Kaila berjalan pulang dengan keadaan kaki yang pincang. Brian benar-benar meninggalkannya pulang. Tadinya dia berniat untuk nebeng dengan Naura dan Ara, tapi Kaila teringat dengan perkataan Brian di taman tadi, sebelum dia meninggalkan Kaila sendirian, lalu bertemu dengan Saguna. Perkataan Brian yang ingin mengakhiri hubungan dengannya selalu menggema di telinga Kaila, setiap dia menatap sahabatnya Naura dan Ara.
Kaila menghela nafasnya panjang. Dia lelah berjalan dengan keadaan kaki yang sakit seperti ini. Rasanya kenapa baru saat ini terasa sakit? Mengapa tadi dia bisa menyembunyikan rasa sakit ketika bersama Brian? Kaila bertanya-tanya pada dirinya.
Kaila berhenti di sebuah halte. Dia berniat untuk menaiki bus. Kaila mengambil ponsel dan earphone yang berada di dalam tas. Dia melihat jam, sekitar 10 menit lagi bus akan datang. Kaila menghidupkan lagu yang di berikan oleh Naura. Kaila merasa tenang ketika dia mendengarkannya. Lagu yang sekarang menjadi lagu favorit Kaila yang berjudul like you - tatiana manois.
Hampir setangah jam Kaila menunggu di halte tapi bus tak kunjung datang. Akhirnya Kaila berniat untuk berjalan kaki pulang kerumah dengan keadaan kaki yang sakit. Kaila tidak yakin dia akan sampai dengan cepat ke rumah. Tapi tak apa, asalkan dirinya selamat. Kaila memasukkan ponselnya ke dalam saku bajunya.
"Semangat Kaila," ucap Kaila menyemangati dirinya sendiri. Kaila memegang tali tasnya, lalu dia mulai berjalan dengan wajah yang gembira, sambil sesekali dia bernyanyi.
"Woi Kaila," panggil seseorang dari belakang. Kaila berbalik. Dia menyipitkan matanya, mencoba melihat sosok lelaki yang memanggilnya, dari jarak yang lumayan jauh.
Lelaki itu berlari mendekati Kaila. Dia adalah Saguna. Lagi-lagi dia bertemu dengan lelaki itu.
"Aaa... Jalan," ucap Saguna dengan nada mengejek.
"Lo juga jalan!" ujar Kaila melepas earphonenya.
"Engga gue naik sepatu," ucap Saguna menunjuk sepatunya.
"Ahahahhah lucu." Kaila pura-pura tertawa.
"Gue gaplok juga lu!," ucap Saguna geram.
Kaila mendongak melihat raut muka Saguna yang terlihat geram. Kaila perlu pengorbanan untuk melihat Saguna yang tingginya seperti tiang.
"Tinggi lu berapa sih," ucap Kaila sambil berjalan.
"Hmm ntah, 179 mungkin," celetuk Saguna ngasal.
"Kasih gue tips biar tinggi dong," seru Kaila.
"Makan aja tiang bendera ntar lu tinggi deh pasti melebihi gue," celetuk Saguna ngasal lagi."Mana bisa gila," kesal Kaila.
"Lu sih, tidak mensyukuri pemberian tuhan. Lagian cewek pendek itu imut loh, rasanya tu enak gitu di pijak-pijak," cetus Saguna menghentak-hentakkan kakinya.
"Jahat bener jadi manusia, titisan iblis ya lo," cibir Kaila.
"Lo engga bisa liat ya? gue titisan malaikat gini lo bilang iblis, Gue kaduin bunda gue lu," ujar Saguna menunjuk muka Kaila lalu pergi meninggalkan Kaila dengan berjalan lebih dulu.
"Dih! merajuk," teriak Kaila.
Saguna diam. Dia terus berjalan tanpa menoleh.Kaila berusaha mengejar Saguna. Namun dia tak kuat untuk berjalan dengan cepat. Akhirnya dia menyerah, kaila kembali berjalan pelan.
Saguna berbalik kebelakang. "Lu engga mau ngejar gue gitu? Kayak yang di tv tv?" tanya Saguna. Laki-laki itu benar-benar menjengkelkan.
"Yang ada cewek yang di kejar cowok BEGO!" pekik Kaila
"Ahh, engga mau itu udah basi, gantian kek, Cowok kan juga mau di kejar," seru Saguna dengan muka cemberut.
Kaila berdiri di tempat, memandang Saguna dengan tatapan geli. Saguna adalah laki-laki sangat aneh kali ini melebihin keanehan Jevan yang baru dia temui.
Saguna berjalan mendekati Kaila. "Gue bercanda anjir, lu serius banget sih ah," ucap Saguna menoyor kepala Kaila sebelum dia jongkok di depan kaila dengan tas yang dia pindahkan kedepan.
"Lo ngapain? sesak berak?" tanya Kaila dengan muka kebingungan.
"Naik bego, mau gue gendong, kasian kaki lo kayaknya bentar lagi patah deh," celetuk Saguna.
PLAK!
Kaila memukul punggung Saguna. Saguna tertawa. Dia berkata, "Gue bercanda bego, cepetan naik biar lo bisa ganti perbannya dirumah."
"Ucapan adalah doa loh Saguna. Kalau di aamiin kan malaikat kaki gue patah gimana? Lu mau gendongin gue kemana-mana?"
"Mau," ucap Saguna.
"Eh engga deh lo kayaknya berat," lanjut Saguna berdiri.
"Gue ringan tauk," ucap Kaila cepat.
"Coba naik kepunggung gue," titah Saguna jongkok kembali.
Kaila naik kepunggung Saguna. Saguna berdiri. Saguna merasakan Kaila benar-benar ringan. Dia seperti menggendong sepupunya yang masih Smp. Padahal jika di lihat-lihat Kaila cukup berbadan.
"Ringan kan gue," ucap Kaila.
"Huh berat banget, pasti lo banyak dosa kan?" ucap Saguna berbohong. Saguna langsung dapat pukulan di kepala dari Kaila.
"Yaudah turunin gue!" ucap Kaila sedikit membentak.
"Engga mau, gue mau bawa lu terbang," ucap saguna berlari sambil menggendong Kaila lalu melompat.
"WOI!! jangan lari-lari, ntar gue jatuh bego," seru Kaila memperingati Saguna."Bukannya enak kayak dapat angin semilir gitu?" tanya Saguna.
"Iya sih, cuma gue takut kalau lo jatuh dan gue ikutan jatuh," ucap Kaila di telinga Saguna.
"Ciee lu takut gue jatuh," ucap Saguna berlari dan sesekali dia juga melompat.
"Jangan lari-lari Saguna," titah Kaila menjewer telinga Saguna.
"Aw aw iya sakit," rintih Sanguna.
Saguna berhenti membawa Kaila berlari. Dia berjalan santai dengan langkah yang cukup besar. Kaila melihat langkah Saguna. Dia mengira-ngira langkahnya dengan Saguna sekitar setengah langkah Saguna. Langkah kakinya benar-benar kecil, Pantas dia selalu di marahi oLeh Brian.
"Eh kai, rumah lu dimana?" tanya Saguna.
"Di perumahan Green House," ucap Kaila.
"Lah kok sama? Lu ngikutin gue kan?" cetus Saguna mulai menyebalkan.
"Kagak lah, gue udah lama tinggal sana. Lu kan baru pindah, gue juga baru kenal lu," sahut Kaila.
"Gue udah lama njir tinggal di sana, gue yang punya mini market dalam perumahan." Saguna berhenti, dia mencoba untuk melirik Kaila kebelakang agar bisa melihat muka Kaila. Namun tak bisa.
"Lu anak bunda Hasya?" tanya Kaila.
"Iyaa betul sekali, anda mendapatkan uang 100 perak di potong pajak. Emang lo engga liat muka gue gantengnya kayak Bunda Hasya?" ujar Saguna. Kaila melihat muka Saguna lalu memikirkan wajah bunda Hasya. Di dalam pikiran Kaila mereka sangat jauh berbeda.
"Engga pun, bunda Hasya aja cantik. Lu engga ada tu titisan gantengnya," ucap Kaila menatap Saguna.
"Bunda anak mu di bilang jelek," ucap Saguna mengadu dengan melihat langit.
"Pengadu-pengadu makan taik segerobak," ejek Kaila dengan ejekan dulu waktu dia SD.
"Ejekan gue bocah dulu itu," ucap Saguna.
"Emang lo kan masih bocah. Ayo jalan lagi dong, dikit lagi sampe." Kaila menari kedua telinga Saguna.
"Lo pikir gue kuda," ucap Saguna.
"Huss kudaa cepat sedikit lagi," seru Kaila sambil mengikuti gerakan penunggang kuda.
"Wueherrrr," Saguna mengikuti suara kuda, lalu berlari pelan.
Kaila tertawa melihat tingkah Saguna yang membuatnya sedikit bahagia. Dia tak pernah merasakan di gendong seperti ini dengan Brian. Dia tak pernah bercanda seperti ini dengan Brian. Brian adalah lelaki yang sesekali romantis dan lebih banyak serius. Brian tidak pernah humoris. Eh pernah, namun bisa di hitung dengan jari. Kalau Saguna mungkin emang dasarnya sepertinya humoris. Soalnya jika dia benar anak bunda Hasya, maka humoris itu turun dari bunda Hasya. Karena bunda Hasya selalu saja bercanda dalam berbicara.*****
Saguna sedikit lagi sampai di rumah Kaila. Dia sama sekali tidak merasakan sakit punggung sedikit pun, akibat menggendong Kaila cukup lama. Karena Kaila seringan kapas.
"Na turunin aja gue disini," ucap Kaila meminta turun.
"Engga usah, gue engga capek kok. Itu rumah lo kan?" tanya Saguna menunjuk rumah Kaila.
Kaila mengangguk.
Kaila melihat gerbang rumahnya terbuka keluarlah lelaki yang sangat dia kenal yaitu Brian. Kaila panik bukan main dia langsung turun dari punggung Saguna.
"Hey kenapa?" tanya Saguna berbalik badan.
"Ada anu," ucap Kaila. Saguna melihat ke depan.
BUGH!
Brian meninju Saguna dengan kuat di pipi kiri Saguna.
"Siapa lo ha!" bentak Brian memegangi kerah baju Saguna.
"Dia Saguna pindahan dari America anak bunda Hasya yang punya mini market depan," ucap Kaila cepat, dia takut Brian meninju Saguna lagi.
"Lo itu kan, Dasar cowok engga tau diri! Kaila itu cewek gue! Lu mau ambil dia hah!"
BUGH!
Brian meninju Saguna lagi. Kaila panik bukan main.
"Ohh jadi lo cowok Kaila. Gue ngambil cewek lo? Cih, gue engga perusak hubungan orang kayak nyokap lo Bangsat!" teriak Saguna kuat lalu meninju balik Brian.
Brian menerjang Saguna tak henti-henti. Kaila engga tau melerainya harus gimana. Kaila menghalangi Brian yang mulai di kuasai emosi
BUGH!
Kaila di tinju oleh Brian. Pas di rahang bawahnya.
"Lo engga papa kai?" tanya Saguna panik memegang tangan Kaila.
"Engga usah sentuh cewek gue binatang!" bentak Brian.
"Udah bi cukup, ini salah ku. Aku yang minta Saguna gendong aku karna engga ada bus tadi," ucap Kaila lembut dia tak memperdulikan sakit di rahangnya.
"Gue yang mau gendong Kaila, karna lo! Udah Ninggalin dia dengan ke adaan kaki dia yang luka! Dasar cowok gak berotak!" teriak Saguna emosi ke Brian.BUGH!
Brian yang tak suka di teriaki dia menendang perut Saguna dan meninjunya hingga terjatuh.
"Jaga mulu lo ya! Dia pantas dapatin itu gue yang hukum dia!" ucap Brian emosi.
"Udah Bi!" bentak Kaila.
Brian menatap tajam Kaila. "Lo udah berani bentak-bentak gue? Ayo pulang!" bentak Brian menarik kasar Kaila.
Saguna berusaha berdiri namun tak kuat menahan sakit. Saguna melihat Kaila di tarik paksa masuk.
"Brian bangsat," batin Saguna.
****
Kaila di seret paksa masuk kedalam kamar mandi. Dia enggak tau Brian ingin berbuat apa. Brian mendorong Kaila ke dalam bathtub.
"Dasar cewek murahan! Lo ngapain pulang sama dia hah! Pakai di gendong gendong segala dasar cewek murahan!"
PLAK!
Satu tamparan mulus mendarat di pipi Kaila, tamparan yang cukup keras. Kaila menangis, rasanya begitu sakit.
"Lo kan bisa naik bus!" bentak Brian.
"Engga ada bus bi," ucap Kaila sambil menangis.
"Banyak banget alasan lo, emang lo nya aja murahankan?!"
TUK!
Brian memukul kepala Kaila dengan gayung hingga gayung tersebut pecah. Kepala kaila mengeluarkan darah segar.
"Sakit bi," isak Kaila memegangi kepalanya.
"Ini hukuman buat lo Gatal!"
Kaila tak bisa memberontak. Brian benar-benar emosi saat ini. Brian mengangkat ember yang berisi air lalu menyiram kasar ke muka Kaila. Kaila tersedak, airnya masuk kedalam hidung.
"Bi cukup bi," ucap kaila pelan, dia sudah lemas tak berdaya, bajunya sudah basah semua, begitupun dengan perban di kakinya.
"Gue engga suka cewek murahan kayak lo!"
"Kalau gitu kita putus aja bi," lirih Kaila pelan tapi masih bisa terdengar oleh telinga Brian.
"Enggak! Engga ada kata putus! Lo tuh yang salah CEWEK GATAL!" bentak Brian. Brian murka, dia jambak rambut Kaila dengan kuat. Matanya memanas menatap Kaila. Brian seperti sedang kerasukan setan. Tak pernah dia seperti ini sebelumnya.
PLAK!
Kaila menampar Brian. Agar Brian sadar dengan kelakuannya.
"Kita putus!" bentak Kaila sudah tak kuat.
"Gak! Gue engga mau!" ucap Brian menjambak rambut Kaila.
"Sakit Brian!" teriak Kaila frustasi.
Brian menghantukkan kepala Kaila kuat ke dinding. Setelah itu Brian melepas tangannya.
Kaila pusing, sangat-sangat pusing. Dia tak sanggup keluar dari Bathtub, namun dia berusaha sekuat tenaga berdiri keluar dari bathtub dengan kaki yang sakit, nafas yang sesak, dan seluruh badan yang dingin. Dia ingin meminta bantuan ke orang namun, tidak bisa. Dirumah sedang tidak ada orang, orang tuanya biasanya pulang malam. Sedangkan jika dia berteriak, tetanganya tidak akan bisa mendengar. Kaila tidak sanggup berteriak dalam keadaan seperti ini.
Kaila keluar dari kamar mandi, Brian menarik tangan Kaila kuat. Kaila mengumpulkan semua tenaganya menghentakkan tangan Brian dalam sekali hentakan.
"KELUAR DARI RUMAH GUE!" bentak Kaila kuat, menyuruh Brian keluar dari rumahnya.
"Jangan putus kai, maafin aku," ucap Brian memohon.
"KELUAR!" bentak Kaila.
Brian tak juga keluar, dia terus memohon. Kaila tak memperdulikan Brian hatinya sudah sakit dengan Brian. Kaila berjalan menuju kamarnya sambil terisak. Dia sangat takut sekarang.
Brian tiba-tiba memeluk Kaila. "Kai maafin gue udah keras sama lu," ucap Brian lembut sambil mengelus-ngelus kepala Kaila. Seketika pondasi keteguhan hati meminta putus tadi runtuh akibat di perlakukan baik dengan Brian. Kaila menangis dalam pelukan Brian. Pelukan yang sudah lama tak dia rasakan. Pelukan yang selalu dia tunggu-tunggu baru ini dia dapatkan. Pelukan yang bisa menghangatkan tubuh yang kedinginan.
Brian menangis. Dia merasa bersalah muncul di hati Brian. Dia merasa perbuatannya salah, karna terlalu keras dengan Kaila.
"Kai maafin gue ya, gue janji engga akan nyakitin lo lagi kai, gue sayang lo kai. Jangan tinggalin gue kai, gue engga mau kita putus kai," ucap Brian lembut dan mempererat pelukannya
"Aku juga gak serius mengatakan matra itu. Aku tau kamu itu orang baik bi, mungkin tadi kamu kesulut emosi. Semoga kamu tidak menganggapnya serius. Aku akan merubah mu secepatnya." ucap Kaila dalam hati.
Kepalanya semakin pusing. Badannya lemas. Matanya tak bisa melihat dengan jelas. Seketika semua gelap, Kaila pingsan dalam pelukan Brian.
Kaila terbagun dari tidurnya, pukul 2 pagi. Dia binggung siapa yang membawanya ke kamar, rasanya kamar begitu gelap. Kaila meraba saklar lampu yang berada di sampingnya. Saat dia bergerak kepalanya terasa pusing. Dia mencoba menganti posisi dari tidur menjadi duduk. Kaila dapat melihat pantulan wajahnya dari cermin yang berada di depannya. Kening dan rahang bawahnya memar. Dia langsung teringat kejadian dimana dia di tinju dan di dorong. Dia juga ingat mengucapkan matra pemisah untuk dia dan Brian. Namun Brian tak mau berpisah, Brian langsung memeluknya. Pelukan yang sudah lama tak pernah ia rasakan. Setelah itu dia pingsan. Brian sepertinya menggendongnya ke kamar dan membaringkannya di tempat tidur. Kaila sempat terbangun sejenak saat Brian meminta maaf sambil mengompresi memar-memar yang berada di wajahnya dan mengobati luka-luka kecil di tangannya. Sampai akhirnya dia menyuruh Kaila untuk istirahat kembali, sebelum mamanya menelfon untuk menyuruhnya segera pulang, karena mendapat k
"Permisi buk, ibuk panggil saya?" tanya Kaila memasuki ruangan buk Adel yang berbeda sendiri."Kaila kamu kenal Saguna?" tanya buk Adel to the point."Kenal buk, ini orangnya," ucap Kaila menarik Saguna yang berdiri di belakangnya.Buk Adel membuka kaca matanya. "Kamu murid pindahan itukan?" tanya Buk Adel kepada Saguna. Saguna mengangguk pucat menatap buk Adel."Lusa ikut lomba olim ya di Surabaya. Kamu dengan Kaila perwakilan sekolah kita," seru buk Adel membuat Saguna dan Kaila saling tatap."Saya buk?" ucap Saguna dan Kaila serentak."Iya kalian, kenapa? engga mau ikut?" tanya buk Adel mengambil beberapa buku dan amplop kumpulan
Bel pulang sekolah berbunyi lebih cepat dari biasanya. Kaila dan Saguna masih sibuk dengan soal-soal, hingga tak sadar bel telah berbunyi. Sesekali mereka bercanda dan sesekali saling bertanya jika ada dari salah satu mereka tak mengerti cara menghitungnya atau cara mendapatkan hasilnya. Lebih sering Kaila yang bertanya. Saguna seperti sudah memakan semua konsep dan materi kimia. Mungkin tahun ini saingan terberat Kaila adalah Saguna."Kaila di cari bu Adel," ucap pak Nahar membuat keduanya menoleh."Baik pak, terimakasih," ujar Kaila sopan sambil membungkuk.Saguna mengucek-ngucek matanya yang sudah mulai lelah, dan mood belajarnya sudah menurun. Matanya sudah berbeda saat melihat soal, mungkin akibat dia tak memakai kaca mata."Na,
"Eh Kamu udah datang?" ucap Viola ibu tiri Kaila mendekati pria itu lalu cepika-cepiki."Perempuan ini siapa?" tanya lelaki itu kepadaViola."A--""Oh dia pembantuku, masih kecilkan, Umurnya masih 16 tahun," ucap Viola berbohong."Oh, tapi pakaiannya terlihat bren mahal," ucap lelaki itu."Aku yang membelikannya sayang, aku tak tega melihat dia pakai pakaian gembel yang sudah koyak-koyak. Itu membuatku kasian sayang," ucapViola."Kamu sangat baik sayang," ucap lelaki itu mencium pipi ibu tiri Kaila.Kaila memanas,dadanya terasa begitu sesak.
Kaila menarik kopernya. Dia baru saja sampai di bandara diantar oleh ayah dan ibu tirinya. Sang ayah merangkulnya sedari tadi dan selalu tersenyum. Kaila tak sempat bertanya kepada ayah perihal anak haram yang di bilang ibu tirinya kemarin, karena ayah lama pulang dan saat ayah pulang dia sudah tertidur. Kaila bahkan tak tau kapan ibunya juga pulang dari pacaran dengan lelaki muda itu."Kak Lala," panggil gadis kecil berlari ke arahnya. Dia adalah Lala adik dari Saguna.Kaila langsung menggendong Lala."Ih lucunya," ucap sang Ayah gemas."Hallo om, tante. Nama aku Lala," ucapnya sambil sedikit membungkuk."Hai Lala, Nama oom Nugraha. Oom ayah dari kak Kaila. Dan ini ibunya,"uca
Saguna membuka matanya peralahan ketika sinar matahari menyorot matanya. Dia mengambil kacamata yang berada di atas kepalanya. Melihat sekelilingnya tidak ada orang selain dia dengan Kaila yang masih tertidur. "KAILA!!" spontan Saguna berteriak, saat melihat jam yang dia kenakan di tangannya. Kaila terkejut langsung terbangun. "Hmm apa sih na," ucap Kaila menutup mukanya kembali dengan buku. "Woi bangun udah jam 7 anjir, kita ngapain tidur di luar bodat," ujar Saguna membereskan bukunya. Kaila masih tertidur hingga ucapan Saguna terngiang-ngiang di kepalanya. "Udah jam 7." Brakk! Kaila membanting buku yang ada di mukannya ke meja dengan kuat. "HA... JAM 7! GILAK YA LO ENGGA BANGUNIN GUE!" pekik Kaila mulai panik. Dia langsung mengambil buku dan soal soalnya asal tanpa memasukkan kedalam amplop. "Iyaa bodo, mampus deh kita bakal di telan hidup-hidup sama buk Adel." Saguna berlari menu
Saguna merasakan tak tenang di hatinya setelah Kaila di bawa oleh Brian, dia tak kunjung keluar dari kamarnya. Kaila juga tak dapat di hubungi. Saguna sudah menelfon, mengirimkan chat, bahkan mengetuk-ngetuk pintu kamarnya sedari tadi juga tak ada balasan.Saguna merasa panik setengah mati. Apa yang Kaila lakukan di dalam kamarnya, hingga dia begitu betah di dalam sana.Saguna melihat jam. Makan malam telah tiba. Saguna keluar dari kamarnya, berhenti di depan pintu Kaila, mencoba mengajaknya makan."Kai makan yok," ajak Saguna sambil mengetuk pintu Kaila. Tak ada jawaban dari Kaila."Apa mungkin dia tidur?" tanya Saguna kepada diri sendiri."Yaudah lah kalau tidur mungkin dia capek,
"Apapun yang lo pikirkan dan lo rasain sekarang, semoga langkah yang lo ambil buat kedepannya adalah yang terbaik. Gue akan selalu tetap terima dan selalu ngelindungin lo, selagi lo masih ada dalam penglihatan gue." Kaila terisak, dia sempat berpikir kalau dia tidak akan punya teman sama sekali, setelah dia ngejauhin Naura dan Ara demi menjaga hubungannya dengan Brian. Tapi ternyata dia salah, Saguna bisa menjadi segalanya sekarang bagi Kaila. "Gue takut." Saguna memeluk Kaila, mungkin ini yang bisa dia lakukan. Badan Kaila bergetar dan suhu badannya mulai panas. Kaila sepertinya akan demam. Saguna menarik selimut, lalu memberikannya kepada Kaila. "Udah, engga ada yang perlu di takutin. Ada gue disini, pedang pelindung lo." Saguna membawa Kaila untuk berbaring sambil mengelus-ngelus punggung Kaila agar dia segera tenang. Dia benar-benar seperti sedang berlomba dengan hujan. Hujan jatuh berkali-kali dan tak kunjung berhenti seperti air mata Kai