”.“Ruhmintari...” ujar Dewi Awan Putih dengan suara perlahan dan bergetar. “Kerabat kita yang malang itu menemui ajal dengan perut pecah ketika melahirkan bayinya si Jatilandak. Dan kini dia mendekam menjadi patung batu akibat kutukan para Dewa serta Dewi. Tidak, Hai Bunda Dewi, aku tidak ingin mengalami nasib seperti Ruhmintari...”“Lalu siapakah yang hendak kau jelang di Negeri Jin?” tanya Bunda Dewi pula.“Terus terang, aku terbuai dan tergoda oleh mimpi...” kata Dewi Awan Putih.“Hai!”
Read more

190. Bagian 14

Sesaat lagi binatang ini akan hinggap di lamping batu dekat air terjun tiba-tiba sepasang mata biru Dewi Awan Putih membesar. Wajahnya berubah.“Zeus, jangan turun ke tanah. Melayang ke balik batu sebelah sana. Aku melihat seseorang berusaha mendahului kita menemui pemuda di tepi telaga itu...”Di tepi telaga Ksatria Pengembara tampak heran ketika tiba-tiba Awan putih raksasa lenyap dari pemandangan. Lalu tahu-tahu sebuah makhluk berwarna coklat melesat di udara. Di lain kejap makhluk ini telah mendarat tujuh langkah di hadapannya.Sang makhluk ternyata adalah seekor kura-kura raksasa berwarna coklat yang memiliki dua sayap lebar hingga mampu melayang terbang di udara. Di atas punggung kura-kura raksasa ini duduk seorang gadis jelita berkulit putih yang rambutnya digulung di atas kepala. Pakaiannya terbuat dari kulit kayu berwarna jingga. Di dada dan pinggang dihias dengan kalungan bunga. Untuk beberapa lamanya gadis di atas kura-kura itu menatap taj
Read more

190. Bagian 15

“Itu tidak mungkin, Ruhjelita. Dewi tidak mungkin kawin dengan manusia biasa. Aku tahu benar hal itu... Kalau itu sampai terjadi akibatnya sungguh luar biasa...”“Hai sahabat muda berambut panjang! Belum berbilang tahun kau berada di Negeri Jin ini, banyak hal yang sudah kau ketahui. Namun jangan kau menduga bahwa makhluk bernama Dewi itu selalu berada dalam kehidupan yang serba suci. Banyak di antara mereka yang tersesat dan melanggar pantangan. Salah satu di antaranya adalah Dewi yang kawin dengan seorang manusia biasa bernama Pahambalang hingga melahirkan seorang anak kutukan. Berbentuk manusia tapi tubuhnya penuh dengan duri seperti landak! Dan kurasa saat ini atau di masa mendatang semakin banyak para Dewi yang menjadi liar dan memilih jalan sesat karena tidak bisa bertahan terhadap tantangan gelora nafsu. Bukan mustahil kau sendiri bisa-bisa sudah menjadi incaran mereka. Hati-hatilah kau Hai Bintang...”Baru saja Ruhjelita selesai berucap
Read more

190. Bagian 16

“Hentikan perkelahian!”Tapi tak satupun dari dua gadis cantik itu yang mau mendengar. Mau tak mau Ksatria Pengembara terpaksa melompat ke tengah kalangan perkelahian. Tapi dia ketiban nasib sial. Dia melintang di antara dua gadis itu pada saat Dewi Awan Putih lancarkan satu pukulan kilat ke arah Ruhjelita. Namun karena sosok Bintang melintang di depan maka hantaman Dewi Awan Putih mendarat telak di dada kanan sang Pendekar.Bukkkk!Bintang terjajar ke belakang sampai tiga langkah. Salah satu lututnya tertekuk dan tubuhnya hampir roboh kalau dia tidak cepat pergunakan tangan kanan untuk bertopang ke tanah. Dewi Awan Putih terpekik pucat ketika melihat apa yang terjadi. Saat itu justru tamparan tangan kanan Ruhjelita berkelebat ke depan.Plaaakkk!Tamparan keras mendarat di pipi kiri Dewi Awan Putih. Dewi bermata biru ini terpekik kesakitan. Darah mengucur di sudut kiri mulutnya. Meski menahan sakit akibat pukulan yang kesalahan menghant
Read more

190. Bagian 17

DI TEPI telaga Dewi Awan Putih memandang ke langit, memperhatikan kura-kura raksasa melayang tinggi. Jika dituruti amarah hatinya ingin dia melesat mengejar lalu menyerang dengan serangan mematikan yakni sepasang sinar biru sakti yang bisa menyembur dari dua matanya. Namun kalau hanya akan ikut mencelakai Bintang, tak ada gunanya. Penuh kesal gadis ini akhirnya hanya bisa menundukkan kepala, tutup wajahnya dengan kedua tangan. Sesaat kemudian baru dia menyadari kalau dia masih memegang robekan lengan baju Bintang yang tadi diberikan untuk menyeka darah dari luka di sudut bibir akibat tamparan Ruhjelita.“Aku memukul tubuhnya. Pasti dia kesakitan sekali. Tapi dalam keadaan seperti itu dia masih ingat pada cidera yang kualami akibat tamparan gadis liar itu. Hai! Dia sengaja merobek lengan bajunya dan berusaha mengusap darah di sudut bibirku. Hai... Kalau saja aku bisa membaca isi hatinya...” Dewi Awan Putih tekapkan robekan baju Bintang itu ke wajahnya. Sepasang mat
Read more

190. Bagian 18

Di lereng bukit yang sejuk dan sunyi, Ksatria Pengembara tegak berdiri sementara Ruhjelita enak saja membaringkan diri di tanah di atas rerumputan.Matanya tak lepas-lepasnya menatap wajah Bintang sedang senyum terus bermain di bibirnya yang merah. Sikapnya benar-benar menantang dan mengundang.“Kita sudah berada di lereng bukit Sekarang katakan apa yang hendak kau bicarakan?” bertanya Bintang.Ruhjelita balikkan tubuhnya. Menelungkup di tanah sambil dua tangannya ditopangkan ke dagu. Dari tempatnya berdiri Bintang bisa melihat sosok tubuh bagian atas si gadis, putih dan kencang. Dalam hati Ksatria Pengembara berkata. “Aku banyak mendengar sifat aneh gadis ini dari Maithatarun. Aku harus berhati-hati...”“Hai Bintang,” Ruhjelita berkata. “Kita hanya berdua di tempat ini. Ke manapun mata dilayangkan terbentang pemandangan indah. Mengapa harus buru-buru membicarakan segala urusan?”Bintang tersenyum. &l
Read more

190. Bagian 19

“Bunga mawar kuning. Bagus sekali. Belum pernah aku melihat bunga mawar seperti ini...” kata Bintang. Lalu dia membungkuk mengambil bunga itu. Seperti kebiasaan orang begitu bunga dipegang Bintang  ini langsung dekatkan ke hidungnya lalu mengendus bunga itu. “Heiii... harum sekali,” kata Bintang pula. “Bunga sebagus ini dari mana datangnya?” Ksatria Pengembara memandang ke arah telaga. “Eh...!” Kening Bintang mengerenyit. Dikedip-kedipkannya matanya. Lalu diusapnya. “Aneh, apa yang teriadi dengan mataku. Pemandanganku mendadak kabur. Lebih aneh lagi, dadaku sesak. Kepalaku seperti pusing!” Bintang pandangi bunga yang dipegangnya. Sedekat itu sang bunga berada di depan matanya namun dia tak bisa melihat dengan jelas. “Ada yang tidak beres! Bunga mawar kuning yang barusan kucium. Jangan-jangan mengandung racun jahat! Celaka!”Bintang mulai huyung. “Seharusnya aku kebal segala macam racun. Tapi ra
Read more

190. Bagian 20

“Anak muda! Terima kasih atas tuduhanmu! Tapi apa perlu aku membukai celanamu! Celana perempuan saja tak ingin aku bukai! Ha... ha... ha...!”“Di tempat ini tidak ada orang lain kecuali kau. Selain itu kau punya kesukaan jelek, tukang merorotkan celana orang!”“Waw... waw! Merorotkan celana orang apakah itu satu kejelekan? Aku sendiri pakai celana melorot seperti itu! Lihat saja!” Lalu si kakek putar tubuhnya memperlihatkan pantatnya yang memang tersingkap karena celananya sengaja dilorotkan di bagian belakang!“Anak muda, sebenarnya tadi aku tidak mau mengganggu kau lagi asyik bersama kekasihmu. Bercumbu rayu boleh-boleh saja. Tapi kalau sampai main gerayang-gerayangan ke dalam celana, walau ini tempat sunyi, kurasa sudah melewati batas! Pasti tadi kau keenakan ya diraba-raba seperti itu? Ha... ha... ha!”“Kek, jangan kau berkata yang bukan-bukan! Apa maksud ucapanmu. Siapa yang bercumbu rayu! Siapa y
Read more

190. Bagian 21

“Mawar kuning berbisa itu hanya tumbuh di lapisan langit ke tujuh. Di alam kehidupan para Dewi...”Bintang terkejut. Dadanya bergetar dan mukanya berubah. “Kalau begitu ini adalah pekerjaan Dewi Awan Putih!”“Terima kasih kau pandai menuduh. Tapi jangan sekali-kali berprasangka buruk tanpa bukti!” mengingatkan Si Jin Sinting.“Saya berkata begitu karena Dewi Awan Putihlah satu-satunya Dewi yang saya temui sebelumnya... Saya harus menyelidiki hal ini! Saya harus mencari Dewi Awan Putih dan menanyainya!” Bintang kepalkan tangan kanannya penuh perasaan geram.“Sudahlah, aku tidak mau ikut campur urusanmu. Aku mau pergi. Apa kau mau ikut?”“Kau mau menyuruh saya memayungimu lagi, kau bernyanyi dan menari. Dan saya mengikuti ke mana kau pergi?”Si Jin Sinting tertawa bergelak. “Terima kasih kau menyatakan ketidaksenanganmu. Tapi sekali ini aku mengajakmu untuk berbuat p
Read more
PREV
1
...
204205206207208
...
258
DMCA.com Protection Status