Bel pulang sekolah berbunyi lebih cepat dari biasanya. Kaila dan Saguna masih sibuk dengan soal-soal, hingga tak sadar bel telah berbunyi. Sesekali mereka bercanda dan sesekali saling bertanya jika ada dari salah satu mereka tak mengerti cara menghitungnya atau cara mendapatkan hasilnya. Lebih sering Kaila yang bertanya. Saguna seperti sudah memakan semua konsep dan materi kimia. Mungkin tahun ini saingan terberat Kaila adalah Saguna.
"Kaila di cari bu Adel," ucap pak Nahar membuat keduanya menoleh.
"Baik pak, terimakasih," ujar Kaila sopan sambil membungkuk.
Saguna mengucek-ngucek matanya yang sudah mulai lelah, dan mood belajarnya sudah menurun. Matanya sudah berbeda saat melihat soal, mungkin akibat dia tak memakai kaca mata.
"Na, udahan yuk," ajak Kaila sambil menyusun soal-soal yang telah mereka bahas bersama.
"Jangan di gabungin ya, yang udah di kerjain sama yang belum. Biar kita bagi dua," ucap Saguna memperingati Kaila. Kaila mengangguk.
Saguna turun dari bangku mengambil minum. Ntah sudah berapa aqua gelas yang sudah dia habiskan dari tadi.
"Gue yang bawak ya na," ucap Kaila. Menumpuk buku dan amplob soal.
"Enggak," tegas Saguna.
"Ih bagi dua lah kita," pinta Kaila memelas.
Saguna tak menjawab dia sedang menghabiskan minumnya.
"Iya, ya na?" tanya Kaila bersih kukuh ingin membawa.
Saguna berjalan mendekat. "Yang mana amplop soal yang belum di kerjakan?" tanya Saguna.
"Ini ada dua, ada yang banyak, ada yang dikit, kalau di satuin gak muat," ucap Kaila memisahkan.
"Yaudah itu yang lo bawak, sama buku gue, udah kan?" tanya Saguna mengangkat buku-buku dan kumpulan soal. Dia berjalan lebih dulu meninggalkan Kaila.
"Ih masa lo aja yang berat," cetus Kaila menyamai langkahnya dengan Saguna.
"Gue kan cowok, selagi lo sama cowok yang angkat berat-berat tu ya cowok, engga boleh cewek," jawab Saguna.
"Dari mana pula ada peraturan kayak gitu?" tanya Kaila membukakan pintu perpustakaan untuk Saguna.
"Gue yang buat. Gue engga suka kalau cewek ngangkat yang berat-berat, gue juga engga suka kalau cewek disakitin, gue juga engga suka cewek yang mengejar-ngejar cowok dan banyak lagi yang engga gue suka. Karna gue engga mau bunda gue kayak gitu," jelas Saguna.
"Kenapa lo engga suka cewek ngejar cowok?" tanya Kaila penasaran dengan kalimat itu. Ya apasalahnya coba, kalau cewek ngejar cowok ya kan?
"Kuatdratnya cewek itu di kejar bukan mengejar, langkah cowok itu panjang. Dia bisa suka sana sini. Kalau cewek biasanya lebih fokus ke satu orang, gue engga suka cewek kayak gitu. Menurut gue si cewek sama aja kayak nyakitin dirinya sendiri. Untuk apa dia suka sama orang tapi dia engga menyukai diri dia sendiri. Kalau kita mau mencintai seseorang, ya kita harus mecintai diri kita sendiri terlebih dahulu baru cinta orang lain," jelas Saguna. Kaila bengong menatap Saguna.
"Kalau ternyata mereka saling suka gimana?" tanya Kaila lagi.
"Iya bagus kalau ternyata saling suka, kalau seandainya cowoknya engga suka gimana? Dan malah si cowok suka sama yang lain? Sakit kan hati si cewek," ucap Saguna membuat Kaila mengerti.
"Iya juga sih," ucap Kaila terdiam di tempat. Dia mengigat kejadian dulu, saat dia mengejar-ngejar Brian yang saat itu sedang menyukai ketua tim basket putri. Untungnya saat Brian tau, Brian menerima dengan baik perasaannya.
"Bukain pintunya heh, malah bengong," ucap Saguna mengejutkan Kaila.
"Eh iyaa."
"Permisi buk," ucap Kaila menunduk di ikuti Saguna.
"Bukunya kalian bawa pulang ya itu, di bagi dua untuk belajar," ucap buk Adel.
"Baik buk," ucap Keduanya.
"Besok, penerbangan kita jam 7 pagi, kalian harus on time ya, jangan ada yang terlambat, oke?" ucap buk Adel.
"Baik buk."
"Apa aja yang harus saya bawak buk?" tanya Saguna.
"Bawa baju, bawa buku, bawa pakaian dalam, bawa badan, bawa otak, bawa segalanya yang bakal kamu perlukan disana, yang engga harus kamu bawa adalah perasaan," ucap buk Adel kepada Saguna.
"Kenapa buk?" tanya Saguna binggung.
"Sadar dirilah Saguna perasaan mu tak akan terbalas, dia telah milik orang lain," celetuk buk Adel sambil tersenyum.
"Kalau terbalas gimana buk?" tanya Saguna seakan-akan mengerti siapa yang di maksud buk Adel.
"Lawan mu seseorang yang ahli menghancurkan benda keras, dia sangat kuat," ujar buk Adel.
"Apa dia seperti thor?" tanya Saguna ngasal.
"Dia engga bawak palu, jadi dia bukan thor," ucap Buk Adel.
Kaila binggung kemana jalan pembicaraan buk Adel dengan Saguna. Pembicaraannya seperti ngasal.
"Ibuk sama Saguna bicarain apa?" tanya Kaila menatap keduanya bergantian.
"Gue engga tau, gue nyaut-nyaut aja apa yang buk Adel bilang hehehe." Saguna menyengir.
"Ahh lupakan, ibuk hanya ngasal aja tadi. Pokoknya kalian engga boleh telambat. Kalian harus datang lebih dulu dari ibuk. Karna murid lebih baik menunggu guru dari pada guru menunggu murid, oke," tegas buk Adel.
"Asiapp," ucap Saguna mengikuti gaya Atta Halilintar.
"Dah pulang lah kalian, belajar betul-betul. Jangan sampai ada cinta di antara soal-soal," ucap buk Adel.
"Kalau ada rasa sayang boleh gak buk?" tanya Saguna ngasal.
"Saguna, kamu ini menjawab saja," ujar buk Adel.
"Kalau saya kacangin saya engga sopan dong buk," ucap Saguna tak punya rasa takut.
"Dah dah pulang sana, pusing ibuk sama kamu Saguna," ucap buk Adel mengusir mereka berdua.
Kaila menyalami buk Adel dengan sopan sebelum keluar kantor, sedangkan Saguna menyengir kepada buk Adel sebelum menyalaminya. "Kenapa kamu nyangar nyengir, untung kamu tampan ya," ucap Buk adel menunjuk wajah Saguna. Saguna langsung menyalami buk Adel.
"Permisi buk," pamit Saguna dan Kaila di jawab anggukan oleh buk Adel.
Setelah keluar dari ruang buk Adel. Kaila mengambil ponselnya dari saku roknya. Dia mengidupkan data ponselnya. Tak ada notif dari Brian. Yang ada notif dari Naura dan Ara. Mereka menelfon dan mengirim chat berkali-kali, kaila tertawa membaca chat dari Ara dan Naura. Mereka sibuk mencari dirinya.
"Ini orang udah pulang semua ya?" tanya Saguna kebinggung melihat sekolah sepi.
"Udah, hari ini pulang cepat," ucap Kaila tak beralih sedikit pun matanya dari layar ponsel.
"Dari mana lo tau," ujar Saguna tak percaya.
"Ini gue baca chat Ara sama Naura," ucap Kaila masih fokus dengan ponselnya.
Saguna mangut-mangut, dia melihat sekelilingnya. Sekolahnya termasuk sekolah yang cukup luas. Tak sama dengan sekolahnya di America yang seperti tempat kuliah. Saguna suka melihat sekolah yang banyak pohon seperti sekolah barunya ini. Baginya pohon adalah sumber udara terbaik di daerahnya. Daerahnya termasuk daerah yang padat sentosa. Bisa di bilang cukup susah menanam pohon, karna banyaknya gedung dan rumah. Maka dari situ dia tak suka pergi sekolah naik kendaraan karna dia tak suka macet yang hanya membuatnya pusing dan bagi dirinya itu hanya membuat polusi udara semakin banyak.
Saguna merasa dirinya berjalan sendirian. Dia menoleh kesampingnya tidak ada Kaila. Dia berbalik kebelakang, Kaila berada di belakang dirinya cukup jauh, masih sibuk dengan ponselnya. Saguna memperhatikan Kaila. Kaila berjalan tak sama sekali melihat kedepan. Saguna berjalan cepat mendekati Kaila yang akan menabrak tembok, dengan langkah yang besar dan cepat. Saguna berdiri di depan kaila yang masih sibuk dengan ponselnya.
"Lo nganpain berdiri depan gue?" tanya Kaila mendongak menatap Saguna.
"Lo boleh main ponsel tapi liat kedepan kai," ucap Saguna geram.
"Emang kenapa si engga boleh," ketus Kaila.
"Bukan engga boleh, tapi lo hampir nabrak ni tembok kalau gue engga berdiri di sini pinterrr," ucap Saguna geram. Kaila menyegir.
Kaila memengang lengan baju Saguna. Saguna heran melihat Kaila. "Kenapa nih?" tanya Saguna.
"Ayo pedang pelindung ku tunjukan aku kejalan yang benar," ucap Kaila bergaya seperti princes.
"Ke neraka mau?" celetuk Saguna ngasal sambil tersenyum.
"Gue sih engga mau, Lo mau? Kalau lo mau ayok gue anterin," ucap Kaila menaril lengan baju Saguna.
"Engga deh, makasih tumpangannya," ucap Saguna melepas tangan Kaila dari lengan bajunya.
"Gue maunya anterin lo ke istana permen," lanjut Saguna menarik kerah baju belakang Kaila seperti anak kucing.
"Astaghfirullah kamu ini berdosa banget," ucap Kaila dramatis.
"Mari tuan putri saya antarkan," ucap Saguna menarik Kaila seperti anak kucing.
"Eh jangan gitu, gue mau jalan kayak princes," ucap kaila sudah bergaya seperti Princes namun, Saguna tetap tak ingin melepaskan tangannya dari kerah baju belakang Kaila. Kaila meronta-ronta.
"Anak om namanya Kaila Sherly Sifabella, yang artinya Anak perempuan seindah padang rumput yang selalu mendapat kebahagiaan dalam hidupnya. Dia selalu ingin punya istana permen dan dia jadi ratunya." (oom yang cerita kepada Saguna dulu di America)
*****
Kaila membuka pintu utama rumahnya, kemudian menutupnya perlahan. Dia menanggalkan sepatunya di rak sepatu yang sudah di sediakan.
Rumahnya terlihat sepi, tak ada orang. Namun, terdengar ada yang memasak di dapur. Kaila berjalan kearah dapur sepertinya ibu tirinya sedang memasak.
Benar apa yang Kaila pikirkan. Ibu tirinya sedang memasak. Ini pertama kalinya ibu tirinya memasak, biasanya ibunya selalu membeli.
"Kamu sudah pulang?" tanya sang ibu dengan nada ketus.
Kaila berjalan mendekat. "Sudah bu, hari ini pulang lebih cepat dari biasanya. Ibu baru pulang juga?" tanya Kaila ke pada sang ibu.
"Iya, ganti baju sana. Ibu masak ayam geprek," suruh Sang ibu sambil meniriskan ayam.
Kaila mengangguk. "Oh iya bu, besok kai ke Surabaya. Ada olimpiade kimia di sana, kai salah satu perwakilan dari sekolah," ucap Kaila sebelum dia menaiki tangga.
"Bagus lah, biar engga ada bebanku untuk mengurusmu, nanti ku suruh ayah mu mentransfer uang setelah ini, agar kau bisa membeli keperluan untuk besok," ujar sang ibu datar
"Engga usah bu, Uang kai masih ada bu," tolak Kaila sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Jangan kayak orang susah lah, ayah mu udah punya semuanya sekarang," ucap ibunya.
"Baiklah bu, kai ganti baju dulu ya," pamit Kaila menaiki tangga menuju kamarnya.
"Cepat turun, jangan lama-lama. Aku masak ayam geprek 1 kali seumur hidup kau ni," ucap sang ibu.
"Iya bu," ujar Kaila.
Di kamar Kaila rebahan sejenak, menuluskan pinggangnya. Kaila teringat dia belum cerita tentang olim ini kepada Brian. Dia merogoh saku roknya mengambil ponsel. Menghidupkan Data ponsel lalu membuka aplikasi line. Ada notif dari Brian. Kaila langsung membukanya.
Bi bian
|Kamu udah pulang sekolah ?[14.10]Pesan Brian masuk 10 menit yang lalu.
Kaila :
|Baru aja pulang nih.|Bi besok aku olim kimia di Surabaya. Selama 3 hari.[14.20]Kaila meletakkan ponselnya, setelah dia menjawab pesan dari Brian. Dia meganti baju dan mengeluarkan buku-buku yang berada di tasnya.
TING
Suara notifikasi. Kaila langsung mengambil ponselnya. Itu pesan dari Brian.Bi bian:
|Udah tau|Sama Sagunakan? Engga usah dekat-dekat dia.|Gue enggak suka.| Gue nyusul lu di hari kedua.|Engga usah jadi cewek murahan lu ya disana.[14.22]Kaila menghela nafasnya kasar. Brian tau pasti dari Gibran. Kaila takut, jika Saguna dan Brian bekelahi lagi seperti kemarin.
Kaila :
|Iya bi, kamu udah makan?"[14.23]Bi Brian:
|Belum|Nanti lagi ya|Saudara gue banyak yang datang.[14.23]Kaila :
Iya bi, jaga kesehatan kamu.[14.24]ReadKaila mematikan data ponselnya. Moodnya turun, setelah chat dengan Brian. Mungkin Brian takut kalau Kaila menyukai Saguna dan mungkin Brian sedang cemburu. Cemburu itu hal yang wajar. Karena Kaila tau Brian menyayangi dirinya.
Kaila keluar dari kamar. Dia melihat ada sang ayah di dapur sedang berbicara dengan ibu. Kaila senang, jika ada ayah. Dia tak akan di sakiti oleh sang ibu. Kaila menuruni tangga.
"Kai cepat sini nak, ibu sama ayah udah mau mulai makannya ini," ucap ibu tiri Kaila dengan lembut. Ini adalah sebuah akting di depan sang ayah.
"Iya bu."
Kaila duduk di samping kanan sang ayah.
"Ayah mau kemana? Rapi amat," ucap Kaila melihat penampilan sang ayah yang memakai kemaja rapi.
"Ayah mau datang ke peresmian rumah makan kawan ayah," ucap sang ayah.
"Ibu engga ikut?" tanya Kaila.
"Engga, ibu kan harus mengurus keperluan mu untuk pergi ke Surabaya besok," ucap Ibu tiri Kaila sambil tersenyum.
"Oh iya ayah udah tranfer uangnya ya nak, kalau kurang bilang ayah ya. Besok pergi jam berapa?" tanya Sang ayah sambil mengelus kepala Kaila.
"Jam 7 yah."
"Oke, besok ibu sama ayah antar ya. Duh anak ayah pinter banget sih. Semoga kamu menang ya nak," ucap sang ayah.
"Aamiin ya," ujar Kaila.
"Ayo makan dulu, nanti kamu telat lagi sayang pergi ke peresmian rumah makan kawan kamu," ucap Ibu tiri Kaila manis semanis madu.
"Yaudah ayuk kita makan," ajak ayah Kaila.
Ibu tiri Kaila mengambilkan nari untuk ayah Kaila sedangkan Kaila menunggu sang ibu selesai menyediakan untuk sang ayah. Setelah sang ibu selesai Kaila mengambil sendok nasi.
"Eh biar ibu aja. Kamu mau seberapa?" tanya sang ibu langsung mereput sendok nasi yang Kaila pegang.
Kaila terdiam sejenak. "Sedikit aja bu,"ucap Kaila mengangkat piringnya.
"Engga boleh sedikit harus banyak, yakan sayang?" tanya ibu kepada Ayah Kaila.
"Iya harus banyak, biar sehat badan kamu disana," ucap sang Ayah.
Kaila hanya mengangguk. Ibu tirinya sangat pandai berakting di depan sang ayah. Biasanya dia di suruh bersih-bersih rumah terlebih dulu baru di kasih makan oleh sang ibun itupun hanya nasi dengan kecap.
Mereka menyantap makanan yang di buat oleh ibu tiri Kaila. Dalam suasana makan harus hening. Ayah engga suka makan sambil berbicara. Kata ayah harus menghormati makanan dan juga agar kita tidak tersedak saat makan.
Tidak perlu lama, mereka telah selesai makan. Kaila membantu ibu tirinya mengangkat sisa-sisa makanan ke dapur. Sedangkan sang ayah bersiap-siap di kamar.
"Cuci piringnya!" seru ibu tiri Kaila.
Kaila mengangguk.
"Aku telah beri kamu makan, kamu harus bersih kan semua rumah, sampai bersih. Menyapu,mengepel, mengelap semuanya. Soalnya kamu akan pergi tiga harikan aku enggak mau bersihkan rumah selama kamu enggak ada. Rumah ini kan milik ayah mu bukan milik ku. Nanti aku akan pergi. Jangan bilang kepada ayahmu. Ingat itu!"
Kaila mengangguk. Kaila mulai mencuci piring piring kotor bekas makan siang mereka tadi. Sang ayah turun, ibu Kaila langsung mendekati ayah Kaila.
"Kamu hati-hati ya,"ucap ibu tiri Kaila merapikan dasi sang ayah.
"Iya sayang,"ucap sang ayah lembut.
"Sayang boleh aku minta uang belanja lagi, aku akan belanjakan Kaila beberapa baju," ucap ibu tiri Kaila meratu sang ayah.
"Baiklah nanti aku kirim 5juta," ucap sang ayah.
"Makasih sayang." ibu tiri Kaila memeluk ayah Kaila.
"Aku pergi dulu ya. Kai ayah pergi dulu ya, kamu sama ibu hati-hati nanti ya. Suruh ibu mu naik mobil pelan-pelan ya," pamit sang ayah.
"Ayah juga hati-hati, suruh mang Asep pelan-pelan ya yah," ucap Kaila sedikit berteriak.
Ayah kaila mengacungkan jempolnya.
"Aku pergi dulu ya sayang," pamit ayah kepada ibu tiri Kaila. Ayah mengecup kening ibu tiri sebelum dia pergi.
Kaila hanya bisa diam sambil mencuci piring.
"Ibu tiri hanya cinta kepada ayahku saja." Kaila bernyanyi lagu yang sering dia tonton di tv.
Setelah selesai mencuci piring. Kaila menyapu seluruh penjuru rumah. Sekarang dia sedang menyapu ruang keluarga. Ruang yang terakhir dia sapu. Setelah menyapu Kaila akan membersihkan sofa dan lemari kaca agar tidak ada debu.
TINGTONG! TINGTONG!
Suara bel. Kaila berhenti menyapu. Dia berjalan ke pintu utama dan membuka pintu.
"Permisi mbak, ada ibu Viola?" tanya lelaki yang umur nya seperti lebih muda dari ayahnya.
"Ada, oom siapa ya?" tanya Kaila.
"Saya pacar ibu Viola,"
Deg
"pacar?"
"Eh Kamu udah datang?" ucap Viola ibu tiri Kaila mendekati pria itu lalu cepika-cepiki."Perempuan ini siapa?" tanya lelaki itu kepadaViola."A--""Oh dia pembantuku, masih kecilkan, Umurnya masih 16 tahun," ucap Viola berbohong."Oh, tapi pakaiannya terlihat bren mahal," ucap lelaki itu."Aku yang membelikannya sayang, aku tak tega melihat dia pakai pakaian gembel yang sudah koyak-koyak. Itu membuatku kasian sayang," ucapViola."Kamu sangat baik sayang," ucap lelaki itu mencium pipi ibu tiri Kaila.Kaila memanas,dadanya terasa begitu sesak.
Kaila menarik kopernya. Dia baru saja sampai di bandara diantar oleh ayah dan ibu tirinya. Sang ayah merangkulnya sedari tadi dan selalu tersenyum. Kaila tak sempat bertanya kepada ayah perihal anak haram yang di bilang ibu tirinya kemarin, karena ayah lama pulang dan saat ayah pulang dia sudah tertidur. Kaila bahkan tak tau kapan ibunya juga pulang dari pacaran dengan lelaki muda itu."Kak Lala," panggil gadis kecil berlari ke arahnya. Dia adalah Lala adik dari Saguna.Kaila langsung menggendong Lala."Ih lucunya," ucap sang Ayah gemas."Hallo om, tante. Nama aku Lala," ucapnya sambil sedikit membungkuk."Hai Lala, Nama oom Nugraha. Oom ayah dari kak Kaila. Dan ini ibunya,"uca
Saguna membuka matanya peralahan ketika sinar matahari menyorot matanya. Dia mengambil kacamata yang berada di atas kepalanya. Melihat sekelilingnya tidak ada orang selain dia dengan Kaila yang masih tertidur. "KAILA!!" spontan Saguna berteriak, saat melihat jam yang dia kenakan di tangannya. Kaila terkejut langsung terbangun. "Hmm apa sih na," ucap Kaila menutup mukanya kembali dengan buku. "Woi bangun udah jam 7 anjir, kita ngapain tidur di luar bodat," ujar Saguna membereskan bukunya. Kaila masih tertidur hingga ucapan Saguna terngiang-ngiang di kepalanya. "Udah jam 7." Brakk! Kaila membanting buku yang ada di mukannya ke meja dengan kuat. "HA... JAM 7! GILAK YA LO ENGGA BANGUNIN GUE!" pekik Kaila mulai panik. Dia langsung mengambil buku dan soal soalnya asal tanpa memasukkan kedalam amplop. "Iyaa bodo, mampus deh kita bakal di telan hidup-hidup sama buk Adel." Saguna berlari menu
Saguna merasakan tak tenang di hatinya setelah Kaila di bawa oleh Brian, dia tak kunjung keluar dari kamarnya. Kaila juga tak dapat di hubungi. Saguna sudah menelfon, mengirimkan chat, bahkan mengetuk-ngetuk pintu kamarnya sedari tadi juga tak ada balasan.Saguna merasa panik setengah mati. Apa yang Kaila lakukan di dalam kamarnya, hingga dia begitu betah di dalam sana.Saguna melihat jam. Makan malam telah tiba. Saguna keluar dari kamarnya, berhenti di depan pintu Kaila, mencoba mengajaknya makan."Kai makan yok," ajak Saguna sambil mengetuk pintu Kaila. Tak ada jawaban dari Kaila."Apa mungkin dia tidur?" tanya Saguna kepada diri sendiri."Yaudah lah kalau tidur mungkin dia capek,
"Apapun yang lo pikirkan dan lo rasain sekarang, semoga langkah yang lo ambil buat kedepannya adalah yang terbaik. Gue akan selalu tetap terima dan selalu ngelindungin lo, selagi lo masih ada dalam penglihatan gue." Kaila terisak, dia sempat berpikir kalau dia tidak akan punya teman sama sekali, setelah dia ngejauhin Naura dan Ara demi menjaga hubungannya dengan Brian. Tapi ternyata dia salah, Saguna bisa menjadi segalanya sekarang bagi Kaila. "Gue takut." Saguna memeluk Kaila, mungkin ini yang bisa dia lakukan. Badan Kaila bergetar dan suhu badannya mulai panas. Kaila sepertinya akan demam. Saguna menarik selimut, lalu memberikannya kepada Kaila. "Udah, engga ada yang perlu di takutin. Ada gue disini, pedang pelindung lo." Saguna membawa Kaila untuk berbaring sambil mengelus-ngelus punggung Kaila agar dia segera tenang. Dia benar-benar seperti sedang berlomba dengan hujan. Hujan jatuh berkali-kali dan tak kunjung berhenti seperti air mata Kai
Kaila terkejut bukan main, spontan dia dan Tara nyaris memekik. Mereka menjadi sorotan di mall. Kaila ingin memisahkan mereka, namun Saguna sangat mengerikan, dia menerjang Brian dengan kasar meninju tanpa ampun. Hingga Brian tersungkur ke lantai. Saguna telihat sangat emosi. Sedangkan Brian terlihat tak bisa membalas. Akibat Saguna duduk di dada Brian membuat Brian tak bisa melawan. Sekujur wajahnya telah memar, hingga mengeluarkan darah segar."Cukup saguna!" teriak Kaila.Kaila menahan tangisnya. Dia menarik Saguna. Mengcengkram lengan Saguna dengan kuat. Kaila bergetar. Dia tak sanggup melihat Brian."Cowok brengsek kayak dia engga pantes lo pertahanin!" bentak Saguna kepada Kaila.
PLAK!"Apa hak mu meninju anakku!" bentak bunda Hasya, bundanya Saguna."Kau tidak mendidik anak mu dengan benar!""Saguna kamu apa kan Brian?" tanya Hasya kepada Saguna yang berada di belakangnya sambil memegangi pipi yang di tinju sang ayah."Aku meninjunya bun, dia telah jalan dengan wanita lain.""Bagus nak, kamu benar-benar lelaki jantan," ucap bunda Saguna membela."APA MAKSUD MU HASYA! ANAK NAKAL SEPERTI DIA KAMU BELA?!""Diam kau! Dia melakukan hal yang benar, ken
Setelah selesai bermain beberapa permainan, mereka kembali pulang. Sebelum berjalan pulang mereka mampir membeli eskrim. Kaila dan Lala tampak bahagia, begitupun dengan Saguna. Dia benar-benar seperti duda beranak dua. Semua penjual tiket mengira Kaila dan Lala adalah anaknya. Namun tidak membuat Saguna sakit hati atau membenci orang tersebut. Dia malah bahagia."Besok kita main lagi yah abang," ajak Lala di gendongan Saguna."Malam minggu lagi ya, kalau besok abang masih sekolah, dan malamnya abang harus buat tugas. Kalau engga nanti abang di hukum," jelas Saguna."Kenapa sekalang abang ngajak main padahal kan abang sekolah besok," Jawab Lala."Karena abang pengen main sama Lala," ucap Saguna.