"Bi! pelan-pelan dong jalannya," rengek Kaila mencoba menyamai langkahnya dengan Brian. Lelaki itu berjalan dengan sangat cepat hingga Kaila sesekali berlari untuk mengejarnya.
"Lo lambat banget, sih!" sahut Brian berhenti.
"Kamu tu yang cepet banget jalannya," ucap Kaila sedikit kesal.
"Makanya jalan tu jangan lambat kayak siput!" bentak Brian dengan suara yang cukup keras. Kaila bungkam sambil menunduk, dia tak berani menatap Brian.
"Buruan!" Brian menarik lengan Kaila dengan kasar lalu berjalan dengan cepat. Beberapa murid yang berada di koridor melihat perlakuan kasar Brian kepada Kaila mulai berbisik-bisik.
Mereka semua tahu Kaila dan Brian adalah sepasang kekasih. Keduanya terlihat cocok jika bersanding. Brian yang tampan bak Zayn Malik bertubuh idealis dan jenius, sedangkan Kaila, gadis cantik yang sama jeniusnya dengan Brian. Keduanya sama-sama jenius di bidang masing-masing. Namun sayangnya kepribadian keduanya berbanding terbalik, Kaila gadis rendah hati, sabar, penyayang dan lemah lembut. Sedangkan Brian, lelaki keras kepala, egois dan tempramen. Jadi tak jarang murid lain dan sahabat Kaila sendiri melihat Brian memperlakukan Kaila dengan kasar.
Brian berhenti di depan kelas Kaila. Dia melepas tangannya dari lengan Kaila dengan kasar. Kaila spontan mengelus lengannya.
"Sakit, ya? Maaf ya aku udah kasar ke kamu," ucap Brian dengan nada rendah kepada Kaila sambil mengelus lengan Kaila dengan lembut.
Kaila menatap manik mata Brian. Dia melihat Brian tampak menyesali perbuatannya yang telah menarik lengannya dengan Kasar. Dia juga terlihat khawatir dengan lengan Kaila yang mulai memerah sekarang.
"Udah, engga papa kok bi," jawab Kaila sambil tersenyum.
"Beneran?" tanya Brian khawatir.
"Iya engga papa sayang," balas Kaila dengan senyumnya yang manis.
"Yaudah kamu masuk, gih sana. Belajar yang rajin, ya. Semangat!" ujar Brian memberikan Kaila semangat.
"Iya kamu juga semangat, Bi."
"Kalau gitu aku ke kelas dulu ya, dadah! Nanti jam istirahat aku jemput," ucap Brian sambil mengelus pucuk kepala Kaila dengan lembut.
"Iya, Bi."
Brian tersenyum, senyumnya telihat sangat manis. Setelah itu dia berjalan menuju kelasnya. Kaila terus menatap Brian sampai lelakinya itu tak terlihat lagi oleh matanya. Setelah punggung Brian sudah tidak terlihat, Kaila masuk ke dalam kelas sambil mengelus-ngelus lengannya yang masih terasa sakit.
"Kai, kantin skuy!" ajak Ara ketika Kaila baru saja masuk.
"Kaila belum juga letak tas woy, udah lo ajak ngantin aja," ujar Naura teman sebangku Kaila.
"Engga deh, gue tadi udah sarapan bareng Brian," tolak Kaila sambil meletakkan tasnya di atas meja.
"Brian mulu, sama kitanya kapan?" ucap Ara ngambek.
"Yee... ngambekan aja lo kayak bocah," sahut Naura menoyor kepala Ara.
"Lo pada tau lah, Brian gimana kalau gue engga ikuti kemauan dia," ucap Kaila mencoba membuat sahabat yang baru dia kenal ketika SMA ini, mengerti dengan sikap Brian yang sering Kaila ceritakan.
"Iya juga sih," ucap Ara sambil mengambil bangku teman sekelasnya yang belum datang untuk duduk.
"Pagi ini, lo engga disakitin kan sama Brian?" tanya Naura dengan tatapan yang cukup intens
Kaila diam. Dia yang tadinya mengelus-ngelus lengannya langsung berhenti mengelus.
"Engga kok," ucap Kaila berbohong sambil tersenyum.
"Kalau ada apa-apa cerita ya, Kai. Gue engga mau sahabat gue disakitin," ujar Ara yang duduk di samping Naura.
"Misalnya Kaila disakitin, emang lo berani lawan Brian?" tanya Naura menatap sinis Ara.
"Ya engga lah! gue nanti nyuruh lo yang maju. Lo kan pawang gue, lagian lo anak karate sama kayak Brian," timpal Ara dengan spontan.
"Yee... kalau gitu lo engga usah banyak bacot anjir, pengen tak hih! deh lu," geram Naura menatap Ara. Kaila hanya tersenyum melihat kedua sahabatnya yang tak pernah akur itu.
"Eh, gue ada berita, nih," ucap Ara dengan nada serius membuat Kaila dan Naura penasaran.
"Apa?" tanya Naura.
"Cepetan jangan buat gue penasaran, nih," ucap Kaila tak sabar.
"Nanti kita akan ke--"
"Selamat pagi anak-anak!" salam pak Darto memasuki kelas. Pak Darto adalah walikelas Kaila, Naura dan Ara.
"Pagi, Pak!" balas semua murid serentak lalu duduk di bangku masing-masing.
"Oke anak-anak, hari ini kita kedatangan murid baru. Silahkan masuk," ucap pak Darto memanggil seorang lelaki yang sedang berdiri di depan pintu. Lelaki itu masuk dengan langkah yang gagah membuat seluruh mata tertuju kepadanya. Lelaki tersebut terlihat memiliki mata yang coklat, bibir yang tipis, alis yang tebal, hidung yang mancung dan kulit yang putih. Dia juga memiliki postur tubuh yang ideal, dan tinggi.
"Ganteng bangett," bisik Naura di telinga Kaila dengan antusias.
"MASYA ALLAH GANTENG BAGET JODOH GUE," teriak Ara terang-terangan.
"Huuu..." sorak semua murid cowok ke arah Ara.
"Ara, kamu ini lihat yang bening langsung cepat," pak Darto menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Iyalah pak, kalau engga cepat nanti disosor tante tante bibir merah pak," celetuk Ara menyinggung para kaum hawa di kelasnya yang selalu dandan menor.
"Ara duduk sebentar dan kunci mulut kamu," seru pak Darto. Ara duduk sambil memperhatikan lelaki yang berdiri di samping pak Darto tersebut.
"Silahkan perkenalkan diri kamu Saguna," lanjut pak Darto.
"Perkenalkan nama saya Saguna Nathan Liam. Bisa dipanggil Saguna atau Liam at--"
"SAYANG BOLEH ENGGA?" potong Ara berteriak sambil mengacungkan tangan.
"Huuu ... norak!" sorak semua murid menatap Ara dengan kesal, kecuali sahabatnya Kaila dan Naura hanya duduk diam.
"Sirik lo pada sirik, makanya muka jangan pas-pas kayak kembalian di pasar!" ketus Ara dengan tatapan sinis.
"Lanjutkan Saguna, biarkan saja murid yang satu itu," pinta Pak Darto.
Saguna mengangguk. "Bisa dipanggil Saguna atau Liam atau Nathan. Saya tinggal di perumahan Green House. Saya pindahan dari Amerika. Semoga kalian semua bisa menerima saya dengan baik, terimakasih," ucap Saguna membungkuk dengan sopan.
"Ada yang ingin bertanya?" tanya pak Darto. Ara langsung mengacungkan tangannya. Namun pak Darto seperti tidak melihat tangan Ara. Dia tidak memperdulikannya.
"Oke, baiklah jika tidak ada, kamu Saguna, silahkan duduk disamping Jevandra," ujar Pak Darto sambil menunjuk bangku di belakang Kaila dan Naura.
Saguna mengangguk.
"Pak Darto tampan banget pagi ini, kalau bolehin saya duduk sama Saguna pasti lebih tambah tampan melebihi Jung Jaehyun pak," goda Ara sambil mengedip-ngedipkan matanya kepada pak Darto.
Pak Darto tetap tidak memperdulikan Ara. Dia diam tidak berkutik sama sekali.
"Kai, anak baru itu satu perumahan sama lo, lo engga kenal?" bisik Naura sambil melihat Saguna berjalan ke arah bangku di belakangnya.
"Gue sama tetangga gue aka engga kenal apalagi sama orang baru maimunah," bisik Kaila ke Naura.
"Hehehe gue lupa lo engga pernah keluar dari penjara itu, eh maksud gue rumah itu," ucap Naura langsung menutup mulutnya. Dia takut Kaila sakit hati. Karena Kaila tidak pernah di perlakukan dengan baik oleh orang rumah, lebih tepatnya ibu tirinya.
"Lo bener, itu bukan rumah melainkan penjara," Kaila mengacungkan jempolnya.
"Jevan pindah, dong," ucap Ara memberi kode pada Jevandra agar mau gantian.
"Gak, gue enggak mau. Karena ini momen yang langkah, orang ganteng sama orang ganteng duduk bersama. Itu hal yang sangat langkah," seru Jevandra dengan pede.
"Dih... Pedean lo!"
"Baik anak-anak hari ini dari jam pertama sampai jam ketiga kalian tidak belajar. Di karenakan guru akan mengadakan rapat pagi ini, jadi Kalian jangan ada yang berulah ya, Bapak yakin kalian bukan anak nakal. Jadi kalian pasti tidak akan berulah seperti kelas lainnya. Bapak memperbolehkan Kalian ke kantin ke perpustakaan atau kemana pun kalian mau asalkan masih di dalam sekolah tidak berkeliaran di luar! Dan jangan lupa semua harus akur dengan Saguna, jangan ada yang saling membeda-bedakan. Sekian dari saya, terimakasih," pamit pak Darto lalu pergi ke luar kelas.
"Yeeee!" sorak semua murid dengan serentak.
Saat pak Darto sudah benar-benar tak terlihat lagi, tiba-tiba semua kaum hawa berlari ke meja Saguna. Saguna terlihat binggung.
"Saguna, kenalin aku Bella."
"Saguna, kenalin aku Angel."
"Saguna, kenalin aku Trisya."
Seketika Saguna menjadi bintang kelas karena ketampanannya. Tak hanya kaum hawa dari kelasnya, kaum hawa dari kelas lain juga berbondong-bondong ingin berkenalan. Sedangkan Ara berjalan menuju meja Kaila dengan wajah kesal.
"NORAK BANGET, SIH!" teriak Ara sambil menatap cewek-cewek caper di meja Saguna.
"Heh! engga boleh gitu," ucap Kaila menarik tangan Ara untuk duduk di bangku depan.
"Okey, gue harus kalem. Ntar Saguna engga suka sama gue," ujar Ara menenangkan diri sambil merapikan rambutnya dan cara duduknya.
"Lu beneran suka Saguna?" tanya Naura binggung melihat tingkah sahabatnya. Jelas saja membuat Naura binggung, sahabatnya dari dia SD itu, tidak pernah menyukai lelaki. Baru ini dia tampak aneh dan berani terhadap lelaki. Biasanya dia pengecut. Dia selalu berdiri di belakang Naura jika ada lelaki.
"Dia itu anaknya kawan nyokap gue, gue udah lama suka dia. Cuman kita emang engga pernah dikenalin langsung," ucap Ara pelan sambil melihat Saguna.
"Oo ... gitu, toh." Kaila dan Naura mengangguk mengerti.
"Bahas materi olim, yok! Yang udah dikirim di grup," ajak Kaila mengeluarkan buku binder dan ponselnya.
"Ih, udah di kirim, ya? Gue belom buka njir, udah gue lagi mager bat buat masukin ilmu ke dalam otak," ucap Ara membuka aplikasi email.
"Gue baru buka tadi pagi ini, sih. Soalnya kalau di rumah gue jarang buka hp. You know lah," ucap Kaila sambil tersenyum. Seakan mengerti, Naura dan Ara mengangguk sambil tersenyum.
Ya, mereka tau tentang Kaila. Kaila terlahir di keluarga yang cukup kaya, namun kehidupanya tidak sama dengan Ara dan Naura. Mereka bisa hidup dengan tenang, aman dan damai. Berbeda dengan Kaila yang sedikit sulit. Dia bahkan lupa kapan terakhir dia bahagia ketika berada dirumah dan kapan terakhir dia bisa tidur dengan nyenyak.
"Makin rame ih yang masuk," geram Ara yang mulai terusik dengan keributan di meja Saguna.
"Udah biarin aja," sahut Naura mulai mengerjakan yang berada di ponsel Kaila.
Ara yang tidak bisa belajar dengan keadaan ribut mulai kesal dia berdiri dai bangkunya menatap kerumunan di meja Saguna.
BRAKK!
"DIAM BISA ENGGAK!" teriak Ara sambil memukul meja. Seketika Kaila dan Naura terkejut lalu menatap Ara.
"Sirik lo, huuu..."
"Aish anak ini," Naura langsung menarik kerah baju belakang Ara seperti anak kucing.
Ara meronta-ronta. Namun kekuatan naura lebih besar dari Ara jadi Ara hanya bisa pasrah. Kaila mengikuti kedua temannya, yang sudah lebih dulu keluar kelas.
"Hoy cewek cantik! Maaf ya gue lagi banyak fans!"
Setelah ada sedikit keributan di kelas, Kaila dan dua sahabatnya pindah ke perputakaan. Mereka sekarang sedang sibuk membahas soal-soal olimpiade kimia yang telah diberikan guru pemimbing mereka. Hingga tak sadar jam sudah menunjukkan pukul 10.00 yang artinya sudah 10 menit yang lalu bel istirahat berbunyi. "Mampus gue, udah istirahat," panik Kaila, mengambil ponselnya di atas meja. Dia menghidupkan data ponselnya dan seketika notifikasi dari Brian langsung masuk 22 kali telfon dan 50 pesan di line. "Kenapa, Kai?" tanya Ara. "Gue lupa kalau Brian mau jemput gue di kelas pas jam istirahat, sekarang udah lewat 10 menit. Pasti Brian udah ke kelas, tapi gue nya engga ada," ucap Kaila panik. "Yaudah kita ke kantin aja langsung, mana tau dia ada di kantin sekarang sama teman-temannya," ajak Naura. Kaila mengangguk. Dia segera membereskan buku-buku yang tadi dia ambil dan ada beberapa yang dia bawa. "Udah, enggak usah di pulangin ke rak. Kasih aja ke pak Nahar aja," ucap Ara menar
Kaila berjalan pulang dengan keadaan kaki yang pincang. Brian benar-benar meninggalkannya pulang. Tadinya dia berniat untuk nebeng dengan Naura dan Ara, tapi Kaila teringat dengan perkataan Brian di taman tadi, sebelum dia meninggalkan Kaila sendirian, lalu bertemu dengan Saguna. Perkataan Brian yang ingin mengakhiri hubungan dengannya selalu menggema di telinga Kaila, setiap dia menatap sahabatnya Naura dan Ara.Kaila menghela nafasnya panjang. Dia lelah berjalan dengan keadaan kaki yang sakit seperti ini. Rasanya kenapa baru saat ini terasa sakit? Mengapa tadi dia bisa menyembunyikan rasa sakit ketika bersama Brian? Kaila bertanya-tanya pada dirinya.Kaila berhenti di sebuah halte. Dia berniat untuk menaiki bus. Kaila mengambil ponsel dan earphone yang berada di dalam tas. Dia melihat jam, sekitar 10 menit lagi bus akan datang. Kaila menghidupkan lagu yang di berikan oleh Naura. Kaila merasa tenang ketika dia mendengarkannya. Lagu yang sekarang menjadi lagu favorit Kaila yang berjudu
Kaila terbagun dari tidurnya, pukul 2 pagi. Dia binggung siapa yang membawanya ke kamar, rasanya kamar begitu gelap. Kaila meraba saklar lampu yang berada di sampingnya. Saat dia bergerak kepalanya terasa pusing. Dia mencoba menganti posisi dari tidur menjadi duduk. Kaila dapat melihat pantulan wajahnya dari cermin yang berada di depannya. Kening dan rahang bawahnya memar. Dia langsung teringat kejadian dimana dia di tinju dan di dorong. Dia juga ingat mengucapkan matra pemisah untuk dia dan Brian. Namun Brian tak mau berpisah, Brian langsung memeluknya. Pelukan yang sudah lama tak pernah ia rasakan. Setelah itu dia pingsan. Brian sepertinya menggendongnya ke kamar dan membaringkannya di tempat tidur. Kaila sempat terbangun sejenak saat Brian meminta maaf sambil mengompresi memar-memar yang berada di wajahnya dan mengobati luka-luka kecil di tangannya. Sampai akhirnya dia menyuruh Kaila untuk istirahat kembali, sebelum mamanya menelfon untuk menyuruhnya segera pulang, karena mendapat k
"Permisi buk, ibuk panggil saya?" tanya Kaila memasuki ruangan buk Adel yang berbeda sendiri."Kaila kamu kenal Saguna?" tanya buk Adel to the point."Kenal buk, ini orangnya," ucap Kaila menarik Saguna yang berdiri di belakangnya.Buk Adel membuka kaca matanya. "Kamu murid pindahan itukan?" tanya Buk Adel kepada Saguna. Saguna mengangguk pucat menatap buk Adel."Lusa ikut lomba olim ya di Surabaya. Kamu dengan Kaila perwakilan sekolah kita," seru buk Adel membuat Saguna dan Kaila saling tatap."Saya buk?" ucap Saguna dan Kaila serentak."Iya kalian, kenapa? engga mau ikut?" tanya buk Adel mengambil beberapa buku dan amplop kumpulan
Bel pulang sekolah berbunyi lebih cepat dari biasanya. Kaila dan Saguna masih sibuk dengan soal-soal, hingga tak sadar bel telah berbunyi. Sesekali mereka bercanda dan sesekali saling bertanya jika ada dari salah satu mereka tak mengerti cara menghitungnya atau cara mendapatkan hasilnya. Lebih sering Kaila yang bertanya. Saguna seperti sudah memakan semua konsep dan materi kimia. Mungkin tahun ini saingan terberat Kaila adalah Saguna."Kaila di cari bu Adel," ucap pak Nahar membuat keduanya menoleh."Baik pak, terimakasih," ujar Kaila sopan sambil membungkuk.Saguna mengucek-ngucek matanya yang sudah mulai lelah, dan mood belajarnya sudah menurun. Matanya sudah berbeda saat melihat soal, mungkin akibat dia tak memakai kaca mata."Na,
"Eh Kamu udah datang?" ucap Viola ibu tiri Kaila mendekati pria itu lalu cepika-cepiki."Perempuan ini siapa?" tanya lelaki itu kepadaViola."A--""Oh dia pembantuku, masih kecilkan, Umurnya masih 16 tahun," ucap Viola berbohong."Oh, tapi pakaiannya terlihat bren mahal," ucap lelaki itu."Aku yang membelikannya sayang, aku tak tega melihat dia pakai pakaian gembel yang sudah koyak-koyak. Itu membuatku kasian sayang," ucapViola."Kamu sangat baik sayang," ucap lelaki itu mencium pipi ibu tiri Kaila.Kaila memanas,dadanya terasa begitu sesak.
Kaila menarik kopernya. Dia baru saja sampai di bandara diantar oleh ayah dan ibu tirinya. Sang ayah merangkulnya sedari tadi dan selalu tersenyum. Kaila tak sempat bertanya kepada ayah perihal anak haram yang di bilang ibu tirinya kemarin, karena ayah lama pulang dan saat ayah pulang dia sudah tertidur. Kaila bahkan tak tau kapan ibunya juga pulang dari pacaran dengan lelaki muda itu."Kak Lala," panggil gadis kecil berlari ke arahnya. Dia adalah Lala adik dari Saguna.Kaila langsung menggendong Lala."Ih lucunya," ucap sang Ayah gemas."Hallo om, tante. Nama aku Lala," ucapnya sambil sedikit membungkuk."Hai Lala, Nama oom Nugraha. Oom ayah dari kak Kaila. Dan ini ibunya,"uca
Saguna membuka matanya peralahan ketika sinar matahari menyorot matanya. Dia mengambil kacamata yang berada di atas kepalanya. Melihat sekelilingnya tidak ada orang selain dia dengan Kaila yang masih tertidur. "KAILA!!" spontan Saguna berteriak, saat melihat jam yang dia kenakan di tangannya. Kaila terkejut langsung terbangun. "Hmm apa sih na," ucap Kaila menutup mukanya kembali dengan buku. "Woi bangun udah jam 7 anjir, kita ngapain tidur di luar bodat," ujar Saguna membereskan bukunya. Kaila masih tertidur hingga ucapan Saguna terngiang-ngiang di kepalanya. "Udah jam 7." Brakk! Kaila membanting buku yang ada di mukannya ke meja dengan kuat. "HA... JAM 7! GILAK YA LO ENGGA BANGUNIN GUE!" pekik Kaila mulai panik. Dia langsung mengambil buku dan soal soalnya asal tanpa memasukkan kedalam amplop. "Iyaa bodo, mampus deh kita bakal di telan hidup-hidup sama buk Adel." Saguna berlari menu