Home / Lainnya / Jeruji Tanah Anarki / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Jeruji Tanah Anarki: Chapter 31 - Chapter 40

98 Chapters

31. Penemuan

Satu pion hitam di depan wazir maju dua kotak, merupakan pion pertama yang digerakkan.“Kau akan menggunakan taktik lama?” tanya lawan di hadapan seraya menggerakkan pion berwarna putih di depan raja, maju satu kotak.“Tergantung aku membutuhkannya atau tidak,” jawab sosok penggerak bidak hitam.Sebuah bayang berhenti di depan ruangan, mengetuk pintu sekali, lalu masuk setelah dipersilakan.“Tuan, tidak ada penggal kepala malam ini,” lapor sang bayang.Sang penggerak bidak putih mengambil cangkir berisi penuh teh, menyesapnya sedikit.“Wah, tidak kusangka dibatalkan,” sahutnya, menaruh kembali cangkir teh.“Bagaimana selanjutnya?” tanya penggerak bidak hitam sambil bertopang dagu.“Selanjutnya ... tinggal menunggu kabar. Rencana kita yang berikutnya sudah mulai berjalan.”Seperti biasa, lilin merah di tengah meja menjadi pelengkap penerangan ruangan. Bersama partner setianya; sang lentera berpancarkan cahaya oranye yang digantung di dinding. Bedanya, kali ini tidak ada obrolan spesial
last updateLast Updated : 2021-08-21
Read more

32. Nada untukmu

“Apa isinya?” Bold bertanya lagi.Shaw membuka peti, mengambil isinya. Sebuah gulungan kertas. Ia membuka gulungan itu, membacanya sebentar, lalu menatap satu per satu orang di sana. Terlihat ekspresi penasaran, tidak terkecuali Ascal yang sejak dahulu ingin sekali melihat isi peti itu, tetapi tidak pernah diizinkan, pun tidak memiliki kesempatan.“Duduklah. Kuberi tahu kalau semuanya duduk,” kata Shaw.Bold, Wilton, dan Bexter meragu. Namun, mereka kemudian duduk usai melihat Mival langsung naik ke kasur dan duduk manis menatap Shaw.“Isinya sebuah puisi.” Shaw tersenyum lebar.“Bacakan, Shaw!” Bailey berseru.Ascal yang duduk di samping Bailey makin penasaran.Shaw berdeham sebentar.“Dedaunanku menariIringi senandung nabastalaCerah berpendarSebiru gagang pedangmuLukaku meronaPancar penuh tawaAtas kabar bersambutnya rasaDersik pembawa bahagiaKatamu akulah sahmuraPendar mewangi helai mahkotaKataku akulah akaraPendar meluruh tiap amertaSejuk dersik sarayuSimpul terukir keh
last updateLast Updated : 2021-08-22
Read more

33. Liontin batu giok

Dentum benturan benda yang dilemparkan nyaring mengudara, membuat bising pagi-pagi di rumah Spencer.“Sepertinya terjadi sesuatu di dalam.”Kening mengernyit, disusul tungkai melompat turun dari kuda; bergerak ke dapur setelah tidak ada sahutan di pintu depan.“Lepaskaann!”Teriakan dari dapur mempercepat langkah, lalu tangan membuka pintu dengan paksa, terbeliak mata melihat seisi dapur kacau balau. Peralatan masak berserakan, kursi-kursi meja makan bergeser dari tempatnya.Di dekat pintu kamar, Mival terduduk bersandar ke tembok. Keningnya lebam. Pandangannya tertuju ke kompor, menatap Shaw yang terdorong jatuh ke dekat lemari di sana. Beberapa pisau yang dipegang Shaw berhamburan lepas dari tangan, cepat-cepat Shaw mengumpulkannya lagi.Dua mata-mata mencoba merebut pisau di tangan Shaw. Mival berdiri, berlari ke arah Shaw dan mendorong salah satu mata-mata.“Jangan bodoh! Lepaskan pisaunya!” teriak Mival, menarik tangan sang mata-mata yang masih terus mencoba merebut pisau dari tan
last updateLast Updated : 2021-08-24
Read more

34. Keterangan Wilton

Gudang obat di pusat desa sesak dipenuhi prajurit yang keluar masuk membawa kotak-kotak obat, memindahkannya ke dalam kereta kuda.“Dokter, mereka menaikkan harga pada obat-obat yang Anda katakan,” lapor seorang prajurit sembari menyerahkan selembar kertas bertuliskan daftar obat beserta harganya di beberapa toko.“Baiklah, terima kasih. Kau boleh kembali.” Edvard menerima kertas, mengernyit begitu ia membaca tulisan yang tertera. “Seharusnya tidak semahal ini. Bagaimana bisa naik begitu saja? Berita wabah di timur Zanwan saja baru masuk ke pengadilan hari ini. Beberapa obatnya adalah jenis obat yang belum lama mekar dan berbuah, seharusnya masih di pohonnya. Pencari panasea yang ingin mendapatkannya pun setidaknya masih dalam perjalanan, tapi ini sudah tersedia. Ditambah ada obat yang langka. Hmm, ini seperti sudah disiapkan sejak lama.”Edvard menyimpan kertas laporan ke dalam tas, menujukan fokus kepada obat-obatan yang dikeluarkan dari gudang. Setelah penuh, kereta mulai bergerak b
last updateLast Updated : 2021-08-24
Read more

35. Menyirami dendam

“Shaw, kenapa kau menangis?”Bailey melirik Shaw bermaksud untuk melihat apakah Shaw sudah selesai membaca suratnya atau belum, tetapi malah mendapati sahabatnya itu menangis dengan surat masih terbuka di kedua tangannya.Shaw mengusap air mata yang menetes di pipi, mengangkat wajah, dan mengerjap. Menghela napas beberapa kali ia lakukan untuk melegakan perasaan sesak dan sedih dalam hatinya.“Kita harus bergerak cepat. Pengorbanan viking ini tidak boleh sia-sia,” ujar Shaw lirih, memberikan suratnya pada Wilton, kemudian mengusap air mata yang masih berjatuhan.Sembari menunggu Wilton selesai membaca, Shaw bergantian menceritakan perjalanannya mencari panasea hingga kembali lebih cepat dari perkiraan.Seperti halnya Bailey, Shaw, dan Wilton yang berkumpul dan saling bercerita di bukit timur, di ruang salah satu rumah di distrik Aloclya pun berkumpul orang-orang, saling bercerita.“Kau lihat wajahnya? Wajah itu mirip sekali!”Suasana yang biasanya tenang nan hening berubah bising malam
last updateLast Updated : 2021-08-26
Read more

36. Berkumpulnya prajurit rahasia

“Haaaahhhh ... dia pasti ada di suatu tempat. Kita cari tahu besok saja. Kalaupun dia hilang, kabarnya pasti segera sampai. Penduduk di luar hutan yang paling dekat dengan rumah itu sering lewat tiap-tiap kali ingin ke hutan untuk mencari kayu atau buah.”Barid menguap, menutup mulut dengan punggung tangan kiri sekali lagi.“Semoga saja seperti yang kau katakan. Kalau begitu, aku pamit dulu. Lanjutkan istirahatmu selagi kau masih bisa beristirahat dengan nyenyak. Besok lusa, mungkin akan ada hal yang akan merusak istirahat kita.”Kuda kembali berderap; keluar area mansion Barid. Eduardo membuka tirai jendela kereta kuda sisi kanannya, mengangkat wajah. Pelupuk matanya menangkap pergerakan sebuah bayang cepat di atas atap rumah-rumah penduduk seakan-akan ada sesuatu yang penting. Eduardo menyipitkan mata, memperjelas penglihatannya.“Mata-mata. Hakinya bagus, tetapi tingkahnya mencurigakan,” kata Eduardo dalam hati. Matanya masih mengekor sang mata-mata yang terus bergerak menjauh hingg
last updateLast Updated : 2021-08-26
Read more

37. Rencana penyelamatan

“Ini pasti akan menggemparkan Zanwan besok, tetapi tidak masalah asalkan Tuan Muda dan Shaw selamat.”Tergesa Alton mendatangi ruangan Emrys Pasha; rekan satu timnya saat masih tinggal di asrama pasukan elite.“Sebenarnya, kenapa Tuan Muda dan Shaw pergi ke dungeon malam-malam begini? Padahal lebih baik tidur nyenyak. Aku saja ingin kembali menjadi anak-anak agar dapat tidur nyenyak lebih lama, lebih banyak, dan lebih sering,” celoteh Dorn di belakang Ascal.Sifat Dorn yang terkadang tenang, terkadang ramai dan tidak bisa diam sudah terkenal di kalangan teman-temannya hingga mereka seringkali geleng-geleng kepala melihat tingkah Dorn.“Dia tidak ada di ruangannya,” papar Alton seraya mengintip ruangan Emrys dari jendela.Alton berbalik, memperhatikan sekitar barangkali menemukan orang yang bisa ia tanyai.“Ethren!” Dorn tiba-tiba berseru sembari menggerakkan telapak tangan kanannya naik turun pada prajurit yang muncul dari arah lapangan utama; menyuruhnya menghampiri.Ethren berlari me
last updateLast Updated : 2021-08-27
Read more

38. Meyakinkan Elwanda

“Kau merasakannya, Bailey?” tanya Shaw lirih, berlari di belakang Bailey sembari memberikan sebagian besar fokusnya ke hutan di ujung pandang.Bailey melirik sekilas ke depan atas; mengarah ke pepohonan hutan di kejauhan sebelum menjawab pertanyaan Shaw.“Hum. Ada banyak haki.”Banyak orang di antara pepohonan hutan yang tengah menunggu dan sedikit banyak tujuan dari orang-orang itu berhubungan dengan dirinya, yakin Bailey.Sejak dari mansion, Bailey yang memimpin karena Shaw belum tahu daerah itu. Sekarang, melihat pepohonan hutan yang makin dekat, Shaw mempercepat larinya; mensejajarkan diri dengan Bailey.“Bersikaplah seakan-akan kita belum mengetahuinya,” kata Shaw lirih seraya menyalip Bailey.Seorang mata-mata yang mengawasi di perbatasan utara hutan dungeon melaporkan kedatangan Shaw dan Bailey pada ketua divisinya. Sang ketua meneruskan laporan dengan memberi kode pada anak buahnya yang lain untuk bersiap. Mereka naik ke dahan yang lebih tinggi. Sang ketua dengan kain bersimbol
last updateLast Updated : 2021-08-28
Read more

39. Pengepungan di timur dungeon

Masih dalam ragunya, Elwanda mengangkat surat. Matanya mulai berembun ketika ia melihat tulisan di dalamnya.“Ini ... tulisan Toru ....” Lirih Elwanda berucap. Tangannya gemetar. Matanya makin berkaca-kaca. Sesekali terdengar kekehan darinya.“Toru ....”Gemetar bibir Elwanda, lalu pecah tangis begitu ia membaca tulisan yang makin dekat dengan bagian akhir. Bulir air menetes dari kedua matanya, menderas, lalu terdengar isak tangis.Elwanda menggenggam erat surat di tangan, membawanya ke dekapan dengan penuh kesedihan.Hidup Elwanda terasa mati ketika kabar kematian Toru sampai ke telinga. Waktunya seakan-akan berhenti. Gairah untuk melanjutkan hidup pun hilang dalam sekejap. Penyesalan menggelayutinya, beribu andai terulang ucap dalam sanubari, tangis tertahan mengisi hari-harinya selama berada di dalam sel sejak kabar kematian itu.Bailey menundukkan kepala. Rasa bersalah itu menyeruak lagi. Jemari kedua tangannya mencengkeram ujung pakaian, menahan pilu yang kian membuncah ia rasakan
last updateLast Updated : 2021-08-31
Read more

40. Malam merah

Elwanda menggerak-menggerakkan jemari kedua tangan yang melingkar erat di gagang pedang dengan sedikit kaku. Ia bukannya tidak pernah menyentuh pedang, menggunakannya pun sudah pernah beberapa kali. Namun, keadaannya kini berbeda. Ia tidak pernah berperang tanpa teman-temannya dan pertempuran di depan matanya saat ini adalah sesuatu yang sangat asing. Yang terdengar olehnya hanya suara denting pedang, embusan akibat dari haki, serta sobekan pakaian dan kulit diiringi cipratan darah. Yang dilihatnya pun hanya orang-orang baru yang bergerak dengan kecepatan yang sungguh cepat dan itu juga baru untuknya.Tujuh anggota dari divisi hiu hitam keluar dari area pertarungan, melompat ke pohon, bergerak ke arah Shaw, Bailey, dan Elwanda. Mereka mengangkat tangan bersamaan, menggabungkan haki, lalu mengarahkannya kepada Bailey dan Elwanda.Ketua dua pedang yang menyadarinya langsung berpindah ke depan Bailey dan Elwanda, lalu menancapkan pedang ke tanah. Ia mengangkat kedua tangan, mengulurkannya
last updateLast Updated : 2021-08-31
Read more
PREV
123456
...
10
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status