Aneh sekali. Tidak ada nama pengirimnya saat Radit menerima paketnya. Kurir ekspedisi yang mengirimkannya pun tidak mengatakan apa-apa soal data pengirimnya. Katanya, itu sudah sesuai dengan pihak ekspedisi. Kurir tinggal mengantarkan barangnya saja.
Radit jadi makin penasaran. Dia langsung membuka paketnya itu. Tidak lupa, dia juga menyalakan kamera ponsel lalu merekamnya. Ritual membuka bungkusan paket rahasia itu harus diabadikan terlebih dahulu. Siapa tahu, isi paketnya aneh-aneh. Untuk antisipasi saja kalau ada oknum hatersnya yang sengaja bikin ulah padanya.
“Unboxing dulu, guys! Kita lihat, paket apaan nih yang dikirim seseorang buat gue.” Radit membuka bungkusan paketnya dengan perlahan-lahan.
Dasar tukang pamer! Radit membuka paket itu sambil live di sosial media. Para pengikutnya di sosial media langsung membanjirinya dengan beragam komentar.
“Awas, itu bom!”
“Wah, kira-kira apaan tuh Kak Radit?
“Kak Radit, paketnya buat aku aja ya kalau skincare.”
“Dit, lu nggak mau bagi-bagi gue?”
“Dit, kenalin gue dong sama penggemar rahasia lo yang tajir itu.”
“Halah, si Radit songong tuh! Bikin konten kok gitu amat sih.”
Ya ampun, berisik amat sih kalian semua. Radit makin tak sabaran membuka isi paketnya. Dia mempercepat gerakan tangannya saat membuka bungkusan paket tersebut. Ya elah, berapa lapis tuh bungkusan? Mentang-mentang barang mahal kali ya? Overprotected baget nih orang yang ngirim paket, pikir Radit.
“Astaga!” Radit membelalak kaget. Dia tercengang melihat isi paketnya. “Lihat, guys! Ini barang idaman gue banget,” sorak Radit kegirangan.
“Wow, gila lu, Bro! Itu kan ponsel mahal limited edition.”
“Kak Radit, ponselnya buat aku aja!”
“Sumpah, demi apa lo bisa dapat barang mahal kayak gitu? Buat guelah.”
Radit tersenyum, matanya berkaca-kaca saat memeluk barang berharga itu. Sebuah ponsel mereka ternama, limited edition pula. Siapa pun pengirimnya, Radit mengucapkan terima kasih. Dia menyampaikannya langsung saat live di sosial media. Lagi. Akun sosial media Radit dibanjiri komentar dari para followersnya.
Klik!
Live di sosial media pun berakhir. Radit senang bukan main. Ingin rasanya dia loncat-loncat saking girangnya menerima hadiah mewah itu. Siapa lagi kalau bukan dari kekasih gelapnya, Nyonya Serafina yang cantik itu, terka Radit.
Radit harus memberikan imbalan setimpal ketika Serafina datang menemuinya nanti. Ya, itu harus. Ada harga yang harus Radit bayar pada Nyonya seksi itu. Senyum manis pun mengembang di bibirnya.
***
Serafina pergi menemui Radit di apartemen mewahnya. Wanita itu datang dalam keadaan lelah usai seharian bekerja di perusahaan untuk menggantikan suaminya yang dinas ke luar negeri.
“Sayaaaang!” panggil Serafina setengah berteriak. Dia langsung menuju kamar Radit. Karena apartemennya terlihat sepi sekali.
Ceklek!
Radit baru saja keluar dari kamar mandi. Dalam keadaan setengah basah dan posisi handuk di bawah pinggang. Serafina terpana melihat ketampanan kekasih berondongnya saat memainkan rambut basahnya yang baru samphoan.
“Kamu baru mandi, ya? Wangi banget sih,” puji Serafina. Sambil tersenyum nakal dan menggoda Radit.
“Sini, aku mau peluk dulu!” Radit langsung memberikan pelukan hangat menyambut kedatangan si Nyonya yang tajir melintir itu.
“I miss you so much,” kata Serafina dengan manja. Radit tersenyum sumringah menanggapinya. Dia malah lebih merindukannya.
“Makasih ya,” ucap Radit sambil mengecup leher Serafina.
“Makasih untuk apa?” ulang Serafina bingung. Dia memerhatikan raut wajah gembira yang ditunjukkan oleh Radit.
“Pokoknya, aku berterima kasih karena udah kenal kamu dan menjadi kekasihmu,” Radit menyanjung Serafina. Hingga wanita itu mulai kegeeran dan salah tingkah di depan Radit.
Serafina mulai menunjukkan gelagat aneh. Rupanya wanita itu tak kuasa menahan diri saat Radit terus saja memujinya. Dia menyerang Radit duluan, mendorong tubuhnya hingga pria itu jatuh ke tempat tidur.
Serafina duduk di atas tubuh Radit. Dia sudah bergairah sejak melihat Radit bertelanjang dada keluar dari kamar mandi.
“Sabar dulu, Sayang,” bisik Radit. Dia belum siap rupanya.
Serafina menekuk wajahnya. Dia tidak suka Radit banyak alasan saat dirinya sedang “ingin”. Tak mau membuat si Nyonya kecewa karena menunggunya terlalu lama, akhirnya Radit pun inisiatif duluan. Dia tidak ingin Serafina yang mendominasi permainannya di atas ranjang.
Radit menanggalkan blouse berwarna merah marun yang dikenakan Serafina malam itu. Lalu, dengan cepat dia beraksi dan membuat Serafina bertekuk lutut di hadapannya. Radit melakukan aktifitas malam panas itu semata-mata sebagai ucapan terima kasihnya pada Serafina. Karena Serafina memberikannya hadiah mewah yang selama ini sangat diidam-idamkan olehnya.
***
Keesokkan harinya di kampus, Radit menghampiri teman-temannya yang lagi nongkrong santuy di depan halaman gedung fakultas. Dia sudah tidak sabar ingin memamerkan barang mewah pemberian Serafina kemarin pada teman-temannya.
“Gimana, keren nggak unboxing gue kemarin?” Radit meminta pendapat teman-temannya.
Salah seorang temannya menggeleng, “Gila! Parah lu, Bro!”
“Kok gila? Gue kan nanya, keren apa enggak? Lo malah jawab gila,” Radit protes dengan nada bercanda. Dia tahu, teman-temannya pasti iri melihat keberuntungannya.
“Dasar tukang pamer lu! Kali ini cewek mana lagi yang kepincut sama pesona lu? Sampai lu dibeliin ponsel mewah itu,” salah seorang temannya ingin tahu. Kepo dia.
“Ya, siapa lagi kalau bukan cewek gue yang tajir melintir itu,” Radit mesam-mesem di depan semua temannya. Dia masih enggan memberitahu bahwa kekasih gelapnya itu istri orang lain.
“Cewek lu pasti sosialita banget ya? Anak Sultan mana dia?” tanya satunya lagi. Dia begitu seksama memerhatikan Radit dan tak sabar menantikan kelanjutan ceritanya.
“Anak Sultan mana ya? Gue sendiri nggak tahu. Tar deh gue tanyain dia lagi. Kalau sempat,” kata Radit.
Di sela-sela pembicaraan Radit dan teman-temannya, tiba-tiba Deska datang menghampirinya. Dia berjalan perlahan mendekati Radit yang tengah berkumpul dengan teman-teman and the gengnya.
“Duh, kenapa sih harus banyak orang di sana?” Deska jadi was-was.
Deska malu. Tapi, mau bagaimana lagi. Masa dia harus putar balik. Sudah terlanjur ketahuan sama Radit kalau Deska datang untuk menemuinya.
“Ngapain tuh si kacamata ke sini?” Teman-temannya Radit terheran-heran melihat kedatangan Deska.
Radit buru-buru menyembunyikan ponsel barunya. Lalu, dengan tampang arogan dia menagih ganti rugi atas perusakan ponsel mahalnya pada Deska. Alaaahh, paling si kacamata itu mau minta maaf karena tidak bisa menggantinya. Enaknya diapain tuh anak? Radit sempat memikirkan suatu rencana untuk mengerjainya.
“Hey, kacamata!” panggil Radit. “Lo ke sini pasti mau bayar ganti rugi, kan?” tebaknya mantap.
Deska mendekat, lalu dia mengatakan sesuatu yang membuat Radit tersentak. “Aku udah kirim kemarin. Memangnya belum sampai?”
“Kemarin? Memangnya lo kirim apaan?” Radit menaikkan alis sebelah kanan.
Tanpa diduga, ponsel Radit berdering. Ada notifikasi pesan masuk. Deska curiga. Lalu, dengan cepat Radit merogoh saku celananya dan mematikan ponselnya. Deska melihat sekilas kalau Radit sudah menggunakan ponsel barunya.
"Itu ponsel dariku. Untuk mengganti ponselmu yang tak sengaja kusenggol kemarin," jelas Deska.
"Hah?" Radit membelalak kaget. "Jadi, ponsel mahal itu lo yang beliin? Masa sih?" dia tak percaya.
***
Deska menjawab dengan anggukan kepala. Namun Radit masih belum puas dengan jawaban yang diberikan Deska. Deska dapat mengetahui kecurigaan Radit lewat ekspresinya.“Serius?” tanya Radit memastikan.“Iya, serius, Kak,” Deska meyakinkan Radit.“Nggak mungkin. Cewek kayak Lo nggak mungkin bisa beli ponsel mahal kayak gini,” sangkal Radit dengan kerutan di dahi yang semakin terlihat jelas.“Lah, ‘kan, buktinya sekarang ada. Itu yang di tangan Kak Radit. Intinya, sekarang utangku sama Kak Radit udah lunas, ya. Jadi aku permisi dulu, Kak,” Deska pamit.Baru saja Deska membalikkan badan untuk segera menjauhi Radit, tiba-tiba tangannya dicekal.“Tunggu!” sergah Radit.Deska memasang mimik wajah penasaran. Dia sudah jengah dengan kelakuan Radit yang aneh dan seenaknya sendiri selama ini.“Jangan bilang kalau kamu nyuri,” terka Radit.Mendengar itu Deska
Radit mulai mengumpulkan bukti-bukti tentang jati diri Deska berdasarkan opini dari teman se-gengnya. Dia menyelidiki tentang pinjaman online terlebih dahulu. Tentu saja dia butuh koneksi untuk mengungkit hal ini.Akhirnya, Radit memanfaatkan Serafina untuk membantunya mencari informasi terkait jasa pinjaman tersebut. Serafina yang notabenenya memiliki banyak kenalan itu pun dengan mudah menemukan orang yang diinginkan Radit.Radit berterima kasih kepada Serafina karena sudah membantunya lagi untuk menyelesaikan masalahnya. Semua keinginan Serafina akan Radit penuhi sebagai balas jasa yang telah dilakukan kekasihnya itu.Ternyata memang benar. Jasa pinjaman online itu hanya bisa dilakukan oleh orang kalangan atas. Radit bertanya kepada “orang dalam” di tempat jasa pinjaman itu. Katanya, pada tanggal Radit menerima paket tidak ada transaksi peminjaman uang dari negara Indonesia. Tidak ada juga transaksi pengembalian uang pinjaman pad
“Lo nipu gue, ya?” tukas Radit.Deska mengerutkan dahi sebentar sebelum membalas, “Nipu kakak? Maksudnya gimana, ya?”“Nggak usah pura-pura nggak tahu, deh,” tuduh Radit lagi hingga menyudutkan Deska.Deska masih bergeming melihat Radit yang sedang kesal padanya. “Lo manipulasi struk pembelian ponsel dan itu bukan ponsel yang baru aja lo beli. Melainkan ponsel yang dibeli bulan lalu sama lo, ‘kan?” tebak Radit.Deg!Jantung Deska seolah berhenti sejenak barusan. Bagaimana bisa Radit menyadarinya secepat itu? Memang benar Radit bukan orang bodoh. Tapi, tidak mungkin juga dia sepintar itu untuk mengetahuinya dalam waktu sehari semalam saja.“Dih, ditanyain malah bengong. Jawab atuh, yang sejujurnya!” perintah Radit seolah tak ingin dibantah.Merasa dirinya sudah berada di ujung tanduk, akhirnya Deska memilih untuk mengatakan yang sebenarnya. “E-emang aku yang memani
Radit terpesona melihat penampilan baru Deska saat ini. Dia tidak menyangka, jika Deska akan berubah menjadi lebih cantik dan menawan dibandingkan dengan sebelumnya. Bak langit dan bumi, perbedaannya terlalu jauh sehingga sulit dicerna akal. Dari sekian banyak mahasiswa yang ada di kampus sekarang, hanya Radit yang menyadari bidadari di depannya adalah Deska.Sebelumnya, Radit pernah melihat sosok Deska tanpa kacamata tempo hari. Itu pun karena Radit melakukannya dengan paksa. Meski tak mau mengakui kebenarannya, Radit tahu pasti bahwa dihadapannya sosok asli dari gadis yang sering dicibirnya dekil dan lusuh.“Cantik,” puji Radit setelah berhasil mengembalikan kesadarannya seperti semula.Deska yang tiba-tiba dipuji oleh Radit merasa kikuk. “Eh … ma-makasih, Kak.”Deska memutar bola matanya, sebal. Dia benci situasi seperti ini. Sebelum tidak bisa mengendalikannya, dia memilih untuk segera pergi dari hadapan Radit. Namun, la
“Hai, Des!” sapa Radit sok akrab. Ketika dia melihat Deska melewatinya di koridor kampus.Deska mengernyitkan dahi, mau ngapain si mahasiswa abadi itu mendekatinya? gerutu Deska dalam hati. Dia tidak suka jika seniornya yang genit itu memanggil-manggil namanya.“Deska!” panggil Radit. “Tungguin aku dong!” Radit menyusulnya. Sejenak, Deska terdiam lalu menoleh ke arahnya.“Aku?” cibir Deska. Radit senyum-senyum sendiri, tebar pesona di depan Deska.Deska tersenyum dengan nada mengejek. Biasanya, ngomongnya gue elo. Kenapa sekarang tiba-tiba Radit jadi ramah dan sopan banget sama Deska? Deska menemukan kejanggalan itu dari sikap Radit yang mulai menunjukkan gejala preman picisan.“Ada apa?” tanya Deska tak sabaran. Dia tidak mau membuang-buang waktunya dengan Radit. Sesekali, dia melirik jam digital di layar ponselnya. Dia hampir terlambat masuk kelas. Terpaksa, dia harus meladeni Radit dahu
“Serafina?” ujar Radit. Dia terkejut dengan kedatangan Serafina di apartemennya.“Aku tanya, barusan kamu ngomong apa?” ulang Serafina. Kali ini terdengar seperti perintah.“Nggak ada,” bual Radit. Dia sengaja menutup-nutupinya.“Bohong! Aku tadi dengar kamu menggumam,” tebak Serafina.“Ah, masa sih? Kamu salah dengar kali,” sangkal Radit.“Kamu yakin, Dit?” Serafina tetap menaruh curiga pada Radit. Sepertinya, kekasih berondongnya itu sedang menyembunyikan sesuatu darinya. Entah apa.“Aku nggak bilang apa-apa kok. Aku hanya berbicara pada diriku sendiri. Kalau ada yang lebih cantik, pintar, kaya raya, masa depannya lebih cerah dan bersinar dibandingkan denganmu, kenapa enggak?” gurau Radit.“Apa-apaan ini? Kamu bercanda, kan, Dit?” Serafina geram. Dia merasa tersinggung dengan ucapan Radit barusan. Itu sama saja dengan mengejeknya.
“Kalau gitu beri aku waktu, Kak,” tawar Deska.Radit tampak berpikir sejenak, “Hmm... gimana, ya? Aku nggak suka sih buang-buang waktu. Tapi, kalau itu yang kamu mau, mungkin bisa kupertimbangkan lagi.”Deska menghela napas lega. Dia tak menyangka Radit menyetujui permintaannya. Deska berencana mengulur waktu sembari menyusun rencana agar Radit tak dapat mengganggunya dan Dinda lagi.“Tapi ingat! Semakin lama kamu menunda jawabanmu, Dinda akan semakin menderita di tanganku.” Kali ini ucapan Radit benar-benar membuat Deska bergidik ngeri.“Kali ini kamu nggak akan bisa menang, Deska. Semua siasatmu sudah terbaca. Jadi, lebih baik segera akhiri permainan ini. Karena hasilnya sudah terlihat jelas sekarang,” batin Radit senang dengan situasi saat ini.***Hati Dinda belum tenang. Dia masih memikirkan nasib sahabatnya yang tadi di
Deska sudah membuat rencana. Ada banyak hal yang kini menjadi pertimbangannya. Berani sekali Radit mengusik ketenangan Dinda di kampus. Deska tidak akan tinggal diam. Ada harga yang harus Radit bayar saat dia membagunkan singa yang tertidur lelap di sarangnya.Perhitungan Radit pun salah besar menurut Deska. Ekspektasinya terlalu melambung tinggi, yang menginginkan Deska menjadi kekasihnya. Untuk menggantikan posisi Serafina. Kini, si polos Deska pun mulai bertindak. Dia tidak segan-segan lagi membuat Radit menyesal telah mengenalnya.Deska bertekad, jika Radit memilihnya untuk menjadi kekasihnya, dia akan membuat hidup playboy kampret itu sengsara. Sebaliknya, jika Radit bisa memanfaatkan kesempatan dengan cara, dia bisa mendekatkan lagi hubungan Deska dan Dinda, maka kesalahannya akan termaafkan. Deska berjanji pada dirinya sendiri.“Inilah yang dinamakan dengan senjata makan tuan,” gumam Deska.&nbs
“Ada hubungan apa antara kamu dan Radit?” tanya Deska to the point. Dengan suara lantang, dia menantang ibu sambungnya. Bahkan, Deska sudah tidak lagi memanggil Serafina dengan sebutan ‘Mama’.“Lancang sekali kamu! Dasar anak kecil!” Serafina balas menantangnya lagi. Dia menyunggingkan senyum liciknya pada Deska.Deska tidak takut. Mumpung tidak ada papa di rumah, dia berani melawan mama tirinya. Tidak terima dengan sikap Deska yang makin hari makin kurang ajar kepadanya, Serafina pun tak tinggal diam.Serafina memperingatkan Deska untuk berhati-hati dengannya. Karena dia akan melawan Deska jika terbukti anaknya itu bertindak semena-mena dikala papanya tidak ada di rumah. Selama ini, Serafina menahan diri. Karena tidak mungkin dia mengeluarkan kata-kata kasar atau bersikap tidak baik di depan suaminya.“Kutanya sekali lagi, kenapa kamu ikut campur urusanku de
“Kepastian?” ulang Deska bergumam bingung.Apanya yang harus mendapat kepastian? Maksudnya soal hubungan asmaranya yang pura-pura itu? Hah, Radit mulai banyak menuntut ini itu pada Deska sekarang. Karena lelaki itu takut jika sewaktu-waktu Deska direbut lelaki lain.Radit tidak akan pernah rela, jika Deska yang merupakan tambang emas baginya itu dimiliki lelaki lain. Dia bisa memastikannya sendiri. Tidak akan pernah ada lelaki lain yang bisa mendapatkan perhatian atau pun kasih sayang dari Deska. Camkan itu! Radit bersumpah pada dirinya sendiri. Dia tidak akan sampai membiarkan hal buruk itu terjadi dalam hidupnya.“Kak Radit ini kenapa sih? Jelas-jelas hubungan kita itu hanya sandiwara. Kenapa sekarang Kak Radit menuntutku harus memberikan kepastian dan meresmikan hubungan kita?” Deska mengernyit. “Aneh banget orang satu ini. Kepedean banget sih kalau gue bakalan mau pacaran sama dia?&rdquo
“Astaga! Si mahasiswa abadi nan reseh kenapa datang ke mari sih?” gerutu Deska sembari menundukkan kepala.“Sayang, kamu lagi apa sih? Tadi aku telponin kamu nggak dijawab terus. Sibuk ya?” tanya Radit sambil mengelus-elus rambut Deska, sok akrab.“Sayang?” Defri mengernyit. Disusul dengan Aldo dan Dinda. Keduanya saling beradu pandang. Kemudian, Aldo mengangkat bahu di depan Dinda.Radit menoleh, “Deska itu pacarku sekarang. Jadi, kamu jangan macam-macam dengannya!” Ancaman Radit membuat Defri skakmat. Dia tak lagi banyak bicara. Seolah-olah, dia patuh begitu saja pada Radit.Teman-teman Radit terbelalak mendengar ucapannya barusan. Karena baru kali ini Radit mengumumkannya secara resmi di hadapan teman-temannya.“Des, lo yakin pacaran sama dia?” Dinda tak percaya. Deska menghela napas panjang sambil memasang muka pasra
“Aaarrrrrggghhh!” Deska berteriak. Seraya menutup wajah dengan kedua tangannya.“Astaga, Deska!” Radit buru-buru mengambil handuknya dan membalikkan tubuh membelakangi Deska.Ups! Deska tidak sengaja barusan. Sumpah. Dia tidak bermaksud melorotin handuk Radit. Itu kecelakaan yang tak terduga dan tangannya refleks membuka handuk yang dikenakan Radit. Ketika pria itu hendak menindih tubuhnya.“Maaf, Kak Radit. Aku nggak sengaja tadi,” sesal Deska. Dia masih memejamkan matanya di depan Radit.Radit berkacak pinggang sambil mendengus kesal. “Kamu pasti sengaja, ya?” tuduh Radit. Deska langsung membuka matanya.“Apa? Sengaja?” Deska berubah sewot. Setelah mendengar tuduhan Radit seenaknya. “Kalau aku sengaja mana mungkin aku langsung merem tadi? Lagi pula, wajahku juga kututupi pakai tangan. Jangan asal menuduh tanpa bu
“Kak Radit?!” Deska membelalak kaget. Radit mengernyit.“Aku kaget banget, Kak. Barusan,” ujar Deska. Seraya mengelus dadanya saking terkejut melihat Radit sudah berdiri di hadapannya.“Kamu terkejut kenapa?” Radit heran.“Ah, bukan apa-apa kok, Kak,” sangkal Deska sebisanya. Dia agak kikuk lantaran Radit menatapnya dengan sorot mata penuh selidik.Terang saja Radit jadi curiga. Karena ini kali pertama Deska datang ke apartemennya. Tanpa tujuan yang jelas. Itu kan membuat Radit sampai harus mengerutkan kening melihat kedatangan Deska yang tiba-tiba datang tanpa pemberitahuan sebelumnya.“Ya udah, santai aja lagi. Nih, minum dulu milkshakenya. Aku buatin khusus buat kamu tuh!” Radit menyerahkan minuman buatannya pada Deska.“Thanks ya, Kak,” ucap Deska. Seraya meraih gelas milkshakenya dar
“Jangan ikut campur! Itu urusan mereka,” cegah Tuan Leo ketika Serafina hendak melabrak Radit dan Deska.Serafina geram sekali dan hampir saja hilang kendali. Dia dibutakan cinta dan sangat cemburu melihat kedekatan Deska dan Radit. Untung saja, Tuan Leo segera mencegahnya. Sebelum Serafina mempermalukan dirinya sendiri di tengah-tengah pesta yang sedang berlangsung. Gara-gara cinta butanya itu pada Radit.“Aku tidak suka melihat mereka,” ketus Serafina. “Kenapa kamu diam saja melihat Deska pacaran dengan Radit?” tanyanya pada Tuan Leo.“Aku tidak ingin menghancurkan senyum bahagia putriku saat ini. Jadi, aku akan membiarkannya sementara. Lagi pula, mereka juga tidak berbuat macam-macam, kan?” sahut Tuan Leo.Tuan Leo benar. Radit dan Deska memang tidak melakukan sesuatu yang membuat kedua orang tuanya curiga. Keduanya justru menampilkan peran yang cuku
“Radit, apa-apaan ini? Kenapa kamu dan Deska…” Serafina tidak bisa melanjutkan lagi kata-katanya. Dia terlanjur syok mengetahui jika pria yang dimaksud pacar Deska adalah Radit.“Kalian saling mengenal?” Deska mengernyitkan dahi. Lalu, dia menoleh ke arah Radit dan Serafina secara bergantian. Ada yang aneh dengan mereka. Sepertinya ada cerita tersembunyi antara Serafina dan Radit, pikir Deska.“Ah, itu…” Serafina gelagapan saat Deska menyudutkannya dengan pertanyaan yang membuatnya gugup setengah mati. Tidak mungkin Serafina mengatakan di depan putri sambungnya jika Radit adalah kekasih gelapnya.“Selamat malam Radit!” sapa Tuan Leo.Tuan Leo bersikap sewajarnya di depan Radit dan Deska. Tidak seperti Serafina yang kebakaran jenggot karena pria yang dikenalkan Deska sebagai kekasihnya adalah pria yang selama ini menghangatkan ranjangnya.
Radit memasuki pusat perbelanjaan dengan frustasi. Meski Deska kini menjadi kekasihnya. Tetapi tidak sesuai seperti yang dia inginkan. Dia tak ingin status pacar pura-pura yang hanya semalam saja. Tidak. Radit harus memikirkan rencana lain untuk mendapatkan hati Deska.“Kalau begitu, paling tidak, gue harus buat Deska menyesal telah menjadikan gue pacar pura-puranya aja,” gumam Radit setelah berhasil memilih setelan jas yang bagus di sebuah pusat perbelanjaan.Radit sebenarnya memiliki setelan jas di lemarinya. Namun, itu setelan yang biasa saja. Jika ingin membuat Deska terpana dia harus memiliki setelan lain yang lebih memukau.Radit menyeringai kala selesai menemukan setelan itu. “Gue harus bikin Deska klepek-klepek sama pesona gue.”Tak lupa Radit juga membeli pernak-pernik lain seperti jam tangan dan sepatu berkualitas tinggi. Baginya, jika ingin membuat seseorang terpuka
Usai makan malam, Deska masuk ke kamarnya. Dia melirik ke arah ponselnya sebentar dan mendapati Dinda mengiriminya pesan beruntun. Deska langsung teringat bahwa dia belum selesai mengetikkan balasan pada Dinda. Segera dia buka pesan dari Dinda.“Dih langsung off.”“Padahal, tadi gue liat masih mode mengetik. Kenapa sekarang tetiba hilang tanpa kabar?”“Nih anak hobi banget sih bikin penasaran orang.”[Deska! Lo udah tidur?]Deska segera membalas pesan Dinda.[Sorry baru bales. Tadi makan malam dulu.][Oke. Untuk kali ini gue maafin. Sekarang lanjutin yang tadi.][Kita telponan aja yuk! Bakalan panjang kalau gue ngetik di sini.]Saat bunyi telepon sudah terangkat Dinda langsung bertanya, “Jadi gimana rasanya makan malam sama keluarga yang komplit?”