Kaila terkejut bukan main, spontan dia dan Tara nyaris memekik. Mereka menjadi sorotan di mall. Kaila ingin memisahkan mereka, namun Saguna sangat mengerikan, dia menerjang Brian dengan kasar meninju tanpa ampun. Hingga Brian tersungkur ke lantai. Saguna telihat sangat emosi. Sedangkan Brian terlihat tak bisa membalas. Akibat Saguna duduk di dada Brian membuat Brian tak bisa melawan. Sekujur wajahnya telah memar, hingga mengeluarkan darah segar.
"Cukup saguna!" teriak Kaila.
Kaila menahan tangisnya. Dia menarik Saguna. Mengcengkram lengan Saguna dengan kuat. Kaila bergetar. Dia tak sanggup melihat Brian.
"Cowok brengsek kayak dia engga pantes lo pertahanin!" bentak Saguna kepada Kaila.
PLAK!"Apa hak mu meninju anakku!" bentak bunda Hasya, bundanya Saguna."Kau tidak mendidik anak mu dengan benar!""Saguna kamu apa kan Brian?" tanya Hasya kepada Saguna yang berada di belakangnya sambil memegangi pipi yang di tinju sang ayah."Aku meninjunya bun, dia telah jalan dengan wanita lain.""Bagus nak, kamu benar-benar lelaki jantan," ucap bunda Saguna membela."APA MAKSUD MU HASYA! ANAK NAKAL SEPERTI DIA KAMU BELA?!""Diam kau! Dia melakukan hal yang benar, ken
Setelah selesai bermain beberapa permainan, mereka kembali pulang. Sebelum berjalan pulang mereka mampir membeli eskrim. Kaila dan Lala tampak bahagia, begitupun dengan Saguna. Dia benar-benar seperti duda beranak dua. Semua penjual tiket mengira Kaila dan Lala adalah anaknya. Namun tidak membuat Saguna sakit hati atau membenci orang tersebut. Dia malah bahagia."Besok kita main lagi yah abang," ajak Lala di gendongan Saguna."Malam minggu lagi ya, kalau besok abang masih sekolah, dan malamnya abang harus buat tugas. Kalau engga nanti abang di hukum," jelas Saguna."Kenapa sekalang abang ngajak main padahal kan abang sekolah besok," Jawab Lala."Karena abang pengen main sama Lala," ucap Saguna.
"Dunia ini seketika berhenti, ketika aku harus siap menerima kenyataan yang begitu pahit, dari pengakuan ibu tiriku, aku terlahir sebagai anak yang tidak di inginkan dari kedua orang tua dulu. Lalu di besarkan dalam keluarga yang hampir kandas, bahkan bisa di bilang akan kandas, Akibat datangnya orang ketiga, bukanlah menyenangkan. Ketika janji-janji yang telah di rangkai bersama, hancur di terpa derasnya hujan dan dibawa oleh derasnya arus air. Dan begitu pula dengan harapan, harapan yang telah di susun rapi setika ikut ngambang bersama awan. Aku ingin hidup bahagia. Di keluarga yang damai, tanpa harus datangnya orang ketiga, dan juga tanpa harus menjadi pembantu dirumahku sendiri.Aku berfikir untuk mencari seorang lelaki yang dapat melindungiku dari siksaan ibu tiriku, saat ayahku bekerja. Namun aku salah, setelah aku memilikinya, bukan rasa terlindungi yang ku dapa
"Bi! pelan-pelan dong jalannya," rengek Kaila mencoba menyamai langkahnya dengan Brian. Lelaki itu berjalan dengan sangat cepat hingga Kaila sesekali berlari untuk mengejarnya. "Lo lambat banget, sih!" sahut Brian berhenti. "Kamu tu yang cepet banget jalannya," ucap Kaila sedikit kesal. "Makanya jalan tu jangan lambat kayak siput!" bentak Brian dengan suara yang cukup keras. Kaila bungkam sambil menunduk, dia tak berani menatap Brian. "Buruan!" Brian menarik lengan Kaila dengan kasar lalu berjalan dengan cepat. Beberapa murid yang berada di koridor melihat perlakuan kasar Brian kepada Kaila mulai berbisik-bisik. Mereka semua tahu Kaila dan Brian adalah sepasang kekasih. Keduanya terlihat cocok jika bersanding. Brian yang tampan bak Zayn Malik bertubuh idealis dan jenius, sedangkan Kaila, gadis cantik yang sama jeniusnya dengan Brian. Keduanya sama-sama jenius di bidang masing-masing. Namun sayangnya kepribadian keduanya berbanding terbalik, Kaila gadis rendah hati, sabar, penya
Setelah ada sedikit keributan di kelas, Kaila dan dua sahabatnya pindah ke perputakaan. Mereka sekarang sedang sibuk membahas soal-soal olimpiade kimia yang telah diberikan guru pemimbing mereka. Hingga tak sadar jam sudah menunjukkan pukul 10.00 yang artinya sudah 10 menit yang lalu bel istirahat berbunyi. "Mampus gue, udah istirahat," panik Kaila, mengambil ponselnya di atas meja. Dia menghidupkan data ponselnya dan seketika notifikasi dari Brian langsung masuk 22 kali telfon dan 50 pesan di line. "Kenapa, Kai?" tanya Ara. "Gue lupa kalau Brian mau jemput gue di kelas pas jam istirahat, sekarang udah lewat 10 menit. Pasti Brian udah ke kelas, tapi gue nya engga ada," ucap Kaila panik. "Yaudah kita ke kantin aja langsung, mana tau dia ada di kantin sekarang sama teman-temannya," ajak Naura. Kaila mengangguk. Dia segera membereskan buku-buku yang tadi dia ambil dan ada beberapa yang dia bawa. "Udah, enggak usah di pulangin ke rak. Kasih aja ke pak Nahar aja," ucap Ara menar
Kaila berjalan pulang dengan keadaan kaki yang pincang. Brian benar-benar meninggalkannya pulang. Tadinya dia berniat untuk nebeng dengan Naura dan Ara, tapi Kaila teringat dengan perkataan Brian di taman tadi, sebelum dia meninggalkan Kaila sendirian, lalu bertemu dengan Saguna. Perkataan Brian yang ingin mengakhiri hubungan dengannya selalu menggema di telinga Kaila, setiap dia menatap sahabatnya Naura dan Ara.Kaila menghela nafasnya panjang. Dia lelah berjalan dengan keadaan kaki yang sakit seperti ini. Rasanya kenapa baru saat ini terasa sakit? Mengapa tadi dia bisa menyembunyikan rasa sakit ketika bersama Brian? Kaila bertanya-tanya pada dirinya.Kaila berhenti di sebuah halte. Dia berniat untuk menaiki bus. Kaila mengambil ponsel dan earphone yang berada di dalam tas. Dia melihat jam, sekitar 10 menit lagi bus akan datang. Kaila menghidupkan lagu yang di berikan oleh Naura. Kaila merasa tenang ketika dia mendengarkannya. Lagu yang sekarang menjadi lagu favorit Kaila yang berjudu
Kaila terbagun dari tidurnya, pukul 2 pagi. Dia binggung siapa yang membawanya ke kamar, rasanya kamar begitu gelap. Kaila meraba saklar lampu yang berada di sampingnya. Saat dia bergerak kepalanya terasa pusing. Dia mencoba menganti posisi dari tidur menjadi duduk. Kaila dapat melihat pantulan wajahnya dari cermin yang berada di depannya. Kening dan rahang bawahnya memar. Dia langsung teringat kejadian dimana dia di tinju dan di dorong. Dia juga ingat mengucapkan matra pemisah untuk dia dan Brian. Namun Brian tak mau berpisah, Brian langsung memeluknya. Pelukan yang sudah lama tak pernah ia rasakan. Setelah itu dia pingsan. Brian sepertinya menggendongnya ke kamar dan membaringkannya di tempat tidur. Kaila sempat terbangun sejenak saat Brian meminta maaf sambil mengompresi memar-memar yang berada di wajahnya dan mengobati luka-luka kecil di tangannya. Sampai akhirnya dia menyuruh Kaila untuk istirahat kembali, sebelum mamanya menelfon untuk menyuruhnya segera pulang, karena mendapat k
"Permisi buk, ibuk panggil saya?" tanya Kaila memasuki ruangan buk Adel yang berbeda sendiri."Kaila kamu kenal Saguna?" tanya buk Adel to the point."Kenal buk, ini orangnya," ucap Kaila menarik Saguna yang berdiri di belakangnya.Buk Adel membuka kaca matanya. "Kamu murid pindahan itukan?" tanya Buk Adel kepada Saguna. Saguna mengangguk pucat menatap buk Adel."Lusa ikut lomba olim ya di Surabaya. Kamu dengan Kaila perwakilan sekolah kita," seru buk Adel membuat Saguna dan Kaila saling tatap."Saya buk?" ucap Saguna dan Kaila serentak."Iya kalian, kenapa? engga mau ikut?" tanya buk Adel mengambil beberapa buku dan amplop kumpulan