Shaw tidak menyahut lagi, menatap sekitar sesaat kemudian hanyut dalam pikirannya. 'Bagaimana jika Bailey kembali sendirian? Dan Tuan Hunt tidak datang?' batinnya cemas. Shaw memijat pelipisnya pelan sambil menghirup napas dan menghembuskannya perlahan. Mengulanginya sampai beberapa kali.
"Apa yang kau sembunyikan dariku?"
Buku-buku dan berkas-berkas disingkirkan dari tengah meja, lalu sebuah bingkai lukisan diletakkan dengan kasar.
"Kenapa diam saja?" Nada ketus terdengar sekali dari Jill, menatap kesal Ascal yang hanya mengambil lukisan dan menatapnya lama.
"Kau pasti menyembunyikan sesuatu. Paman Baldric, kau pasti membicarakan sesuatu dengannya hari itu, 'kan? Dan itu pasti tentang Hao Yi dan Maru."
Ascal tergeming, tak menjawab pertanyaan Jill. Ia masih menatap sang sosok terlukis yang tidak lain adalah Shaw. Setelah 3 detik
Keogan menatap tidak suka, mendengus dan terfokus pada satu pedang lain yang berasal dari belakang seorang prajurit anak buah Dorn.Pemilik pedang itu mendorong pedangnya dan menghempaskan prajurit Keogan hingga sang prajurit mundur beberapa langkah. Ia lantas berjalan perlahan ke samping, memperlihatkan dirinya dan berhenti di depan Spencer. Sorot matanya menajam dan mendingin, terarah lurus ke depan."Berani sekali kalian menghunuskan pedang kepada kakek dan nenekku!" ujarnya dengan nada datar nan dingin. Mival mengerjapkan mata, merasa Shaw seperti orang yang berbeda."Siapa kau anak kecil? Berani sekali menghalangi!" tandas Keogan seraya memicingkan mata; merasa familier dengan mata Shaw sekaligus penasaran dengan wajah di balik sorban yang dikenakan Shaw.Mata Keogan sesaat beralih pada Dorn, melempar tatapan tajamnya."Kau juga! Berani sekali kau!"Dorn memasang badan di depan sedikit ke kiri dari Gracie dan menggenggam erat pedang
"Aku punya tugas untukmu," kata Ascal. Menatap lekat Shaw. "Kakek dan nenekmu akan dibawa ke dalam sel. Aku akan mempertimbangkan lagi jika kau bisa menyelesaikan semua tugas yang kuberikan. Dan kau, Dorn--" Ascal memutuskan. Mengalihkan atensi pada sang ketua keamanan dungeon tanpa menunggu jawaban Shaw."Tugasmu perihal perkara ini sudah selesai untuk sementara waktu. Ikuti prajurit Bexter, agar kau tahu sel yang mereka tuju."Dorn mengangguk cepat. Menunggu kata-kata Ascal berikutnya, juga menunggu anak buah Bexter berjalan lebih dulu."Tuan--" Keogan menginterupsi. Tidak setuju dengan keputusan Ascal. "Hal ini sudah dibicarakan dalam rapat, dan keputusan akhir sudah disepakati. Anda tidak bisa mengubahnya.""Dan kau--" Atensi Ascal beralih pada Keogan yang langsung mengunci mulut. "Ulangi kata-katamu sekali lagi, jika kau sudah bosan hidup di Zanwan," ucap Ascal. Membuat Keogan terbeliak lalu menggeleng cepat. Memucat wajahnya.
Satu pion berwarna hitam maju dua kotak, merupakan pion pertama yang digerakkan."Kau akan menggunakan taktik lama?" tanya lawan di hadapan seraya menggerakkan pion berwarna putih di depan raja; maju satu kotak."Tergantung aku membutuhkannya atau tidak," jawab sosok penggerak bidak hitam.Sebuah bayang berhenti di depan ruangan, mengetuk pintu sekali lalu masuk setelah dipersilakan."Tuan, tidak ada penggal kepala malam ini," lapornya.Sang penggerak bidak putih mengambil cangkir yang masih terisi penuh teh, menyesapnya sedikit."Wah, tidak kusangka dibatalkan," sahutnya. Menaruh kembali cangkir teh."Bagaimana selanjutnya?" tanya penggerak bidak hitam sambil bertopang dagu."Selanjutnya ... tinggal menunggu kabar. Rencana kita yang berikutnya sudah mulai berjalan."Seperti biasa, lilin merah di tengah meja menjadi pelengkap penerangan ruangan. Bersama partner setianya, sang lentera berpancarkan cahaya orany
"Apa isinya?" Bold bertanya lagi.Shaw membuka peti, mengambil isinya; sebuah gulungan kertas. Ia membuka gulungan itu, membacanya sebentar, lalu menatap satu per satu orang di sana. Terlihat ekspresi penasaran, termasuk dari wajah Ascal yang sejak dulu ingin sekali melihat isi peti itu, tetapi tidak pernah diizinkan, pun tidak memiliki kesempatan."Duduklah ... kuberi tahu kalau semuanya duduk," tukas Shaw. Kembali membuat Bold, Wilton, dan Bexter meragu. Namun, mereka kemudian duduk usai melihat Mival langsung naik ke kasur dan duduk manis menatap Shaw."Isinya sebuah puisi," ujar Shaw seraya tersenyum lebar."Bacakan, Shaw!" seru Bailey. Tidak sabar. Ascal yang duduk di samping Bailey terlihat semakin penasaran dan penasaran.Shaw berdehem sesaat, lalu kembali menatap kertas di tangan; mulai membacakan puisi.“Dedaunanku menariIringi senandung nabastalaCerah berpendarSebiru gagang pedangmuLukaku merona
Dentum benturan benda yang dilemparkan nyaring mengudara, membuat bising pagi-pagi di rumah Spencer."Sepertinya terjadi sesuatu di dalam."Kening mengernyit, disusul tungkai melompat turun dari kuda; bergerak ke arah dapur setelah tak ada sahutan di pintu depan."Lepaskaann!"Teriakan dari dapur membuat langkah lebih cepat, lalu tangan membuka pintu dengan paksa, terbeliak mata melihat seisi dapur kacau balau. Peralatan memasak berserakan, juga kursi-kursi meja makan bergeser dari tempatnya.Di dekat pintu kamar, Mival terduduk bersandar ke tembok. Keningnya lebam. Pandangannya tertuju ke arah kompor, menatap Shaw yang terdorong jatuh ke dekat lemari di sana. Beberapa pisau yang dipegangnya berhamburan lepas dari tangan, cepat-cepat Shaw mengumpulkannya lagi.Dua mata-mata mencoba merebut pisau di tangan Shaw, sedang Mival berdiri, berlari ke arah Shaw dan mendorong salah satu mata-mata."Jangan bodoh! Lepaskan pisaunya!" teria
Gudang obat di pusat desa sesak dipenuhi prajurit yang ke luar masuk membawa kotak-kotak obat, memindahkannya ke dalam kereta kuda."Dokter, mereka menaikkan harga atas obat-obat yang Anda katakan," lapor seorang prajurit sembari menyerahkan selembar kertas bertuliskan daftar obat beserta harganya di beberapa toko."Baiklah, terima kasih .... Kau boleh kembali."Edvard mengernyitkan kening membaca tulisan di kertas; terheran-heran."Seharusnya tidak semahal ini. Bagaimana bisa naik begitu saja? Sedangkan berita wabah di timur Zanwan saja baru masuk ke pengadilan hari ini. Juga, beberapa obatnya adalah jenis obat yang belum lama tumbuh dan berbuah, seharusnya masih di pohonnya. Pencari panasea yang ingin mendapatkannya pun setidaknya masih dalam perjalanan ... tapi ini sudah tersedia. Ditambah ada obat yang langka. Hmm ... ini seperti sudah disiapkan sejak lama," gumamnya.Edvard menyimpan kertas itu ke dalam tas, kemudian fokus kembali mengaw
"Shaw, kenapa kau menangis?"Bailey melirik Shaw bermaksud untuk melihat apakah Shaw sudah selesai membaca suratnya atau belum, tetapi malah mendapati sahabatnya itu menangis dengan surat masih terbuka di kedua tangannya.Shaw mengusap air mata yang menetes di pipi, mengangkat wajah ke atas dan mengerjapkan mata. Hembusan napas beberapa kali ia lakukan, untuk melegakan perasaan sesak dan sedih dalam hatinya."Kita harus bergerak cepat. Pengorbanan Viking ini tidak boleh sia-sia," ujar Shaw lirih. Memberikan suratnya pada Wilton, kemudian mengusap air mata yang masih berjatuhan.Sembari menunggu Wilton selesai membaca, Shaw bergantian menceritakan perjalanannya mencari panasea, hingga kembali lebih cepat dari perkiraan."Kau lihat wajahnya? Wajah itu, mirip sekali!"Suasana yang biasanya tenang nan hening berubah bising malam ini. Beberapa kali api lilin merah di tengah berayun karena hentakan tangan ke meja."Tapi, ini tidak mun
"Haaaahhhh ... dia pasti ada di suatu tempat. Kita cari tahu besok saja. Kalau pun dia hilang, maka kabarnya pasti segera sampai. Penduduk di luar hutan yang paling dekat dengan rumah itu sering lewat jika ingin ke hutan untuk mengumpulkan kayu atau buah."Barid menguap; menutup mulut dengan punggung tangan kiri sekali lagi, kentara sangat mengantuk."Semoga saja seperti yang kau katakan. Kalau begitu, aku pamit dulu. Lanjutkan istirahatmu, selagi kau masih bisa beristirahat dengan nyenyak. Besok lusa, mungkin akan ada hal yang akan merusak istirahat kita."Kuda kembali berderap; ke luar area mansion Barid dengan langkah tenang tetapi sedikit cepat. Eduardo membuka tirai jendela kereta kuda sisi kanannya, mengangkat wajah ke atas.Pelupuk matanya menangkap pergerakan sebuah bayang cepat di atas atap rumah-rumah penduduk, seakan ada sesuatu yang penting. Eduardo menyipitkan matanya, memperjelas penihatannya.'Mata-mata. Hakinya bagus, tapi tin