“Astaga! Si mahasiswa abadi nan reseh kenapa datang ke mari sih?” gerutu Deska sembari menundukkan kepala.
“Sayang, kamu lagi apa sih? Tadi aku telponin kamu nggak dijawab terus. Sibuk ya?” tanya Radit sambil mengelus-elus rambut Deska, sok akrab.
“Sayang?” Defri mengernyit. Disusul dengan Aldo dan Dinda. Keduanya saling beradu pandang. Kemudian, Aldo mengangkat bahu di depan Dinda.
Radit menoleh, “Deska itu pacarku sekarang. Jadi, kamu jangan macam-macam dengannya!” Ancaman Radit membuat Defri skakmat. Dia tak lagi banyak bicara. Seolah-olah, dia patuh begitu saja pada Radit.
Teman-teman Radit terbelalak mendengar ucapannya barusan. Karena baru kali ini Radit mengumumkannya secara resmi di hadapan teman-temannya.
“Des, lo yakin pacaran sama dia?” Dinda tak percaya. Deska menghela napas panjang sambil memasang muka pasra
“Kepastian?” ulang Deska bergumam bingung.Apanya yang harus mendapat kepastian? Maksudnya soal hubungan asmaranya yang pura-pura itu? Hah, Radit mulai banyak menuntut ini itu pada Deska sekarang. Karena lelaki itu takut jika sewaktu-waktu Deska direbut lelaki lain.Radit tidak akan pernah rela, jika Deska yang merupakan tambang emas baginya itu dimiliki lelaki lain. Dia bisa memastikannya sendiri. Tidak akan pernah ada lelaki lain yang bisa mendapatkan perhatian atau pun kasih sayang dari Deska. Camkan itu! Radit bersumpah pada dirinya sendiri. Dia tidak akan sampai membiarkan hal buruk itu terjadi dalam hidupnya.“Kak Radit ini kenapa sih? Jelas-jelas hubungan kita itu hanya sandiwara. Kenapa sekarang Kak Radit menuntutku harus memberikan kepastian dan meresmikan hubungan kita?” Deska mengernyit. “Aneh banget orang satu ini. Kepedean banget sih kalau gue bakalan mau pacaran sama dia?&rdquo
“Ada hubungan apa antara kamu dan Radit?” tanya Deska to the point. Dengan suara lantang, dia menantang ibu sambungnya. Bahkan, Deska sudah tidak lagi memanggil Serafina dengan sebutan ‘Mama’.“Lancang sekali kamu! Dasar anak kecil!” Serafina balas menantangnya lagi. Dia menyunggingkan senyum liciknya pada Deska.Deska tidak takut. Mumpung tidak ada papa di rumah, dia berani melawan mama tirinya. Tidak terima dengan sikap Deska yang makin hari makin kurang ajar kepadanya, Serafina pun tak tinggal diam.Serafina memperingatkan Deska untuk berhati-hati dengannya. Karena dia akan melawan Deska jika terbukti anaknya itu bertindak semena-mena dikala papanya tidak ada di rumah. Selama ini, Serafina menahan diri. Karena tidak mungkin dia mengeluarkan kata-kata kasar atau bersikap tidak baik di depan suaminya.“Kutanya sekali lagi, kenapa kamu ikut campur urusanku de
Tok-tok-tok! “DIT!” Pintu kamar kos Radit diketuk seseorang di luar sana. Radit segera menghampiri dan membukakan pintu kamarnya. Dia melihat seorang ibu paruh baya berdiri di hadapannya, menagih bayaran uang sewa kamarnya yang sudah lama ditunggak beberapa bulan. “Kapan kamu akan membayar uang kosnya, Radit? Bukankah ini sudah masuk bulan kelima?” tanya ibu kos garang. Wajahnya mirip sekali preman pasar. Ah, tidak. Bahkan, lebih parah dari itu. Ibu kos itu terlihat seperti debt collector yang galaknya melebihi anjing herder komplek situ. “Maaf, Bu. Boleh saya meminta waktu beberapa hari lagi? Saya janji akan segera membayar uang sewanya,” sahut Radit. Dia menunjukkan raut wajah penuh penyesalan. “Apa kamu bilang? Waktu?” Ibu kos mengerutkan keningnya hingga berlipat-lipat. Sambil berkacak pinggang ibu kos itu menunjuk-nunjuk jidat Radit seenaknya. “Kamu itu sudah jadi mahasiswa abadi, pengangguran pula, Radit! Dari mana kamu akan mendapatkan uang untuk membayar tunggakan sewa bu
Radit berjalan keluar dari kosannya. Dia sempat putus asa dengan nasibnya sendiri. Sepanjang perjalanan dia berpikir keras, bagaimana caranya dia harus mendapatkan uang? Ketika melewati sebuah gedung apartemen, Radit berandai-andai bisa memiliki salah satunya. Tunggu! Apa itu? Fokus Radit teralihkan. Radit melihat seorang wanita hendak menyebrang jalan dalam keadaan mabuk. Dia berpikir cepat, jangan-jangan wanita itu hendak melakukan tindakan bodoh, bunuh diri misalnya. Dengan cara menabrakan dirinya ke depan mobil yang lalu lalang di jalan raya. “Tidak bisa dibiarkan!” Radit berlari sekuat tenaga menghampiri wanita itu. Dia begitu mencemaskan wanita yang tidak dikenalnya itu. “TUNGGU NYONA! JANGAN LAKUKAN ITU!” teriak Radit sembari meraih tangan wanita itu, lalu memeluknya begitu erat. Deg! “Memangnya kamu siapa? Berani menyentuhku.” Nyonya itu menyingkirkan tubuh Radit yang menempel padanya. “Maaf, Nyonya. Saya tidak bermaksud kurang ajar pada Anda,” sesal Radit. Dia meminta ma
“Nyonya, turunlah dari tubuh saya. Anda sudah menindih saya dan itu … berat sekali,” kata Radit blak-blakan. “Oh, maaf. Aku nggak sengaja,” sesal wanita itu. Dia segera menyingkir dari tubuh Radit dan menjaga jarak dengannya. “Nyonya, apa Anda baik-baik saja sekarang?” tanya petugas keamanan itu sekadar memastikannya. “Tidak apa-apa. Kalian pergilah!” usir Nyonya itu pada petugas keamanan. “Baiklah kalau begitu. Jika Anda memerlukan sesuatu panggil kami saja, Nyonya.” Para petugas keamanan segera meninggalkan apartemen milik Nyonya itu. Sementara, di apartemen itu kini tinggal Radit dan Nyonya itu. Mereka hanya berduaan. Perlahan-lahan, perasaan wanita itu kini mulai tenang. Setelah Radit berhasil menyelamatkannya dari maut. Oh iya, mereka belum sempat berkenalan. Wanita itu memanfaatkan waktu untuk berkenalan dengan Radit. Nyonya manis itu memperkenalkan dirinya. Namanya Serafina. Dia adalah pemilik gedung apartemen itu. Suasana di sana agak canggung. Karena mereka tinggal berdu
“Nyonya, tunggu sebentar!” cegah Radit. “Badan saya bau. Saya tidak bisa melakukannya sekarang karena saya bau badan,” alasannya. Serafina tidak peduli. Sejak bertemu dengan Radit, dia sudah berhasrat pada pria tampan itu. Jangan banyak alasan! Karena itu tidak akan memengaruhi niat Serafina agar bisa tidur dengannya. “Jangan menolakku, Radit! Aku kan sudah bilang, aku akan membayarmu sangat mahal jika kamu mau melayaniku,” kata Serafina mengingatkannya lagi. “Iya. Tapi, tidak sekarang Nyonya! Saya merasa belum siap lahir batin melakukannya dengan Anda. Apalagi kita baru saja kenal,” Radit beralasan lagi. Sebisa mungkin dia harus bisa mencegah hal itu agar tidak sampai terjadi. Dia harus mengulur waktu. “Lalu, kapan?” desak Serafina. Radit tampak berpikir dahulu. Dia sengaja mengulur waktu. “Saya mau mandi dulu. Selagi saya mandi, Anda bisa rebahan dulu di tempat tidur. Bagaimana,” Radit mengusulkan. Masuk akal juga menurut Serafina. Baiklah. Serafina akan menunggu Radit sampai d
“Sorry!” Mahasiswi itu segera meminta maaf di hadapan Radit⸺seniornya. “Punya mata nggak sih, lo?” hardik Radit. Dia marah sekali pada gadis itu. “Lihat, tuh! ponsel gue rusak jadinya,” Radit menyalahkannya. “Maaf,” sesal gadis itu. Seraya menundukkan pandangan matanya. Dia tidak berani menatap ke arah Radit yang murka kepadanya. Gara-gara ponselnya rusak. “Terus sekarang gimana? Ponsel gue rusak. Apa lo bisa gantiin?” tanya Radit. Sembari memerhatikan penampilan mahasiswi itu. Gadis itu diam saja, tak menyahutnya. Yang bisa diucapkan gadis tak berdosa itu hanya meminta maaf. Dia sungguh menyesali perbuatannya yang amat ceroboh. “Sebaiknya lo pergi dari hadapan gue. Enyah sana! Mood gue lagi nggak bagus sekarang. Jangan sampai, gue ngelakuin kekerasan sama lo. Ngerti?” usir Radit sambil memperingatkannya. Gadis itu buru-buru pergi. Dia ketakutan sekali menghadapi Radit. Secepat kilat, gadis itu berlari meninggalkan Radit yang masih uring-uringan di taman kampus karena ponselnya r
“Mampus gue!” ucap Deska sambil tepok jidatnya.Oh, God! Kenapa tadi Deska bicara sesumbar di depan Radit? Deska menyesalinya. Amat sangat menyesal. Dia bicara tanpa dipikirkan terlebih dahulu akibatnya. Jadinya, kacau balau begini, kan? Dari mana dia bisa mendapatkan ponsel limited edition itu?Deska harus memutar otak, mencari cara menyelesaikan permasalahan itu dengan Radit. Dalam hati Deska bertekad, pokoknya setelah menyelesaikan urusannya, dia ogah berhubungan lagi dengan mahasiswa abadi yang songong dan berlagu itu.“Nyebelin banget sih, tuh orang!” ketus Deska. Sembari mendengus kesal.“Des! Lo diapain sama Radit?” tanya Dinda, salah seorang teman sekelasnya menghampiri.Deska pasang wajah sendu. “Tamat riwayat gue, Din,” cerita Deska setengah-setengah.Dinda mengerutkan keningnya hingga berlipat-lipat. Tamat gimana maksudnya? Dinda mana ngerti kalau kalimat Deska setengah
“Ada hubungan apa antara kamu dan Radit?” tanya Deska to the point. Dengan suara lantang, dia menantang ibu sambungnya. Bahkan, Deska sudah tidak lagi memanggil Serafina dengan sebutan ‘Mama’.“Lancang sekali kamu! Dasar anak kecil!” Serafina balas menantangnya lagi. Dia menyunggingkan senyum liciknya pada Deska.Deska tidak takut. Mumpung tidak ada papa di rumah, dia berani melawan mama tirinya. Tidak terima dengan sikap Deska yang makin hari makin kurang ajar kepadanya, Serafina pun tak tinggal diam.Serafina memperingatkan Deska untuk berhati-hati dengannya. Karena dia akan melawan Deska jika terbukti anaknya itu bertindak semena-mena dikala papanya tidak ada di rumah. Selama ini, Serafina menahan diri. Karena tidak mungkin dia mengeluarkan kata-kata kasar atau bersikap tidak baik di depan suaminya.“Kutanya sekali lagi, kenapa kamu ikut campur urusanku de
“Kepastian?” ulang Deska bergumam bingung.Apanya yang harus mendapat kepastian? Maksudnya soal hubungan asmaranya yang pura-pura itu? Hah, Radit mulai banyak menuntut ini itu pada Deska sekarang. Karena lelaki itu takut jika sewaktu-waktu Deska direbut lelaki lain.Radit tidak akan pernah rela, jika Deska yang merupakan tambang emas baginya itu dimiliki lelaki lain. Dia bisa memastikannya sendiri. Tidak akan pernah ada lelaki lain yang bisa mendapatkan perhatian atau pun kasih sayang dari Deska. Camkan itu! Radit bersumpah pada dirinya sendiri. Dia tidak akan sampai membiarkan hal buruk itu terjadi dalam hidupnya.“Kak Radit ini kenapa sih? Jelas-jelas hubungan kita itu hanya sandiwara. Kenapa sekarang Kak Radit menuntutku harus memberikan kepastian dan meresmikan hubungan kita?” Deska mengernyit. “Aneh banget orang satu ini. Kepedean banget sih kalau gue bakalan mau pacaran sama dia?&rdquo
“Astaga! Si mahasiswa abadi nan reseh kenapa datang ke mari sih?” gerutu Deska sembari menundukkan kepala.“Sayang, kamu lagi apa sih? Tadi aku telponin kamu nggak dijawab terus. Sibuk ya?” tanya Radit sambil mengelus-elus rambut Deska, sok akrab.“Sayang?” Defri mengernyit. Disusul dengan Aldo dan Dinda. Keduanya saling beradu pandang. Kemudian, Aldo mengangkat bahu di depan Dinda.Radit menoleh, “Deska itu pacarku sekarang. Jadi, kamu jangan macam-macam dengannya!” Ancaman Radit membuat Defri skakmat. Dia tak lagi banyak bicara. Seolah-olah, dia patuh begitu saja pada Radit.Teman-teman Radit terbelalak mendengar ucapannya barusan. Karena baru kali ini Radit mengumumkannya secara resmi di hadapan teman-temannya.“Des, lo yakin pacaran sama dia?” Dinda tak percaya. Deska menghela napas panjang sambil memasang muka pasra
“Aaarrrrrggghhh!” Deska berteriak. Seraya menutup wajah dengan kedua tangannya.“Astaga, Deska!” Radit buru-buru mengambil handuknya dan membalikkan tubuh membelakangi Deska.Ups! Deska tidak sengaja barusan. Sumpah. Dia tidak bermaksud melorotin handuk Radit. Itu kecelakaan yang tak terduga dan tangannya refleks membuka handuk yang dikenakan Radit. Ketika pria itu hendak menindih tubuhnya.“Maaf, Kak Radit. Aku nggak sengaja tadi,” sesal Deska. Dia masih memejamkan matanya di depan Radit.Radit berkacak pinggang sambil mendengus kesal. “Kamu pasti sengaja, ya?” tuduh Radit. Deska langsung membuka matanya.“Apa? Sengaja?” Deska berubah sewot. Setelah mendengar tuduhan Radit seenaknya. “Kalau aku sengaja mana mungkin aku langsung merem tadi? Lagi pula, wajahku juga kututupi pakai tangan. Jangan asal menuduh tanpa bu
“Kak Radit?!” Deska membelalak kaget. Radit mengernyit.“Aku kaget banget, Kak. Barusan,” ujar Deska. Seraya mengelus dadanya saking terkejut melihat Radit sudah berdiri di hadapannya.“Kamu terkejut kenapa?” Radit heran.“Ah, bukan apa-apa kok, Kak,” sangkal Deska sebisanya. Dia agak kikuk lantaran Radit menatapnya dengan sorot mata penuh selidik.Terang saja Radit jadi curiga. Karena ini kali pertama Deska datang ke apartemennya. Tanpa tujuan yang jelas. Itu kan membuat Radit sampai harus mengerutkan kening melihat kedatangan Deska yang tiba-tiba datang tanpa pemberitahuan sebelumnya.“Ya udah, santai aja lagi. Nih, minum dulu milkshakenya. Aku buatin khusus buat kamu tuh!” Radit menyerahkan minuman buatannya pada Deska.“Thanks ya, Kak,” ucap Deska. Seraya meraih gelas milkshakenya dar
“Jangan ikut campur! Itu urusan mereka,” cegah Tuan Leo ketika Serafina hendak melabrak Radit dan Deska.Serafina geram sekali dan hampir saja hilang kendali. Dia dibutakan cinta dan sangat cemburu melihat kedekatan Deska dan Radit. Untung saja, Tuan Leo segera mencegahnya. Sebelum Serafina mempermalukan dirinya sendiri di tengah-tengah pesta yang sedang berlangsung. Gara-gara cinta butanya itu pada Radit.“Aku tidak suka melihat mereka,” ketus Serafina. “Kenapa kamu diam saja melihat Deska pacaran dengan Radit?” tanyanya pada Tuan Leo.“Aku tidak ingin menghancurkan senyum bahagia putriku saat ini. Jadi, aku akan membiarkannya sementara. Lagi pula, mereka juga tidak berbuat macam-macam, kan?” sahut Tuan Leo.Tuan Leo benar. Radit dan Deska memang tidak melakukan sesuatu yang membuat kedua orang tuanya curiga. Keduanya justru menampilkan peran yang cuku
“Radit, apa-apaan ini? Kenapa kamu dan Deska…” Serafina tidak bisa melanjutkan lagi kata-katanya. Dia terlanjur syok mengetahui jika pria yang dimaksud pacar Deska adalah Radit.“Kalian saling mengenal?” Deska mengernyitkan dahi. Lalu, dia menoleh ke arah Radit dan Serafina secara bergantian. Ada yang aneh dengan mereka. Sepertinya ada cerita tersembunyi antara Serafina dan Radit, pikir Deska.“Ah, itu…” Serafina gelagapan saat Deska menyudutkannya dengan pertanyaan yang membuatnya gugup setengah mati. Tidak mungkin Serafina mengatakan di depan putri sambungnya jika Radit adalah kekasih gelapnya.“Selamat malam Radit!” sapa Tuan Leo.Tuan Leo bersikap sewajarnya di depan Radit dan Deska. Tidak seperti Serafina yang kebakaran jenggot karena pria yang dikenalkan Deska sebagai kekasihnya adalah pria yang selama ini menghangatkan ranjangnya.
Radit memasuki pusat perbelanjaan dengan frustasi. Meski Deska kini menjadi kekasihnya. Tetapi tidak sesuai seperti yang dia inginkan. Dia tak ingin status pacar pura-pura yang hanya semalam saja. Tidak. Radit harus memikirkan rencana lain untuk mendapatkan hati Deska.“Kalau begitu, paling tidak, gue harus buat Deska menyesal telah menjadikan gue pacar pura-puranya aja,” gumam Radit setelah berhasil memilih setelan jas yang bagus di sebuah pusat perbelanjaan.Radit sebenarnya memiliki setelan jas di lemarinya. Namun, itu setelan yang biasa saja. Jika ingin membuat Deska terpana dia harus memiliki setelan lain yang lebih memukau.Radit menyeringai kala selesai menemukan setelan itu. “Gue harus bikin Deska klepek-klepek sama pesona gue.”Tak lupa Radit juga membeli pernak-pernik lain seperti jam tangan dan sepatu berkualitas tinggi. Baginya, jika ingin membuat seseorang terpuka
Usai makan malam, Deska masuk ke kamarnya. Dia melirik ke arah ponselnya sebentar dan mendapati Dinda mengiriminya pesan beruntun. Deska langsung teringat bahwa dia belum selesai mengetikkan balasan pada Dinda. Segera dia buka pesan dari Dinda.“Dih langsung off.”“Padahal, tadi gue liat masih mode mengetik. Kenapa sekarang tetiba hilang tanpa kabar?”“Nih anak hobi banget sih bikin penasaran orang.”[Deska! Lo udah tidur?]Deska segera membalas pesan Dinda.[Sorry baru bales. Tadi makan malam dulu.][Oke. Untuk kali ini gue maafin. Sekarang lanjutin yang tadi.][Kita telponan aja yuk! Bakalan panjang kalau gue ngetik di sini.]Saat bunyi telepon sudah terangkat Dinda langsung bertanya, “Jadi gimana rasanya makan malam sama keluarga yang komplit?”