Tiga hari dilewati Bulan tanpa kehadiran Alfan. Sunyi, sepi dan juga kosong. Perasan itu diam-diam dirasakan. Namun Bulan tetaplah Bulan, dia tidak akan mengatakan apa yang dirasakan begitu saja. Walaupun Alfan sering menghubunginya, tapi tidak melihat kehadirannya membuat rindu itu menyergap hatinya. Sore tadi sebelum pulang dari kantor, Alfan mengirimkan pesan bahwa ia masih akan menemani Zahra sampai akhir pekan. Lalu ia membalas seperti biasanya. Jawaban tidak apa-apa selalu masih tetap menjadi andalannya. Setelah makan malam, Bulan memutuskan untuk langsung istirahat. Dipandangi langit-langit kamar dengan sendu. Sekuat apa pun ia menutupi semuanya dengan kata baik-baik saja, nyatanya tidak dengan apa yang dirasakan. “Sampai kapan aku harus bertahan? Keadaan ini benar-benar menyiksa, Tuhan,” gumam Bulan seraya menghapus tetesan bening yang ada di sudut matanya.
Baca selengkapnya