Home / Fantasi / Selubung Memori / Chapter 461 - Chapter 470

All Chapters of Selubung Memori: Chapter 461 - Chapter 470

595 Chapters

460. DARAH MONSTER #3

Malam itu kami bermalam di kedalaman tanah.Hanya itu satu-satunya tempat masuk akal yang terpikirkan. Lavi juga sudah mencetuskan hal sama. “Sebenarnya aku punya ide bertengger di pohon, lalu kita bergantian tidur, tapi tampaknya itu bukan ide bagus. Jadi, lebih baik aku minta kau buat semacam cekungan tanah, lalu buat jebakan alami dari pepohonan. Itu berguna menghindari hewan buas.” Aku sepakat pada gagasan itu.Sebenarnya disebut cekungan tanah juga kurang tepat. Di tengah hutan alam liar sebelum gelap, kami menemukan semacam perbedaan ketinggian tanah yang membentuk tebing kecil. Perbedaan ketinggiannya sekitar lima meter. Hanya ada dinding tanah, tetapi ketika Lavi melihatnya, dia langsung punya ide. “Forlan, kau bisa membuat cekungan tanah di dalam sini? Yang tidak bisa hancur?”Kulakukan, lalu menutupinya dengan pohon. Dari luar, tidak akan kelihatan ada cekungan tanah. Masalahnya hanya satu: penerangan. Kami tidak bisa membuat ap
last updateLast Updated : 2024-03-14
Read more

461. DARAH MONSTER #4

Meski sudah berusaha menghindarinya, aku tetap bermimpi.Dan aku tidak tahu harus bersyukur atau tidak, tetapi kilasan pertama yang kulihat ketika sadar tengah bermimpi, adalah citra Bibi di gubuknya. Lagi-lagi dan lagi. Fin sempat memperingati kalau mungkin akan berkali-kali melihat Bibi dalam mimpi—ingatan Bibi akan semakin bercampur dengan ingatanku tanpa henti—dan aku sudah berusaha mempersiapkan diri. Namun, tetap saja rasanya menyakitkan. Rasanya pedih melihat Bibi dalam mimpi.Citra pertama yang kulihat, adalah Bibi yang duduk di kursi goyang—agak kelihatan bosan karena dia memandang ladang bunga dengan sorot lurus. Aku agak asing dengan jalur waktu yang terjadi di mimpi ini—sampai tiba-tiba Ibu terlihat di citra itu, membawakan dua cangkir ke meja beranda. Ibu duduk di sebelah Bibi—duduk di kursi goyang lain. Kupikirkan mereka akan mengobrol, tetapi dalam jeda panjang yang membuat mereka memandang ladang bunga, mereka hanya diam.
last updateLast Updated : 2024-03-16
Read more

462. DARAH MONSTER #5

Aku terbangun satu jam lebih awal dari Lavi.Lavi masih terlelap. Dari jam tangannya, jarum jam masih sekitar 4 pagi.Posisi kami tidak berubah. Aku masih memeluk Lavi. Lavi juga semakin nyaman menyandar. Kuputuskan tetap di posisi itu. Kalau pun berubah, barangkali hanya Lavi yang mengerang kecil karena kenyamanannya terganggu. Aku berusaha sebaik mungkin membuatnya tetap nyaman meski juga berusaha mencari posisi.Kabar baiknya, dia tidak bangun. Kabar buruknya, aku tidak bisa bergerak. Satu-satunya yang bisa kulakukan hanya menyandar lembut ke sisi kepalanya, atau semakin memeluknya. Kurasa keadaan ini juga tidak buruk.Lavi baru bangun sekitar jam lima. Sejujurnya aku tidak sadar karena juga memejamkan mata. Aku hanya merasa tiba-tiba dia bergerak lebih banyak, lalu aku merasa ada yang mencium pipiku, jadi aku membuka mata, dan kusadari dia sudah bangun. Matanya setengah terbuka. Masih setengah mengantuk. Lavi memasang senyum lebar sembari menyandar di
last updateLast Updated : 2024-03-18
Read more

463. DARAH MONSTER #6

Sebelum berangkat, aku memberitahu Lavi semua situasi yang kumengerti dari pemantauan yang kulakukan bersama Fin.“Sejujurnya tidak banyak berhasil,” jelasku. “Fin sulit membuat komunikasi dengan roh alam sekitar sana. Katanya populasi roh alam di sana sangat minim—yang menurutku dan juga Fin cukup janggal. Alam liar selalu punya populasi roh alam paling berlimpah. Kalau pun minim, biasanya antara dua hal.”“Dua hal,” gumam Lavi, memahami.“Pertama, karena batu kristal musuh—penyebab yang berhasil kita mengerti dari misi gubuk hutan. Yang dalam artian lain, keberadaan monster juga membuat roh alam menjauh. Mereka benci keberadaan monster.”“Oke. Kedua?”“Tempat itu bekas pertumpahan darah.”Kurang lebih Lavi tidak bergeming sama sekali mendengar itu. Jangankan mengubah ekspresi, sorotnya saja tidak berubah seolah sudah menduga itu.“Jadi, pemisah
last updateLast Updated : 2024-03-20
Read more

464. DARAH MONSTER #7

Medan menuju titik putih ternyata semakin terjal—yang semakin membuat Lavi curiga tentang keberadaan musuh. Gagasan musuh selalu membuat markas di area sangat terjal masih terbayang jelas di kepala kami.Dan kurang lebih aura ketika kami semakin dekat titik putih juga semakin dingin. Kuanggap itu karena persepsi kami yang kacau—semua asumsi buruk sudah memenuhi kepala kami, jadi rasanya gagasan aneh mulai menguasai jalannya misi. Bukan berarti itu buruk, tetapi itu mengganggu pola pikir selama misi.Kurasa titik putih itu memang hanya bisa dilihat dari dekat. Topografi hutan semakin kacau—ranting pohon sudah tidak punya bentuk lagi, ada yang berputar-putar di dekat tanah, ada yang melingkar ke segala arah, ada yang dipenuhi lumut sampai mirip tanah, ada juga pohon berdahan raksasa tanpa daun yang menghalangi jalan—sungguh, itu membuat kami tidak bisa melihat area depan cukup jelas. Kalau pun ada yang harus kami waspadai, itu bukan dinding putih
last updateLast Updated : 2024-03-22
Read more

465. DARAH MONSTER #8

Lavi memakai kompas dan peta agar kami bisa tetap mengarah ke titik akhir patroli. Dilihat dari perbedaan panjangnya jalur yang kami lalui di peta, Lavi punya gagasan: “Mungkin sekitar sebelas jam perjalanan. Kita bisa sampai di titik patroli saat malam. Bagaimana?”“Dengan asumsi tidak ada musuh,” kataku, mengingatkan.“Dan tidak ada halangan berarti lain.” Lavi menghela napas. Kami tidak lagi terlapiskan kabut. Dia kembali memberikan peta padaku, lalu menyimpan kompas dalam jubah. Awalnya Lavi melihat titik patroli di kejauhan, tetapi kemudian dia kembali menoleh, melihat genangan air di dalam dinding. Kami masih di puncak dinding putih. Tidak ada yang mencurigakan, kecuali genangan air.Kalau kupikirkan pemisah alam hanya wilayah jurang kecil, itu jelas salah. Dinding ini benar-benar luas. Kami butuh waktu hanya untuk sampai di jalur—yang menurut Lavi—kembali pada jalur misi. Kami mengitari hampir setengah dindi
last updateLast Updated : 2024-03-24
Read more

466. DARAH MONSTER #9

Sore harinya, kami tiba di titik tujuan patroli. Lebih cepat dari perkiraan.Titik tujuan patroli kami ternyata hanya hutan biasa. Lavi memeriksa lokasi koordinat dengan alat pelacak—yang tampaknya mulai kelihatan fungsinya karena kami berhasil menemukan cara membaca koordinat di peta buatan Nuel. Jadi, titik tujuan kami hanya hutan biasa. Sangat normal—senormal trek yang kami lalui di sepanjang perjalanan. Hanya kumpulan pohon dan rerumputan tinggi di alam liar. Pemandangan biasa yang bisa ditemui siapa pun di tengah misi.Lavi juga memakai alat pelacak gelombang yang digunakan tim penjelajah musuh. Entah bagaimana tim peneliti berhasil menduplikat alat cukup berlimpah—tampaknya Dalton juga terlibat di pembuatannya. Namun, sejauh yang kuingat dari bentuk alat, kini alat itu lebih bersahabat digenggam. Setidaknya, alat itu lebih mirip seperti ponsel kecil yang tidak perlu ruangan besar untuk penyimpanan. Kami bisa menyelipkan itu di lapisan jubah atau
last updateLast Updated : 2024-03-26
Read more

467. DARAH MONSTER #10

Kalau ini Ibu, dia pasti sudah mencabut izin misi Lavi.Pada akhirnya, Lavi adalah darah murni. Aku tahu Lavi tidak berniat terlihat rapuh ketika bersamaku. Jadi, barangkali sesuatu telah bangkit dalam kurun waktu tertentu, yang bahkan tidak bisa kusadari. Sebagai ganti kemampuan yang semakin kuat, darah murni juga meminta bayaran. Itu konsep yang selalu terjadi pada tubuh kami. Aku punya asumsi bahwa sebagai ganti kemampuannya yang menguat—Lavi yang bisa mendeteksi alam liar, Lavi yang bisa mendengar roh alam—kewarasan Lavi, sedikit demi sedikit juga mulai direnggut.Di titik ini, akhirnya aku mengerti mengapa hampir tidak ada darah murni yang berhasil mencapai titik puncak kekuatannya.Dan memangnya ada puncak bagi kami?Maksudku, sebelum kekuatan darah murni mencapai titik puncak, sesuatu pasti telah direnggut dari mereka. Jenderal harus kehilangan keluarganya—bahkan satu-satunya orang yang dia cintai, putranya, penglihatannya—d
last updateLast Updated : 2024-03-28
Read more

468. KATA SANDI #1

Kami punya perjanjian akan kembali begitu matahari terbit.Namun, saat aku terbangun, pagi masih belum tiba, dan terlepas apa pun itu perjanjian kami tentang apa yang harus dilakukan orang yang bangun pertama, aku sudah melupakannya. Aku tergoda membangunkan Lavi, dan aku baru sadar sudah terlalu keras membangunkannya sampai dia mengira ada serangan. Kesadarannya masih setengah saat aku berkata, “Lavi, aku mimpi buruk.”Dia bukan tipe yang akan marah bila dibangunkan mendadak, dan di tengah situasi misi, kami tahu dibangunkan secara tiba-tiba bukan lagi sesuatu yang aneh. Jadi, Lavi bangun—Lavi bukan tipe yang bisa dengan cepat mengembalikan semua kesadaran, tetapi dia berhasil—lalu mendengar semua penjelasan mimpiku. Akhir-akhir ini ada banyak mimpi yang cepat kulupakan, jadi mumpung ingatan itu masih sangat segar, aku bisa menjelaskan semua detail penting pada Lavi.Aku bahkan agak ragu bisa menyimpulkan apa yang terjadi pada mimpiku, j
last updateLast Updated : 2024-03-30
Read more

469. KATA SANDI #2

Padang Anushka sepi ketika kami tiba. Satu-satunya yang menyambut kami hanya Mister. Kalau kupikirkan Mister akan terkejut, ternyata dia biasa saja. Dia hanya keluar pondok, lalu menundukkan kepala seolah-olah kami orang terhormat. Aku selalu sulit terbiasa ketika Mister melakukan itu padaku, jadi biasanya aku ikut menundukkan kepala—bahkan jauh lebih menunduk darinya. Itu membuat Lavi tertawa. Dengan cara paling kurang ajar, Lavi langsung mengajak Mister bercanda. Tampaknya dia bukan tipe yang mengedepankan formalitas.“Kami langsung ke klinik, jadi mereka tidak perlu dipanggil,” kata Lavi.“Baiklah,” kata Mister. “Selamat istirahat.”Setelah kami agak jauh, aku baru berani bertanya pada Lavi. “Tidakkah kau kurang sopan kalau tidak ikut menundukkan kepala?”“Aku menundukkan kepala, kok. Cuma tidak sampai lutut sepertimu. Kau terlalu sibuk menunduk sampai tidak lihat aku menunduk. Begini-begini a
last updateLast Updated : 2024-04-06
Read more
PREV
1
...
4546474849
...
60
DMCA.com Protection Status