"Dunia ini seketika berhenti, ketika aku harus siap menerima kenyataan yang begitu pahit, dari pengakuan ibu tiriku, aku terlahir sebagai anak yang tidak di inginkan dari kedua orang tua dulu. Lalu di besarkan dalam keluarga yang hampir kandas, bahkan bisa di bilang akan kandas, Akibat datangnya orang ketiga, bukanlah menyenangkan. Ketika janji-janji yang telah di rangkai bersama, hancur di terpa derasnya hujan dan dibawa oleh derasnya arus air. Dan begitu pula dengan harapan, harapan yang telah di susun rapi setika ikut ngambang bersama awan. Aku ingin hidup bahagia. Di keluarga yang damai, tanpa harus datangnya orang ketiga, dan juga tanpa harus menjadi pembantu dirumahku sendiri.
Aku berfikir untuk mencari seorang lelaki yang dapat melindungiku dari siksaan ibu tiriku, saat ayahku bekerja. Namun aku salah, setelah aku memilikinya, bukan rasa terlindungi yang ku dapatkan, melainkan rasa sakit yang diberikannya di tubuhku secara bergantian. Setiap malam mimpi-mimpi buruk datang menghantuiku. Aku berharap, akan ada seorang malaikat yang datang membawaku keluar dari semua ini."
"Bi! pelan-pelan dong jalannya," rengek Kaila mencoba menyamai langkahnya dengan Brian. Lelaki itu berjalan dengan sangat cepat hingga Kaila sesekali berlari untuk mengejarnya. "Lo lambat banget, sih!" sahut Brian berhenti. "Kamu tu yang cepet banget jalannya," ucap Kaila sedikit kesal. "Makanya jalan tu jangan lambat kayak siput!" bentak Brian dengan suara yang cukup keras. Kaila bungkam sambil menunduk, dia tak berani menatap Brian. "Buruan!" Brian menarik lengan Kaila dengan kasar lalu berjalan dengan cepat. Beberapa murid yang berada di koridor melihat perlakuan kasar Brian kepada Kaila mulai berbisik-bisik. Mereka semua tahu Kaila dan Brian adalah sepasang kekasih. Keduanya terlihat cocok jika bersanding. Brian yang tampan bak Zayn Malik bertubuh idealis dan jenius, sedangkan Kaila, gadis cantik yang sama jeniusnya dengan Brian. Keduanya sama-sama jenius di bidang masing-masing. Namun sayangnya kepribadian keduanya berbanding terbalik, Kaila gadis rendah hati, sabar, penya
Setelah ada sedikit keributan di kelas, Kaila dan dua sahabatnya pindah ke perputakaan. Mereka sekarang sedang sibuk membahas soal-soal olimpiade kimia yang telah diberikan guru pemimbing mereka. Hingga tak sadar jam sudah menunjukkan pukul 10.00 yang artinya sudah 10 menit yang lalu bel istirahat berbunyi. "Mampus gue, udah istirahat," panik Kaila, mengambil ponselnya di atas meja. Dia menghidupkan data ponselnya dan seketika notifikasi dari Brian langsung masuk 22 kali telfon dan 50 pesan di line. "Kenapa, Kai?" tanya Ara. "Gue lupa kalau Brian mau jemput gue di kelas pas jam istirahat, sekarang udah lewat 10 menit. Pasti Brian udah ke kelas, tapi gue nya engga ada," ucap Kaila panik. "Yaudah kita ke kantin aja langsung, mana tau dia ada di kantin sekarang sama teman-temannya," ajak Naura. Kaila mengangguk. Dia segera membereskan buku-buku yang tadi dia ambil dan ada beberapa yang dia bawa. "Udah, enggak usah di pulangin ke rak. Kasih aja ke pak Nahar aja," ucap Ara menar
Kaila berjalan pulang dengan keadaan kaki yang pincang. Brian benar-benar meninggalkannya pulang. Tadinya dia berniat untuk nebeng dengan Naura dan Ara, tapi Kaila teringat dengan perkataan Brian di taman tadi, sebelum dia meninggalkan Kaila sendirian, lalu bertemu dengan Saguna. Perkataan Brian yang ingin mengakhiri hubungan dengannya selalu menggema di telinga Kaila, setiap dia menatap sahabatnya Naura dan Ara.Kaila menghela nafasnya panjang. Dia lelah berjalan dengan keadaan kaki yang sakit seperti ini. Rasanya kenapa baru saat ini terasa sakit? Mengapa tadi dia bisa menyembunyikan rasa sakit ketika bersama Brian? Kaila bertanya-tanya pada dirinya.Kaila berhenti di sebuah halte. Dia berniat untuk menaiki bus. Kaila mengambil ponsel dan earphone yang berada di dalam tas. Dia melihat jam, sekitar 10 menit lagi bus akan datang. Kaila menghidupkan lagu yang di berikan oleh Naura. Kaila merasa tenang ketika dia mendengarkannya. Lagu yang sekarang menjadi lagu favorit Kaila yang berjudu
Kaila terbagun dari tidurnya, pukul 2 pagi. Dia binggung siapa yang membawanya ke kamar, rasanya kamar begitu gelap. Kaila meraba saklar lampu yang berada di sampingnya. Saat dia bergerak kepalanya terasa pusing. Dia mencoba menganti posisi dari tidur menjadi duduk. Kaila dapat melihat pantulan wajahnya dari cermin yang berada di depannya. Kening dan rahang bawahnya memar. Dia langsung teringat kejadian dimana dia di tinju dan di dorong. Dia juga ingat mengucapkan matra pemisah untuk dia dan Brian. Namun Brian tak mau berpisah, Brian langsung memeluknya. Pelukan yang sudah lama tak pernah ia rasakan. Setelah itu dia pingsan. Brian sepertinya menggendongnya ke kamar dan membaringkannya di tempat tidur. Kaila sempat terbangun sejenak saat Brian meminta maaf sambil mengompresi memar-memar yang berada di wajahnya dan mengobati luka-luka kecil di tangannya. Sampai akhirnya dia menyuruh Kaila untuk istirahat kembali, sebelum mamanya menelfon untuk menyuruhnya segera pulang, karena mendapat k
"Permisi buk, ibuk panggil saya?" tanya Kaila memasuki ruangan buk Adel yang berbeda sendiri."Kaila kamu kenal Saguna?" tanya buk Adel to the point."Kenal buk, ini orangnya," ucap Kaila menarik Saguna yang berdiri di belakangnya.Buk Adel membuka kaca matanya. "Kamu murid pindahan itukan?" tanya Buk Adel kepada Saguna. Saguna mengangguk pucat menatap buk Adel."Lusa ikut lomba olim ya di Surabaya. Kamu dengan Kaila perwakilan sekolah kita," seru buk Adel membuat Saguna dan Kaila saling tatap."Saya buk?" ucap Saguna dan Kaila serentak."Iya kalian, kenapa? engga mau ikut?" tanya buk Adel mengambil beberapa buku dan amplop kumpulan
Bel pulang sekolah berbunyi lebih cepat dari biasanya. Kaila dan Saguna masih sibuk dengan soal-soal, hingga tak sadar bel telah berbunyi. Sesekali mereka bercanda dan sesekali saling bertanya jika ada dari salah satu mereka tak mengerti cara menghitungnya atau cara mendapatkan hasilnya. Lebih sering Kaila yang bertanya. Saguna seperti sudah memakan semua konsep dan materi kimia. Mungkin tahun ini saingan terberat Kaila adalah Saguna."Kaila di cari bu Adel," ucap pak Nahar membuat keduanya menoleh."Baik pak, terimakasih," ujar Kaila sopan sambil membungkuk.Saguna mengucek-ngucek matanya yang sudah mulai lelah, dan mood belajarnya sudah menurun. Matanya sudah berbeda saat melihat soal, mungkin akibat dia tak memakai kaca mata."Na,
"Eh Kamu udah datang?" ucap Viola ibu tiri Kaila mendekati pria itu lalu cepika-cepiki."Perempuan ini siapa?" tanya lelaki itu kepadaViola."A--""Oh dia pembantuku, masih kecilkan, Umurnya masih 16 tahun," ucap Viola berbohong."Oh, tapi pakaiannya terlihat bren mahal," ucap lelaki itu."Aku yang membelikannya sayang, aku tak tega melihat dia pakai pakaian gembel yang sudah koyak-koyak. Itu membuatku kasian sayang," ucapViola."Kamu sangat baik sayang," ucap lelaki itu mencium pipi ibu tiri Kaila.Kaila memanas,dadanya terasa begitu sesak.
Kaila menarik kopernya. Dia baru saja sampai di bandara diantar oleh ayah dan ibu tirinya. Sang ayah merangkulnya sedari tadi dan selalu tersenyum. Kaila tak sempat bertanya kepada ayah perihal anak haram yang di bilang ibu tirinya kemarin, karena ayah lama pulang dan saat ayah pulang dia sudah tertidur. Kaila bahkan tak tau kapan ibunya juga pulang dari pacaran dengan lelaki muda itu."Kak Lala," panggil gadis kecil berlari ke arahnya. Dia adalah Lala adik dari Saguna.Kaila langsung menggendong Lala."Ih lucunya," ucap sang Ayah gemas."Hallo om, tante. Nama aku Lala," ucapnya sambil sedikit membungkuk."Hai Lala, Nama oom Nugraha. Oom ayah dari kak Kaila. Dan ini ibunya,"uca