Terkutuk dan dikurung dalam cermin, memiliki kekuatan sihir jahat yang harus dihancurkan. Rose dipertemukan dengan Bara lelaki unik yang tak sengaja mengucapkan mantra hingga ia terbebas dari cermin, begitupun mengembalikan warna putih pada bunga mawarnya yang menghitam, dengan arti bahwa Bara mampu menghancurkan kutukan pada diri Rose, serta akan dapat membantunya untuk melenyapkan sosok penyihir yang telah mengutuknya dan masih terus mengejarnya sampai detik ini. Namun, hati Bara rupanya terlampau keras, bertemu dengan Rose baginya adalah petaka, terlebih hatinya telah tertaut pada gadis sombong benama Lily. Bara membiarkan Rose terkurung dalam gelapnya kutukan. Semua semakin diperburuk dengan rahasia yang mulai terungkap, mengenai sosok penyihir yang ternyata sudah lama berada di dekatnya. Mengintai tanpa diketahui, menunggu kedatangan waktu yang tepat untuk melancarkan aksinya. Sampai tiba malam bulan purnama, Rose resmi diabadikan dalam kutukan. Tepat di depan mata Bara. Menyaksikan itu, apa yang akan Bara lakukan? Mungkinkah perasaannya masih mengharapkan Rose agar pergi? Atau untaian kenangan dapat mengubah perasaanya dalam sekejap? sirahshe ~ Copyright 2021
View MoreSuara mesin mobil dihidupkan menghentikan Bara dari aktivitasnya menarik rambut. Rambut yang memang sudah acak-acakan, bertambah mengenaskan sekarang. Terlihat wajahnya memerah, lelaki itu benar-benar menangis, kesal dengan kusutnya jalan hidup seperti benang tak terurus.Tidak mungkin 'kan ia berdiam diri saja kala telah mengetahui dirinya terancam dirukiah?Menyebalkan! Sudah pasti ia harus bangkit untuk menghentikannya.Bara meninggalkan lantai dan beranjak menuju jendela yang tirainya baru sebelah di buka. Dengan sekali tarik ia menyibak tirai sebelahnya lalu membuka jendela cepat-cepat.Terlihat si Merah melaju meninggalkan bagasi dan keluar dari halaman rumahnya.Mulut Bara terbuka. "Ma!" panggilnya berharap terdengar."Mama!""Mama!""Ma!"Tidak ada tanda-tanda Bella menyadari panggilannya, mobil BMW itu terus melaju hingga wujudnya terputus dari jangkauan pandang.
Bella keluar kamar tergesa-gesa, gamis cokelat susu melekat pas di tubuhnya, lengkap bersama kerudung yang berwarna serasi. Wajah ibu kandung Bara itu terlihat gelisah, nafasnya memburu seraya mengunci pintu kamarnya dengan tangan yang gemetar."Ma." Bara datang menghampiri Bella untuk melihat kondisi sang mama yang sebelumnya ia duga tidak sedang baik-baik saja, dan dugaannya itu dibenarkan saat tangan dingin Bella menarik Bara untuk mendekat padanya."Ganteng!" sambut Bella sedikit berteriak namun tertahan, kini tangan memucatnya itu menggenggam erat telapak tangan milik Bara."Ada apa, Ma? Mama tadi kenapa teriak? Terus ini Mama kenapa jadi dingin dan pucat? Mama sakit?" tanya Bara beruntut, berlagak tidak tahu dan tidak mengerti padahal hatinya tengah berdetak kencang mencemaskan posisi Rose yang terancam.Bella menggeleng. "Mama baru aja dapet musibah.""M
Bara bersingut mundur dengan cepat, matanya membola saat Rose tiba-tiba melempar sihirnya dan sengaja dipantulkan ke lantai tak jauh dari posisinya. Mata gadis itu menajam, berubah gelap dan menampilkan wajah yang tidak menyenangkan melainkan menyeramkan. Matanya berkaca-kaca, memancarkan ketidaksukaan atas apa yang baru saja terjadi. Bara menelan salivanya kuat-kuat, untuk kedua kalinya ia merasakan seluruh persendiannya mati rasa setelah bertemu Rose. Begitupun ketakutannya akan kematian selayaknya tempo hari. "Ro-Rose ... ma-maafin gue," pintanya memohon masih dengan posisi terlentang ditahan siku sama seperti saat pertama kali dirinya melihat keajaiban dunia di mana Rose keluar dari cermin. "Ja-jangan Rose." Tangan kanan Rose kembali bergerak memutar, dari gerakan tersebut dengan mudahnya asap hitam yang bercahaya penuh glitter muncul di atas
"Ngung! Ngung!" Bibir kecil dan tipis Rose maju mengikuti ucapannya. Tampak lucu seperti anak kecil yang senang melihat sesuatu yang baru dan langsung ia sukai, sehingga menarik imajinasinya ke tingkat yang lebih tinggi. Menggemaskan. Tapi tidak untuk Bara, ia memutar bola matanya kesal, menarik bahunya untuk bangkit dan terduduk. Ia mengharapkan ketenangan seperti sebelum gadis itu datang, serta harapannya yang utuh terhadap Lily untuk menjadi kekasihnya. Tatapan sendunya penuh menatap Rose, bibirnya tertekuk ke bawah, sedih. "Bisakah?" tanyanya mengalihkan pandangan pada langit-langit kelambu, mungkin saja Tuhan mau mengasihaninya. "Hiks!" Bara membanting tubuhnya ke belakang kembali berbaring, menutup telinganya dengan bantal tak memberi kesempatan suara untuk masuk sedikitpun. Paman Tikus di sampingnya, sudah lebih dulu tenggelam di alam bawah sadarnya. Sedangkan Rose, gadis itu masih asik menikmati imajinas
Wah apa lagi ini? Karakter tersembunyi yang baru saja Rose tunjukkan membuat Bara takjub dalam hitungan detik. Gadis unik itu bukan hanya berotak cerdas dan peka, tapi juga suka melucu rupanya.Bara menahan senyumnya agar tidak mengembang, meski terbilang gurauan Rose garing, melihat tingkah lucunya cukup menjadi pengganti dorongan untuk membuat orang yang menyaksikannya tersenyum.Terlepas dari itu, terserah sajalah Bara tidak ingin terbawa perasaan. Jika ia tersenyum, takutnya sama saja membuka peluang tabir harapan Rose.Esok harinya Minggu datang, hari di mana Bara bebas dari mata kuliah dan dapat bersantai dengan ketenangan pikiran.Ah, berbicara tentang ketenangan pikiran sepertinya Bara sudah kehilangan hal tersebut semenjak Rose hadir dalam hidupnya dan Lily yang tidak pernah mau menjadi kekasihnya hingga meninggalkan ia memilih lelaki lain.Bara keluar dari kamar mandi dalam keadaan menggosok rambutnya yang basah me
"Sini biar gue aja." Tanpa permisi lelaki yang tengah mengalami patah hati itu merebut tissue dari tangan Paman Tikus membuat sang empu menyipit tak terima. "Lambat!" ejek Bara kepada Paman tikus, dan tanpa meminta izin kepada Rose, Bara langsung mengelap pipi Rose dengan tissue tersebut menggantikan Paman Tikus. Rose mengerjapkan mata bulatnya, memperhatikan wajah Bara dari dekat ada sensasi tersendiri. Sedangkan Bara tak mempedulikan itu, ia lebih memilih fokus mengelap wajah Rose yang masih tersisa bercak cokelat separuh. "Ngapain liat-liat?" tegur Bara tiba-tiba. Rose yang tertangkap basah anehnya tidak gugup sama sekali, ia menggeleng calm dengan tatapan polos yang tidak hilang. "Nggak usah heran, gue emang udah ganteng dari lahir, makanya dapet julukan si Ganteng," cetus Bara percaya diri menarik sudut bibir membentuk senyum miring. Mendengar kalimat itu Rose tak bereaksi, masih betah menyapu tatapannya di s
"Rose.""Hum?""Hari ini lagi-lagi lo hampir ngebuat otak gue mau meledak," ucapnya memulai aksi"Hah?" Tentu saja kalimat Bara barusan terdengar ambigu di telinga Rose.Lelaki itu masih betah menatap piring kosong belum mau berpindah pandang dari sana. Dengan mimik wajah sok serius, ia memindahkan tangan yang jarinya saling bertaut ke atas meja mini berwarna cokelat itu tepat di hadapan Paman Tikus, sedikit kasar! Tujuannya adalah sekalian mencoba menggertak tikus tersebut tanpa disadari Rose.Bara mencoba mengambil peran sebagai hakim yang tengah bertugas, menciptakan atmosfer menegangkan di tengah persidangan."Lo--." Bara menoleh sengaja menggunakan gerakan slow motion hanya untuk menatap Rose.Bertepatan dengan itu Rose menurunkan tangannya membuat seluruh wajahnya dapat dilihat utuh.
"Ha-hantu?" Bella mengangguk mantap, jelas sekali terdapat keseriusan di matanya. Bukannya terbawa serius pula, Bara malah membentuk ekspresi menjengkelkan. "Pffttt." "Hahahaha!" Tawa meledak seketika. Bara memegangi perutnya akibat terlalu kuatnya tertawa. "Kok malah ketawa?" dengus Bella merasa kesal. Ayolah, sudah pasti Bara bahagia, sebab pikiran buruknya tidak terjadi. Ia merasa lega seketika, apalagi setelah menyemburkan tawa, seperti separuh beban yang bermuatan ton hengkang begitu saja. "Ekhem." Bara menyudahi kelakuan menyebalkannya, tidak enak juga rasanya melihat mamanya menatap kesal pada dirinya. "Maaf, Ma. Habisnya Mama lucu, mana ada hantu di siang bolong gini, mungkin Mama salah denger." "Haishh ... kamu ini nggak percayaan. Tadi 'kan Mama mau ngecek kamar kamu, pas mau dibuka ternyata pintunya dikunc
Nalarnya bekerja mencari kemungkinan baik-buruk yang akan terjadi, bagaimana jika mamanya mengetahui keberadaan Rose?Memang sih, sudah dikunci pintu kamarnya, tapi tetap saja ia mengkhawatirkan Rose akan bersuara dan dapat memancing rasa penasaran Bella, asal tahu saja mamanya itu tentu memiliki kunci duplikat yang akan memudahkannya masuk kapan saja ke kamar Bara.Kaki panjang milik Bara yang biasanya menggunakan kelembutan saat menaiki tangga dengan melewatinya satu persatu, telah mengesampingkan kelembutan itu dan kini melompatinya tanpa perhitungan.Untungnya ada secercah nasib baik saat ia mengambil keputusan itu, tubuh Bara selamat dari mencium lantai kayu, meskipun sempat oleng ke depan dan hampir nyusruk memeluk pintu tapi ia bisa menahan keseimbangan."Huft!" Ia mengelus dadanya dan bersyukur dalam hati.Knop pintu su
Kita, adalah dua orang yang berasal dari dunia yang berbeda. Dipertemukan untuk mengukir kisah indah, namun menyakitkan.Rupanya perbedaan itu tidak membiarkan kita bersama dalam waktu yang lebih lama. Dipisahkan, lalu tersakiti.Terlepas dari itu, aku tak pernah menyesal pernah berada dekat di sisimu, karena dengan itu perlahan sisi gelapku menghilang.Sekarang, mungkin sudah saatnya kuucapkan terimakasih dan … selamat tinggal. Aku pergi, dan mungkin takkan kembali."Rose!" Teriakan yang terdengar memilukan, menggelegar bersahutan dengan guruh disertai badai.Langit seakan runtuh!Angin kencang berhembus menggoyangkan pohon hingga seperti akan terlepas dari akarnya, membawa dedaunan kering yang berserakan di atas rerumputan menyerang lelaki yang tengah bersimpuh.Mata lelaki itu memerah, terus menatap sendu cermi...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments