Beranda / Fantasi / Selubung Memori / 450. PANJI PATROLI #1

Share

450. PANJI PATROLI #1

last update Terakhir Diperbarui: 2024-02-23 13:00:49

Rapat Dewan yang dibicarakan akhirnya datang, dan bisa kupastikan itu tipe perundingan paling berbeda yang pernah kualami sepanjang di Padang Anushka.

Ada tiga keanehan.

Pertama, Rapat Dewan dimulai setelah jam sarapan. Sebenarnya itu bukan hal aneh. Namun, entah bagaimana caranya Lavi tidak tahu sampai dia terkejut saat Dhiena tiba-tiba mengetuk gerhanya sambil menuntut, “Kau ditunggu! Mau sampai kapan kau mengurung diri dari Rapat Dewan?!”

“Huh? Rapat Dewan? Bukannya malam?”

“Sekarang!”

Dia bergegas mengambil jubahnya, meninggalkan makanan yang masih sisa di mejanya, lalu berbisik padaku, “Aku tidak tahu ada Rapat Dewan, harusnya dia tidak marah begitu. Aku tidak salah, kan?”

Kedua, Rapat Dewan tidak menghentikan kegiatan para penghuni. Biasanya penghuni dilarang keluar markas tim, tetapi kali ini dibebaskan. Lagi-lagi itu bukan hal aneh—itu pernah terjadi. Kara, Nadir, Profesor Merla&m

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Selubung Memori   451. PANJI PATROLI #2

    Dokter Gelda juga berterima kasih padaku, lalu bilang, “Pastikan kau tetap di dekat mereka. Mungkin salah satu faktor utama mengapa mereka mau keluar hari ini juga karena keberadaanmu bersama mereka.”Para dewan kembali ke Rapat Dewan. Lavi beranjak dengan berkata, “Kau pasti dipanggil ke Rapat Dewan, jadi persiapkan dirimu, oke?”“Jangan panggil aku terlalu cepat,” gerutuku.Lavi mengedipkan satu mata, tidak benar-benar membalas.Jadi, ternyata cukup banyak juga yang mengikuti perjalanan Irene dan Niko ke wilayah belakang Padang Anushka. Dari tim medis ada Tara dan Hanna. Anggap Fal juga tim medis. Lalu aku, Mika, Dalton, Yasha. Moli sebenarnya ingin ikut, tetapi dia kebagian jaga klinik. Aku bertanya-tanya bagaimana Tara mengumpulkan penghuni secepat itu.“Aku ke Rapat Dewan,” jawabnya. “Moli memberitahu penghuni. Harusnya kau tanya Moli bagaimana caranya secepat itu mengumpulkan semua orang.&

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-25
  • Selubung Memori   452. PANJI PATROLI #3

    Aku tidak punya kegiatan yang perlu kulakukan. Dalton mengajakku lanjut bermain kartu di ruangan rawat Irene, tetapi aku tidak berminat. Selama Irene bisa kembali ke klinik, tugasku berakhir. Mika sebenarnya memperingatiku. “Aku kaget kau berpikir seperti itu,” katanya. “Sejak kapan kau jadi mesin pesuruh begitu?”“Memangnya kau ikut?” todongku.“Tidak.” Dia terkekeh. “Iya, maaf. Aku tipe yang butuh energi kalau habis bercengkerama lama dengan manusia.”“Dia temanmu.”“Temanku ini manusia.”Fal ikut Dalton. Reila belum kembali sejak dipanggil. Sepertinya dia benar-benar dilibatkan Rapat Dewan. Aku malas melakukan apa pun. Jadi, aku berbaring di gerha, memejamkan mata begitu saja.Kuharap aku tidak bermimpi aneh-aneh, tetapi terlanjur.Tidak sulit untuk mengerti apa yang kulihat.Awalnya mataku memandang langit. Langit malam. Tidak ada bintang da

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-27
  • Selubung Memori   453. PANJI PATROLI #4

    Kalau boleh jujur, sebenarnya tidak ada kabar baik dalam perubahan sistem. Satu-satunya yang kelihatan gembira—hanya Lavi.“Sekarang kita punya topik yang bisa dibicarakan saat rapat tim!” katanya, begitu antusias. “Markas kita bisa benar-benar berguna. Aku tidak sabar berunding dengan kalian—oh! Aku juga tidak sabar berangkat denganmu!”“Tali sepatumu lepas,” adalah satu-satunya komentarku.Sehari setelah Rapat Dewan, geng idiot berkumpul lagi.Topiknya sudah jelas: ladang bunga dan area rehabilitasi.Kupikir Lavi ingin ikut, tetapi dia memilih pergi. “Aku harus bicara dengan Jesse. Sekarang peran tim penyerang hampir mengambil semua tugas tim peneliti. Kudengar semalam ada yang menawarkan diri berangkat misi.”“Bukannya aku harus menemanimu?”“Harusnya begitu.” Namun, dia tersenyum. “Kali ini biar aku yang berpikir. Aku tak bisa banyak membantu

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-29
  • Selubung Memori   454. PANJI PATROLI #5

    Ladang bunga itu wilayah terluas setelah padang rumput.Sejujurnya pemandangan di ladang bunga selalu membuatku terpukau. Aku membayangkan Bibi bisa mengatur semua perkembangan bunga di ladang kelewat luas—itu luar biasa. Beberapa bunga kini sudah tidak terawat, tetapi di tangan Bibi, dulu ladang bunga pasti sangat indah untuk dipandang. Jadi, semestinya gagasan itu mutlak: kami tidak boleh menyentuh area yang ditanami bunga.Bentuk ladang bunga sendiri sangat teratur. Dari jalur masuk, ada jalan yang terbuat dari tanah halus, membelah ladang bunga ke kiri dan kanan—membentuk jalur lurus ke ujung yang berbatasan langsung dengan tebing danau. Gubuk Bibi ada di pinggir jalan menuju danau, jadi, secara teknis, gubuknya berada di tengah-tengah pekarangan bunga. Setelah pintu masuk ladang bunga, jalur juga bercabang. Satu jalur ke danau. Satu jalur ke mercusuar. Dari ladang bunga, mercusuar terlihat begitu jelas—tentu saja. Mercusuar dibangun di sebelah la

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-02
  • Selubung Memori   455. PANJI PATROLI #6

    Semua orang selalu punya ketakutan dan traumanya masing-masing.Aku selalu merasa Haswin tidak punya trauma khusus pada masa lalunya, tetapi kusadari kematian selalu memberikan dampak kuat bagi orang yang terlibat. Aku tidak pernah tahu Haswin memendam trauma masa lalu pada kematian.Setelah obrolan itu, kami tidak punya bahan obrolan lain, dan secara teknis, kami bersimpati pada Haswin yang kembali membuka luka masa lalu. Jadi, Yasha mencetuskan membubarkan obrolan. Dia dan Haswin kembali ke markas—mereka perlu melanjutkan lukisan di markas. Dalton—kembali ke Irene. Aku juga sempat punya gagasan menjenguk Irene dan Niko, tetapi ketika memikirkan Dalton ada di sana, dan mungkin aku tidak akan bisa keluar lagi sebelum gelap, kuputuskan untuk mengurungkan niat. Aku juga tidak berminat menyendiri di danau setelah apa yang kumengerti. Jadi, satu-satunya opsi—karena aku juga tak berminat latihan—hanya Rumah Pohon. Barangkali Elton sedang berlatih di

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-04
  • Selubung Memori   456. PANJI PATROLI #7

    Pada akhirnya, aku memancing Lavi bicara.Lavi punya gagasan ingin bermalas-malasan sebelum berangkat, tetapi aku ingin dengar semua yang terjadi di Rapat Dewan, jadi aku memaksanya bangun—yang kurang lebih membuatnya mengerang panjang. Dia menggerutu sewaktu aku menata bidak catur di meja kecil. Tampaknya hari ini dia kekurangan motivasi.Dia mengonfirmasi semua yang dikatakan Haswin—tentang tiga petinggi yang mengendalikan misi sampai dia yang menjadi orang pertama membantah soal sistem lama. Dia mengonfirmasi semua hal, jadi aku tahu Haswin tidak mengarang cerita sama sekali—dan Lavi memang tidak berniat menceritakan itu padaku. Lavi mengatakannya blak-blakan sembari menggerakkan bidak putih. “Aku tahu Haswin cerita lebih dulu saat kalian membicarakan ladang bunga.”“Aku tidak suka jawaban itu,” balasku, jujur-jujur saja.“Aku mau cerita, kok, sungguh,” belanya, langsung—setelah menyaksikan sa

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-06
  • Selubung Memori   457. PANJI PATROLI #8

    Dengan segala hormat, perlu kubilang kalau aku harus meralat gagasan yang kuucapkan sebelum ini: secara teknis, sistem ini merepotkan.Sistem ini benar-benar mengubah interaksiku dengan Lavi. Maksudku, aku punya gagasan kalau tidak mau terlalu sering membicarakan medan tempur saat bersama Lavi—yang aku yakin Lavi juga berpikir seperti itu. Namun, sistem ini tak lagi mengizinkan kami banyak mengobrol santai. Tiba-tiba saja obrolan soal medan tempur sudah mengitari kami lebih banyak dari biasanya.Sehari sebelum keberangkatan misi—ketika biasanya kami menghabiskan waktu dengan bermalas-malasan, kami justru lebih sering berada di papan tempat peta enam belas titik terpasang. Titik itu terlalu banyak—bahkan jaraknya kelewat jauh satu sama lain jika harus kami lakukan berdua. Belum lagi, tidak ada yang tahu apa arti sebenarnya dari titik-titik itu. Hanya wilayah terduga dari regu Berlin.“Masih ada tiga belas titik lagi,” gumamku, entah

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-08
  • Selubung Memori   458. DARAH MONSTER #1

    Keberangkatan tim patroli cukup pagi—dan kalau aku berpikir kami akan berangkat secara bergantian, ternyata tidak.Reila berangkat lebih dulu dariku, dan kalau yang kupikirkan adalah rentang waktu keberangkatan yang hanya lima menit, itu salah. Reila berangkat setengah jam lebih cepat. Itu membuatku terkejut karena saat aku masih bersantai, dia sudah disibukkan dengan persiapan perlengkapan misi.“Posisi kami lebih ke barat,” katanya. “Harus berangkat lebih dulu. Jenderal dan timnya sudah berangkat satu jam lalu.”“Satu jam?” Aku terkejut.“Makanya jangan kesiangan. Kapan Kakak berangkat?”Aku melihat jam. “Harusnya setengah jam lagi.”“Bantu aku menyusun perlengkapan.”Ketika melepas keberangkatannya, aku mengantarnya ke bukit perbatasan. Dan ini hal aneh keduanya: tidak ada yang melepas keberangkatan. Profesor Merla juga biasa saja. Hanya dengan kasual mem

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-10

Bab terbaru

  • Selubung Memori   594. BENANG BUNGA #8

    Lavi meneguk cokelatnya sampai habis sebelum mulai melanjutkan.“Sejak dulu aku tidak bermaksud dekat dengan siapa pun,” katanya. “Aku... suka menyendiri. Kata orang, aku selalu dekat dengan si kapten baru ini, tapi—apa yang mereka tahu? Aku lebih sering menyendiri—dulu belum ada gerha, Tempat favoritku menyendiri hanya Joglo atau ladang bunga. Dulu aku sering ikut Dhiena dan Mika merawat ladang bunga. Tapi semakin aku dikabarkan dekat dengan si kapten, Dhiena dan Mika juga terkesan menjauhiku seolah itu cara mereka berkata tidak suka aku dekat dengan tim penyerang. Aku semakin sendiri, dan di titik itulah aku sadar betapa aku mulai benci diriku sendiri. Aku benci menyendiri. Aku benci merasakan sepi. Tapi aku tidak bisa pergi dari sepi. Dan orang ini—si kapten ini hanya ingin dipuaskan tanpa memikirkanku. Dan di waktu sama aku mendengar dia memakai namaku untuk membanggakan dirinya—seolah dia berhasil mendapatkan diriku yang jatuh pa

  • Selubung Memori   593. BENANG BUNGA #7

    Aku bersumpah pada Lavi tidak akan bersedih lagi sampai selesai misi. Itu membuat Lavi tersenyum lebar. “Kalau begitu, sekarang kau yang temani aku.”Lavi ingin menghabiskan waktu di Rumah Pohon hingga jam misi tiba. Saat itu kurang dari enam jam lagi hingga kami berangkat misi. Jadi, Lavi beranjak ke Rumah Pohon saat aku membuat cokelat hangat di dapur. Dalton tidak ingin berada di markas. Dia ingin duduk di danau. Aku tidak ingin mengganggunya. Sepertinya dia ingin menenangkan pikiran. Kupikir Elton ikut dengannya, ternyata Elton ingin mempersiapkan perlengkapannya. Maka kami berpisah.Dua cangkir cokelat hangat siap, aku naik ke Rumah Pohon. Rumah Pohon ketika Lavi berada di dalam sungguh bisa terasa berbeda hanya dari aromanya. Lavi membuat semuanya terasa lebih hidup. Kehadirannya lebih besar dari sekadar apa pun. Ketika kehadirannya terasa sangat kuat seperti ini, biasanya Lavi sedang duduk di depan pintu beranda Rumah Pohon—di tempat favoritku&

  • Selubung Memori   592. BENANG BUNGA #6

    Jesse dan Nuel membubarkan diri lebih dulu. Lavi menatap tajam Jesse bak singa marah menatap musuh yang bahkan tidak menoleh padanya sampai Jesse dan Nuel keluar ruangan. Aku membiarkan Lavi menatap seperti itu karena aku juga lumayan takut kalau dia sudah mendesis semakin kesal.Dokter Gelda meminta Leo kembali ke klinik, yang kusadari kalau Leo juga belum benar-benar dapat restu—tetapi Leo meminta sedikit waktu untuk menetap di markas ini lebih lama. “Sumpah, Ibu. Mika bakal menyeretku, jadi tunggu aku di klinik. Percayalah padaku dan Mika.” Dan dengan gagasan itu, Dokter Gelda dan Isha kembali lebih dulu ke klinik. Isha berkata padaku dan Lavi. “Nanti kuletakkan perlengkapan misi kalian di depan.” Lavi hanya mengangguk. Aku juga.Kara tampaknya berniat menghampiri kami, tetapi tiba-tiba Hela datang ke tempatnya, meminta saran soal misi. Itu membuat Kara akhirnya mau tak mau ikut keluar ruangan. Biasanya Hela bertanya pada Profesor Merla

  • Selubung Memori   591. BENANG BUNGA #5

    Secara teknis, aku duduk di samping Lavi—yang juga di dekat Dalton. Dia yang paling dekat di antara semua orang. Leo bersama empat pendahulu berada di area yang sama. Mika setia duduk di sampingnya ketika Haswin dan Yasha mencuri perhatian sebagian orang karena terus berpindah tempat duduk—entah apa tujuan mereka. Dokter Gelda dan Isha selalu satu paket, berada di dekat Kara yang duduk di dekat Jesse dan Nuel. Mereka ada di dekat papan, dan kami duduk menghadap ke arah Jesse. Aku dan Lavi yang paling dekat pintu keluar, sementara Dokter Gelda dan Isha paling dekat dengan pekarangan belakang. Aslan berada di tempat cukup belakang bersama Elton dan Reila. Mereka ada di dekat kursi paling nyaman—yang diduduki oleh Reila dan Elton. Aslan setia memerhatikan, duduk di dekat mereka.Hela ada di dekat Dalton. Dia duduk di antara Lavi dan Dalton, jadi Dalton yang bertanya padanya, “Kau oke? Kau bisa mengikuti, kan?”“Eh, iya, bisa,” jaw

  • Selubung Memori   590. BENANG BUNGA #4

    Ruang berkumpul markas tim penyerang pada dasarnya didesain untuk rapat tim dan apa pun yang melibatkan semua anggota. Ide kasarnya datang dari Dalton, lalu disempurnakan Lavi. Namun, dibilang model dibuat Dalton sebenarnya juga tidak. Hampir semua model milik Dalton diperbaiki Lavi. Ide ruang berkumpul ini datang dari Dalton, tetapi dirombak habis-habisan oleh Lavi. Ide ruang depan juga datang dari Dalton—dia memikirkan ruangan itu menjadi sejenis gudang senjata, tetapi oleh Lavi dirombak habis-habisan menjadi ruangan yang memamerkan tim penyerang—foto tim, dan loker anggota untuk persiapan perlengkapan misi. Loker itu biasanya diisi langsung oleh tim medis—biasanya mereka secara rutin memberi perlengkapan misi ke loker itu, jadi kami tidak perlu repot-repot ke tim medis untuk mengambil perlengkapan yang sebenarnya juga hanya perlu melangkah ke gedung sebelah. Namun, itu ide Isha karena sekarang tidak ada jaminan tim medis selalu di klinik. Mereka selalu berpencar

  • Selubung Memori   589. BENANG BUNGA #3

    Lavi perlu memastikan keadaan lenganku yang cedera sebelum kami benar-benar berangkat misi. Jadi, mumpung tak ada siapa-siapa di gerha selain kami, Lavi membiarkanku panahan. Sebenarnya aku sudah yakin lenganku baik-baik saja. Tak ada lagi keluhan yang kurasakan. Aku juga sudah berhenti mengonsumsi obat dari Dokter Gelda—aku hanya terus menyantap madu Tara. Sungguh, madu Tara terasa beda dari yang lain. Lavi bahkan mengakuinya. Lebih enak dan membekas.Jadi, aku memanah. Lavi mengamatiku.Kurang lebih, dia puas. Dari lima puluh lima percobaan, tiga panah meleset dari titik pusat target. Aku kurang puas, tetapi Lavi memuji. “Impresif. Lenganmu pulih! Aku senang sekali!” Dia memelukku. “Angkat aku.”Aku mengangkatnya dengan lengan kiri seperti menggendong Fal, dan Lavi menjerit penuh tawa. Kuputuskan berputar-putar dan Lavi semakin brutal tertawa, tangannya melilit leherku terlalu kuat, jadi kami sama-sama menjerit meski dengan maksud

  • Selubung Memori   588. BENANG BUNGA #2

    Aku terbangun ketika mendengar suara pintu dibuka. Mataku segera terbuka dan melihat sumber suara. Lavi berjalan membawa cangkir.“Oh, maaf, aku tidak bermaksud membangunkan,” katanya.Mataku silau—bukan karena Lavi, tetapi karena dari jendela kamar, cahaya seperti menerobos dari celah tirai. Di luar sudah sangat cerah. Aku tidak memasang jam di kamarku. Aku tidak terlalu tahu waktu. Lavi meletakkan cangkir minum, lalu duduk di sisi ranjang. “Istirahatlah selama kau bisa istirahat,” katanya.Aku menggeleng. “Jam berapa sekarang?”“Sebelas.”“Berapa lama aku tidur? Hari apa sekarang?”“Hampir sembilan jam,” jawabnya, lancar. “Jam tidur normal, sebenarnya. Aku membawakan minum. Hangat. Minumlah.” Dia menyodorkan cangkir itu. Aku bangun, meneguknya. Hanya air mineral biasa.“Aku... seperti terdisorientasi,” ungkapku, setelah meletakkan c

  • Selubung Memori   587. BENANG BUNGA #1

    Saat itu siang bolong. Cuacanya lumayan panas, suara jangkrik terdengar di tengah hari, angin jarang berembus, tetapi itu tidak menghentikan anak kecil berlari penuh semangat, sangat kencang dengan wajah gembira. Dia keluar Balai Dewan—yang saat itu masih disebut asrama—berlari melewati jalur penghubung, terus lari meski ada orang yang menyapanya, di tangannya ada buku tulis dan dia melaju kian kencang setelah memasuki kompleks gerha. Dia berbelok dengan kecepatan tinggi ke gerha pertama di sebelah kanan, membuka pintu, dan menjerit, “IBU! IBU!”Dia masih berlari sampai menemukan Ibu di ruang tengah.Cuaca panas di luar semestinya juga membuat ruangan itu panas. Namun, itu tidak terjadi. Ruangan tengah gerha Ibu justru sangat sejuk. Ibu membuka pintu belakang, membuat pemandangan langsung terbuka. Ibu menanam banyak tanaman dan bunga di halaman belakangnya. Halamannya juga berdekatan dengan pohon di pinggir air terjun. Itu membuat angin segar da

  • Selubung Memori   586. RODA MIMPI #9

    Sorenya, untuk pertama kali sejak tahu air terjun belakang gerhaku adalah wilayah Aza, aku memasukinya. Aku tak pernah memasukinya lagi sejak mengerti identitas asli kemampuanku. Namun, kini, aku tidak bisa menahannya lagi. Tak ada bukti kalau Aza terlibat di kejadian ibuku, tetapi dia pasti tahu sesuatu. Aza selama ini seperti itu. Dia menyembunyikan banyak kebenaran.Jadi, dengan impulsif aku menembus pepohonan. Suara air terjun semakin besar. Nuansanya semakin segar. Lavi tidak tahu. Dia masih di gerha bersama Reila dan Fal. Aku bergegas, dalam sekejap langsung menemukan air terjun dengan mata air asli. Suaranya keras, tetapi juga menenangkan. Kepalaku langsung didesak oleh nuansa segar dan aku melihat bunga berkilau biru bermekaran di tempat yang bisa membuatnya semakin indah. Dalam sekejap, ketika aku berdiri di dekat air terjun dan merasakan cipratan air, aku bisa merasakan keberadaan Aza di mana-mana.“Aza!” seruku.Suaraku agak tertutup air t

DMCA.com Protection Status