Home / Pernikahan / Pernikahan Rahasia Suamiku / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of Pernikahan Rahasia Suamiku: Chapter 1 - Chapter 10

137 Chapters

BAB 1 - AWAL SEGALANYA

Saya terima nikah dan kawinnya Queena Bulan Latief binti Jacob Al Latief dengan mas kawin seperangkat alat salat dan emas batangan seberat 100 gram dibayar tunai. Sah! Sah! “Alhamdulilah.” Suara itu terdengar menggema di dalam rumah mewah keluarga Latief ketika lelaki dengan perawakan tinggi dan wajah tampan itu mengucapkannya dengan lantang. Alfan Fatih Herlambang kini telah resmi menyandang status suami dari Queena Bulan Latief. Perlahan Bulan menoleh ke arah sang suami dan mencium punggung tangannya, diakhiri dengan Alfan yang memberikan kecupan di keningnya dengan sikap canggung. Suasana haru menyerbu dada Bulan. Ia masih tak menyangka bahwa kini statusnya telah berubah hanya dalam waktu singkat. Acara dilanjutkan pada malam hari dengan resepsi di sebuah hotel bintang lima. Suasana meriah dan mewah itu mengiringi perayaan pernikahan mereka. Tamu yang diundang juga sangat banyak karena dua keluarga besar itu merupakan salah satu pengusaha sukses dengan nama keluarga yang su
Read more

BAB 2 - KENYATAAN

“Jangan terlalu banyak berpikir. Dokter mengatakan kamu tidak boleh terlalu stress.”    Alfan duduk di sisi ranjang seraya menatapnya dengan perasaan bersalah.    “Maaf semua ini karena aku,” sambungnya dengan helaan napas yang terdengar penuh tekanan.   “Mari kita bercerai saja, Mas. Aku tidak mau ada di antara hubungan kalian berdua. Lebih baik kita akhiri saja sebelum semuanya menjadi lebih rumit.”    Alfan menggeleng.    “Lalu aku harus bagaimana? Jangan egois, Mas.” Bulan memekik dengan suara tertahan.   Alfan tertunduk.   “Kamu takut kehilangan warisan orang tuamu?” tanya Bulan menebak.    Kebungkaman Alfan cukup menjawab semuanya.   “Apa kamu tidak berpikir tentang perasaanku, hatiku dan hidupku yang telah kamu permainkan?” tuding Bulan dengan suara lemah. “Aku korb
Read more

BAB 3 - KEPUTUSAN YANG SULIT

Pada akhirnya setelah melihat bagaimana dua keluarganya berbahagia atas pernikahan mereka, Bulan urung mengatakan yang sebenarnya kepada orang tuanya.   “Berikan kesempatan pada pernikahan ini, Bulan. Kita pasti bisa menjalaninya.”    “Bagaimana dengan istrimu?” tanya Bulan.   “Aku yang akan mengatakan semuanya. Ini semua salahku,” jawabnya.   “Jika istrimu berarti untukmu, lalu apa artinya aku di antara kalian, Mas?” Suara Bulan kembali terdengar.   “Aku masih belajar menerima semua ini, Bulan.”   Pada akhirnya Bulan meminta waktu dan kesempatan untuk memikirkan ucapan Alfan, walaupun ia tidak yakin bahwa semuanya akan berjalan dengan baik. Karena ia tahu bahwa sejatinya tidak ada wanita yang mau jika suaminya dibagi dengan wanita lain, termasuk dirinya. Walaupun hubungannya dengan Alfan belum menumbuhkan debaran dan getaran di hati, sejujurnya Bulan ha
Read more

BAB 4 - DITINGGALKAN

Bulan dan Alfan turun dari lantai dua. Mereka akan langsung pergi ke rumah pribadi milik Alfan.    Kedua orang tuanya sudah menunggu di ruang tamu. Beberapa koper besar sudah dimasukkan ke dalam mobil lebih dulu.   Bulan memeluk Mami Tari dan Papi Jacob secara bergantian.    “Jaga dirimu baik-baik, Nak.” Mami Tari mengelus rambut panjangnya.   “Mami juga. Jaga kesehatan dan berhentilah bekerja terus menerus.”    “Iya,” jawab Mami Tari dengan senyum yang dipaksakan.   “Aku akan sangat merindukan kalian.” Bulan berbicara dengan mata yang berkaca-kaca.   Papi Jacob memeluk Alfan. “Titip putriku, Nak. Cintai dan sayangi dia seperti kami mencintainya.”    Tapi kalian lebih mencintai pekerjaan dibandingkan aku anak kalian, batin Bulan.   “Baik. Saya akan berusaha membahagiakan Bulan.
Read more

BAB 5 - SITUASI YANG MEMBINGUNGKAN

Bandung.   Mobil yang dikendarai Alfan akhirnya sampai di sebuah rumah sakit swasta yang lumayan besar dan terkenal. Dengan sedikit tergesa, Alfan berlari menuju ke ruangan ibu mertuanya.    Sedari tadi Zahra, sang istri terus saja menghubunginya. Panik, cemas dan takut adalah perasaan yang juga dirasakan Alfan. Ibu mertuanya sangat baik terhadapnya, bahkan ia sudah menganggapnya seperti ibu kandung sendiri.   Oleh sebab itu bahkan Alfan rela menerima perjodohan dengan Bulan sebab alasan yang egois.   Langkah kaki Alfan membuat seseorang yang ada di depan ruangan tersebut menoleh. Wajahnya sembab dengan bekas air mata yang masih basah di pipi.    Wanita bertubuh mungil dengan hijab berwarna biru itu berlari dan memeluknya. Menumpahkan isak tangis di dalam pelukannya.    “Aku takut, Mas.”    “Ibu akan baik-baik saja, Ra
Read more

BAB 6 - ALASAN DAN PENASARAN

Setelah panggilan terputus Bulan melempar asal ponselnya ke atas ranjang. Tangannya menyahut kertas gambar yang tadi dipakai untuk menuangkan ide menggambarnya kemudian meremasnya dengan pelan dan melemparnya dengan mata yang berkaca-kaca.    “Mampukah aku bertahan sementara hatiku saja terasa sesak seperti ini? Tuhan, kenapa takdir yang kau berikan harus serumit ini? Astaghfirullah,” gumam Bulan seraya menekan dadanya dengan pelan.   Bulan memilih masuk ke kamar mandi dan berwudhu, lebih baik ia menyerahkan semuanya kepada sang pemberi kehidupan. Percuma saja mengeluh dan meratapi nasib, sekuat apa pun kita melawan takdir, jika Tuhan sudah menuliskan skenarionya, maka manusia hanya mampu menjalaninya.    Setelah selesai melakukan salat, masih terlihat jelas jejak air mata di kedua pipinya yang masih basah.    Perlahan Bulan menuju ranjang dan merebahkan tubuhnya berharap semuanya akan
Read more

BAB 7 - FIRASAT

Hari-hari dilewati oleh Bulan dan Alfan dengan tempat dan waktu yang berbeda juga situasi yang hampir delapan puluh persen berbeda.    Jika Alfan sibuk dengan keluarga kecilnya, maka Bulan tengah menikmati liburannya walaupun seorang diri.   Bulan pasrah dan menjalani apa yang memang harus dijalani hingga Tuhan berkata berhenti. Ia telah memasrahkan semuanya kepada sang pemberi kehidupan.   Sosok Bulan masih menjadi wanita masa kini dengan penampilan yang sangat fashionable. Namun begitu ia tak pernah lupa menjalankan kewajiban sholat lima waktu disela kesibukannya selama ini. Keluarga Latief adalah mualaf, mereka berpindah agama sekitar sepuluh tahun yang lalu.    Tidak memakai hijab bukan berarti mereka lupa menjalankan kewajiban. Jangan melihat seseorang hanya dari luarnya saja, karena dalamnya hati seseorang kita tak pernah tahu.   Bulan menerima perjodohan dengan A
Read more

BAB 8 - KEMBALI BERTEMU

Alfan sudah sampai di Jakarta lebih dulu. Hanya memerlukan waktu sekitar dua setengah jam untuk sampai di Jakarta. Ia mengendarai mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata mengingat ini malam minggu, ia tak ingin terjebak kemacetan di jalan.   Matanya melirik ke arah jam di pergelangan tangan, ia memilih langsung menjemput Bulan karena ia yakin bahwa istrinya telah tiba.    Perbedaan waktu Jakarta-Bali hanya satu jam. Seharusnya sekitar pukul lima atau setengah enam, Bulan sudah tiba.    Alfan menunggu di pintu kedatangan. Sudah hampir dua puluh menit ia menunggu namun tak kelihatan kehadiran Bulan.    Ia mengeluarkan ponsel berniat menghubungi istrinya ketika tepukan di bahu membuatnya terkejut. Segera saja ia menoleh dan melihat seorang wanita dengan jumpsuit panjang dengan rambut yang acak-acakan berdiri di hadapannya. Wajahnya tertutup masker hingga tak terlalu jelas terlihat.
Read more

BAB 9 - PERMINTAAN MAMA

Pagi itu Bulan sudah mandi dan bersiap turun ke lantai dua dengan membawa beberapa paper bag yang berisi oleh-oleh dari Bali.    Dibantu oleh bibi asisten rumah tangga, Bulan membawa semua barang-barang itu ke ruang keluarga untuk dibagikan ke semua orang.   “Bulan, kenapa repot-repot bawain mama oleh-oleh banyak begini.” Mama Silvi berkomentar saat ia masuk ke dalam ruang keluarga.   “Tidak repot, Ma. Mumpung sekalian di Bali. Kapan-kapan belum tentu ada waktu buat liburan lagi,” jawab Bulan diiringi tawa ringan. Ia mulai bisa menyesuaikan diri dengan keluarga Alfan dengan berbicara santai.   Mama Silvi ikut tertawa. Semua pekerja yang bekerja di rumah mendapatkan jatah semuanya tanpa terkecuali.    Setelah keadaan hening, Mama Silvi menggenggam tangan Bulan dan menatapnya dengan intens penuh ketegasan.    “Ada apa, Ma?”   
Read more

BAB 10 - PERANG DINGIN

Bulan turun ke meja makan lebih dulu setelah menyiapkan pakaian suaminya. Sejak semalam mereka tak banyak bicara seperti biasanya.   Tak lama Alfan turun ke meja makan dengan pakaian rapi. Mereka berdua sudah kembali memulai aktivitas kembali seperti biasanya. Alfan sudah harus kembali bekerja di perusahaan papanya dan ia harus kembali mengurus butik yang sudah hampir dua minggu ini ditinggalkan.   Setelah lelaki itu duduk, Bulan dengan penuh perhatian melayani suaminya. Walaupun bukan cinta setidaknya ia memberikan rasa hormatnya pada suaminya.    “Apa yang kamu lakukan semalam, Bulan?” tanya Alfan membuat tangan Bulan menggantung di udara.   “Apa maksudnya?” jawab Bulan yang belum paham inti dari ucapan suaminya.   “Zahra,” sahutnya dengan pelan.    Bulan meletakkan kembali tangannya kemudian menatap suaminya dengan datar. Kini ia paham apa maksud
Read more
PREV
123456
...
14
DMCA.com Protection Status