Yes, I Do

Yes, I Do

last updateTerakhir Diperbarui : 2022-09-17
Oleh:  Adelia17Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
2 Peringkat. 2 Ulasan-ulasan
116Bab
3.9KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Sinopsis

Kehidupan yang berkecukupan tidak selalu membuat seseorang bahagia. Terbukti dengan kehidupan dua pribadi, Keenan dan Lilian. Keenan yang memiliki trauma dengan wanita, dan Lilian yang memiliki sakit hati serta trauma dengan masa lalunya, membuat mereka tidak bisa menerima kehadiran cinta begitu saja. “Mari kita selesaikan masa lalu terlebih dahulu baru menjalani hubungan yang lebih serius,” ujar Keenan. “Memaafkan bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. Tetapi, demi cinta dan diriku sendiri, aku akan mengusahakannya,” jawab Lilian. Bagaimana cara Keenan dan Lilian melewati proses kehidupan untuk meraih kebahagiaan bersama?

Lihat lebih banyak

Bab 1

Bab 1. Sebuah Kecelakaan

Lilian POV

“Sayang, kamu masih belum sehat lho. Kita langsung pulang ke apartment saja ya?” ajak Finn.

Dari raut wajahnya, aku bisa melihat kalau Finn sangat khawatir dan aku bisa memahaminya.

Pasalnya, aku baru saja sembuh dari sakit demam dan pusing selama dua hari kemarin akibat datang bulan. Berhubung hari ini aku sudah merasa jauh lebih baik, aku memaksakan diri untuk ke kampus walaupun masih terasa lemas.

Maklum saja, aku memang paling tidak suka berdiam diri di apartment. Aku lebih baik duduk di dalam kelas dan mendengarkan dosen mengajar, daripada harus belajar sendirian di dalam kamar.

Oh, iya, perkenalkan, namaku Lilian. Usiaku dua puluh dua tahun. Saat ini aku sedang kuliah desain di Singapura. Sedangkan keluarga besar aku tinggal di Jakarta. Untuk sementara, hanya itu dulu perkenalanku, karena aku harus merayu Finn agar dia mau mengantarku ke toko baju.

“Tolonglah mampir ke toko baju yang ada di jalan Orchard, sebentar saja. Aku ingin membeli sesuatu,” pintaku sedikit memelas.

“Kamu ingin membeli apa? Masih bisa ditunda, ‘kan?” tanya Finn masih berusaha membujukku, sambil tetap fokus menyetir.

“Sebentarrr saja. Janji ... hanya sebentar.” Aku mengangkat kedua tanganku sambil menunjukkan dua jari telunjuk dan jari tengah yang membentuk huruf V, sebagai tanda kalau aku benar-benar janji tidak akan berlama-lama di toko baju favoritku itu.

“Bagaimana kalau besok saja? Aku janji akan menemanimu seharian belanja,” tawar Finn, belum menyerah.

Dengan cepat aku menggeleng. “Tidak mau. Aku bukan ingin belanja kok. Aku hanya ingin membeli satu pakaian saja. Ya ya? Pleaseee ....”

Finn menoleh ke arahku sekilas lalu tangan kirinya membelai kepalaku dengan sayang sambil tetap fokus menyetir.

“Baiklah. Kalau begitu aku tidak perlu ikut turun, ‘kan?” Finn pasti sedang menguji perkataanku.

Biasanya, kalau benar-benar hanya sebentar, aku memang lebih suka jalan sendiri, agar aku bisa bergerak dengan leluasa. Sedangkan Finn hanya perlu menunggu di mobil saja.

“Iya, tidak perlu,” jawabku bersemangat.

Finn tersenyum dan mengarahkan mobilnya ke toko baju yang aku maksudkan.

Setibanya di depan toko, Finn memarkirkan kendaraannya di tepi jalan, di dekat trotoar, dan membiarkan aku turun sendiri.

Sembari menungguku, Finn biasanya akan memeriksa pesan yang sudah menumpuk di ponselnya.

Finn itu kekasihku. Kami pacaran sejak dua tahun belakangan. Beda usia kami empat tahun, dia lebih tua dariku. Di usianya yang terbilang masih muda itu, dia sudah memiliki bisnis sendiri dan sebenarnya dia itu orang yang sangat sibuk.

Meskipun demikian, rasa cintanya padaku, membuat Finn selalu meluangkan waktu untuk mengantar dan menjemputku ke kampus, atau ke mana pun aku ingin pergi.

Seperti hari ini, di tengah-tengah kesibukannya, Finn masih menjemputku di kampus. Apalagi kondisiku yang baru sembuh begini, tentu membuat Finn tidak akan mengijinkanku pergi sendirian.

Ah, sungguh beruntung diriku ini, bisa memiliki seorang kekasih seperti Finn. Di dunia ini, aku merasa cukup memiliki seorang Finn. Ya, sama seperti Finn, aku pun sangat mencintainya.

*****

Di dalam toko ...

Dengan sedikit terburu-buru, aku melangkah menuju ke bagian pakaian pria.

Aku terus fokus untuk melihat-lihat, dan dengan gerakan tangan yang sangat cepat aku menggeser gantungan baju agar bisa melihat model pakaian dengan lebih jelas.

Hingga beberapa saat kemudian, tanpa sengaja, tiba-tiba aku menabrak seseorang.

Buk!

Dengan cepat aku menjaga keseimbangan tubuhku lalu menoleh ke arah laki-laki yang kebetulan berdiri di belakangku itu sambil menundukkan kepala.

“Maaf ... maaf ... saya sedang terburu-buru dan tidak sengaja menabrak Anda.” ucapku dalam bahasa Inggris.

“Iya, tidak apa-apa,” jawab laki-laki itu ramah, juga dalam bahasa Inggris.

Aku pun mengangguk lalu kembali melihat-lihat hingga tanganku dan tangan laki-laki itu meraih satu kemeja yang sama.

Merasa tidak enak, aku mempersilakan laki-laki itu melihatnya terlebih dahulu. Namun, aku masih terus memerhatikan kemeja itu. Merasa suka dengan modelnya, aku mendekati seorang pelayan toko yang kebetulan sedang merapikan pakaian di dekat posisi aku berdiri.

“Aku menyukai kemeja yang dipegang oleh laki-laki itu. Apa kamu punya yang ukuran L?” tanyaku, tentu saja dengan menggunakan bahasa Inggris.

“Mohon tunggu sebentar, saya akan cek stock barang terlebih dahulu,” jawab petugas toko itu sambil memeriksa stock barang melalui alat yang dipegangnya.

Sedangkan aku menunggu di sampingnya dengan sabar.

“Hm, stock-nya hanya tinggal satu saja, yang dipegang oleh laki-laki itu,” tunjuk petugas toko itu.

“Ah, benarkah?” gumamku agak kecewa.

“Mohon maaf,” ucap petugas toko itu.

Aku hanya mengangguk dan membiarkan petugas toko itu melanjutkan pekerjaannya.

Laki-laki yang tadi tidak sengaja aku tabrak itu sepertinya mendengar pembicaraan antara aku dan petugas toko karena tiba-tiba saja dia menoleh dan memberikan kemeja tersebut padaku.

“Ini, silakan kalau kamu memang berniat ingin membelinya,” ujar laki-laki itu.

“Ah, tidak tidak ... kamu sudah memegangnya terlebih dahulu. Aku akan memilih kemeja yang lain,” jawabku sambil tersenyum canggung.

Aku masih merasa tidak enak karena baru saja aku sudah menabrak laki-laki itu dan aku tidak ingin merebut kemeja yang menurutku akan sangat cocok kalau dikenakan oleh Finn.

“Sudah, tidak apa-apa ... ini, ambillah!” Laki-laki itu berkata dengan nada bicara yang menurutku sedikit memaksa.

“Kamu benar-benar tidak mau?” tanyaku sedikit ragu.

“Tidak,” jawab laki-laki itu.

“Baik, kalau begitu aku yang akan membelinya. Terima kasih banyak,” ujarku tak ingin berlama-lama.

Entah hanya perasaanku saja atau memang benar, aku merasa laki-laki itu terus melihat ke arah kemeja pria yang aku bawa ke kasir. Apa dia sudah menyesal memberikan kemeja ini padaku?

Setelah membayar, aku buru-buru melangkah kembali ke mobil. Namun, sebelum itu, aku menyempatkan diri untuk menoleh ke arah laki-laki tadi dan menganggukkan kepala sekadar untuk pamit.

Tepat ketika aku sudah meninggalkan toko dan kurang beberapa langkah lagi akan tiba di mobil, tiba-tiba aku mendengar suara yang teramat keras hingga aku berhenti berjalan.

BRAK!

TIN! TINNNNNN!

Mataku terbelalak ketika melihat mobil milik Finn bergeser dengan kasar sampai mengenai pembatas trotoar, diikuti suara klakson mobil yang saling bersahutan.

Saat ini tubuhku mendadak lemas, jantungku berdetak sangat cepat, napasku terasa sesak, dan kakiku bahkan terasa sangat sulit untuk digerakkan. Pikiranku benar-benar kosong. Antara percaya dan tidak percaya melihat mobil sport warna hitam milik Finn ditabrak dari samping oleh sebuah mobil atau sesuatu yang ukurannya jauh lebih besar, hingga terpental sebegitunya.

Tanpa sadar, aku terduduk di trotoar dengan air mata yang sudah menggenang di pelupuk mata, tidak memedulikan suara orang di sekitar yang sibuk bertanya-tanya.

“Finn,” gumamku dengan bibir yang gemetar.

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

user avatar
senja_awan
siapa yg sudah jahat ke Lilian.....kenapa mamanya bisa bersikap kayak gitu ke Lilian, seolah olah dia bukan anak kandung.....sebel aku sama mama Lilian...
2024-10-01 11:27:33
0
user avatar
Adelia17
Terima kasih untuk kalian yang mengikuti cerita “Yes, I Do” ...
2022-06-21 23:18:52
1
116 Bab
Bab 1. Sebuah Kecelakaan
Lilian POV“Sayang, kamu masih belum sehat lho. Kita langsung pulang ke apartment saja ya?” ajak Finn.Dari raut wajahnya, aku bisa melihat kalau Finn sangat khawatir dan aku bisa memahaminya.Pasalnya, aku baru saja sembuh dari sakit demam dan pusing selama dua hari kemarin akibat datang bulan. Berhubung hari ini aku sudah merasa jauh lebih baik, aku memaksakan diri untuk ke kampus walaupun masih terasa lemas.Maklum saja, aku memang paling tidak suka berdiam diri di apartment. Aku lebih baik duduk di dalam kelas dan mendengarkan dosen mengajar, daripada harus belajar sendirian di dalam kamar.Oh, iya, perkenalkan, namaku Lilian. Usiaku dua puluh dua tahun. Saat ini aku sedang kuliah desain di Singapura. Sedangkan keluarga besar aku tinggal di Jakarta. Untuk sementara, hanya itu dulu perkenalanku, karena aku harus merayu Finn agar dia mau mengantarku ke toko baju.“Tolonglah mampir ke toko baju yang ada di jalan Orchard, s
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-03-30
Baca selengkapnya
Bab 2. Tidak Ada yang Baik
Suara sirine ambulans dan mobil polisi terdengar begitu ramai memekakkan telinga.Para polisi sedang sibuk menjauhkan orang-orang yang berkerumun dari posisi kejadian. Terlihat, seorang polisi wanita mendatangiku.“Maaf, Anda harus menjauh dari posisi ini,” ujar seorang polisi wanita itu dalam bahasa Inggris.“S-saya b-bersama s-seorang p-pria yang b-berada di m-mobil i-itu,” tunjukku dengan berurai air mata dan tubuh yang masih gemetaran.Mengerti yang aku maksudkan, seorang polisi wanita itu menuntunku masuk ke dalam mobil ambulans, di mana para perawat sedang berusaha menolong Finn. Entah kapan mereka membawa Finn, mataku yang tertutup air mata ini tidak sempat melihatnya.Aku melihat sekujur tubuh Finn yang penuh dengan darah akhirnya kembali menangis histeris.“Finn, maafkan aku! Maafkan aku!” ucapku tidak bisa berhenti meminta maaf.Beberapa saat kemudian, aku melihat Finn membuka matanya sang
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-03-30
Baca selengkapnya
Bab 3. Sungguh Menyakitkan
“Erina?” panggilku pelan. Sudah tidak bisa aku gambarkan dengan kata-kata suasana hatiku saat ini.Erina yang sepertinya sudah hampir mencapai titik klimaks kenikmatan membuka matanya dan menoleh ke arahku dengan mata yang terbelalak dan mulut menganga.Sedangkan seorang pria yang tangannya masih berada di ... dalam lubang kenikmatan milik Erina juga ikut menoleh dan perlahan menarik tangannya.“Siapa dia? Apa dia saudara kamu?” tanya seorang pria itu dalam bahasa Inggris.“Bukan,” jawab Erina, tak mengalihkan tatapannya padaku.“Maaf mengganggu. Selesaikan dulu aktivitas kalian. Aku akan menunggu di luar,” ujarku dingin.Kebanyakan orang yang berada di posisiku saat ini pasti akan pergi begitu saja. Namun, berbeda denganku yang masih ingin memberi Erina kesempatan untuk bicara. Aku hanya ingin tahu alasannya berbuat itu di belakangku, bukan ingin kembali dengannya. Statusnya sudah bukan kekasi
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-03-30
Baca selengkapnya
Bab 4. Baju Baru
“Li, sudah donk nangisnya,” bujuk Cheryl.Entah sudah berapa lama aku menangis dan tidak bisa berhenti. Badanku gemetaran, antara takut dan perasaan kehilangan.Jadi, tadi, begitu Tante Iva memberi tahu kalau Finn sudah ... tiada ... ah, aku benci harus mengatakan hal ini. Yang pasti, tadi aku langsung menangis dan tidak berhenti mengucapkan kata maaf.Aku benar-benar tidak percaya kalau Finn sudah pergi untuk selamanya. Aku merindukan Finn. Kami baru saja bertemu di kampus dan dia ... dia ... dia mengantarkanku ke toko baju. Ah, aku benar-benar menyesal telah mengajak Finn ke toko baju. Tuhan ... aku hanya ingin membelikan baju untuknya sebagai rasa terima kasih atas cinta yang dia berikan untukku.Melihatku menangis, Om Danendra meminta Cheryl mengantarkanku kembali ke kamar. Di sinilah aku sekarang, di ruang perawatan.“Aku harus bagaimana agar Finn kembali, Ryl?” tanyaku sambil menangis.Aku sungguh-sungguh ingin
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-03-30
Baca selengkapnya
Bab 5. Menghadiri Pemakaman
“Apa yang terjadi?” tanyaku keheranan saat melihat Cheryl sibuk melakukan serangkaian tes dan menanyakan banyak hal padaku.Cheryl hanya diam dan tak memberikan jawaban apa pun.“Ryl, aku baik-baik saja. Kita kembali ke kamar, yuk!” ajakku.“Ayo, sudah waktunya untuk istirahat,” jawab Cheryl.Aku mengangguk lega.Setibanya di kamar ...Cheryl membantuku naik ke atas brankar kemudian dia menatapku lurus, seakan ada sesuatu yang ingin dikatakannya.“Aku ingin bicara sesuatu. Apa boleh?”Benar, ‘kan dugaanku?Aku pun mengangguk ragu. Sepertinya ini berkaitan dengan kesehatanku. Apa ada masalah?“Post-traumatic stress disorder atau PTSD adalah sebuah kondisi mental di mana seseorang mengalami serangan panik, yang dipicu oleh trauma.” Cheryl menjelaskan, membuatku mengernyitkan kening.Cheryl menghela napas sejenak sebelum lanjut bicara.&l
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-03-30
Baca selengkapnya
Bab 6. Mari Berusaha Bersama
“Terima kasih sudah meluangkan waktu untuk datang,” ucap seorang pria paruh baya itu dalam bahasa Inggris. Aku hanya membungkukkan badan sekali lagi sebagai tanggapan.Kemudian seorang pria dan seorang wanita paruh baya, serta dua orang gadis itu melanjutkan langkah mereka, meninggalkan aku seorang diri.Aku pun memberikan penghormatan terakhir di hadapan makam seseorang yang tidak kukenal, lalu aku kembali ke mobil.Untuk beberapa saat aku masih diam di dalam mobil untuk mengingat-ingat wajah seorang gadis yang sedari tadi menangis itu. Hm ..., aku tidak ingat pernah bertemu dengan seorang gadis itu tetapi wajahnya tidak asing.Perlahan aku mulai melajukan kendaraan, keluar dari area pemakaman.Hatiku sedikit merasa lega setelah menangis tadi.Jujur, tadinya aku merasa menjadi orang yang paling menyedihkan. Mama kandungku sendiri tidak mau bicara denganku. Ditambah, kekasih
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-04-04
Baca selengkapnya
Bab 7. Menyibukkan Diri
Krek!Aku yang saat ini sedang duduk di dekat jendela kamar, menoleh begitu mendengar pintu dibuka.Cheryl membawa nampan dan berjalan mendekat ke arahku. Lalu dia duduk di sisi tempat tidur, di sebelahku, sambil meletakkan nampan di atas tempat tidur.“Aku sudah masak susah-susah, tidak boleh tidak di makan ya,” ujar Cheryl.“Aku belum lapar,” sahutku, kembali melihat ke arah luar jendela.Saat ini gorden memang sedang aku buka. Sedari tadi aku terus menatap ke arah langit biru, seakan sedang mencari sosok Finn di sana.“Enggak silau apa, Li, lihat langit terus?” tanya Cheryl sambil menengadah ke arah langit.“Hm,” gumamku, tak berniat memberikan jawaban.Dari sudut mataku, aku bisa melihat kalau Cheryl memerhatikanku.“Li, dari kemarin hanya hotdog yang masuk di dalam perutmu—““Sudah keluar sih tadi pagi,” potongku dengan pandangan ma
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-04-06
Baca selengkapnya
Bab 8. Bertemu Lagi
Pesan yang baru saja aku baca datang dari Erina. Dua kali aku membaca pesannya hingga aku menghela napas panjang dan mengusap kasar wajahku.Bagaimana bisa tiba-tiba Erina mengirimkan pesan, ketika aku sempat mengingatnya sekilas, seakan kami masih punya ikatan batin?“Aku harus bagaimana?” gumamku bingung.Di satu sisi, tidak ada gunanya kami bertemu. Di sisi lain, aku tahu bagaimana rasanya memiliki perasaan bersalah dan harapan untuk bisa mendapatkan pengampunan.Sering kali orang lebih suka menghukum dengan membiarkan seseorang hidup dengan perasaan bersalah tanpa memberikan maaf. Padahal memaafkan itu bukan menghapus kesalahan. Dan sekalipun kita sudah memaafkan, tidak semua orang bisa dengan mudah melepaskan perasaan bersalah.Bagiku, memaafkan itu sebuah langkah maju. Hidup kita dan orang lain harus terus berjalan.Ha! Lagi-lagi aku menghembuskan napas kasar.Setelah berpikir sejenak, aku bergerak merapikan barang-b
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-04-08
Baca selengkapnya
Bab 9. Kambuh
Lilian POVBeberapa saat yang lalu, usai menghabiskan bubur ayam buatan Cheryl, aku mengajak sahabatku itu jalan-jalan keluar sebentar.Meskipun Cheryl tak berhenti menggangguku agar aku berhenti melamun, tetapi aku tetap merasa sepi.Di Singapura, selalu ada orang-orang yang berlalu lalang di jalanan, dan aku ingin merasakan kehadiran banyak orang. Dengan demikian, aku berharap, bisa melupakan Finn walau hanya sebentar saja.Pikiranku benar-benar penuh hingga membuat kepalaku terasa sangat sakit. Dadaku sesak menahan rindu. Hatiku teramat sedih. Aku hanya perlu sebentar saja keluar dari unit apartment ini.Beruntung Cheryl menyetujui keinginanku. Kebetulan dia ingin makan nasi lemak. Jadi, kami bergegas bersiap dan berjalan keluar dari unit apartment.Ketika kami sudah dekat dengan tempat makan yang menjual nasi lemak, tiba-tiba ada suara sirine yang begitu nyaring, memekakkan telinga.Suara sirine itu mengingatkanku pada kejadian di mana aku melihat mobil Finn ditabrak dan … dan … da
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-06-08
Baca selengkapnya
Bab 10. Hai, Finn!
Demi bisa mengunjungi Finn, aku menikmati makan malamku dengan semangat, walau aku sebenarnya belum berselera makan. Dan itu sukses membuat Cheryl terus menampilkan raut wajah bahagia.“Sudah ya, aku menepati janjiku,” kataku pada Cheryl yang hanya mengangguk-angguk.“Istirahatlah! Biar aku yang mencuci piring,” ujar Cheryl usai menelan suapan terakhir.“Terima kasih, Dokter Cheryl kesayangan,” ucapku riang.Rencana untuk mengunjungi makam Finn besok, sungguh membuatku lebih bersemangat. Mungkin terdengar berlebihan, tapi aku merasa hatiku tertinggal di sana bersama Finn.Setelah membantu Cheryl meletakkan peralatan makan di tempat cucian, aku bergegas masuk ke dalam kamar untuk membersihkan tubuhku dan beristirahat. Ah, aku tidak sabar menunggu besok.Tok tok tok!Aku mendengar suara pintu kamar diketuk namun terlalu banyak menangis membuatku sulit membuka mata.Hingga tak lama kemudian, akhirnya aku berhasil membuka mata dan melihat seseorang datang menghampiriku.Tunggu dulu!“Finn
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-06-09
Baca selengkapnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status