“Nyonya, turunlah dari tubuh saya. Anda sudah menindih saya dan itu … berat sekali,” kata Radit blak-blakan.
“Oh, maaf. Aku nggak sengaja,” sesal wanita itu. Dia segera menyingkir dari tubuh Radit dan menjaga jarak dengannya.
“Nyonya, apa Anda baik-baik saja sekarang?” tanya petugas keamanan itu sekadar memastikannya.
“Tidak apa-apa. Kalian pergilah!” usir Nyonya itu pada petugas keamanan.
“Baiklah kalau begitu. Jika Anda memerlukan sesuatu panggil kami saja, Nyonya.” Para petugas keamanan segera meninggalkan apartemen milik Nyonya itu. Sementara, di apartemen itu kini tinggal Radit dan Nyonya itu. Mereka hanya berduaan.
Perlahan-lahan, perasaan wanita itu kini mulai tenang. Setelah Radit berhasil menyelamatkannya dari maut. Oh iya, mereka belum sempat berkenalan. Wanita itu memanfaatkan waktu untuk berkenalan dengan Radit.
Nyonya manis itu memperkenalkan dirinya. Namanya Serafina. Dia adalah pemilik gedung apartemen itu. Suasana di sana agak canggung. Karena mereka tinggal berdua saja. Tidak lama kemudian, seorang pria tua sekitar umur enam puluhan datang menemuinya di apartemen.
“Sayang, apa kamu baik-baik saja?” tanya pria tua itu sambil menghampiri Serafina. Apa pria tua itu adalah suaminya? Pikir Radit sambil mengernyitkan dahinya.
“Aku baik-baik saja, Sayang,” sahut Serafina yang mendadak bersikap manis di depan pria tua itu.
“Syukurlah. Tapi, apa yang sebenarnya terjadi?” tanya pria tua itu mencemaskan Serafina, istrinya. “Kamu tidak terluka, kan?” pria tua itu memastikannya lagi.
“Aku tidak apa-apa,” sahut Serafina. Pria tua itu menghela napas lega mendengar penjelasan dari sang istri.
Jadi, pria tua itu adalah suami dari Serafina. Seorang pria dengan penampilan luar biasa dan terlihat begitu hebat. Radit melihat dengan mata kepalanya sendiri. Pria itu kelihatan seperti salah seorang konglomerat yang paling berpengaruh di dunia bisnis internasional. Atau jangan-jangan salah satu crazy rich fenomenal yang sering wara-wiri di berita online. Mungkin saja, pikir Radit.
“Siapa pria itu?” tanya pria itu pada istrinya.
“Namanya Radit. Dialah yang menyelamatkanku tadi,” Serafina mengenalkannya pada sang suami.
Pria itu mengulurkan tangannya pada Radit, “Leonardo. Panggil saja Tuan Leo.”
Astaga! Apa pria itu Leonardo, salah satu pria terkaya di negeri ini? terka Radit.
Radit buru-buru menjabat uluran tangan dari pria terhormat itu. Tidak lupa, dia juga menampilkan sikap seramah mungkin dan menunjukkan sopan santunnya pada orang yang lebih tua darinya. Apalagi pria itu adalah Tuan Leonardo yang sangat terkenal.
“Di mana kamu tinggal, Nak? Apa pekerjaanmu? Siapa orang tuamu?” tanya Leo.
Pertanyaan beruntun yang ditujukan pada Radit membuat pria muda itu kebingungan harus menjawabnya dari mana dulu.
“Ah, saya seorang yatim piatu. Saat ini, saya tidak punya tempat tinggal dan pekerjaan. Saya masih mahasiswa tingkat akhir, Tuan,” kata Radit mencoba jujur. Tuan Leo mengerutkan keningnya.
Mendengar perkataan Radit membuat Serafina iba kepadanya. Wanita itu merasa prihatin dengan keadaan Radit yang malang. Serafina berbisik pada suaminya untuk memberinya hadiah berupa tempat tinggal. Sebelum Tuan Leo mengabulkan permintaan istrinya, dia ingin mendengar sedikit cerita tentang Radit, katanya.
Serafina menceritakan aksi heroik ketika Radit menyelamatkannya. Sang suami pun menanggapi cerita dari istrinya itu. Tak tanggung-tanggung, Tuan Leo pun mengucapkan terima kasih pada Radit dan berencana memberikannya hadiah. Sesuai dengan permintaan Serafina, sang istri.
“Kenapa kamu mencoba melompat tadi? Apa yang ada di dalam pikiranmu, Sayang?” tanya Leo.
“Aku frustasi. Pria brengsek itu mengancamku akan menyebarkan video tidak senonoh tentangku dan memviralkannya di sosial media jika aku tidak memenuhi permintaannya. Dia meminta uang yang sangat banyak untuk membeli obat-obatan terlarang. Aku terpaksa memberinya agar dia tutup mulut, Sayang. Tapi, dia tetap mengancam akan menyebarkannya,” tutur Serafina.
“Jadi, kamu masih berhubungan dengan berandalan itu?” Tuan Leo menanggapinya dengan santai.
Radit mendengar pembicaraan mereka dan mulai menemukan kejanggalan antara hubungan suami istri itu. Apa Serafina memang sering berhubungan dengan pria-pria lain di luar sana meski Tuan Leo mengetahuinya? Radit jadi menebak-nebak sendiri.
“Apa pria brengsek itu kekasih barumu, Sayang?” tanya Tuan Leo. Serafina mengangguk pelan. Radit diam saja mendengarkannya.
Sudah Radit duga. Bahkan, Tuan Leo membiarkan istrinya bermain hati dengan pria lain yang bukan suaminya. Pantas saja, Radit menjadi sasaran Serafina selanjutnya.
Serafina bercerita panjang lebar. Dia merasa tertekan dengan sikap kekasihnya itu. Wanita itu jadi gelap mata dan memilih jalan pintas untuk mengakhiri hidupnya. Dia malu sekali pada suaminya karena sudah berani membantah dan melawan sang suami demi pria brengsek yang sudah menipunya itu.
Serafina menjalin hubungan dengan pria lain selain suaminya hanya untuk bersenang-senang. Sekadar memuaskan hasratnya karena sang suami sangat sibuk mengurus bisnisnya di luar negeri. Tuan Leo mengizinkan Serafina, istrinya untuk mendua, atau bahkan bergonta-ganti pasangan sesuai dengan keinginannya.
Hah! Ironi sekali mendengarnya. Rasanya tabu di benak Radit. Tetapi, jujur saja, Serafina memang wanita anggun yang sangat cantik. Pesonanya sangat luar biasa bahkan Radit pun sempat tergoda olehnya tadi.
Apa wanita konglomerat itu sudah terbiasa tidur dengan lelaki lain? Di saat suaminya tidak bisa memuaskan nafsunya. Radit makin penasaran dengan sosok Serafina.
“Aku akan memberinya pelajaran. Semua akun bank milikmu akan dibekukan sementara, Sayang. Agar pria itu tidak mengambil uangmu lagi. Aku akan mencari orang untuk memblokirnya.”
Radit masih berdiam diri, mendengar pembicaraan suami istri yang tak lazim itu. Sepertinya, Radit harus pergi. Dia merasa tidak enak menguping pembicaraan mereka.
“Maaf, saya permisi dulu,” pamit Radit.
“Tunggu sebentar, Anak muda!” cegah Leo.
Tuan Leo melihat layar ponselnya. Ada sebuah informasi penting masuk ke dalam pesan singkatnya. Tiba-tiba, Tuan Leo menoleh ke arah Radit dengan tatapan curiga.
“Aku akan memberimu imbalan yang pantas karena kamu sudah menyelamatkan nyawa istriku. Aku akan memberimu hadiah yang cukup fantastis. Sebagai ucapan terima kasihku,” kata Tuan Leo.
“A-Apa?” Radit membelalak. Bahkan, dia tidak mengharapkan akan diberi hadiah oleh pria konglomerat itu.
“Sudah, terima saja Radit. Suamiku memang baik hati. Mana mungkin dia membiarkan orang yang berjasa sudah menolongku tanpa memberinya imbalan,” bujuk Serafina.
Radit tersenyum agak dipaksakan. Dia tidak tahu harus berkata apa saat ini. Di sisi lain, dia juga memang sangat membutuhkannya untuk bertahan hidup.
“Nah, Radit. Mulai malam ini, kamu boleh menginap di apartemen ini. Pilih saja salah satu yang membuatmu merasa nyaman,” kata Tuan Leo menawarkan.
“Sa-saya merasa tidak pantas menerima hadiah sebanyak ini dari Anda, Tuan,” balas Radit agak merendah.
“Jangan menolaknya, Radit! Aku akan mempersiapkannya untukmu. Mulai besok, kamu akan tinggal di sini. Jadi, sekarang beristirahatlah di apartemenmu,” kata Tuan Leo.
Sumpah. Radit tidak pernah bermimpi ketiban rejeki nomplok seperti ini. Bagaimana bisa dia menolak kebaikan Tuan Leo yang sudah mengizinkannya menempati apartemen mewah hanya karena sudah menyelamatkan istrinya yang cantik itu?
Karena Tuan Leo dan Serafina memaksa, akhirnya Radit tidak akan menolak lagi. Tidak sopan jika terus-terusan menolak kebaikan hati mereka. Meski sebenarnya dia merasa tidak enak hati pada Tuan Leo yang sudah bersikap baik kepadanya. Radit akan memilih apartemennya kalau begitu. Dia akan dibantu petugas keamanan.
Sementara itu, Tuan Leo berpamitan. Dia harus segera ke bandara untuk penerbangan ke Kanada yang sempat tertunda akibat insiden tadi. Suami istri itu saling berpelukan mesra, tanda perpisahan. Dalam waktu sepekan, Serafina ditinggalkan sang suami dalam perjalanan bisnisnya.
“Radit,” Serafina mendekati Radit sambil tersenyum genit ke arahnya. “Aku akan menagih janjimu nanti.”
Deg!
Gawat!
Nyonya cantik itu mulai melakukan serangan duluan. Dia akan menggoda Radit yang polos itu untuk melampiaskan nafsunya yang tak tersalurkan pada sang suami. Bagaimana ini? Radit sempat menelan salivanya bulat-bulat dan dia ketakutan didekati wanita buas yang siap memangsanya itu.
“Nyonya, tunggu sebentar!” cegah Radit. “Badan saya bau. Saya tidak bisa melakukannya sekarang karena saya bau badan,” alasannya. Serafina tidak peduli. Sejak bertemu dengan Radit, dia sudah berhasrat pada pria tampan itu. Jangan banyak alasan! Karena itu tidak akan memengaruhi niat Serafina agar bisa tidur dengannya. “Jangan menolakku, Radit! Aku kan sudah bilang, aku akan membayarmu sangat mahal jika kamu mau melayaniku,” kata Serafina mengingatkannya lagi. “Iya. Tapi, tidak sekarang Nyonya! Saya merasa belum siap lahir batin melakukannya dengan Anda. Apalagi kita baru saja kenal,” Radit beralasan lagi. Sebisa mungkin dia harus bisa mencegah hal itu agar tidak sampai terjadi. Dia harus mengulur waktu. “Lalu, kapan?” desak Serafina. Radit tampak berpikir dahulu. Dia sengaja mengulur waktu. “Saya mau mandi dulu. Selagi saya mandi, Anda bisa rebahan dulu di tempat tidur. Bagaimana,” Radit mengusulkan. Masuk akal juga menurut Serafina. Baiklah. Serafina akan menunggu Radit sampai d
“Sorry!” Mahasiswi itu segera meminta maaf di hadapan Radit⸺seniornya. “Punya mata nggak sih, lo?” hardik Radit. Dia marah sekali pada gadis itu. “Lihat, tuh! ponsel gue rusak jadinya,” Radit menyalahkannya. “Maaf,” sesal gadis itu. Seraya menundukkan pandangan matanya. Dia tidak berani menatap ke arah Radit yang murka kepadanya. Gara-gara ponselnya rusak. “Terus sekarang gimana? Ponsel gue rusak. Apa lo bisa gantiin?” tanya Radit. Sembari memerhatikan penampilan mahasiswi itu. Gadis itu diam saja, tak menyahutnya. Yang bisa diucapkan gadis tak berdosa itu hanya meminta maaf. Dia sungguh menyesali perbuatannya yang amat ceroboh. “Sebaiknya lo pergi dari hadapan gue. Enyah sana! Mood gue lagi nggak bagus sekarang. Jangan sampai, gue ngelakuin kekerasan sama lo. Ngerti?” usir Radit sambil memperingatkannya. Gadis itu buru-buru pergi. Dia ketakutan sekali menghadapi Radit. Secepat kilat, gadis itu berlari meninggalkan Radit yang masih uring-uringan di taman kampus karena ponselnya r
“Mampus gue!” ucap Deska sambil tepok jidatnya.Oh, God! Kenapa tadi Deska bicara sesumbar di depan Radit? Deska menyesalinya. Amat sangat menyesal. Dia bicara tanpa dipikirkan terlebih dahulu akibatnya. Jadinya, kacau balau begini, kan? Dari mana dia bisa mendapatkan ponsel limited edition itu?Deska harus memutar otak, mencari cara menyelesaikan permasalahan itu dengan Radit. Dalam hati Deska bertekad, pokoknya setelah menyelesaikan urusannya, dia ogah berhubungan lagi dengan mahasiswa abadi yang songong dan berlagu itu.“Nyebelin banget sih, tuh orang!” ketus Deska. Sembari mendengus kesal.“Des! Lo diapain sama Radit?” tanya Dinda, salah seorang teman sekelasnya menghampiri.Deska pasang wajah sendu. “Tamat riwayat gue, Din,” cerita Deska setengah-setengah.Dinda mengerutkan keningnya hingga berlipat-lipat. Tamat gimana maksudnya? Dinda mana ngerti kalau kalimat Deska setengah
Aneh sekali. Tidak ada nama pengirimnya saat Radit menerima paketnya. Kurir ekspedisi yang mengirimkannya pun tidak mengatakan apa-apa soal data pengirimnya. Katanya, itu sudah sesuai dengan pihak ekspedisi. Kurir tinggal mengantarkan barangnya saja.Radit jadi makin penasaran. Dia langsung membuka paketnya itu. Tidak lupa, dia juga menyalakan kamera ponsel lalu merekamnya. Ritual membuka bungkusan paket rahasia itu harus diabadikan terlebih dahulu. Siapa tahu, isi paketnya aneh-aneh. Untuk antisipasi saja kalau ada oknum hatersnya yang sengaja bikin ulah padanya.“Unboxing dulu, guys! Kita lihat, paket apaan nih yang dikirim seseorang buat gue.” Radit membuka bungkusan paketnya dengan perlahan-lahan.Dasar tukang pamer! Radit membuka paket itu sambil live di sosial media. Para pengikutnya di sosial media langsung membanjirinya dengan beragam komentar.“Awas, itu bom!”“Wah, kira-kira apaan tuh Kak Radit?&ldquo
Deska menjawab dengan anggukan kepala. Namun Radit masih belum puas dengan jawaban yang diberikan Deska. Deska dapat mengetahui kecurigaan Radit lewat ekspresinya.“Serius?” tanya Radit memastikan.“Iya, serius, Kak,” Deska meyakinkan Radit.“Nggak mungkin. Cewek kayak Lo nggak mungkin bisa beli ponsel mahal kayak gini,” sangkal Radit dengan kerutan di dahi yang semakin terlihat jelas.“Lah, ‘kan, buktinya sekarang ada. Itu yang di tangan Kak Radit. Intinya, sekarang utangku sama Kak Radit udah lunas, ya. Jadi aku permisi dulu, Kak,” Deska pamit.Baru saja Deska membalikkan badan untuk segera menjauhi Radit, tiba-tiba tangannya dicekal.“Tunggu!” sergah Radit.Deska memasang mimik wajah penasaran. Dia sudah jengah dengan kelakuan Radit yang aneh dan seenaknya sendiri selama ini.“Jangan bilang kalau kamu nyuri,” terka Radit.Mendengar itu Deska
Radit mulai mengumpulkan bukti-bukti tentang jati diri Deska berdasarkan opini dari teman se-gengnya. Dia menyelidiki tentang pinjaman online terlebih dahulu. Tentu saja dia butuh koneksi untuk mengungkit hal ini.Akhirnya, Radit memanfaatkan Serafina untuk membantunya mencari informasi terkait jasa pinjaman tersebut. Serafina yang notabenenya memiliki banyak kenalan itu pun dengan mudah menemukan orang yang diinginkan Radit.Radit berterima kasih kepada Serafina karena sudah membantunya lagi untuk menyelesaikan masalahnya. Semua keinginan Serafina akan Radit penuhi sebagai balas jasa yang telah dilakukan kekasihnya itu.Ternyata memang benar. Jasa pinjaman online itu hanya bisa dilakukan oleh orang kalangan atas. Radit bertanya kepada “orang dalam” di tempat jasa pinjaman itu. Katanya, pada tanggal Radit menerima paket tidak ada transaksi peminjaman uang dari negara Indonesia. Tidak ada juga transaksi pengembalian uang pinjaman pad
“Lo nipu gue, ya?” tukas Radit.Deska mengerutkan dahi sebentar sebelum membalas, “Nipu kakak? Maksudnya gimana, ya?”“Nggak usah pura-pura nggak tahu, deh,” tuduh Radit lagi hingga menyudutkan Deska.Deska masih bergeming melihat Radit yang sedang kesal padanya. “Lo manipulasi struk pembelian ponsel dan itu bukan ponsel yang baru aja lo beli. Melainkan ponsel yang dibeli bulan lalu sama lo, ‘kan?” tebak Radit.Deg!Jantung Deska seolah berhenti sejenak barusan. Bagaimana bisa Radit menyadarinya secepat itu? Memang benar Radit bukan orang bodoh. Tapi, tidak mungkin juga dia sepintar itu untuk mengetahuinya dalam waktu sehari semalam saja.“Dih, ditanyain malah bengong. Jawab atuh, yang sejujurnya!” perintah Radit seolah tak ingin dibantah.Merasa dirinya sudah berada di ujung tanduk, akhirnya Deska memilih untuk mengatakan yang sebenarnya. “E-emang aku yang memani
Radit terpesona melihat penampilan baru Deska saat ini. Dia tidak menyangka, jika Deska akan berubah menjadi lebih cantik dan menawan dibandingkan dengan sebelumnya. Bak langit dan bumi, perbedaannya terlalu jauh sehingga sulit dicerna akal. Dari sekian banyak mahasiswa yang ada di kampus sekarang, hanya Radit yang menyadari bidadari di depannya adalah Deska.Sebelumnya, Radit pernah melihat sosok Deska tanpa kacamata tempo hari. Itu pun karena Radit melakukannya dengan paksa. Meski tak mau mengakui kebenarannya, Radit tahu pasti bahwa dihadapannya sosok asli dari gadis yang sering dicibirnya dekil dan lusuh.“Cantik,” puji Radit setelah berhasil mengembalikan kesadarannya seperti semula.Deska yang tiba-tiba dipuji oleh Radit merasa kikuk. “Eh … ma-makasih, Kak.”Deska memutar bola matanya, sebal. Dia benci situasi seperti ini. Sebelum tidak bisa mengendalikannya, dia memilih untuk segera pergi dari hadapan Radit. Namun, la