Home / Fantasi / Selubung Memori / Chapter 441 - Chapter 450

All Chapters of Selubung Memori: Chapter 441 - Chapter 450

595 Chapters

440. AIR MATA #5

Aku benar-benar menghabiskan waktu di sana sampai detik terakhir.“Nanti Bibi yang mengunjungimu,” katanya. “Jangan sering kemari.”“Ada larangannya?”“Forlan, perbatasan diciptakan untuk mengurung arwah sepertiku. Manusia tidak semestinya berinteraksi dengan arwah. Pada dasarnya, batas waktu ada karena manusia dan arwah perlu pembatas. Bibi juga harus bekerja. Bibi akan datang saat bisa ke sana. Kembalilah.”Bibi mengantarku sampai ke lift. Namun, tak bisa terlalu dekat. Sekitar dua puluh meter, Bibi berhenti. “Bibi hanya bisa mengantarmu sampai sini.”Aku mengerti maksudnya, jadi ketika aku sudah di dalam lift, Bibi langsung melambaikan tangannya—membuatku teringat kenangan pedih yang semestinya tak kuingat. Aku tidak mau menangis lagi, jadi aku tersenyum, balas melambaikan tangan. Dunia perbatasan ini juga dibalut kabut tipis, membuatnya kelewat mirip dengan detik-detik itu. Bahka
last updateLast Updated : 2024-02-01
Read more

441. AIR MATA #6

“Perlu kuakui sudah lama kalian tidak bertengkar di dekat klinik,” sambut Isha, saat kami memasuki klinik. Tara dan Moli tertawa kecil di belakang.“Memangnya terdengar, ya?” tanya Lavi, agak merona.“Tidak terlalu. Tapi cukup ribut.”“Mana anggota barumu?” tanyaku.“Di dalam. Dengan Dokter Gelda. Niko bangun beberapa jam yang lalu, jadi mereka memeriksa situasinya. Hanna berpengalaman dengan trauma. Sebenarnya dia tidak terlalu suka menangani orang dengan trauma, tapi dia tidak menyangkal kalau punya cara membantunya. Sungguh, kedatangan Hanna sangat membantu tim medis. Aku yakin belum pernah bertemu orang bertalenta super yang menyadari talentanya sendiri daripada orang lain.”Aku bisa bayangkan itu pada Hanna. Terlepas dari yang terjadi pada masa lalunya yang dipenuhi perundung, dia memang bertalenta.“Irene ingin bertemu denganmu,” kata Tara, padaku. “Kamarnya
last updateLast Updated : 2024-02-03
Read more

442. AIR MATA #7

Dokter Gelda ingin bicara denganku, tetapi Lavi melarang keras.Ketika Lavi disibukkan Dokter Gelda, Hanna menghampiriku. “Aku senang kau kembali. Kalau kau merasa tidak baik, datanglah ke tim medis.”“Kau benar-benar sudah menyatu,” aku memujinya.“Katanya kau sering terluka, jadi jangan ragu datang padaku.”Aku berterima kasih, tetapi sebaiknya dia melupakan konsep itu.Pada akhirnya, urusan Lavi dengan Dokter Gelda selesai dengan gagasan Dokter Gelda: “Aku akan mengajakmu bicara setelah Lavi mengizinkanmu. Agak aneh, tapi aku menyetujuinya. Untuk saat ini, dia yang lebih mengerti kondisimu.”“Maaf membuat Dokter kerepotan,” kataku.“Mendengarmu sering minta maaf saja sudah memperkuat gagasan Lavi.”“Kau butuh teman mengobrol, Forlan?” tanya Tara.“Lavi bisa menghabisiku kalau aku mengajak bicara orang lain saat dia saja belum ben
last updateLast Updated : 2024-02-05
Read more

443. TAPAK TILAS #1

Aku terbangun kembali ketika tengah malam.Kuputuskan keluar kamar, mendapati gerhaku gelap.Kurasakan Reila dan Fal di ruangannya, tertidur. Pita keluar bersamaku. Dia langsung menghampiri kotak makan yang sudah terisi sebelum masuk ruanganku. Aku menghampirinya juga, mengangkat kotak makan itu, membawanya keluar ke beranda belakang. Kali ini Pita tidak mengeong. Hanya mengikutiku.Ketika aku duduk dan dia mulai makan, aku mengusap bulunya.“Kata Isha, kucing itu salah satu hewan yang mampu merasakan kesedihan. Aku tidak merasa rautku sedih, tapi kau barangkali mengerti lebih dariku. Lavi pasti juga seperti itu. Pita, aku ini tidak tahu diuntung, ya, padahal Lavi memerhatikanku, tapi aku tidak mau dengar.”Pita mengeong.“Aku tidak mengerti bahasamu. Aku bukan Nadir, tapi kuanggap kau tadi mengumpat. Nada suaramu sama seperti saat aku tidur menindihmu. Penuh benci.”Dia mengeong lagi. Aku berusaha memahaminya
last updateLast Updated : 2024-02-07
Read more

444. TAPAK TILAS #2

Kalau kemarin pagi-pagi buta aku sudah di pemakaman, hari ini aku sudah di gerha Lavi, menatap wajahnya yang tertidur dari jarak kurang sejengkal.Jangan tanya caraku masuk, yang penting aku sudah di sini.Aku ingin membangunkannya dengan cara inovatif, tetapi ideku sedikit—terutama karena aku sudah tergoda menciumnya. Beruntungnya, aku meleset. Aku mencium pipinya—kuharap aku melakukannya dengan penuh perasaan, dan kurasa itu cukup berhasil. Lavi terbangun. Pipinya bergerak, jadi aku menarik diri, dengan lembut mengusap kepalanya hingga matanya terbuka.“Hai,” sambutku, “selamat—” Aku agak tidak yakin. “—fajar.”“Hm,” dia tersenyum, membuka kecil matanya, “meleset?”“Matamu belum terbuka saja sudah bisa meledek, ya.”“Sekarang jangan meleset.”Jadi, aku menciumnya. Kali ini tidak meleset. Dan lagi-lagi Lavi tidak mau membiarkan
last updateLast Updated : 2024-02-09
Read more

445. TAPAK TILAS #3

Kami mengajak Fal ketika ke ladang bunga.Sebenarnya Fal juga sudah mencoba meraihku ketika aku bersedih. Hanya saja, semua tidak berujung baik. Ketika aku mengurung diri di kamar, Reila cerita kalau Fal berusaha membuka paksa pintu—katanya ingin memaksaku keluar. Dan Pita juga bersamaku, jadi Fal kehilangan dua orang yang menemaninya bermain. Dia mengobrak-abrik gagang pintu—aku tidak yakin apa yang sebenarnya ingin diucapkan Reila, tetapi kubayangkan Fal mengguncang gagang pintu berulang kali berharap itu terbuka—dan dia juga hampir menjerit. Bahkan Fal sudah menangis. Reila berhasil menenangkannya, mengatakan kalau aku butuh waktu, dan saat itu Pita sedang berusaha menenangkanku. Fal masih tidak terima. Pada akhirnya, bala bantuan datang. Tara mengambil alih Fal. Dia membelokkan perhatian Fal dengan membawanya pergi ke Profesor Merla. Lalu dia tertidur di sana, dibawa pulang oleh Tara sebelum jam malam karena mungkin saja aku sudah terbangun. Ternyata tid
last updateLast Updated : 2024-02-11
Read more

446. PESTA KANO #1

Fal lanjut ke klinik ketika aku dan Lavi berbelok ke Balai Dewan. Kubilang, “Kami mau kerja. Nanti kita main lagi.” Dan dia menurut.Kami masuk ke ruangan tim peneliti, mendapati musik sangat keras sedang memenuhi ruangan. Jesse duduk santai di kursinya, membaca buku. Nuel bernyanyi sumbang, Asva tampaknya asyik sendiri dengan penyumbat telinga, Sani dan Nora mendiskusikan sesuatu. Arkha mengetik, yang dengan cepat langsung berseri-seri ketika melihat Lavi masuk ruangan. Sungguh, ruangan itu sepertinya menjadi lebih besar tanpa sepengetahuanku. Meski bertambah tiga orang, ruangan tidak kelihatan sesak. Justru rasanya lebih bercorak. Sekarang ruangan memiliki ventilasi—satu-satunya teknologi alami yang selama ini mereka hindari.Nuel langsung mematikan musik ketika menyadari kami masuk. “Oh, halo. Lama tidak lihat kalian berkunjung kemari.”Jesse juga akhirnya sadar, berbalik. “Wah, Bocah Alam.”“Hai, Jesse,&
last updateLast Updated : 2024-02-15
Read more

447. PESTA KANO #2

Setidaknya, aku langsung latihan dengan Lavi setelah obrolan panjang.Dan setelah puas kalah membidik target dengan Lavi, aku memintanya ikut geng idiot memancing. Aku harus ambil ikan untuk Reila, dan secara teknis, Lavi pernah bilang kalau ingin ikut tongkrongan idiot. Itu membuat Lavi berseri-seri—mengatakan kalau dia juga ingin nongkrong bareng.“Kali ini aku takkan pisah kano denganmu,” kata Lavi.“Aku memang tidak mau ada penumpang lain di kano kita.”Maka aku dan Yasha menyeret kano ke pinggir danau. Cuacanya lumayan janggal—masih cukup mendung, dan Haswin dengan polos berkata, “Mungkin kita bisa sampai Pulau Pendiri kalau memancing sekarang,” yang sejujurnya sanggup mengundang celaan Dalton, tetapi entah bagaimana kami tetap lanjut. Lavi bahkan punya gagasan membawa lima jus jeruk, sebagai bentuk perayaan kami.“Kau satu kano dengan siapa?” tanya Dalton, padaku.“Kau m
last updateLast Updated : 2024-02-17
Read more

448. PESTA KANO #3

Besoknya, aku baru teringat lagi janjiku dengan Bibi. Jadi, aku berniat mulai memberitahu Lavi semua hal yang perlu dia mengerti tentang arwah.Saat itu sedang hujan deras. Kami terpaksa mengakhiri latihan kami di hutan belakang Padang Anushka. Kami berlatih merebut batu dengan kemampuan. Cukup sengit, tetapi tiba-tiba hujan turun, dan aku tidak mau berlatih saat hujan. Lavi mau lanjut menuntut, “Kau pasti sengaja menurunkan hujan karena mau kalah!” Padahal di antara kami, dia yang sudah cukup kepayahan. Kami bertempur satu sama lain sejak selesai jam sarapan sampai hampir sore. Non stop. Jelas saja kami lelah. Hal beruntungnya, pemenang belum ditentukan karena hujan menghentikan kami.Jadi, setelah berhasil mengguyur diriku sendiri dan wangi Lavi semerbak di setiap helai yang kupakai, aku meluruskan kaki di bawah sofa ruang tengah Lavi. Kehangatan karpet bulu menenangkanku. Aku meletakkan kepala di sofa, melihat langit-langit, merasakan tubuhku mulai kemba
last updateLast Updated : 2024-02-19
Read more

449. PESTA KANO #4

Irene dan Niko sudah mengenal Fal.Tentu saja. Fal selalu bermain bersama Tara dan tim medis—belakangan Fal juga semakin dekat dengan Hanna, jadi Fal akan mengenal para pasien di klinik lebih dulu dari para penghuni. Itu mengizinkan Fal mengulik lebih dalam soal Irene dan Niko—yang Fal bilang padaku adalah, “Mereka seperti ketakutan.”Pada akhirnya, aku juga berkenalan dengan Niko. Pemuda pendiam yang rambutnya baru dirapikan. Di lengannya tersisa bekas luka—yang menurut Isha: “Jauh lebih banyak di punggung.” Dan itu juga tergambar di wajahnya seolah ada beban yang tidak bisa terangkat. Matanya kelihatan seperti sehabis menangis. Dan dengan yakin Isha bilang padaku juga. “Dulu dia tidak begini. Dulu Niko memang pendiam, tapi dia pekerja keras. Dia bicara seperlunya, tapi juga asyik. Dia mengerti tentang kebun. Kadang membantu tim stok, tapi dia anggota tim penyerang. Dan dia ahli tombak. Dia nomor satu di jamannya.”
last updateLast Updated : 2024-02-21
Read more
PREV
1
...
4344454647
...
60
DMCA.com Protection Status