หน้าหลัก / Romansa / Perempuan Kopi / บทที่ 21 - บทที่ 30

บททั้งหมดของ Perempuan Kopi: บทที่ 21 - บทที่ 30

78

Adrian dan Kekasihnya (21)

Hujan deras mengguyur ketika hari merangkak gelap. Adrian duduk di sebuah kafe menikmati secangkir espresso sendirian. Kedatangan Tania serta pertengkaran kecil yang terjadi di antara dia dan Sandy di ruang prakteknya siang tadi, membuat otaknya mengusut seketika.Sebuah notifikasi pesan terpampang di layar ponselnya.“Adrian, apa kamu masih di rumah sakit?”Sebuah pesan dari Airin. Adrian tersenyum, lalu mulai membalasnya, “Aku sudah di luar rumah sakit, Kak. Di sini hujan.”Ponselnya berdering. Airin melakukan panggilan.“Halo, Kak.”“Kamu di mana, Yan? Aku ada di depan rumah sakitmu,” suara Airin terdengar dari ujung sana.“Untuk apa Kakak di sana?”“Hmm… aku baru saja bertemu dengan Juli.”“Ah! Aku sudah tidak di sana. Aku ada di kafe tidak jauh dari rumah sakit, Kak.”“Oh begitu.”“Aku akan menyusulmu ke sana,” ujar Adrian.“Tidak perlu. Biar aku yang menemuimu di sana. Kamu share saja lokasinya , ya? Bye!”“Tapi, Kak…”Airin telah mematikan ponselnya.“Bukan Airin namanya kalau n
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2021-10-12
อ่านเพิ่มเติม

Penolakan Airin (22)

Adrian menatap Airin yang masih terbengong-bengong setelah mereka berciuman.“Kak, aku ingin bersamamu…” ujar Adrian kemudian.Airin tidak bisa memikirkan apa pun kecuali berusaha keras menurunkan degub jantungnya sendiri. Debaran itu terlalu kuatnya, hingga mampu mengosongkan pikiran dan membungkam mulutnya.“Adrian, apa yang kamu lakukan?” Hanya itu, sepenggal kalimat yang mampu diucapkan oleh Airin.“Aku ingin bersamamu, Kak. Mari kita menikah…”“Kamu pasti mabuk?” Airin menggelengkan kepala. “Untuk kali ini, aku memaafkan perbuatanmu…” ujar Airin kemudian berlalu meninggalkan Adrian yang terpaku di tempatnya.***Airin kembali duduk di depan komputer dalam ruang kerjanya. Perempuan itu menyentuh bibirnya dengan jemari tangan. Ia merasakan jantungnya seolah akan meledak. Debarannya begitu kuat. Airin mulai menangis. Kesedihan bergelayut begitu dalam dalam palung hatinya. Ia mulai meragu dengan segala yang terhampar di hadapannya. Sandy yang menghancurkannya dan Adrian yang mengingin
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2021-10-13
อ่านเพิ่มเติม

Masa Lalu Airin (1) (23)

Pagi itu Adrian bangun lebih awal. Ia ingin mantan kakak iparnya tidak melakukan apa-apa, kecuali menjalankan beberapa daftar list yang sudah dibuatnya. Hari ini Adrian berencana mengajak Airin keluar rumah untuk melakukan perjalanan. Ia ingin membuat Airin lebih rileks.Airin terheran-heran, ketika Adrian sudah menyiapkan segalanya. Sarapan dalam kotak piknik, setermos kopi dan yang lebih mengherankan lagi, Adrian telah membereskan rumah.“Kakak hanya butuh membereskan diri saja,” ujarnya sembari memasukan beberapa camilan ke dalam ransel.“Kita mau ke mana?” tanya Airin bingung seraya garuk-garuk kepala.“Ada sesuatu yang akan kita lakukan, Kak.”Airin masih bergeming ditempatnya.“Jangan terlalu lama. Nanti kita bisa kena macet di jalan.”Airin pun menurut. Ia segera masuk ke dalam kamar mandi. Perempuan itu tidak perlu menghabiskan waktu lama untuk membersihkan tubuhnya. Lalu, segera bersia-siap.“Bawalah beberapa pakaian, Kak.” Suara Adrian dari lantai bawah terdengar.“Yan, apa k
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2021-10-23
อ่านเพิ่มเติม

Masa Lalu Airin (2) (24)

Seorang bocah cilik menatap kosong ke arah pemakaman yang masih terlihat basah. Taburan bunga setaman meninggalkan aroma yang masih terendus kuat dalam silia hidung.“Ayah, katakan! Apa yang harus Rin lakukan sekarang,” desah bocah cilik berkulit putih itu. “A-Airin takut, Yah. Airin bingung. Airin pengen banget nangis. Tapi, kenapa sampai sekarang air mata Airin nggak juga bisa keluar. Seandainya ayah dan ibu masih ada, pasti Airin nggak sebingung ini.”“Rin ingat, ayah selalu bilang, kalau ayah nggak ingin punya anak cengeng, kan? Tapi Yah, untuk kali ini, Airin ingin menjadi anak cengeng. Izinkan Airin menangis. Izinkan Airin untuk menjadi anak manja yang ingin dipeluk oleh ibu dan ayahnya. Airin ingin seperti itu, Yah…”Nyatanya, bocah Airin memang telah berusaha keras untuk meneteskan air mata. Tapi, butiran bening itu pun tidak kunjung leleh dari netranya. Dan, apakah dengan begitu ia harus bersyukur atau justru bersedih? Kekerasan sang ayah dalam mendidiknya, ternyata telah mem
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2021-10-26
อ่านเพิ่มเติม

Masa Lalu Airin (3) (25)

-23-Masa Lalu Airin (3)Adrian terbangun ketika ia mendengar Airin muntah-muntah di dalam kamar mandi. Perempuan itu mengeluarkan semua isi perutnya tanpa sisa.“Kakak sakit?” tanya Adrian, ketika ia melihat Airin keluar dari kamar mandi dengan wajah pucat. Perempuan itu menggeleng.“Lalu?”“Aku hanya sedikit mual, Yan. Tapi, aku baik-baik saja, kok.”Adrian terdiam.“Sebaiknya aku tidur, Yan.” Airin berujar sambil mematikan laptopnya. Lalu, berjalan menuju ranjang setelahnya.Adrian bangkit dari duduknya, Ia berjalan ke sisi ranjang Airin. Memasangkan selimut, setelah Airin merebahkan diri.“Istirahatlah, Kak.”Airin tersenyum, lalu membalikkan badan, memunggungi Adrian. Laki-laki itu pun mulai mematikan lampu besar dan menggantinya dengan lampu meja yang lebih temaram. Sebelum ia kembali merebahkan diri.Airin sebentar menoleh ke arah Adrian yang mulai kembali tertidur, lalu kembali menatap ke arah dinding di hadapannya. Air matanya leleh. Ia benci harus mengingat kejadian itu.***
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2021-10-27
อ่านเพิ่มเติม

Jauhi Kekasihku! (26)

Di koridor rumah sakit, Adrian dan Tania saling berhadapan. Tania tampil cantik dengan blouse bunga-bunga merah itu. Ia kelihatan begitu percaya diri di hadapan Adrian. Sampai detik ini, perempuan itu masih sangat yakin bahwa apa yang terjadi di antara mereka pasti dapat terselesaikan.“Kita sudah bertunangan, Yan. Ingat itu!” ujar Tania seraya menatap Adrian lembut. “Aku akan berusaha keras merubah perilakuku. Mungkin, kemarin aku terlalu posesif dan kasar padamu. Tapi, aku memiliki alasan yang jelas untuk itu, Yan. Aku cemburu!”“Apa pun alasanmu, Tania. Kupikir, kita memang harus membicarakan kembali hubungan kita. Sejujurnya, aku ingin mengakhiri semuanya.”Jantung Tania berdegup. Namun, perempuan itu coba menahan diri agar emosinya tidak terpancing. “Apa karena perempuan itu?” tanyanya hati-hati.“Entahlah,” jawab Adrian pelan. “Aku hanya ingin melepaskanmu. Itu saja.”“Adrian,” Tania berujar seraya tersenyum miring. “Mana bisa kau memberiku alasan seperti itu?”“Lalu, alasan apa
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2021-10-28
อ่านเพิ่มเติม

Penyesalan Seorang Sandy Keenan (27)

Airin meletakkan secangkir teh di atas meja tepat di hadapan Tania yang tengah duduk di atas sofa pendek.“Sebenarnya, aku sedikit kecewa. Ternyata Kak Rin tidak tahu apa pun,” perempuan itu berujar seraya menatap ke arah Airin.Airin duduk di hadapan Tania. Ia berkata sembari menatap ke arah perempuan itu dalam, “Kenapa kamu tidak tanyakan pada Adrian saja?”Tania menggeleng. “Kami selalu bertengkar bila membahas ini.”Airin mengusap belakang lehernya sebentar, lalu kembali berujar, “Kupikir, Adrian adalah orang yang paling bisa diajak bicara.”“Benarkah?” Tania menatap Airin dalam.“Sepanjang pengetahuanku,” jawab Airin cepat. “Aku telah lama mengenalnya.”Tania terdiam. Lalu, perempuan itu pun mulai berkata, “Sepertinya, kalian sangat dekat?”Airin terdiam. “Entahlah.” Ia menggeleng, kemudian kembali berujar, “Aku tak ingin bicara sesuatu yang aku sendiri nggak terlalu yakin. Sebaiknya, kamu tanyakan saja padanya.”Tania membuang arah pandangnya pada rak-rak buku. Lalu, ia mulai ban
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2021-10-30
อ่านเพิ่มเติม

Perdebatan Airin dan Adrian (28)

Sandy duduk dengan gelisah di hadapan Airin. Mantan istrinya itu masih terus menunggu, setiap kalimat yang akan meluncur dari bibir laki-laki yang pernah mengisi hatinya dengan jutaan bunga warna-warni itu. Namun akhirnya, dengan kakinya sendiri pun, taman bunga yang tumbuh dengan subur itu diinjak-injaknya sampai mati.“Airin. Aku yakin, kau pasti mengenal Tania? Perempuan itu telah bertunangan dengan Adrian. Itu sebabnya, tolong jaga nama baik keluarga Keenan. Adrian tidak boleh meninggalkan Tania hanya untuk bersamamu.”“Aku nggak pernah meminta Adrian untuk berada di sisiku. Bukankah kamu sendiri yang mengirimnya ke sini, Kak? Dan, kalau pada akhirnya dia terikat padaku, apa itu juga salahku?”“Airin… kamu nggak mengerti juga, ya. Kalau aku mencemaskanmu. Itu sebabnya aku mengirimnya.”“Sandy! Persetanlah dengan itu semua!”Sandy tertegun. Airin tidak pernah sekasar itu padanya, walaupun ia dalam kondisi buruk sekali pun.“Bukan padaku,” ujar Airin kemudian, “tapi pada Adrian. Kamu
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2021-10-31
อ่านเพิ่มเติม

Ketika Cinta Berharap untuk Kembali (29)

Langkah kaki Airin terhenti tepat di depan halaman rumah, sepulangnya dari kantor Juli. Perempuan itu tertegun tatkala menemukan Sandy berdiri hanya beberapa langkah di hadapannya.“Apa aku mengejutkanmu?” Sandy membuka suara.“Ya. Pastinya…” jawab Airin.Sandy nampak menghela napas panjang.“Aku tidak tahu alasanmu terus menerus menemuiku, Kak. Bila itu karena Tania dan Adrian, sebaiknya kamu bicara dengannya, bukan denganku.”“Bukan hanya tentang Tania dan Adrian. Tapi, ini juga tentang rasa bersalahku padamu.”Airin membuang arah tatapnya.“Airin, aku tahu, aku telah bersalah padamu.”“Cukup, Kak. Aku tidak ingin membahasnya lagi. Kamu sudah memutuskan untuk pergi dariku, itu artinya, semua telah selesai.”“Airin…”“Kumohon, berhentilah menggangguku…”Usai bicara demikian, Airin berlalu.“Aku tidak akan pergi, kalau kamu tidak mau bicara dan memaafkanku Airin,” ujar Sandy.Airin tidak bergeming. Ia terus melangkah masuk ke dalam rumah. Lalu menutup pintu. Di balik pintu, perempuan i
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2021-11-05
อ่านเพิ่มเติม

Letupan Kecil yang Membakar Jiwa (30)

Adrian memarkirkan kendaraannya di halaman rumah Airin. Ia tertegun, tatkala melihat sebuah mobil terparkir di halaman rumah Airin. Yang membuatnya heran. Ia merasa tidak asing dengan mobil itu. Secara perlahan, lelaki itu pun memasuki teras dan mendapati pintu rumah tertutup. Adrian mulai menekan bel. Pintu pun dibuka. Tampak kepala Airin menyembul dari balik pintu. Laki-laki itu agak sedikit lega, karena ia tidak perlu menunggu terlalu lama.“Adrian…” mata Airin membulat. “Kamu pulang cepat?”“Kenapa Kakak begitu terkejut?”“Hmm… ada Sandy di sini,” jawab Airin terus terang.Adrian menatap Airin yang terlihat kikuk di hadapannya.“Apa aku boleh masuk?” sindir Adrian.Seolah sadar sedari tadi Airin hanya membuka pintu separuh, ia pun mulai membuka pintu itu lebar-lebar.“Ma-masuklah, Yan.” Airin berdiri di sisi pintu seraya menatap Adrian, sedang yang ditatap hanya melirik sekilas lalu berlalu menuju tangga.Airin menutup pintu lalu dengan segera mengejar Adrian. Sandy yang diam-diam
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2021-11-06
อ่านเพิ่มเติม
ก่อนหน้า
1234568
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status