Setelah ada sedikit keributan di kelas, Kaila dan dua sahabatnya pindah ke perputakaan. Mereka sekarang sedang sibuk membahas soal-soal olimpiade kimia yang telah diberikan guru pemimbing mereka. Hingga tak sadar jam sudah menunjukkan pukul 10.00 yang artinya sudah 10 menit yang lalu bel istirahat berbunyi.
"Mampus gue, udah istirahat," panik Kaila, mengambil ponselnya di atas meja. Dia menghidupkan data ponselnya dan seketika notifikasi dari Brian langsung masuk 22 kali telfon dan 50 pesan di line.
"Kenapa, Kai?" tanya Ara.
"Gue lupa kalau Brian mau jemput gue di kelas pas jam istirahat, sekarang udah lewat 10 menit. Pasti Brian udah ke kelas, tapi gue nya engga ada," ucap Kaila panik.
"Yaudah kita ke kantin aja langsung, mana tau dia ada di kantin sekarang sama teman-temannya," ajak Naura.
Kaila mengangguk. Dia segera membereskan buku-buku yang tadi dia ambil dan ada beberapa yang dia bawa.
"Udah, enggak usah di pulangin ke rak. Kasih aja ke pak Nahar aja," ucap Ara menarik tangan Kaila.
Kaila berusaha cepat berjalan dalam keadaan kaki yang sakit menuju meja penjaga perpustakaan.
"Pak saya buru-buru. Mohon maaf ya pak, saya balikinnya engga ke rak. Saya harus pergi pak. Makasih ya pak," ujar Kaila membuat pak Nahar menggeleng-ngelengkan kepalanya.
"Lari bisa Kai?" tanya Naura.
"Bisa," ujar Kaila yakin. Dia sudah mati rasa dengan kakinya.
Mereka berlari menuju kantin. Untungnya kantin dengan perpustakaan tak begitu jauh.
Sampai di kantin Kaila mencari keberadaan Brian. Tapi hasilnya nihil, Brian tidak ada.
"Kok engga ada ya Brian di kantin?" seru Kaila kebingungan, mencari-cari keberadaan Brian sampai ke meja ujung yang biasa di tempati oleh Brian dan teman-temannya. Namun Brian tetap tidak ada.
"Dari mana aja kamu?!" suara berat dari belakang menggelegar masuk ke telinga Kaila. Kaila berbalik badan. Mata tajam Brian menatap Kaila.
"Kita tadi di per--"
"Gue tanyanya sama cewek gue, bukan sama lo!" bentak Brian menatap Naura, membuat Kaila terkejut. Dia langsung merasa takut.
"A-ak-ku di perpustakaan. Buk Adel ngasih materi olim tadi pagi. Jadi aku sama yang lain ngerjain di perpustakaan," ucap Kaila sambil memeluk bukunya erat.
"Kenapa engga chat gue?!" bentak Brian lagi.
"Yan, lo jangan bentak-bentak Kaila bisa engga?! Dia tu cewek, seharusnya lo lembutin bukan lo bentak-bentak gini," seru Naura tak terima.
"Suka-suka gue, dia cewek gue, bukan cewek lo kan. Engga usah ikut campur hubungan orang!" murka Brian.
BUNGH
"NAURA!"
Naura meninju pipi kanan Brian, membuat Brian terhuyung sambil memegangi pipinya. Kaila langsung mendekati Brian.
"Kamu engga papa?" tanya Kaila dengan raut wajah khawatir.
"Cowok kayak dia putusin ajalah, Kai!" cerca Naura dengan tatapan mata yang berapi-api.
Brian menatap Naura dengan tatapan kebencian. Dia langsung menarik tangan Kaila dengan kasar tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.
"Jangan sentuh sahabat gue," tegas Naura memukul tangan Brian. Tapi Brian makin kuat menarik Kaila.
"Lo engga pantes temenan sama mereka! Lo bisa jadi Preman macam ni anak!" ketus Brian menarik tangan kiri Kaila kuat.
"Nau, udah. Lepasin gue," ucap Kaila menuruti Brian. Kaila langsung di bawa Brian pergi ntah kemana.
"Tu anak kenapa sih! Hatinya terbuat apa sih! Otaknya juga terbuat dari apa sih, begok banget mau aja sama Brian, si cowok kasar itu!" kesal Naura.
"Sumpah dia keturunan iblis sih menurut gue," seru Ara.
"Lu jugak, kenapa diam aja sih, kenapa tadi engga narik balik Kaila?" kesal Naura.
"Muka Brian udah merah banget, tu orang udah kerasukan setan, jadi gue engga berani narik Kaila," ucap Ara.
"Sumpah gue takut banget Kaila di apa-apain sama si Brian," ujar Naura gelisah.
"Gue juga, tapi kalau kita ikutin juga Kaila pasti bakal marah ke kita."
"Iya juga sih," Naura berjalan masuk kedalam kantin. "Yaudah lah."
"Lu mau kemana?" tanya Ara.
"Mau dinginin otak gue, liat muka Brian bikin otak gue mendidih." Naura duduk di salah satu bangku kantin yang kosong diikuti Ara.
***
"Sakit bi, pelan-pelan dong," rintih Kaila.
Sampai di taman, Brian melepas tangan Kaila dengan kasar. Brian sangat kuat mengcengkram tangan Kaila membuat pergelangan tangan Kaila sedikit terluka. Kaila mengelus tangannya yang sedikit mengeluarkan darah.
"Lo tuh, gue cari kemana-mana bukannya bilang lo lagi dimana kek, apa kek, ini enggak, ngilang gitu aja! Lo pikir sekolah ini sempit? sesempit otak lo, iya?!" bentak Brian dengan wajah merah padam.
"Iya maaf," ucap Kaila pelan sambil menunduk.
"Lo pikir dengan lo minta maaf capek gue keliling sekolah langsung ilang dengan maaf lo, iya?!" murka Brian.
"Maaf bi," ucap Kaila meraih tangan Brian.
"Capek-capek gue nyari lo, malah di tinju sama temen lo itu, lo pikir ini engga sakit, nyesel gue tau enggak! Udah nyariin lo tapi dapatnya ginian," ucap Brian sambil menunjuk pipinya yang mulai memar.
"Maaf bi, aku obatin di UKS ya," ucap Kaila merangkul lengan Brian.
"Engga butuh!" Brian mencekik leher Kaila dengan satu tangan "Hari ini Lo pulang jalan kaki, titik! Itu hukuman buat lo!" bentak Brian.
Kaila berusaha melepaskan tangan Brian dari lehernya. Dia mulai tak bisa bernafas. Sekeliling dirinya dan Brian sedang tak ada orang, jadi dia tak bisa meminta tolong. Ini pertama kalinya Brian melakukan ini setelah 1 tahun mereka berpacaran.
"Bi sakit," ucap Kaila pelan. Brian langsung melepas tangannya dari leher Kaila dengan kasar. Hingga Kaila terbatuk-batuk memegangi lehernya. Air matanya hampir keluar, tangan dan lehernya begitu sakit.
"Apa, Mau nangis? Iya? Dasar cewek cengeng! Ini pertama dan terakhir ya cam kan di otak lo yang sempit itu. LO JANGAN PERNAH MAIN SAMA ARA DAN NAURA. KALAU GUE LIAT LO MAIN SAMA MEREKA, KITA PUTUS!" Bentak Brian penuh penekanan di kalimat terakhir. Kaila langsung menatap Brian dengan air mata yang sudah jatuh ke pipi.
"Jangan putus bi, aku engga mau putus sama kamu bi," ucap Kaila sujud meminta mohon sambil memegangi kaki Brian.
"Kalau lo engga mau putus, jauhin sahabat-sahabat lo itu," tegas Brian. Kaila menjawab dengan anggukan. Setelah itu Brian langsung pergi meninggalkan Kaila.
Kaila menangis menatap kepergian Brian. Dia sangat menyayangi Brian lebih dari apapun. Bahkan lebih dari dirinya sendiri. Walaupun Brian kasar kepada Kaila, Kaila tetap saja menyayangi Brian dan takut kehilangan Brian. Bagi Kaila saat ini, Kaila pantas mendapatkan semua yang Brian berikan kepadanya. Seharusnya dia tadi menghubungi Brian terlebih dahulu sebelum pergi ke perpustakaan bersama Naura dan Ara. Brian pasti lelah mencarinya keliling sekolah yang luasnya puluhan hektar ini.
Kaila berjalan menuju salah satu bangku taman yang berada di pojokan dekat dengan pohon besar. Kaila duduk termenung sambil mengelus tangannya yang terasa pedih.
"Kayaknya Tuhan nyiptain gue ke dunia ini bukan untuk bahagia deh," ucap Kaila sendiri.
Kaila membuka sepatunya. Dia melihat perban di kakinya, yang dia dapatkan tadi malam, akibat tak melakukan pekerjaan rumah. Ibu tirinya membanting gucci dan tak sengaja terpijak oleh Kaila serpihan gucci yang ibu tirinya banting. Kaila tersenyum miris melihat perban tersebut. Mungkin akibat perban ini yang membuat dia sial, kena marah habis habisan oleh Brian. Kaila tak bisa berjalan dengan cepat karena harus menahan sakit. Tapi sekarang rasa sakit itu sudah tak terasa lagi.
"Kalau sakit ungkapin jangan di tahan." Kaila terkejut tiba-tiba ada suara berat seperti suara lelaki, yang seakan-akan tau apa yang dia rasakan. Kaila melihat ke kanan dan kiri, tidak ada orang yang berada di sekelilingnya. Kaila merasa merinding.
"Gue di atas." Dengan cepat Kaila melihat ke atas pohon. Kaila menyipitkan matanya. Lelaki itu seperti tak asing. Ah, lelaki itu adalah Saguna. Anak baru pindahan dari Amerika tadi pagi.
"Ngapain lu di atas pohon? Kasian pohonnya keberatan," ucap Kaila ngasal.
Saguna terkekeh pelan.
"Kayaknya Lebih kasian hati lo sih yang nahan beratnya beban hidup," ucap Saguna. Raut wajah Kaila berubah menjadi datar, tatapannya lurus namun kosong.
Saguna turun dari pohon dengan melompat. Lalu mendekati Kaila.
"Gue bercanda, kenalin nama gue Saguna Nathan Liam. Kalau engga salah lo duduk depan gue kan?" tanya Saguna sambil mengulurkan tangan.
Kaila tanpa ragu menyambut uluran tangan Saguna. "Nama gue Kaila Sherly Sifabella, iya gue yang duduk di depan lo. Kenapa lo disini? Melarikan diri dari fans-fans lo?" tanya Kaila.
"Sebelumnya Gue boleh duduk engga nih?" tanya Saguna.
"Boleh tapi sebelah sini biar ketutup pohon badan lo," ucap Kaila menyuruh Saguna duduk di sebelah kirinya.
"Kenapa? Lo takut sama cowok lo?" tanya Saguna.
Kaila mengangguk.
"Ahh... akhirnya bisa duduk enak," ucap Saguna menyenderkan tubuhnya ke bangku.
Kaila mengerutkan keningnya, menatap Saguna.
"Gue capek di kejar fans. Lo beruntung bisa kenalan sama gue, engga harus rebutan kayak kaum hawa yang lain," sambung Saguna menyisir rambut depannya kebelakang.
Kaila melotot. Dia seperti menemukan spesies yang sama dengan Jevandra. Sama-sama kepedean dan sok kecakepan. Tapi memang cakep sih. Mereka cocok duduk berdua.
"Lu anak olimpiade ya?" tanya Saguna melihat buku yang Kaila letak di sampingnya.
"Iya," ucap Kaila singkat.
"Olimpiade apa? gue mau ikutan dong, anak baru boleh ikut engga?" tanya Saguna.
"Kimia, Mau gue tanyain sama guru pemimbingnya?" tanya Kaila.
"Mau mau," ucap Saguna antusias.
"Yaudah besok deh, gurunya lagi rapat," ucap Kaila.
"Okey, lu mau permen engga? Untuk nenangin diri lo. Gue tau lo lagi banyak masalah," seru Saguna menawarkan permen karet.
"Mau kalau lo ada," jawab Kaila.
Saguna mengeluarkan semua permen karet yang ada di sakunya. Ada banyak rasa permen karet yang berbeda-beda dengan merek yang berbeda juga.
"Gilak lu nyolong ya!" tuduh Kaila.
"Enak aja, emak gue punya mini market jadi gue ngambil enak aja dong mau ngambil apa aja, kebetulan tadi pagi gue ambil satu toples buat di mobil terus gue bawak beberapa di saku celana gue," sahut Saguna dengan mata melotot.
"Biasa aja tu mata, kagak usah melotot. Ketahuan kalau lo maling kalau mata lo kayak begitu," ucap Kaila menunjuk mata Saguna.
"Yee... lo sih nuduh gue. Cepetan ambil, mau gue masukin ke saku lagi nih, ntar banyak yang minta," ucap Saguna. Padahal di taman sedang tak ada orang kecuali dirinya dan Kaila.
"Cih, pelit," celetuk Kaila mengambil satu permen dari tangan saguna.
"Bukan pelit, mulut gue nih enggak bisa kalau enggak ngunyah, jadi permen sangat berharga bagi gue," seru Saguna membuat Kaila tertawa.
"Lah kok ketawa sih," ujar Saguna binggung.
"Lu kayak anak kecil masih makan ginian," cetus Kaila menujukkan bungkus permen karet yang isinya sudah dia makan.
"Manis loh kayak harapan," ujar Saguna.
"Dasar Bucin," timpal Kaila.
"Lo juga bucin, mau aja di apa-apain cowok lo," sahut Saguna tak mau kalah.
"Suka-suka gue dong kan gue sayang sama dia," seru Kaila tak terima.
"Sayang si sayang begok ya jangan," desis Saguna.
"APA LO BILANG GUE BEGOK?!" teriak Kaila.
"Engga, gue bilang gue yang begok," ucap Saguna menggaruk kepalanya yang tak gatal.
"Oh, gitu..."
"Ni cewek telinganya tajem jugak padahal gue bilangnya pelan," batin Saguna sambil melihat Kaila dari samping
Kaila membuat balon dari permen karetnya sambil menggoyang-goyangkan kakinya.
"Kaki lu kenapa?" tanya Saguna penasaran.
"Enggak sengaja mijak pecahan guci nyokap gue," ucap Kaila bohong.
"Lu latihan tari piring ya? Mijak mijak begituan," tanya Saguna memandang ngeri perban di kaki Kaila.
"Gue enggak sengaja kepijak, woi! Bukan mau nari piring. Lu jangan aneh-aneh deh, gue gaplok nih," ucap Kaila mengangkat tangannya ingin memukul Saguna.
"Ampun-ampun, gue kan berjanda lo serius amat sih ahh," kesal Saguna.
"Bercanda woi! Lo ah," seru Kaila mengoreksi.
"Ih kok sewot sih kek nenek-nenek," celetuk Saguna.
"Dih lo nyebelin kek kakek kakek," ucap Kaila enggak kalah sewot.
"Gue tampan kayak Taeyoung NCT gini, lo katain kayak kakek," ucap Saguna sombong.
"Dih bagaikan langit dan bumi," seru Kaila sambil mengedikkan bahunya.
"Udah-udah gue tau, lo engga mau ngakuin. Lo maunya ngakuin gue mirip Jung Jaehyun kan?" ucap Saguna kepedean.
"Wah gila ni anak, otaknya miring nih," ucap Kaila memandang Saguna sambil mengangkat bukunya. Jung Jaehyun adalah seorang boyband korea yang berada di grup NCT sama dengan Teyoung.
BUGH!
"BANGUN WOI." Kaila memberi pukulan di punggung Saguna. Saguna langsung meringkih kesakitan.
"Sakit monyet punggung gue," ketus Saguna.
"Lo engga usah kebanyakan mimpi jelas Jung Jaehyun itu suami gue," ujar Kaila mulai halu.
"Lo berati istri gue," ucap Saguna tersenyum.
"Udah deh, Na, diam. Sakit kepala gue," seru Kaila menyenderkan badannya ke bangku dan menutup mata, merasakan mulai merasakan angin sepoi-sepoi.
Saguna mengikuti Kaila. Dia juga menyenderkan badannya ke bangku dan menutup matanya sambil merasakan angin sepoi-sepoi. Untungnya cuaca sedang mendukung. Tidak telalu bercahaya dan tidak telalu gelap.
Saguna teringat sesuatu. Di dalam pikirannya dia mengulang nama Kaila.
"Kaila Sherly Sifabella," ucap Saguna tak sengaja. Kaila langsung membuka mata.
"Apa?" tanya Kaila.
"Engga papa, dulu ada bapak-bapak bilang kalau anaknya namanya Kaila Sherly Sifabella pas gue di Amerika," ucap Saguna.
"Hah? Sesama itu?" tanya Kaila penasaran.
Saguna mengangguk.
"Dan gue suka banget arti sama namanya," ucap Saguna.
"Apa?" tanya Kaila semakin penasaran.
"Anak perempuan cantik, seindah padang rumput yang selalu mendapat kebahagiaan dalam hidupnya," ucap Saguna sambil menatap Kaila.
"Apa lo selalu hidup bahagia?
Kaila berjalan pulang dengan keadaan kaki yang pincang. Brian benar-benar meninggalkannya pulang. Tadinya dia berniat untuk nebeng dengan Naura dan Ara, tapi Kaila teringat dengan perkataan Brian di taman tadi, sebelum dia meninggalkan Kaila sendirian, lalu bertemu dengan Saguna. Perkataan Brian yang ingin mengakhiri hubungan dengannya selalu menggema di telinga Kaila, setiap dia menatap sahabatnya Naura dan Ara.Kaila menghela nafasnya panjang. Dia lelah berjalan dengan keadaan kaki yang sakit seperti ini. Rasanya kenapa baru saat ini terasa sakit? Mengapa tadi dia bisa menyembunyikan rasa sakit ketika bersama Brian? Kaila bertanya-tanya pada dirinya.Kaila berhenti di sebuah halte. Dia berniat untuk menaiki bus. Kaila mengambil ponsel dan earphone yang berada di dalam tas. Dia melihat jam, sekitar 10 menit lagi bus akan datang. Kaila menghidupkan lagu yang di berikan oleh Naura. Kaila merasa tenang ketika dia mendengarkannya. Lagu yang sekarang menjadi lagu favorit Kaila yang berjudu
Kaila terbagun dari tidurnya, pukul 2 pagi. Dia binggung siapa yang membawanya ke kamar, rasanya kamar begitu gelap. Kaila meraba saklar lampu yang berada di sampingnya. Saat dia bergerak kepalanya terasa pusing. Dia mencoba menganti posisi dari tidur menjadi duduk. Kaila dapat melihat pantulan wajahnya dari cermin yang berada di depannya. Kening dan rahang bawahnya memar. Dia langsung teringat kejadian dimana dia di tinju dan di dorong. Dia juga ingat mengucapkan matra pemisah untuk dia dan Brian. Namun Brian tak mau berpisah, Brian langsung memeluknya. Pelukan yang sudah lama tak pernah ia rasakan. Setelah itu dia pingsan. Brian sepertinya menggendongnya ke kamar dan membaringkannya di tempat tidur. Kaila sempat terbangun sejenak saat Brian meminta maaf sambil mengompresi memar-memar yang berada di wajahnya dan mengobati luka-luka kecil di tangannya. Sampai akhirnya dia menyuruh Kaila untuk istirahat kembali, sebelum mamanya menelfon untuk menyuruhnya segera pulang, karena mendapat k
"Permisi buk, ibuk panggil saya?" tanya Kaila memasuki ruangan buk Adel yang berbeda sendiri."Kaila kamu kenal Saguna?" tanya buk Adel to the point."Kenal buk, ini orangnya," ucap Kaila menarik Saguna yang berdiri di belakangnya.Buk Adel membuka kaca matanya. "Kamu murid pindahan itukan?" tanya Buk Adel kepada Saguna. Saguna mengangguk pucat menatap buk Adel."Lusa ikut lomba olim ya di Surabaya. Kamu dengan Kaila perwakilan sekolah kita," seru buk Adel membuat Saguna dan Kaila saling tatap."Saya buk?" ucap Saguna dan Kaila serentak."Iya kalian, kenapa? engga mau ikut?" tanya buk Adel mengambil beberapa buku dan amplop kumpulan
Bel pulang sekolah berbunyi lebih cepat dari biasanya. Kaila dan Saguna masih sibuk dengan soal-soal, hingga tak sadar bel telah berbunyi. Sesekali mereka bercanda dan sesekali saling bertanya jika ada dari salah satu mereka tak mengerti cara menghitungnya atau cara mendapatkan hasilnya. Lebih sering Kaila yang bertanya. Saguna seperti sudah memakan semua konsep dan materi kimia. Mungkin tahun ini saingan terberat Kaila adalah Saguna."Kaila di cari bu Adel," ucap pak Nahar membuat keduanya menoleh."Baik pak, terimakasih," ujar Kaila sopan sambil membungkuk.Saguna mengucek-ngucek matanya yang sudah mulai lelah, dan mood belajarnya sudah menurun. Matanya sudah berbeda saat melihat soal, mungkin akibat dia tak memakai kaca mata."Na,
"Eh Kamu udah datang?" ucap Viola ibu tiri Kaila mendekati pria itu lalu cepika-cepiki."Perempuan ini siapa?" tanya lelaki itu kepadaViola."A--""Oh dia pembantuku, masih kecilkan, Umurnya masih 16 tahun," ucap Viola berbohong."Oh, tapi pakaiannya terlihat bren mahal," ucap lelaki itu."Aku yang membelikannya sayang, aku tak tega melihat dia pakai pakaian gembel yang sudah koyak-koyak. Itu membuatku kasian sayang," ucapViola."Kamu sangat baik sayang," ucap lelaki itu mencium pipi ibu tiri Kaila.Kaila memanas,dadanya terasa begitu sesak.
Kaila menarik kopernya. Dia baru saja sampai di bandara diantar oleh ayah dan ibu tirinya. Sang ayah merangkulnya sedari tadi dan selalu tersenyum. Kaila tak sempat bertanya kepada ayah perihal anak haram yang di bilang ibu tirinya kemarin, karena ayah lama pulang dan saat ayah pulang dia sudah tertidur. Kaila bahkan tak tau kapan ibunya juga pulang dari pacaran dengan lelaki muda itu."Kak Lala," panggil gadis kecil berlari ke arahnya. Dia adalah Lala adik dari Saguna.Kaila langsung menggendong Lala."Ih lucunya," ucap sang Ayah gemas."Hallo om, tante. Nama aku Lala," ucapnya sambil sedikit membungkuk."Hai Lala, Nama oom Nugraha. Oom ayah dari kak Kaila. Dan ini ibunya,"uca
Saguna membuka matanya peralahan ketika sinar matahari menyorot matanya. Dia mengambil kacamata yang berada di atas kepalanya. Melihat sekelilingnya tidak ada orang selain dia dengan Kaila yang masih tertidur. "KAILA!!" spontan Saguna berteriak, saat melihat jam yang dia kenakan di tangannya. Kaila terkejut langsung terbangun. "Hmm apa sih na," ucap Kaila menutup mukanya kembali dengan buku. "Woi bangun udah jam 7 anjir, kita ngapain tidur di luar bodat," ujar Saguna membereskan bukunya. Kaila masih tertidur hingga ucapan Saguna terngiang-ngiang di kepalanya. "Udah jam 7." Brakk! Kaila membanting buku yang ada di mukannya ke meja dengan kuat. "HA... JAM 7! GILAK YA LO ENGGA BANGUNIN GUE!" pekik Kaila mulai panik. Dia langsung mengambil buku dan soal soalnya asal tanpa memasukkan kedalam amplop. "Iyaa bodo, mampus deh kita bakal di telan hidup-hidup sama buk Adel." Saguna berlari menu
Saguna merasakan tak tenang di hatinya setelah Kaila di bawa oleh Brian, dia tak kunjung keluar dari kamarnya. Kaila juga tak dapat di hubungi. Saguna sudah menelfon, mengirimkan chat, bahkan mengetuk-ngetuk pintu kamarnya sedari tadi juga tak ada balasan.Saguna merasa panik setengah mati. Apa yang Kaila lakukan di dalam kamarnya, hingga dia begitu betah di dalam sana.Saguna melihat jam. Makan malam telah tiba. Saguna keluar dari kamarnya, berhenti di depan pintu Kaila, mencoba mengajaknya makan."Kai makan yok," ajak Saguna sambil mengetuk pintu Kaila. Tak ada jawaban dari Kaila."Apa mungkin dia tidur?" tanya Saguna kepada diri sendiri."Yaudah lah kalau tidur mungkin dia capek,