Semua Bab Pernikahan Rahasia Suamiku: Bab 11 - Bab 20

137 Bab

BAB 11 - AKHIRNYA BERTEMU

Hari berganti, minggu berlalu, bulan berganti dan waktu terus berputar mengikuti bumi yang juga terus berputar.    Semuanya mengalami perubahan namun tidak dengan hubungan antara Alfan dan Bulan. Hubungan sepasang suami-istri itu masih panas seperti saat terakhir kali mereka bertengkar.   Sikap Bulan yang cuek membuat hubungan mereka terasa semakin dingin karena tidak ada komunikasi yang baik di antara keduanya. Bulan dan Alfan sama-sama memiliki sikap yang tak mudah dibelokkan sehingga keduanya sama-sama tidak ada yang mau mengalah.    Alfan sudah mencoba bicara dengan Bulan namun selalu berujung dengan perdebatan. Alfan yang seharusnya hanya meminta maaf pada Bulan ternyata mengungkit sesuatu hal lain yang selalu membuat emosinya naik.    Begitulah keduanya. Mereka tinggal bersama bahkan berbagi kamar yang sama namun bagaikan orang asing yang tidak saling mengenal. Asisten rumah tang
Baca selengkapnya

BAB 12 - SEBUAH KETULUSAN

Masih berada di rumah yang sama namun kini keadaan kedua wanita itu sama-sama tak terkendali. Bulan mengayunkan tangannya menghampiri wajah Zahra yang tengah meluapkan emosinya. Kejadiannya sangat cepat hingga Alfan tak bisa mencegahnya.   Tamparan Bulan sekaligus menghentikan ucapan Zahra. Wanita itu menatap Bulan dengan tatapan tidak percaya. Ia memegang pipinya yang terasa panas.   “Jangan melimpahkan kesalahan hanya padaku. Jika ada yang harus disalahkan itu adalah kalian berdua. Kalian yang menyembunyikan pernikahan itu. Jika kamu menyebutku pelacur lalu apa bedanya denganmu yang mau dinikahi hanya secara siri?” balas Bulan dengan suara meninggi.   Zahra dan Alfan sama-sama tersentak mendengar lengkingan suara Bulan yang penuh amarah.   “Sudah cukup!” Alfan melerai di antara dua istrinya sebelum keduanya kembali memulai debat. Ia menoleh ke arah Zahra. “Sudah aku bilang, semuanya salahku. Bulan
Baca selengkapnya

BAB 13 - MEMULAI KEMBALI

Semenjak pertemuan antara Bulan dan Zahra, keadaan sedikit mulai membaik sebab mereka sudah saling tahu tentang apa yang terjadi. Alfan berusaha bersikap adil dengan membagi waktunya, tiga hari bersama dengannya dan tiga hari bersama Zahra. Sementara di hari minggu, Alfan meminta waktu untuk sendiri.    Bulan menyetujui tanpa banyak protes, sementara Zahra terlihat beberapa kali tidak menerima keputusan Alfan. Bahkan wanita itu menuntut hari minggu Alfan harus bersamanya karena ia istri pertama.   Jawaban Alfan membuat wanita itu terdiam dengan isak tangis.    “Jangan menuntut terlalu banyak, Zahra. Istri pertama atau kedua tidak ada bedanya, kalian sama di mataku. Seharusnya kamu bersyukur kita bisa bertemu tiga kali dalam seminggu. Dulu kita hanya bertemu dua kali dalam sebulan. Kamu jangan terlihat serakah, Zahra.” Itulah ucapan Alfan yang saat itu terdengar di telinga Bulan.   Begitu te
Baca selengkapnya

BAB 14 - KEMESRAAN INI

Selama beberapa hari Bulan selalu sibuk dengan urusan butiknya. Ia selalu pulang larut malam dan selama itu pula Alfan selalu menunggunya. Hubungannya dengan lelaki itu lebih baik dari sebelumnya. Komunikasi di antara keduanya juga mulai terbuka tentang beberapa hal.   Karena hari ini adalah hari terakhir dirinya bersama dengan Alfan maka Bulan memutuskan untuk pulang sebelum magrib tiba. Ia ingin sedikit memanfaatkan waktu bersama dengan suaminya untuk saling mengenal.    Saat Bulan tiba di rumah ternyata Alfan juga baru saja tiba. Mereka berdua bahkan baru saja turun dari mobilnya masing-masing.   “Tumben pulang sore, Bulan,” ucap Alfan. “Kamu baik-baik saja ‘kan?”    Bulan mengangguk. “Baik. Pekerjaanku sudah selesai makanya aku pulang.”    Keduanya berjalan bersamaan masuk ke dalam rumah. Bulan langsung menjatuhkan tubuhnya di sofa setelah mereka berada di ruan
Baca selengkapnya

BAB 15 - TEKAD ZAHRA

Keduanya duduk di meja makan dalam keheningan. Baik Alfan atau Bulan tidak ada yang bicara sebelum sarapan usai.    Sebelum turun ke meja makan tadi, Bulan sempat menyiapkan beberapa pakaian untuk suaminya selama menginap di rumah Zahra, istri pertamanya. Menyebut istri pertama dan kedua selalu membuat sudut hatinya terluka tapi selalu disembunyikan.   “Nanti pulang aku langsung ke rumah Zahra,” ucap Alfan memulai obrolan.   “Aku tahu. Pakaian dan keperluan Mas Alfan sudah aku siapkan. Jika kekurangan apa pun, langsung hubungi saja,” balas Bulan dengan senyum manis.   “Terima kasih. Maaf harus meninggalkanmu sendiri,” ucap Alfan penuh sesal.    Bulan mengangguk mengerti. Inilah resiko yang harus diambil saat ia memilih bertahan.   “Kita sudah sepakat. Aku mengerti,” sahut Bulan menghentikan. Sebelum pembahasan ini melukai hatinya lebih baik dihentik
Baca selengkapnya

BAB 16 - SAMPAI KAPAN?

“Mau ke mana Mas? Pagi sekali.” Pertanyaan itu terlontar begitu saja dari bibir Zahra yang melihat Alfan tengah bersiap. Padahal waktu masih menunjukkan pukul lima pagi.   “Aku ada urusan pekerjaan,” sahut Alfan tanpa menoleh.   “Kenapa pagi sekali. Jam kantor baru akan buka jam delapan, Mas.” Zahra mendekat sambil menatap Alfan curiga.   “Aku harus mengunjungi salah satu cabang yang baru mulai berkembang. Siang nanti aku akan kembali ke kantor pusat. Jadi jadwalku hari ini benar-benar padat, Ra.”    Zahra menggeleng menolak untuk tidak percaya dengan perkataan Alfan.   Kamu bosnya, untuk apa kamu harus bekerja sekeras ini, batin Zahra miris.   “Aku mungkin akan pulang larut. Jadi, jangan menungguku.” Alfan berbalik badan dan menyentuh bahu Zahra lembut.   “Mas Alfan tidak berniat menghindar, kan?” tanya Zahra dengan cairan bening ya
Baca selengkapnya

BAB 17 - ZAHRA BERTINGKAH

Pagi ini hari sangat tenang dan indah. Matahari baru saja mulai terbit dari cakrawala berwarna merah. Mewarnai langit indah dengan warna jingga yang sangat cantik.   Banyak orang yang telah melakukan aktivitas di luar rumah. Tapi bagi sebagian orang minggu adalah hari untuk bermalas-malasan.   Udara sangat sejuk. Segalanya tampak begitu tenang dan damai, namun tidak demikian dengan salah satu rumah yang terdengar teriakan melengking yang jelas menarik perhatian tetangga di sekitarnya.   Rumah mewah yang telah diatasnamakan Bulan itu tengah kedatangan tamu tidak diundang yang seketika membuat suasana hati Bulan memburuk.   Zahra, wanita itu datang dengan cucuran air mata dan menarik perhatian Alfan dengan wajah polos minta digampar.   Saat Alfan bertanya tentang apa yang terjadi, entah pikiran dari mana tiba-tiba Zahra menjawab, “Mbak Bulan datang dan memberikan ini padaku. Dia me
Baca selengkapnya

BAB 18 - KEDUDUKAN KITA SAMA

Bulan masih tertidur lelap sambil duduk di sisi ranjang Alfan. Sementara Alfan sudah mengerjapkan matanya beberapa kali sebelum manik matanya terbuka.   Matahari mulai terlihat menampakkan sinarnya walau belum meninggi.   Alfan merasakan pusing di kepala. Ia sama sekali tidak mengingat kejadian semalam di mana dirinya mengamuk dan berakhir tidak sadarkan diri setelah menghancurkan seisi lantai satu.   Matanya menunduk dan melihat Bulan tertidur dengan posisi yang jelas tidak nyaman. Sudut bibirnya tertarik ke atas membentuk lengkungan senyum tipis yang sangat manis. Walau dalam kemarahan sekali pun, ternyata wanita itu masih peduli padanya. Perlahan tangan Alfan terulur untuk menyentuh kepala Bulan. Baru sekali usapan, Bulan terlihat terganggu dan bergerak tidak nyaman sebelum membuka mata.    Bulan langsung mengangkat kepalanya saat menyadari yang mengusap kepalanya adalah Alfan.  
Baca selengkapnya

BAB 19 - TEKAD ALFAN

Malam itu ketika Bulan baru saja menunjukkan bukti tentang apa yang dituduhkan Zahra padanya sama sekali bukan kebenaran. Alfan menyeret Zahra pulang ke rumah. Amarahnya benar-benar sudah di ubun-ubun. Apa yang dipikirkan Zahra hingga memfitnah Bulan dengan tuduhan kejam seperti itu.    Rasa-rasanya Alfan tidak mengenali sikap Zahra lagi. Dia telah berubah terlalu banyak semenjak kedatangannya ke Jakarta.   Brak!    Bantingan di pintu membuat Zahra yang mengikuti di belakang terlonjak kaget.   “Mas Alfan, kenapa sekasar ini?!” pekik Zahra dengan mata yang semakin berkaca-kaca.   Alfan menyentak tangan Zahra lumayan keras hingga membuat tangis wanita itu seketika pecah.    “Kamu masih tanya kenapa. Astaga Zahra! Seharusnya kamu sadar kesalahan apa yang kamu lakukan. Kamu menuduh bahkan memfitnah Bulan dengan sesuatu yang sama sekali tidak dilaku
Baca selengkapnya

BAB 20 - MENGHAPUS JARAK

Rumah mewah milik mertuanya benar-benar membuat Bulan betah tinggal di sini. Suasananya begitu tenang dengan pemandangan hijau yang menyejukkan mata. Sudah dua malam mereka menginap di sini. Seharusnya hari ini adalah jadwal Alfan bertemu dengan Zahra namun lelaki itu sama sekali tidak berniat untuk pulang.    Bulan mendekati Alfan yang saat ini sedang sibuk menandatangani beberapa berkas. Semenjak diangkat menjadi penerus HM Group, jadwal Alfan begitu padat.    “Mau aku buatkan kopi, Mas?” tawar Bulan yang melihat beberapa kali Alfan menguap dengan mata yang sayu.   Alfan menggeleng. Di kantor, ia telah menghabiskan beberapa cangkir kopi dan ia tidak mau tekanan darahnya naik karena kebanyakan minum kopi.   “Mas Alfan kalau ngantuk, lebih baik dilanjutkan besok.”    “Sebentar lagi. Aku harus melihat dokumen kerjasama penting ini. Kamu kenapa belum tidur? Ini sudah
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
14
DMCA.com Protection Status