Saguna membuka matanya peralahan ketika sinar matahari menyorot matanya. Dia mengambil kacamata yang berada di atas kepalanya. Melihat sekelilingnya tidak ada orang selain dia dengan Kaila yang masih tertidur.
"KAILA!!" spontan Saguna berteriak, saat melihat jam yang dia kenakan di tangannya.
Kaila terkejut langsung terbangun.
"Hmm apa sih na," ucap Kaila menutup mukanya kembali dengan buku.
"Woi bangun udah jam 7 anjir, kita ngapain tidur di luar bodat," ujar Saguna membereskan bukunya.
Kaila masih tertidur hingga ucapan Saguna terngiang-ngiang di kepalanya.
"Udah jam 7."
Brakk!
Kaila membanting buku yang ada di mukannya ke meja dengan kuat.
"HA... JAM 7! GILAK YA LO ENGGA BANGUNIN GUE!" pekik Kaila mulai panik. Dia langsung mengambil buku dan soal soalnya asal tanpa memasukkan kedalam amplop.
"Iyaa bodo, mampus deh kita bakal di telan hidup-hidup sama buk Adel." Saguna berlari menu
Saguna merasakan tak tenang di hatinya setelah Kaila di bawa oleh Brian, dia tak kunjung keluar dari kamarnya. Kaila juga tak dapat di hubungi. Saguna sudah menelfon, mengirimkan chat, bahkan mengetuk-ngetuk pintu kamarnya sedari tadi juga tak ada balasan.Saguna merasa panik setengah mati. Apa yang Kaila lakukan di dalam kamarnya, hingga dia begitu betah di dalam sana.Saguna melihat jam. Makan malam telah tiba. Saguna keluar dari kamarnya, berhenti di depan pintu Kaila, mencoba mengajaknya makan."Kai makan yok," ajak Saguna sambil mengetuk pintu Kaila. Tak ada jawaban dari Kaila."Apa mungkin dia tidur?" tanya Saguna kepada diri sendiri."Yaudah lah kalau tidur mungkin dia capek,
"Apapun yang lo pikirkan dan lo rasain sekarang, semoga langkah yang lo ambil buat kedepannya adalah yang terbaik. Gue akan selalu tetap terima dan selalu ngelindungin lo, selagi lo masih ada dalam penglihatan gue." Kaila terisak, dia sempat berpikir kalau dia tidak akan punya teman sama sekali, setelah dia ngejauhin Naura dan Ara demi menjaga hubungannya dengan Brian. Tapi ternyata dia salah, Saguna bisa menjadi segalanya sekarang bagi Kaila. "Gue takut." Saguna memeluk Kaila, mungkin ini yang bisa dia lakukan. Badan Kaila bergetar dan suhu badannya mulai panas. Kaila sepertinya akan demam. Saguna menarik selimut, lalu memberikannya kepada Kaila. "Udah, engga ada yang perlu di takutin. Ada gue disini, pedang pelindung lo." Saguna membawa Kaila untuk berbaring sambil mengelus-ngelus punggung Kaila agar dia segera tenang. Dia benar-benar seperti sedang berlomba dengan hujan. Hujan jatuh berkali-kali dan tak kunjung berhenti seperti air mata Kai
Kaila terkejut bukan main, spontan dia dan Tara nyaris memekik. Mereka menjadi sorotan di mall. Kaila ingin memisahkan mereka, namun Saguna sangat mengerikan, dia menerjang Brian dengan kasar meninju tanpa ampun. Hingga Brian tersungkur ke lantai. Saguna telihat sangat emosi. Sedangkan Brian terlihat tak bisa membalas. Akibat Saguna duduk di dada Brian membuat Brian tak bisa melawan. Sekujur wajahnya telah memar, hingga mengeluarkan darah segar."Cukup saguna!" teriak Kaila.Kaila menahan tangisnya. Dia menarik Saguna. Mengcengkram lengan Saguna dengan kuat. Kaila bergetar. Dia tak sanggup melihat Brian."Cowok brengsek kayak dia engga pantes lo pertahanin!" bentak Saguna kepada Kaila.
PLAK!"Apa hak mu meninju anakku!" bentak bunda Hasya, bundanya Saguna."Kau tidak mendidik anak mu dengan benar!""Saguna kamu apa kan Brian?" tanya Hasya kepada Saguna yang berada di belakangnya sambil memegangi pipi yang di tinju sang ayah."Aku meninjunya bun, dia telah jalan dengan wanita lain.""Bagus nak, kamu benar-benar lelaki jantan," ucap bunda Saguna membela."APA MAKSUD MU HASYA! ANAK NAKAL SEPERTI DIA KAMU BELA?!""Diam kau! Dia melakukan hal yang benar, ken
Setelah selesai bermain beberapa permainan, mereka kembali pulang. Sebelum berjalan pulang mereka mampir membeli eskrim. Kaila dan Lala tampak bahagia, begitupun dengan Saguna. Dia benar-benar seperti duda beranak dua. Semua penjual tiket mengira Kaila dan Lala adalah anaknya. Namun tidak membuat Saguna sakit hati atau membenci orang tersebut. Dia malah bahagia."Besok kita main lagi yah abang," ajak Lala di gendongan Saguna."Malam minggu lagi ya, kalau besok abang masih sekolah, dan malamnya abang harus buat tugas. Kalau engga nanti abang di hukum," jelas Saguna."Kenapa sekalang abang ngajak main padahal kan abang sekolah besok," Jawab Lala."Karena abang pengen main sama Lala," ucap Saguna.
"Dunia ini seketika berhenti, ketika aku harus siap menerima kenyataan yang begitu pahit, dari pengakuan ibu tiriku, aku terlahir sebagai anak yang tidak di inginkan dari kedua orang tua dulu. Lalu di besarkan dalam keluarga yang hampir kandas, bahkan bisa di bilang akan kandas, Akibat datangnya orang ketiga, bukanlah menyenangkan. Ketika janji-janji yang telah di rangkai bersama, hancur di terpa derasnya hujan dan dibawa oleh derasnya arus air. Dan begitu pula dengan harapan, harapan yang telah di susun rapi setika ikut ngambang bersama awan. Aku ingin hidup bahagia. Di keluarga yang damai, tanpa harus datangnya orang ketiga, dan juga tanpa harus menjadi pembantu dirumahku sendiri.Aku berfikir untuk mencari seorang lelaki yang dapat melindungiku dari siksaan ibu tiriku, saat ayahku bekerja. Namun aku salah, setelah aku memilikinya, bukan rasa terlindungi yang ku dapa
"Bi! pelan-pelan dong jalannya," rengek Kaila mencoba menyamai langkahnya dengan Brian. Lelaki itu berjalan dengan sangat cepat hingga Kaila sesekali berlari untuk mengejarnya. "Lo lambat banget, sih!" sahut Brian berhenti. "Kamu tu yang cepet banget jalannya," ucap Kaila sedikit kesal. "Makanya jalan tu jangan lambat kayak siput!" bentak Brian dengan suara yang cukup keras. Kaila bungkam sambil menunduk, dia tak berani menatap Brian. "Buruan!" Brian menarik lengan Kaila dengan kasar lalu berjalan dengan cepat. Beberapa murid yang berada di koridor melihat perlakuan kasar Brian kepada Kaila mulai berbisik-bisik. Mereka semua tahu Kaila dan Brian adalah sepasang kekasih. Keduanya terlihat cocok jika bersanding. Brian yang tampan bak Zayn Malik bertubuh idealis dan jenius, sedangkan Kaila, gadis cantik yang sama jeniusnya dengan Brian. Keduanya sama-sama jenius di bidang masing-masing. Namun sayangnya kepribadian keduanya berbanding terbalik, Kaila gadis rendah hati, sabar, penya
Setelah ada sedikit keributan di kelas, Kaila dan dua sahabatnya pindah ke perputakaan. Mereka sekarang sedang sibuk membahas soal-soal olimpiade kimia yang telah diberikan guru pemimbing mereka. Hingga tak sadar jam sudah menunjukkan pukul 10.00 yang artinya sudah 10 menit yang lalu bel istirahat berbunyi. "Mampus gue, udah istirahat," panik Kaila, mengambil ponselnya di atas meja. Dia menghidupkan data ponselnya dan seketika notifikasi dari Brian langsung masuk 22 kali telfon dan 50 pesan di line. "Kenapa, Kai?" tanya Ara. "Gue lupa kalau Brian mau jemput gue di kelas pas jam istirahat, sekarang udah lewat 10 menit. Pasti Brian udah ke kelas, tapi gue nya engga ada," ucap Kaila panik. "Yaudah kita ke kantin aja langsung, mana tau dia ada di kantin sekarang sama teman-temannya," ajak Naura. Kaila mengangguk. Dia segera membereskan buku-buku yang tadi dia ambil dan ada beberapa yang dia bawa. "Udah, enggak usah di pulangin ke rak. Kasih aja ke pak Nahar aja," ucap Ara menar