Home / Lainnya / Jeruji Tanah Anarki / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Jeruji Tanah Anarki: Chapter 21 - Chapter 30

102 Chapters

21. Gua tersembunyi di kaki gunung

“Hmm ... lantas, satu halnya lagi?”Ascal tidak ingin menahan Bexter lebih lama karena hari sudah sangat larut, pun tahu besok asistennya itu akan siaga dengan jadwalnya di pagi buta. Mengenal dan bersama cukup lama membuat Ascal sangat paham bagaimana seorang Bexter Larson. Ascal ingin Bexter mendapat cukup istirahat agar tubuhnya prima, juga agar dapat bekerja dengan maksimal.Bexter yang memahami respon Ascal pun tidak membuka lebih banyak bahasan. Ia mengeluarkan sebuah kotak kayu kecil dari saku dan menaruhnya di meja.“Ini, Tuan.”Ascal meraih kotak itu dan membukanya. Ada sebuah robekan syal berwarna marun dan secarik kertas di dalamnya.“Itu adalah kotak yang saya temukan di saku perompak yang terakhir itu.”Ascal mengambil secarik kertas, membaca tulisan yang tertera di sana.“Little Shark of Zanwan & bloody night of Viking?” Kening Ascal mengernyit, menatap Bexter. “Interaksi antara para viking ini dengan penduduk Zanwan yang kuingat hanya dua. Beberapa hari lalu dan saat per
last updateLast Updated : 2021-08-09
Read more

22. Pengejaran

Tanah yang lembab membuat tapal kuda berjejak cukup dalam diakibatkan oleh hentakan yang kuat. Perlu kehati-hatian ekstra agar kuda tidak terjerembab ataupun terpeleset dan jatuh. Semak dan rerumputan yang makin tinggi tersebab kawasan yang sangat jarang disentuh manusia itu tidak menjadi penghalang bagi Shaw dan Bold untuk mempercepat laju kuda mereka. Keduanya memilih area tanah yang lebih datar dengan rerumputan yang lebih rendah dan kering agar kuda dapat melaju lebih cepat.Mereka berhasil mencapai jarak 3/4 busur panah dari kaki gunung di titik mereka memanjat tebing, terus melajukan kuda sampai mencapai penuh ujung busur; sejajar dengan titik saat mereka memanjat tebing.Pandangan dan pendengaran ditajamkan sembari terus menghentak kuda. Pepohonan yang lebat dengan jarak cukup rapat membuat pemandangan sekitar tampak seperti potongan gambar dengan kecepatan kuda mereka.“Arah jam sebelas!” Shaw berseru begitu melihat sang sosok memacu kudanya ke selatan di arah jam sebelas.Bold
last updateLast Updated : 2021-08-11
Read more

23. Lukisan pembawa sendu

Apalah yang bisa semesta lakukan ketika hati masih terpaut pada orang yang sama meski raga telah terpisahkan? Jarak yang teramat jauh membentang, beribu ruang dan pintu kokoh jadi penghalang, pun waktu yang meragu beri kesempatan, disempurnakan takdir yang seakan-akan lelah untuk kembali pertemukan.Apalah yang bisa semesta lakukan ketika jiwa yang merindu menolak untuk berhenti mengaum? Ketika rasa dalam kalbu yang bergejolak menimbulkan gelombang ombak, menolak untuk berhenti meraung.Adakah setitik harapan itu masih hidup? Sekecil kesempatan pun 'kan diterima, lebih dari cukup untuk menarik dua sudut bibir melengkung ke atas.Adakah benang merah itu masih terikat? Setipis benang layang pun tidak masalah, cukup untuk membuat nadi tetap dalam iramanya, menari di hamparan ladang bunga bertemankan kupu-kupu, capung, dan burung-burung.Rangkaian aksara di buku yang terbuka tidak lebih dari pengalih atensi orang lain, barangkali ada yang melihat, sementara ingatan tak jeranya kembali memu
last updateLast Updated : 2021-08-11
Read more

24. Kembali ke barat daya

Di gua, Shaw, Bold, dan Mival menerima tawaran sang sosok untuk menginap.“Apa itu?” Shaw bergumam pelan dengan mata yang masih terpejam.Suara gesekan benda menjadi satu-satunya yang terdengar di dalam gua, meriuh sampai ke kamar yang ditempati Shaw.Mereka mengobrol sampai sore dan sang tuan rumah menyarankan Shaw, Bold, dan Mival untuk bermalam ketika ketiganya pamit untuk melanjutkan perjalanan.Shaw mengernyit mendengar suara yang kembali menyelusup ke pendengarannya. Merasa sudah terjaga dan sulit tidur lagi, Shaw membuka mata, mengusapnya sekali, lalu beranjak dari peraduan. Ia telusuri asal suara yang didengar, membawa langkah ke lorong gelap yang tidak begitu lebar, menurun ke ruangan bawah. Barulah ia tahu bahwa lantai gua yang ia pijak sebelumnya bukan benar-benar lantai dasar karena masih ada lantai lain di bawahnya. Itu seperti ruangan bawah tanah.Tuan rumah terlihat duduk di kursi paling dekat dinding. Ada lentera minyak, diletakkan di tengah meja persegi dengan beberapa
last updateLast Updated : 2021-08-12
Read more

25. Mengambil kotak sang tuan rumah

“Bold!?”Salah seorang jagawana refleks menyebut nama Bold saat lampu menyorot kedatangan sang prajurit jagur. Lampu sorot yang dinyalakan lebih redup daripada lampu sorot yang digunakan saat malam hari. Ini karena hanya sebagai penerang pembantu. Hutan yang lebat membuat sekitar lebih gelap meskipun malam telah lewat.Jagawana lain yang berkutat dengan penerangan mereka pun mengarahkan pandang ke depan menara, melihat sang prajurit jagur datang mendekat. Serentak, mereka memberi hormat sebab posisi dan jabatan mereka berada di bawah Bold.“Tidak perlu formal, bersikap biasa saja. Aku hanya mampir sebentar,” ujar Bold seraya menaik-turunkan telapak tangannya melihat para jagawana dengan posisi sigap dan tampak lebih tegang.Sang ketua tim jagawana yang bertugas turun dari atas menara, menyambut Bold, mempersilakan prajurit jagur itu duduk di kursi pos samping menara, tempat para jagawana beristirahat. Pandangannya ia arahkan pula pada dua anak yang ikut serta bersama Bold, lalu setenga
last updateLast Updated : 2021-08-14
Read more

26. Kuceritakan sesuatu

Atmosfer langka yang menyelimuti pos jagawana selama beberapa saat itu memudar; semua kembali seperti sedia kala seiring kepergian Shaw, Bold, dan Mival. Para jagawana kembali dengan ekspresi serius, datar, dan tenang mereka, menyorot setiap inci hutan dalam jangkauan jarak sesuai tugas yang diamanatkan.Matahari terus bergulir, tidak lama lagi mencapai titik 50° dari ufuk barat. Shaw, Bold, dan Mival melewati padang rumput di luar hutan, kemudian menanjak ke bukit rumput di timurnya, menurun dan melaju ke hutan di kaki bukit, kembali menyeberangi padang rumput lagi, lalu memasuki area perumahan penduduk yang tampak sudah jauh lebih baik dari sebelumnya.Mereka terus memacu cepat kuda yang ditunggangi, mengabaikan tatapan orang yang melihat. Risau menelisik hati Shaw membuatnya lebih bungkam lagi muram.“Kakeeek? Neneeek?” Suara Shaw membahana begitu ia tiba. Gelisah makin terasa mendapati panggilannya di seantero rumah dan pekarangan tak bersahut.“Tidak ada. Kakek dan Nenek tidak ada
last updateLast Updated : 2021-08-18
Read more

27. Tuduhan

Rantai telah terpasang sempurna di kaki dan tangan Spencer serta Gracie. Pecut cambuk telah dibersihkan, siap untuk dipakai lagi. Lantai ruangan pun telah bersih hingga menguarkan semerbaknya yang harum, mengalahkan amis anyir darah yang biasa menyelimuti. Semua dipersiapkan untuk hari ini setelah penantian sepuluh tahun lamanya.“Ada kata-kata terakhir?” tanya sang ketua prajurit dungeon. Namanya Dorn Starnar. Ia yang ditugasi Ascal perkara Spencer dan Gracie.“Tolong gantikan kami untuk merawat Shaw,” pinta Spencer lirih.“Shaw. Tolong jaga Shaw.” Gracie pun turut bicara. Sedih terasa pada suaranya.Tidak ada yang dipikirkan keduanya selain Shaw. Tentang hari ini, mereka telah bicarakan bersama sejak sepuluh tahun lalu. Keduanya siap untuk saling melepas satu sama lain, siap untuk bertemu kematian. Namun, keduanya belum siap untuk melepas Shaw. Keduanya belum siap untuk memberi kenyataan bahwa Shaw harus hidup seorang diri setelah hari ini.“Saya tidak bisa merawat Shaw, tetapi akan
last updateLast Updated : 2021-08-19
Read more

28. Kedatangan tak diundang

“Kuberitahukan jika Tuan Hunt benar-benar tidak datang,” jawab sang prajurit dengan suara yang lebih lirih.Shaw tidak menyahut lagi, sejenak memandang sekitar dan hanyut dalam pikirannya. “Bagaimana kalau Bailey kembali sendirian dan Tuan Hunt tidak datang?”Cemas menyerang, Shaw memijat pelipisnya pelan, menghirup udara dan mengembuskannya perlahan, mengulanginya beberapa kali.Di ruang kerja Ascal, Jillian datang dengan banyak pertanyaan dalam pikirannya.“Apa yang kau sembunyikan dariku?”Buku-buku dan berkas-berkas disingkirkan dari tengah meja, lalu sebuah lukisan diletakkan dengan kasar.“Kenapa diam saja?”Nada ketus terdengar sekali dari Jillian, menatap kesal Ascal yang hanya mengambil lukisan dan menatapnya lama.“Kau pasti menyembunyikan sesuatu. Paman Barid. Kau pasti membicarakan sesuatu dengannya hari itu, 'kan? Itu pasti tentang Hao Yi dan Maru.”Ascal bergeming. Ia masih menatap sang sosok terlukis. Shaw. Setelah tiga detik berlalu, barulah kepalanya terangkat, membala
last updateLast Updated : 2021-08-20
Read more

29. Pecah nyali Keogan

Keogan menatap tidak suka, mendengkus, terfokus pada satu pedang lain yang berasal dari belakang seorang prajurit anak buah Dorn.Pemilik pedang itu mendorong pedangnya, menghempaskan prajurit Keogan hingga sang prajurit mundur beberapa langkah. Ia berjalan perlahan ke samping, memperlihatkan dirinya, dan berhenti di depan Spencer. Sorot matanya menajam dan mendingin, terarah lurus ke depan.“Berani sekali kalian mengangkat pedang kepada kakek dan nenekku!”Di antara semua orang, Mival yang paling terkejut. Rasa takutnya menyeruak di tengah ketegangan. Ia mengerjap, merasa Shaw benar-benar seperti orang yang berbeda sejak mendengar kakek neneknya dibawa ke dungeon.“Siapa kau, Anak Kecil? Berani sekali menghalangi!”Keogan memicing, merasa familier dengan mata Shaw sekaligus penasaran. Atensi Keogan sesaat beralih pada Dorn, melempar tatapan tajamnya.“Kau juga! Berani sekali kau!”Dorn memasang badan di depan, sedikit ke kiri dari Gracie, dan menggenggam erat pedangnya.“Mohon maaf, T
last updateLast Updated : 2021-08-20
Read more

30. Dua mata-mata dan botol kecil

“Aku punya tugas untukmu. Kakek dan nenekmu akan dibawa ke sebuah sel. Aku akan mempertimbangkan lagi jika kau bisa menyelesaikan semua tugas yang kuberikan dan kau, Dorn, ….” Ascal memutuskan, mengalihkan atensi pada sang ketua keamanan dungeon tanpa menunggu jawaban Shaw. “Tugasmu perihal perkara ini sudah selesai untuk sementara waktu. Ikuti prajurit Bexter agar kau tahu sel yang mereka tuju.”“Baik!” Dorn mengangguk cepat, menunggu kata-kata Ascal berikutnya, juga menunggu anak buah Bexter berjalan lebih dahulu.“Tuan ….” Keogan menginterupsi. “Hal ini sudah dibicarakan dalam rapat dan keputusan akhir sudah disepakati. Anda tidak bisa mengubahnya.”“Dan kau ….” Atensi Ascal beralih pada Keogan yang langsung mengunci mulut. “Ulangi kata-kata kau sekali lagi jika kau sudah bosan hidup di Zanwan.”Suara Ascal sangat tenang, tetapi Keogan membeliak. Cepat Keogan menggeleng, memucat wajahnya.“Pergi.”Hanya dengan satu kata Ascal, Spencer dan Gracie berjalan, pergi bersama tiga anak bua
last updateLast Updated : 2021-08-21
Read more
PREV
123456
...
11
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status