Seorang bocah cilik menatap kosong ke arah pemakaman yang masih terlihat basah. Taburan bunga setaman meninggalkan aroma yang masih terendus kuat dalam silia hidung.“Ayah, katakan! Apa yang harus Rin lakukan sekarang,” desah bocah cilik berkulit putih itu. “A-Airin takut, Yah. Airin bingung. Airin pengen banget nangis. Tapi, kenapa sampai sekarang air mata Airin nggak juga bisa keluar. Seandainya ayah dan ibu masih ada, pasti Airin nggak sebingung ini.”“Rin ingat, ayah selalu bilang, kalau ayah nggak ingin punya anak cengeng, kan? Tapi Yah, untuk kali ini, Airin ingin menjadi anak cengeng. Izinkan Airin menangis. Izinkan Airin untuk menjadi anak manja yang ingin dipeluk oleh ibu dan ayahnya. Airin ingin seperti itu, Yah…”Nyatanya, bocah Airin memang telah berusaha keras untuk meneteskan air mata. Tapi, butiran bening itu pun tidak kunjung leleh dari netranya. Dan, apakah dengan begitu ia harus bersyukur atau justru bersedih? Kekerasan sang ayah dalam mendidiknya, ternyata telah mem
ปรับปรุงล่าสุด : 2021-10-26 อ่านเพิ่มเติม