Home / Fiksi Remaja / Withstand the Wound / 04. PEDANG PELINDUNG

Share

04. PEDANG PELINDUNG

Author: Sungchanyah
last update Last Updated: 2021-04-17 19:57:43

Kaila terbagun dari tidurnya, pukul 2 pagi. Dia binggung siapa yang membawanya ke kamar, rasanya kamar begitu gelap. Kaila meraba saklar lampu yang berada di sampingnya. Saat dia bergerak kepalanya terasa pusing. Dia mencoba menganti posisi dari tidur menjadi duduk. Kaila dapat melihat pantulan wajahnya dari cermin yang berada di depannya. Kening dan rahang bawahnya memar. Dia langsung teringat kejadian dimana dia di tinju dan di dorong. Dia juga ingat mengucapkan matra pemisah untuk dia dan Brian. Namun Brian tak mau berpisah, Brian langsung memeluknya. Pelukan yang sudah lama tak pernah ia rasakan. Setelah itu dia pingsan. Brian sepertinya menggendongnya ke kamar dan membaringkannya di tempat tidur. Kaila sempat terbangun sejenak saat Brian meminta maaf sambil mengompresi memar-memar yang berada di wajahnya dan mengobati luka-luka kecil di tangannya. Sampai akhirnya dia menyuruh Kaila untuk istirahat kembali, sebelum mamanya menelfon untuk menyuruhnya segera pulang, karena mendapat kabar neneknya meninggal.

Drtt drrtttt

Ponsel kaila bergetar. Kaila mengambil ponselnya yang berada di sampingnya. Dia melihat ke layar ponselnya yang tertuis Brian, Kaila langsung mengangkatnya.

"Sayang?” Panggil Brian dengan lembut di seberang.

"Iya bi,"

"Maafin aku ya sayang udah kasar ke kamu, aku tadi terbawa emosi. Aku minta maaf sayang. Aku janji engga akan ngulangin lagi yang, Maafin aku yang maaff. Aku sayang sama kamu, aku engga mau kita pisah,” terdengar Brian menangiss.

"Iya sayang, engga. Kita engga akan pisah. Aku juga terbawa emosi tadi. Maafin aku juga ya. Aku juga sayang kamu."

"Aku janji sayang, engga akan kasar lagi ke kamu."

"Udah jangan di bahas, jangan nangis lagi. Udahh cukup lupain aja ya," ucap Kaila lembut.

"Makasih sayang, maaf aku engga bisa di samping kamu sekarang," isak Brian di seberang sana.

"Aku turut berduka cita ya sayang, nanti kalau kamu sudah pulang aku kerumah. Bilang sama mama, yang sabar ya. Semoga eyang masuk surga ya yang, dan amal ibadahnya di terima di sisi Allah."

"Aamiin sayang, makasih sayang, yaudah kamu tidur lagi sayang. Besok sekolahkan, maafiin aku ya sayang," ucap Brian lembut.

"Iya sayang. Aku tutupnya, jaga kesehatan kamu."

"Iya sayang, i love you."

"I love you too."

Kaila mematikan sambungan telfon lebih dulu. Dia kasian dengan Brian. Lelakinya pasti sedang sedih sekarang.

Pagi ini adalah saatnya untuk Kaila memberitahu jika dia akan benar-benar harus menjauh dari sahabatnya Naura dan Ara, demi kelanjutan hubungannya kedepan.

Kaila merasa cacing-cacing yang berada di perutnya sedang demo sekarang. Karena sedari tadi Kaila belum ada mengisi perutnya dengan makanan. Dia turun dari kasur berjalan keluar kamar dengan kaki yang masih sakit.

Kaila menuruni tangga satu persatu. Ada cahaya dari ruang keluarga. Kaila mencoba mendekati ruang keluarga. Ternyata cahaya itu berasal dari tv yang ayah tonton. Ayah sedang menonton film detektif sepertinya. Kaila mencoba mendekati sang ayah yang sudah lama tak iya sapa.

"Ayah belum tidur?" tanya Kaila mengejutkan sang ayah.

"Eh, belum nak," ucap sang ayah menoleh kebelakang.

"Nunggu ibu?" tanya Kaila duduk di samping sang ayah.

"Engga, cuma ayah engga bisa tidur aja," ucap sang ayah memandang layar tv.

"Kai rindu bunda," ucap Kaila pelan. Kaila dengan bundanya sudah berbeda alam dari kecil. Kaila hanya tau bundanya dari foto. Dia enggak pernah tau bunda seperti apa, tapi dia selalu yakin bahwa bunda lebih cantik dari dirinya.

Ayah menatap Kaila. Dia langsung terkejut saat Kaila juga menatapnya. Wajah anak semata wayangnya memar dimana-mana. Ayah menakup wajah Kaila.

"Kenapa wajah mu?!" tanya ayah panik.

"Engga papa yah, tadi Kaila jatuh tertimpa rak buku di perpustakaan, saat mengambil buku kimia," ucap Kaila berbohong melepaskan tangan ayahnya dari wajahnya.

"Kok bisa gitu?" tanya ayah masih khawatir dan panik.

"Bisa yah, bukunya gede, segede buku kamus ayah yang ada di ruang baca," ucap Kaila menunjuk ruang baca milik sang ayah.

"Ayah obati ya? Siap itu kamu tidur lagi," ucap sang ayah berjalan mengambil P3K.

"Kai lapar yah," ucap Kaila memegangi perutnya.

"Ayah masakin ramen mau?" ayah menawarkan makanan yang sudah lama tak iya makan. Dulu dia selalu makan ramen saat dia belum punya segalanya seperti sekarang.

Kaila mengangguk antusias.

Tak perlu menunggu lama, sang ayah selesai membawa 2 mangkuk ramen dan sebotol bon cabe level 6. Kaila langsung duduk di lantai, dia sudah tak sabar ingin menyicipi buatan sang ayah.

"Itu sakit engga?" tanya ayah menunjuk memar Kaila di bagian rahang bawah.

"Engga yah, jangan khawatir," ujar Kaila tersenyum.

"Baiklah, ayo kita makan," ajak sang ayah.

Kaila mengangguk. Sudah lama dia tak pernah berduaan dengan sang ayah. Ntah kapan terakhir mereka seperti ini. Kaila menatap sang ayah sambil melahap ramen buatannya. Kaila pikir ayah melupakan sosok dirinya selama ini. Ayah sepertinya capek dengan pekerjaannya yang menumpuk. Dari matanya yang berkantung kelihatan ada rasa yang sangat lelah disana. Namun, raganya tak bisa di ajak kompromi. Kaila mengalihkan pandangannya saat ayah mulai sadar di tatap oleh Kaila.

"Kenapa nak? Enggak enak ya?" tanya sang ayah berhenti makan.

"Enak kok yah," ucap Kaila cepat menggelengkan kepalanya.

"Lalu mengapa menatap ayah seperti itu," tanya sang ayah.

"Hmm, ayah capek ya?" tanya Kaila menatap sang ayah.

"Engga kok, ayah engga capek," ucap sang ayah.

Kaila menyisir rambut depan sang ayah kebelakang. Matanya dan mata sang ayah bertemu. Cinta pertamanya berada di depannya sekarang, sudah lama dia tak sadar cinta pertamanya sudah semakin menua sekarang. Seketika matanya terasa berair.

"Kaila rindu ayah," ucap Kaila menahan air mata.

Ayah langsung memeluk Kaila.

"Maaffin ayah kai, kamu pasti selalu merasa kesepian. Ayah dan ibu selalu sibuk dengan pekerjaan. Ayah memang ayah yang paling buruk. Maafin ayah Kai, ayah tak ada di sebelahmu saat kamu terpuruk, saat kamu merasa sendirian, saat kamu kesusahan. Jika bundamu tau pasti ayah kena marah dengan bunda, karena sudah menelantarkan anak kesangannya. Percayalah nak ayah bekerja keras, karena ayah tak ingin kembali ke masa suram. Masa yang sangat menyusahkan ayah, untuk membelikan mu susu, bahkan untuk membahagiakan bunda saja ayah tak bisa, membayar uang rumah sakit untuk kesembuhan bundamu juga ayah tak bisa. Ayah takut kalau ayah kembali kemasa itu ayah akan kehilangan semuanya termasuk kamu. Tapi sekarang setelah ayah mendapatkan semuanya, ayah lupa membahagiakan mu, karena sibuk berkerja. Seharusnya ayah selalu ada bersamamu," ucap sang ayah menangis sambil memeluk Kaila, badannya bergetar. Kaila tak pernah melihat ayah seperti ini, ini pertama kalinya.

"Ayah, aku engga merasa di telantarkan karna aku masih tinggal di rumah ini bersama mu. Aku hanya ingin, ayah seperti dulu sebelum ayah menikah dengan ibu. Aku sayang ayah, aku rindu ayah. Aku ingin kembali kemasa kecilku hidup tenang dalam keadaan damai. Asalkan ayah selalu bersamaku dan ayah selalu menganggapku ada," ucap Kaila menangis di pelukan sang ayah. Sepanjang ayahnya menikah dengan ibu tirinya, Kaila tak pernah merasakan kebahagiaan sedikitpun. Ibu tirinya selalu memperlakukannya semena-mena. Ibunya selalu menyuruh kaila ini itu. Jika tak di turuti maka ibu tirinya akan marah membanting barang-barang seperti gucchi, gelas, piring kepada Kaila, seperti kemarin.

"Apa kamu tidak bahagia selama ini nak? Dengan ibu mu?" tanya sang ayah kepada Kaila.

"Bahagia kok yah," ucapnya berbohong. Sebetulnya dia sangat ingin mengucapkan semuanya.

"Kamu tampak telah tumbuh menjadi cantik sekarang nak, apakah kamu di beri makan yang enak sama ibu mu saat ayah pergi bekerja?" tanya Sang ayah.

Kaila mengangguk.

Kaila binggung ingin menjawab apa, dia tak pernah di beri makan yang enak seperti orang-orang di luar sana dengan ibunya. Ibunya hanya memberikan nasi dengan kecap kepadanya. Itu makanan yang paling enak menurut Kaila di rumah ini. Untungnya Brian selalu membawanya sarapan setiap hari. Dan ayahnya selalu mengirimkan uang. Jadi Kaila masih bisa makan enak di luar rumah. Sekarang ibunya sedang pergi bekerja keluar kota. Ayah dan Ibu selalu pergi keluar kota bergantian.

"Malam ini boleh aku tidur bersama ayah? Aku ingin di peluk ayah seperti dulu sebelum tidur dan ayah bercerita kepada ku tentang istana permen milikku. Aku sangat ingin mendengarkan cerita itu kembali," ujar Kaila. Dia selalu ingin kembali ke masa itu, saat dia menjadi tuan putri di istana permen dan ayahnya menjadi raja.

"Okee ayah masih ingat tentang cerita itu. Kita habiskan makanan kita terlebih dahulu dan ayah akan mengobati memarmu." Ayah Kaila melepaskan pelukannya, dia menghapus air mata Kaila.

*****

Kaila diantar oleh sang ayah sampai di depan gerbang sekolah. Tadi malam sang ayah benar-benar bercerita tentang istana permen kepada dirinya, setelah sekian lama. Dia juga di peluk erat oleh sang ayahnya. Hingga tadi pagi mereka hampir saja kesiangan.

"Belajar yang rajin ya nak," ucap sang ayah mengecup pucuk kepala Kaila.

"Iya yah, ayah juga kerjanya semangat seperti kapten America," ujar Kaila semangat membuat sang ayah tersenyum.

"Nanti pulang, ayah enggak bisa menjemput telfon aja mang asep ya, hari ini mang asep udah mulai kerja kembali," ucap ayah Kaila. Mang Asep adalah supir dirumah Kaila. Sudah 2 minggu mang Asep izin akibat istrinya melahirkan.

"Siap bos." Kaila hormat kepada sang ayah.

"Yaudah gih masuk," ucap ayah Kaila.

"Dada ayah," ucap Kaila sambil melambaikan tangannya.

Ayah Kaila masuk kedalam mobil, sebelum pergi dia mengelakson Kaila.

Kaila berjalan menyusuri koridor, banyak murid yang memandangnya aneh, mungkin karena wajahnya yang babak belur. Namun, dia tidak meperdulikan pandangan murid lainnya.

Kaila melewati kelas Brian. Dia melirik sekilas kelas Brian, lalu teringat hari ini Brian tak masuk. Tadi pagi Kaila sudah mengucapkan turut berduka cita atas meninggalnya nenek Brian. Namun, Brian belum menjawab.

Kaila sampai di kelasnya, dia masuk mengucapkan salam dengan pelan. Naura dan Ara terkejut melihat wajahnya. Kaila langsung mengisyaratkan bahwa sabahatnya tak perlu khawatir.

"Muka lo kenapa bing?"tanya Naura panik, lalu menarik tangan Kaila.

"Kan gue udah kasih isyarat kalau gue engga papa," ucap Kaila tenang.

"Lo pikir gue sama Naura ngerti bahasa isyarat," ujar Ara yang baru saja duduk di depan Kaila.

"Hmm, gue engga papa. Semalem tu gue ketimpaan buku-buku bokap gue, pas gue mau ngambil kamus," ucap Kaika berbohong.

"Lo engga di apa apain kan sama Brian?" tanya Naura dnegan wajah penasaran.

"Engga di apa-apain kok. Tapi, gue disuruh jauhin kalian," ucap Kaila lesu sambil menunduk.

"Wah tu anak udah kayak bokap lo aja ya ngatur-ngatur, emang minta di hajar tu anak," ucap Naura menaikkan lengan bajunya.

"Eh Nau jangan ah, kasian Brian," ucap Kaila membela Brian.

"Lo bela dia? Lo mau kita udah engga berteman?!" seru Naura.

"Bukan gitu Nau, kalian sama Brian itu sama-sama penting di kehidupan gue," ucap Kaila mencoba membuat mengerti.

"Gue ngerti kok, lo takut kan kehilangan Brian yang jelas-jelas cowok yang lo sayang, gue engga masalah kok kalau lo bakal ngejauhin gue sama Naura. Tapi, gue sama Naura tetap bakal belain lo kalau lo di apa-apain sama Brian anak setan itu, dia tu kasar Kai, lo harus hati-hati," seru Ara menggenggam tangan Kaila.

"Iya kai dia kasar, kalau ngomong ke lo aja dia kayak engga ber-attitude," sahut Naura.

"Dia baik Nau, Raa, gue udah kenal dia lama, dia tu baik sebenernya, kemarin itu, dia lagi kesal karna gue payah di hubungin," ucap Kaila membela Brian.

"Pokoknya kalau ada apa-apa hubungi gue sama Ara titik," tegas Naura.

"Iya beb, tapi kita bakal jarang main bareng dong ini nantinya, engga papa ya?" ujar Kaila mentap kedua sahabatnya secara bergantian.

"Iya engga papa, asalkan lo jangan pernah nganggap kita engga ada," jawab Ara tersenyum.

"Makasih kalian udah ngertiin gue," ucap Kaila tersenyum.

"Kai, disuruh ke ruang buk Adel sekarang,” seru Jevan baru datang bersama Saguna.

"Ha kenapa?" tanya Kail binggung.

"Engga tau ada yang mau daftar olimpiade mungkin," ucap Jevan.

Kaila menatap Saguna. Saguna menatapnya datar tanpa ekspresi. Wajah Saguna babak belur, sama dengan dirinya.

"Kok lo juga babak belur sa?" tanya Naura.

"Ha? Oh ini Gue ketimpa buku bokap gue," ucap Saguna berbohong.

"Loh kok sama, Kaila juga ketimpa buku bokapnya," ucap Naura binggung. Kaila menatap Saguna.

"Jangan-jangan kalian satu bokap," ucap Jevan ngasal.

"Kebetulan aja mungkin sama ya kan na," ucap Kaila. Namun, di balas Saguna dengan anggukan.

"Saguna mau aku kopresin engga?" tanya Ara.

"Hmm makasih ya, tapi kayaknya engga usah," tolak Saguna tersenyum.

"Jika kau tak mau 'kan kubuat kamu mau

Jika kau tak cinta 'kan kubuat kamu cinta

Tenang saja, tenang saja

Ku pastikan kau jadi pacarku

Jika kau tak mau 'kan kubuat kamu mau

Jika kau tak cinta 'kan kubuat kamu cinta

Tenang saja, tenang saja

Ku pastikan kau jadi pacarku minggu depan" Ara bernyanyi sambil menatap Saguna. Saguna tak memperdulikan Ara, dia sibuk melihat wajah Kaila yang masih bisa ternyum padahal wajahnya pasti mendenyut sama seperti dirinya. Saguna binggung ngapa Kaila bisa babak belur sepertinya. Apa yang terjadi dengan dia dan Brian?

"Eh bentar lagi bel jam pelajaran mau mulai, gue ke tempat bu adel dulu ya," pamit Kaila membawa buku binder yang selalu ia bawa, tak lupa dengan pena larva kuningnya.

"Gue ikut ya, lo bukannya mau ngajakin gue ketemu bu adel ya kemarin," ucap Saguna tiba-tiba. Naura, Ara dan Jevan binggung menatap Saguna.

"Ohh iya, ayoklah bawa buku dan pena lo," sahut Kaila. Saguna mengangguk, dia membawa semua yang Kaila suruh.

"Kok?" Naura binggung.

"Apasih yang mau lo binggungin, Saguna ini mau ikut olimpiade beb," seru Kaila menyubit pipi Naura pelan.

Naura, Ara dan Jevan pikiran mereka sudah melayang kemana mana.

Kaila menggeleng-geleng kepalanya, menarik Saguna cepat keluar kelas.

"Lo engga mau nikung gue pan ya kai?!" teriak Ara dari dalam kelas.

Kaila berjalan mundur sambil melambai-lambaikan tangannya ke Naura, Ara dan Jevan.

"Eh woi!" Saguna menarik Kaila yang hampir menambrak dinding.

"Siapa sih yang narok dinding disitu, sejak kapan sih pindahnya," kesal Kaila kepada dinding yang jelas-jelas dia salah, malah dia yang menyalahkan dinding.

"Lo yang jalan engga pakai mata begok," ucap Saguna menoyor kepala Kaila.

"Heh masih pagi jangan kasar-kasar dong," sahut Kaila menatap Saguna mendongak.

"Lo diapain sama Brian?" tanya Saguna dengan muka serius.

"Engga di apa-apain," jawab Kaila.

"Gue tau lo bohong, itu memar di pukul Brian kan?" tanya Saguna lagi.

"Engga na, lo gilak ya mana mungkin cowok gue nonjok gue ya kali dia berani, lo pikir dia jadiin gue samsat apa," ucap Kaila sewot.

"Kai," panggil Saguna menarik tangan Kaila.

Kaila menatap Saguna.

"Gue engga mau lo disakitin dia, gue akan jadi pedang pelindung lo, sampai kapan pun, TITIK."

Related chapters

  • Withstand the Wound   05. PATNER OLIMPIADE

    "Permisi buk, ibuk panggil saya?" tanya Kaila memasuki ruangan buk Adel yang berbeda sendiri."Kaila kamu kenal Saguna?" tanya buk Adel to the point."Kenal buk, ini orangnya," ucap Kaila menarik Saguna yang berdiri di belakangnya.Buk Adel membuka kaca matanya. "Kamu murid pindahan itukan?" tanya Buk Adel kepada Saguna. Saguna mengangguk pucat menatap buk Adel."Lusa ikut lomba olim ya di Surabaya. Kamu dengan Kaila perwakilan sekolah kita," seru buk Adel membuat Saguna dan Kaila saling tatap."Saya buk?" ucap Saguna dan Kaila serentak."Iya kalian, kenapa? engga mau ikut?" tanya buk Adel mengambil beberapa buku dan amplop kumpulan

    Last Updated : 2021-04-18
  • Withstand the Wound   06. IBU SELINGKUH?

    Bel pulang sekolah berbunyi lebih cepat dari biasanya. Kaila dan Saguna masih sibuk dengan soal-soal, hingga tak sadar bel telah berbunyi. Sesekali mereka bercanda dan sesekali saling bertanya jika ada dari salah satu mereka tak mengerti cara menghitungnya atau cara mendapatkan hasilnya. Lebih sering Kaila yang bertanya. Saguna seperti sudah memakan semua konsep dan materi kimia. Mungkin tahun ini saingan terberat Kaila adalah Saguna."Kaila di cari bu Adel," ucap pak Nahar membuat keduanya menoleh."Baik pak, terimakasih," ujar Kaila sopan sambil membungkuk.Saguna mengucek-ngucek matanya yang sudah mulai lelah, dan mood belajarnya sudah menurun. Matanya sudah berbeda saat melihat soal, mungkin akibat dia tak memakai kaca mata."Na,

    Last Updated : 2021-04-18
  • Withstand the Wound   07. NASIB YANG SAMA

    "Eh Kamu udah datang?" ucap Viola ibu tiri Kaila mendekati pria itu lalu cepika-cepiki."Perempuan ini siapa?" tanya lelaki itu kepadaViola."A--""Oh dia pembantuku, masih kecilkan, Umurnya masih 16 tahun," ucap Viola berbohong."Oh, tapi pakaiannya terlihat bren mahal," ucap lelaki itu."Aku yang membelikannya sayang, aku tak tega melihat dia pakai pakaian gembel yang sudah koyak-koyak. Itu membuatku kasian sayang," ucapViola."Kamu sangat baik sayang," ucap lelaki itu mencium pipi ibu tiri Kaila.Kaila memanas,dadanya terasa begitu sesak.

    Last Updated : 2021-04-19
  • Withstand the Wound   08. KETAHUAN BRIAN

    Kaila menarik kopernya. Dia baru saja sampai di bandara diantar oleh ayah dan ibu tirinya. Sang ayah merangkulnya sedari tadi dan selalu tersenyum. Kaila tak sempat bertanya kepada ayah perihal anak haram yang di bilang ibu tirinya kemarin, karena ayah lama pulang dan saat ayah pulang dia sudah tertidur. Kaila bahkan tak tau kapan ibunya juga pulang dari pacaran dengan lelaki muda itu."Kak Lala," panggil gadis kecil berlari ke arahnya. Dia adalah Lala adik dari Saguna.Kaila langsung menggendong Lala."Ih lucunya," ucap sang Ayah gemas."Hallo om, tante. Nama aku Lala," ucapnya sambil sedikit membungkuk."Hai Lala, Nama oom Nugraha. Oom ayah dari kak Kaila. Dan ini ibunya,"uca

    Last Updated : 2021-04-19
  • Withstand the Wound   09. BRIAN SALAH PAHAM

    Saguna membuka matanya peralahan ketika sinar matahari menyorot matanya. Dia mengambil kacamata yang berada di atas kepalanya. Melihat sekelilingnya tidak ada orang selain dia dengan Kaila yang masih tertidur. "KAILA!!" spontan Saguna berteriak, saat melihat jam yang dia kenakan di tangannya. Kaila terkejut langsung terbangun. "Hmm apa sih na," ucap Kaila menutup mukanya kembali dengan buku. "Woi bangun udah jam 7 anjir, kita ngapain tidur di luar bodat," ujar Saguna membereskan bukunya. Kaila masih tertidur hingga ucapan Saguna terngiang-ngiang di kepalanya. "Udah jam 7." Brakk! Kaila membanting buku yang ada di mukannya ke meja dengan kuat. "HA... JAM 7! GILAK YA LO ENGGA BANGUNIN GUE!" pekik Kaila mulai panik. Dia langsung mengambil buku dan soal soalnya asal tanpa memasukkan kedalam amplop. "Iyaa bodo, mampus deh kita bakal di telan hidup-hidup sama buk Adel." Saguna berlari menu

    Last Updated : 2021-05-15
  • Withstand the Wound   10. TOXIC RELATIONSHIP

    Saguna merasakan tak tenang di hatinya setelah Kaila di bawa oleh Brian, dia tak kunjung keluar dari kamarnya. Kaila juga tak dapat di hubungi. Saguna sudah menelfon, mengirimkan chat, bahkan mengetuk-ngetuk pintu kamarnya sedari tadi juga tak ada balasan.Saguna merasa panik setengah mati. Apa yang Kaila lakukan di dalam kamarnya, hingga dia begitu betah di dalam sana.Saguna melihat jam. Makan malam telah tiba. Saguna keluar dari kamarnya, berhenti di depan pintu Kaila, mencoba mengajaknya makan."Kai makan yok," ajak Saguna sambil mengetuk pintu Kaila. Tak ada jawaban dari Kaila."Apa mungkin dia tidur?" tanya Saguna kepada diri sendiri."Yaudah lah kalau tidur mungkin dia capek,

    Last Updated : 2021-05-22
  • Withstand the Wound   11. BRIAN SELINGKUH

    "Apapun yang lo pikirkan dan lo rasain sekarang, semoga langkah yang lo ambil buat kedepannya adalah yang terbaik. Gue akan selalu tetap terima dan selalu ngelindungin lo, selagi lo masih ada dalam penglihatan gue." Kaila terisak, dia sempat berpikir kalau dia tidak akan punya teman sama sekali, setelah dia ngejauhin Naura dan Ara demi menjaga hubungannya dengan Brian. Tapi ternyata dia salah, Saguna bisa menjadi segalanya sekarang bagi Kaila. "Gue takut." Saguna memeluk Kaila, mungkin ini yang bisa dia lakukan. Badan Kaila bergetar dan suhu badannya mulai panas. Kaila sepertinya akan demam. Saguna menarik selimut, lalu memberikannya kepada Kaila. "Udah, engga ada yang perlu di takutin. Ada gue disini, pedang pelindung lo." Saguna membawa Kaila untuk berbaring sambil mengelus-ngelus punggung Kaila agar dia segera tenang. Dia benar-benar seperti sedang berlomba dengan hujan. Hujan jatuh berkali-kali dan tak kunjung berhenti seperti air mata Kai

    Last Updated : 2021-05-26
  • Withstand the Wound   12. ADEK TIRI?

    Kaila terkejut bukan main, spontan dia dan Tara nyaris memekik. Mereka menjadi sorotan di mall. Kaila ingin memisahkan mereka, namun Saguna sangat mengerikan, dia menerjang Brian dengan kasar meninju tanpa ampun. Hingga Brian tersungkur ke lantai. Saguna telihat sangat emosi. Sedangkan Brian terlihat tak bisa membalas. Akibat Saguna duduk di dada Brian membuat Brian tak bisa melawan. Sekujur wajahnya telah memar, hingga mengeluarkan darah segar."Cukup saguna!" teriak Kaila.Kaila menahan tangisnya. Dia menarik Saguna. Mengcengkram lengan Saguna dengan kuat. Kaila bergetar. Dia tak sanggup melihat Brian."Cowok brengsek kayak dia engga pantes lo pertahanin!" bentak Saguna kepada Kaila.

    Last Updated : 2023-01-10

Latest chapter

  • Withstand the Wound   14. "APA LAGI INI??"

    Setelah selesai bermain beberapa permainan, mereka kembali pulang. Sebelum berjalan pulang mereka mampir membeli eskrim. Kaila dan Lala tampak bahagia, begitupun dengan Saguna. Dia benar-benar seperti duda beranak dua. Semua penjual tiket mengira Kaila dan Lala adalah anaknya. Namun tidak membuat Saguna sakit hati atau membenci orang tersebut. Dia malah bahagia."Besok kita main lagi yah abang," ajak Lala di gendongan Saguna."Malam minggu lagi ya, kalau besok abang masih sekolah, dan malamnya abang harus buat tugas. Kalau engga nanti abang di hukum," jelas Saguna."Kenapa sekalang abang ngajak main padahal kan abang sekolah besok," Jawab Lala."Karena abang pengen main sama Lala," ucap Saguna.

  • Withstand the Wound   13. BUNDA MARAH

    PLAK!"Apa hak mu meninju anakku!" bentak bunda Hasya, bundanya Saguna."Kau tidak mendidik anak mu dengan benar!""Saguna kamu apa kan Brian?" tanya Hasya kepada Saguna yang berada di belakangnya sambil memegangi pipi yang di tinju sang ayah."Aku meninjunya bun, dia telah jalan dengan wanita lain.""Bagus nak, kamu benar-benar lelaki jantan," ucap bunda Saguna membela."APA MAKSUD MU HASYA! ANAK NAKAL SEPERTI DIA KAMU BELA?!""Diam kau! Dia melakukan hal yang benar, ken

  • Withstand the Wound   12. ADEK TIRI?

    Kaila terkejut bukan main, spontan dia dan Tara nyaris memekik. Mereka menjadi sorotan di mall. Kaila ingin memisahkan mereka, namun Saguna sangat mengerikan, dia menerjang Brian dengan kasar meninju tanpa ampun. Hingga Brian tersungkur ke lantai. Saguna telihat sangat emosi. Sedangkan Brian terlihat tak bisa membalas. Akibat Saguna duduk di dada Brian membuat Brian tak bisa melawan. Sekujur wajahnya telah memar, hingga mengeluarkan darah segar."Cukup saguna!" teriak Kaila.Kaila menahan tangisnya. Dia menarik Saguna. Mengcengkram lengan Saguna dengan kuat. Kaila bergetar. Dia tak sanggup melihat Brian."Cowok brengsek kayak dia engga pantes lo pertahanin!" bentak Saguna kepada Kaila.

  • Withstand the Wound   11. BRIAN SELINGKUH

    "Apapun yang lo pikirkan dan lo rasain sekarang, semoga langkah yang lo ambil buat kedepannya adalah yang terbaik. Gue akan selalu tetap terima dan selalu ngelindungin lo, selagi lo masih ada dalam penglihatan gue." Kaila terisak, dia sempat berpikir kalau dia tidak akan punya teman sama sekali, setelah dia ngejauhin Naura dan Ara demi menjaga hubungannya dengan Brian. Tapi ternyata dia salah, Saguna bisa menjadi segalanya sekarang bagi Kaila. "Gue takut." Saguna memeluk Kaila, mungkin ini yang bisa dia lakukan. Badan Kaila bergetar dan suhu badannya mulai panas. Kaila sepertinya akan demam. Saguna menarik selimut, lalu memberikannya kepada Kaila. "Udah, engga ada yang perlu di takutin. Ada gue disini, pedang pelindung lo." Saguna membawa Kaila untuk berbaring sambil mengelus-ngelus punggung Kaila agar dia segera tenang. Dia benar-benar seperti sedang berlomba dengan hujan. Hujan jatuh berkali-kali dan tak kunjung berhenti seperti air mata Kai

  • Withstand the Wound   10. TOXIC RELATIONSHIP

    Saguna merasakan tak tenang di hatinya setelah Kaila di bawa oleh Brian, dia tak kunjung keluar dari kamarnya. Kaila juga tak dapat di hubungi. Saguna sudah menelfon, mengirimkan chat, bahkan mengetuk-ngetuk pintu kamarnya sedari tadi juga tak ada balasan.Saguna merasa panik setengah mati. Apa yang Kaila lakukan di dalam kamarnya, hingga dia begitu betah di dalam sana.Saguna melihat jam. Makan malam telah tiba. Saguna keluar dari kamarnya, berhenti di depan pintu Kaila, mencoba mengajaknya makan."Kai makan yok," ajak Saguna sambil mengetuk pintu Kaila. Tak ada jawaban dari Kaila."Apa mungkin dia tidur?" tanya Saguna kepada diri sendiri."Yaudah lah kalau tidur mungkin dia capek,

  • Withstand the Wound   09. BRIAN SALAH PAHAM

    Saguna membuka matanya peralahan ketika sinar matahari menyorot matanya. Dia mengambil kacamata yang berada di atas kepalanya. Melihat sekelilingnya tidak ada orang selain dia dengan Kaila yang masih tertidur. "KAILA!!" spontan Saguna berteriak, saat melihat jam yang dia kenakan di tangannya. Kaila terkejut langsung terbangun. "Hmm apa sih na," ucap Kaila menutup mukanya kembali dengan buku. "Woi bangun udah jam 7 anjir, kita ngapain tidur di luar bodat," ujar Saguna membereskan bukunya. Kaila masih tertidur hingga ucapan Saguna terngiang-ngiang di kepalanya. "Udah jam 7." Brakk! Kaila membanting buku yang ada di mukannya ke meja dengan kuat. "HA... JAM 7! GILAK YA LO ENGGA BANGUNIN GUE!" pekik Kaila mulai panik. Dia langsung mengambil buku dan soal soalnya asal tanpa memasukkan kedalam amplop. "Iyaa bodo, mampus deh kita bakal di telan hidup-hidup sama buk Adel." Saguna berlari menu

  • Withstand the Wound   08. KETAHUAN BRIAN

    Kaila menarik kopernya. Dia baru saja sampai di bandara diantar oleh ayah dan ibu tirinya. Sang ayah merangkulnya sedari tadi dan selalu tersenyum. Kaila tak sempat bertanya kepada ayah perihal anak haram yang di bilang ibu tirinya kemarin, karena ayah lama pulang dan saat ayah pulang dia sudah tertidur. Kaila bahkan tak tau kapan ibunya juga pulang dari pacaran dengan lelaki muda itu."Kak Lala," panggil gadis kecil berlari ke arahnya. Dia adalah Lala adik dari Saguna.Kaila langsung menggendong Lala."Ih lucunya," ucap sang Ayah gemas."Hallo om, tante. Nama aku Lala," ucapnya sambil sedikit membungkuk."Hai Lala, Nama oom Nugraha. Oom ayah dari kak Kaila. Dan ini ibunya,"uca

  • Withstand the Wound   07. NASIB YANG SAMA

    "Eh Kamu udah datang?" ucap Viola ibu tiri Kaila mendekati pria itu lalu cepika-cepiki."Perempuan ini siapa?" tanya lelaki itu kepadaViola."A--""Oh dia pembantuku, masih kecilkan, Umurnya masih 16 tahun," ucap Viola berbohong."Oh, tapi pakaiannya terlihat bren mahal," ucap lelaki itu."Aku yang membelikannya sayang, aku tak tega melihat dia pakai pakaian gembel yang sudah koyak-koyak. Itu membuatku kasian sayang," ucapViola."Kamu sangat baik sayang," ucap lelaki itu mencium pipi ibu tiri Kaila.Kaila memanas,dadanya terasa begitu sesak.

  • Withstand the Wound   06. IBU SELINGKUH?

    Bel pulang sekolah berbunyi lebih cepat dari biasanya. Kaila dan Saguna masih sibuk dengan soal-soal, hingga tak sadar bel telah berbunyi. Sesekali mereka bercanda dan sesekali saling bertanya jika ada dari salah satu mereka tak mengerti cara menghitungnya atau cara mendapatkan hasilnya. Lebih sering Kaila yang bertanya. Saguna seperti sudah memakan semua konsep dan materi kimia. Mungkin tahun ini saingan terberat Kaila adalah Saguna."Kaila di cari bu Adel," ucap pak Nahar membuat keduanya menoleh."Baik pak, terimakasih," ujar Kaila sopan sambil membungkuk.Saguna mengucek-ngucek matanya yang sudah mulai lelah, dan mood belajarnya sudah menurun. Matanya sudah berbeda saat melihat soal, mungkin akibat dia tak memakai kaca mata."Na,

DMCA.com Protection Status