All Chapters of Ksatria Pengembara Season 2: Chapter 2031 - Chapter 2040

2578 Chapters

189. Bagian 15

Murid nenek dari Lembah Paekatakhijau ini menghadapi semua serangan dengan tenang. Dua tangan dan dua kakinya bergerak tiada henti. Dia seperti seorang penari di atas panggung. Meliak-liuk lembut dan sesekali tiba-tiba menempelak lawan dengan pukulan yang sangat keras. Seekor lagi dari lima macan tutul itu cidera, hidungnya hancur.Meski dua teman mereka sudah terluka namun tiga lainnya masih terus menyerbu. Malah bertambah beringas dan ganas. Ruhcinta yang berkepandaian tinggi namun boleh dikatakan tidak punya pengalaman sama sekali lambat laun menjadi terdesak juga. Ketika gadis ini bersiap-siap hendak mengeluarkan ilmu kesaktian yang disebut “Tangan Dewa Merajam Bumi” yang sanggup membuat para penyerang terbanting ke tanah dan lumpuh, tiba-tiba Jin Tutul Seribu keluarkan suitan keras. Bersamaan dengan itu dia melesat ke depan seolah terbang. Empat sosok macan lainnya berguling lantai rumah.“Seettttt!”“Dess... desss...
Read more

189. Bagian 16

Walau tidak memahami akan ucapan si gadis namun Maithatarun jadi terdiam. “Tidak mengerti aku sifat gadis cantik ini. Sudah dua kali orang hendak mencelakainya. Masih saja dia unjukkan sikap sabar. Setiap ucapan dan tindakannya berdasarkan kasih. Tidak percuma dia bernama Ruhcinta!”Semua orang tak ada yang bicara. Mereka seolah menunggu dan ingin melihat apa yang hendak dilakukan Ruhcinta. Gadis ini melangkah melewati Jin Patilandak, Bintang, Bayu dan Arya. Di hadapan Maithatarun dia berhenti sebentar dan berkata. “Aku tidak mau orang itu dibunuh karena aku ingin mengorek keterangan lebih dulu darinya. Apa artinya kematian tak berguna dibanding keterangan penting yang bisa kudapat.”Maithatarun hanya anggukkan kepala. Bintang melirik pada Bayu serta Arya. Sebelum melangkah mendekati Jin Tutul Seribu yang sampai saat ini masih tergelimpang di lantai rumah, Ruhcinta lebih dulu mendatangi Panglima Yudha. Tanpa rasa takut diusapnya tengkuk binatang
Read more

189. Bagian 17

Ketika semua orang memandang ke tengah rumah, termasuk Bintang, mereka jadi merinding. Sosok Jin Tutul Seribu hanya tinggal tulang belulang. Kulit dan daging tubuhnya terkelupas mengerikan!“Pukulan Mengelupas Puncak Langit Mengeruk Kerak Bumi!” seru Maithatarun yang mengenali pukulan yang telah menamatkan riwayat Jin Tutul Seribu.“Pukulan itu hanya dimiliki Jin Muka Seribu” berucap Bintang. “Berarti dia barusan ada di sini. Membunuh Jin Tutul Seribu karena tidak mau rahasianya terbuka.”“Tunggu dulu. Menduga boleh saja. Tapi bersikap penuh selidik harus diutamakan,” Ruhcinta ikut bicara. “Mungkin juga bukan kakek ini yang jadi sasaran. Tapi salah satu dari kita.” berkata Ruhcinta. “Atau mungkin penyerang gelap memang inginkan nyawa Jin Tutul Seribu, tapi sekaligus juga mengincar nyawa sahabatku bernama Bintang itu!” Sesaat semua orang jadi terdiam.“Sebaiknya kita tin
Read more

189. Bagian 18

“Anak itu rejekinya memang lebih besar. Kalau saja sosoknya sama besar dengan si gadis, lebih keenakan lagi dia! Lalu kita mau bilang apa?!” Arya mencibir lalu tertawa perlahan.Dengan wajah agak kemerahan Ruhcinta memandang berkeliling lalu berkata. “Kita belum lama berkenalan. Tapi begitu banyak saling menanam budi. Aku percaya pada kalian semua sahabatku. Kalau memang kalian mau tahu, aku akan ceritakan riwayat diriku. Aku mulai sejak diriku yang masih berusia dua bulan ditemukan seorang nenek sakti di dalam hutan. Di dalam satu kantong yang tergantung di badan seorang perempuan muda yang mati menggantung diri.”Selagi semua orang terkejut mendengar kata-kata si gadis, Ruhcinta melangkah meninggalkan ternpat itu. Semua orang serta merta bergerak mengikuti. Di satu tempat yang sunyi yang dipilih sendiri oleh Ruhcinta, gadis itu lalu menuturkan riwayat dirinya. -o0o- SUASANA hening sunyi menyelimuti tem
Read more

189. Bagian 19

“Ruhcinta sahabatku gadis tercantik di seluruh jagat! Jangan pergi dulu sebelum aku membayar hutang budi baikmu! Jangan bikin aku tidak bisa tidur tidak sedap makan! Bukan karena rindu atau jatuh hati padamu! Tapi karena ganjalan hutang piutang budi baik itu! Ha... ha.       ha!”Sesaat kemudian terdengar suara.“beerrr... beerrr. beerrr!”Lalu muncullah seorang gemuk bermuka bulat, mengenakan pakaian panjang dan sangat gombrong terbuat dari anyaman rumput kering menyerupai jerami. Di pipinya sebelah kiri ada satu tahi lalat besar atau tompel berwarna hitam ditumbuhi bulu-bulu hitam halus. Di atas kepalanya ada segulung kain menyerupai sorban. Lalu hebatnya, di atas sorban ini dia menjunjung sebuah belanga besar terbuat dari tanah. Dari dalam belanga ini mengepul asap kecoklatan menebar bau harumnya rempah-rempah!“Sahabatku kakek sakti berjuluk Jin Obat Seribu!” seru Ruhcinta begitu meliha
Read more

189. Bagian 20

“Jin Obat Seribu, aku...” Bintang terpaksa tidak teruskan ucapannya karena saat itu. Jin Obat Seribu sudah membungkuk dan mendekatkan mulutnya ke telinganya. Lalu dengan suara sangat perlahan orang ini berkata. “Bagaimana kalau aku meramal sesuatu tentang dirimu Hai anak muda!”“Sil... silahkan saja. Aku suka mendengar.” kata Bintang.“Ratusan orang akan jatuh cinta pada gadis itu. Tapi hanya ada satu pemuda yang berkenan di hatinya. Kau!”Bintang undur melangkah dan tetap wajah besar Jin Obat Seribu. “Gadis itu... Maksudmu gadis yang mana? Siapa?”Jin Obat Seribu tertawa mengekeh hingga Bintang merasa tanah yang dipijaknya bergetar. “Sudahlah, kau tak usah tanyakan hal itu. Sekarang.”“Tunggu dulu. Kau belum mengatakan siapa adanya gadis itu.”“Siapa lagi kalau bukan si cantik tinggi semampai bertubuh ramping dan berwajah selangit tembus itu. Ruhcinta!
Read more

189. Bagian 21

“Tapi obat dalam gelas tanah itu sudah kami minum habis!” kata Bayu.“Ah, kau keliru. Coba lihat lagi ke dalam gelas tanah..” Bayu dan Arya ulurkan kepala, memandang ke dalam gelas tanah di hadapan mereka. Keduanya terkejut karena ternyata mereka melihat gelas tanah itu masih berisi penuh obat berbau harum itu!“Aneh.” kata Bayu perlahan sambil memandang pada Arya.“Bagaimana dengan sahabat kami Bintang?” tanya Bayu pula.“Oh, dia.  Karena dia patuh pada apa yang aku katakan maka dia akan menerima berkah seperti apa yang diinginkannya dan seperti apa yang dimintakan Ruhcinta.” Jin Obat Seribu berpaling pada Bintang. “Anak muda, apakah kau sudah siap meneguk obat yang kuberikan?”Bintang buka kedua matanya, menatap ke arah Jin Obat Seribu lalu berkata. “Dengan izinmu aku akan meneguk obat cairan sakti itu.”Jin Obat Seribu tersenyum. “Kau ku ijinkan
Read more

189. Bagian 22

DIBALIK curahan air terjun Air Pajatuh tampak dua sosok mendekam tak bergerak. Mereka telah berada di tempat itu sebelum sang surya muncul menerangi Negeri Jin. Dari sikap keduanya dapat diduga kalau mereka tengah menunggu sesuatu. Di langit awan pagi berarak biru. Dari arah timur serombongan burung melayang ke jurusan barat.Sosok di sebelah kanan mengusap wajahnya. Orang ini bertubuh besar kekar. Di pertengahan keningnya menempel sebuah benda menyerupai kaca sebesar kuku ibu jari kaki.“Pagandrung, sejak dini hari kita berada di sini. Saat ini matahari sudah mulai tinggi. Orang yang kita tunggu belum juga muncul. Apa kau yakin dia akan datang ke sini?”“Hai adikku Pagandring! Jangan kau ragukan apa yang kuketahui dan kukerjakan. Sejak puluhan tahun, setiap pertengahan bulan ganjil Jin Tangan Seribu selalu datang ke tempat ini untuk membersihkan diri, berlangir bersiram air bunga. Sabarkan hatimu, kita tunggu saja. Dia pasti datang.” men
Read more

189. Bagian 23

“Pertama!” Pagandring membentak yang membuat pemuda gagah pencongkan mulut keheranan.Dalam hati pemuda gagah itu memaki. “Sialan! Apa pertama yang dimaksudkan makhluk berkaca di jidatnya ini!”“Pertama! Kita tidak bersahabat...!”“Oh, begitu?! Tidak bersahabat boleh-boleh saja. Aku tidak rugi, kau juga mungkin tidak untung!”“Kedua!”“Kedua! Huh...! Apa yang kedua?!” pemuda gagah kembali pencongkan mulutnya.“Kedua! Lekas tinggalkan tempat ini!”“Walah! Aku baru saja sampai di sini! Sudah disuruh pergi! Apa-apaan ini! Memangnya tempat ini termasuk telaga dan air terjun itu milikmu?”“Aku menghitung sampai tiga! Jika pada hitungan ke tiga kau tidak angkat kaki berarti kau minta mati!” hardik Pagandring.Si Pemuda gagah hanya tersenyum-senyum simpul mendengar hal itu. “Kau jago berhitung rupanya! Coba ini bera
Read more

190. Hati Yang Terlarang

TIBA-TIBA Pagandring berdiri. Matanya menyala laksana api. Tangan kanannya bergerak mencabut kaca merah yang ada di keningnya. Mulutnya berkomat-kamit seperti membaca mantera. Kaca merah yang ada dalam genggamannya mengepulkan asap. Di saat yang sama tubuhnya berubah menjadi besar dan tinggi.“Astaga! Dia berubah menjadi dua kali lebih besar!” Bintang tercekat. Kalau tadi dia masih mengerahkan setengah saja dari tenaga dalamnya, kini dia alirkan seluruh Cakra Petir yang ada dalam tubuhnya ke tangan kanan. “Akan kuhantam selangkangannya! Masak-an tidak amblas!” kata Bintang dalam hati. Tangan kanannya segera diangkat ke atas. Ditarik ke belakang. Pada saat dia siap menghantam tiba-tiba dari balik air terjun berkelebat sesosok tubuh. Menyusul suara orang berseru.“Pagandring! Tinggalkan pemuda itu! Orang yang kita tunggu sudah datang!”Pagandring menyeringai buruk. “Kau masih untung anak muda! Kalau tidak ada urus
Read more
PREV
1
...
202203204205206
...
258
DMCA.com Protection Status