Share

444. TAPAK TILAS #2

Kalau kemarin pagi-pagi buta aku sudah di pemakaman, hari ini aku sudah di gerha Lavi, menatap wajahnya yang tertidur dari jarak kurang sejengkal.

Jangan tanya caraku masuk, yang penting aku sudah di sini.

Aku ingin membangunkannya dengan cara inovatif, tetapi ideku sedikit—terutama karena aku sudah tergoda menciumnya. Beruntungnya, aku meleset. Aku mencium pipinya—kuharap aku melakukannya dengan penuh perasaan, dan kurasa itu cukup berhasil. Lavi terbangun. Pipinya bergerak, jadi aku menarik diri, dengan lembut mengusap kepalanya hingga matanya terbuka.

“Hai,” sambutku, “selamat—” Aku agak tidak yakin. “—fajar.”

“Hm,” dia tersenyum, membuka kecil matanya, “meleset?”

“Matamu belum terbuka saja sudah bisa meledek, ya.”

“Sekarang jangan meleset.”

Jadi, aku menciumnya. Kali ini tidak meleset. Dan lagi-lagi Lavi tidak mau membiarkan

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status