BAD TRIP

BAD TRIP

Oleh:  Arifiya Yukeneyza  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Belum ada penilaian
5Bab
757Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Sinopsis

Murid

Guru

Bad Trip adalah sebuah kisah yang diangkat dari kisah nyata seorang gadis yang jatuh dalam kubangan obat-obatan terlarang. Dia mengalami depresi dan trauma, yang mengakibatkan tindakannya tidak terkontrol sehingga harus berhadapan dengan kantor polisi dan panti rehabilitasi.

Lihat lebih banyak

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
5 Bab

Jeruji Besi Atau Panti Rehabilitasi

Seorang wanita paruh baya duduk gusar di sebelah anak gadisnya, sedang si gadis hanya menampakkan kekesalan di air mukanya. Ibu dan anak itu bosan menunggu dalam ruangan berukuran enam kali enam meter, di antara beberapa meja dan kursi yang tersedia, keduanya memilih tempat yang berdekatan dengan samping. Posisi yang paling jauh dari jangkauan pengawas.“Ngapain kita buang-buang waktu kayak gini, sih, Ma?” tanya si Gadis.“Ngapain kamu bilang? Ini gara-gara ulahmu sendiri. Ya udah terserah kalau kamu nggak mau ke luar dari sini,” jawab wanita paruh baya yang kerap disapa Silvi itu.Nadia mencebik, memalingkan pandangan ke jendela di sebelah kirinya, melihat pemandangan kebun sayur di halaman belakang. Tak ada niat membalas ucapan sang mama. Gadis itu malas berdebat, tepatnya keengganan berinteraksi dengan ibunya semakin menjadi, setelah semua yang terjadi antara keduanya, Nadia seolah menghapus kehadiran Silvi.“Nadia,”
Baca selengkapnya

Selalu Begini

Angka di jam tangan digital milik Nadia menunjukan pukul satu dini hari. Gadis itu memikirkan cara masuk tanpa ketahuan oleh mamanya, melihat lampu tengah masih menyala, pasti sang mama duduk di depan televisi menunggu Nadia pulang. Memang benar begitu adanya. Namun, gadis yang suka pergi keluar malam itu tak pernah jera dengan semua hukuman yang Silvi berikan.Perlahan tangan Nadia memutar anak kunci, terbuka dan dia menyelinap masuk, lewat pintu belakang. Langkah kaki dibuat seringan mungkin agar tak menimbulkan suara, karena penasaran apa benar mamanya ada di ruang tengah, Nadia hendak mengecek. Kepala gadis itu melongok sedikit sebelum menginjak anak tangga pertama. Silvi berbaring di sofa, tampak memejam dan itu kesempatan Nadia untuk lolos dari amukan.Sampainya di kamar, Nadia merain ponsel dari dalam tas dan melemparkan diri ke tempat tidur. Gerak mata dan jarinya selaras mencari nama kontak seseorang, hendak menelepon.“Halo ....”&ld
Baca selengkapnya

Semoga Tidak Terlalu Buruk

Jocelyn mengusap-usap punggung tangan Silvi, mencoba memberi dampak nyaman dan berempati atas kesedihan seorang ibu. Keduanya masih dududk di tempat semula, ruang besuk panti rehabilitasi. Mata Jocelyn berkaca-kaca melihat kondisi Silvi, pasti berat baginya menerima kenyataan bahwa putrinya tersandung masalah serius.Sebelum bertandang ke panti, Jocelyn sudah mempelajari berkas perkara nota kesepahaman yang ditandatangai Silvi sebagai orang tua satu-satunya. Di sana jelas tertulis bahwa dua kasus yang menjerat Nadia bukanlah perkara sepele, untuk itu Jocelyn menyarankan agar menyewa pengacara. Besar kemungkinan keputusan akan sampai ke meja sidang. Terlebih kalau pihak korban tidak mau berdamai dan menempuh jalan kekeluargaan.“Kalau boleh saya tahu, siapa yang namanya Fando ini?” tanya Celyn, penggilan akrab wanita itu.Silvi menggeleng, dengan air mata terus merebak dari pelupuk matanya. Wanita paruh baya itu tidak tahu, dan benar-benar tak mengena
Baca selengkapnya

Jangan Mmebuatku Khawatir

Nadia memacu kecepatan motornya, tanpa memperhatikan jarum speedometer yang terus bergerak ke kanan. Air mata berderai dan isakan tangis menambah pedih hatinya, benak gadis itu membayangkan semua kemungkinan buruk. Nadia merasa tak berdaya dan tak kuasa apabila Dirga ... cepat-cepat dias menggeleng, menepis kemungkinan yang mengganggu.“Nggak, itu nggak akan terjadi,” ucapnya pada diri sendiri.Di tengah pikiran yang kacau, gadis itu sempat berdoa. Tetapi bukan, bukan berdoa yang seperti itu, dia memohon dan berharap. Kekalutan hatinya memberi keberanian bertindak ekstrem, gadis itu berkali-kali menyalip mobil dan kendaraan bak terbuka. Bahkan hampir saja dia menyerobot lampu merah, Nadia sontak menarik tuas rem motornya.“Woe. Kalem dong,” tegur seseorang yang berhenti di baris paling depan. Dia terkejut sebab Nadia menabrak bagian belakang motor besar yang dikendarainya.Nadia membuka kaca helm saat balas berteriak, &ldq
Baca selengkapnya

Dia Datang Lagi

Gadis itu menengok ke kiri, melihat bangku Dirga untuk kesekian kali. Lalu helaan napas beratnya terembus, menyiratkan lara hati yang membelenggu. Sedari tadi pikirannya tak berada dalam kelas itu, sebab keadaan Dirga menyita seluruh perhatian. Meski laki-laki itu sudah memberi tahu kalau dia semakin membaik, namun kabar itu tak cukup membuat Nadia merasa lebih baik.“Nad.”Nadia terkesiap ketika dia disenggol oleh teman sebangkunya.“Apa?” desis Nadia sembari menyipitkan mata.“Ditanya sama Pak Guru, tuh.”Gadis itu sontak menghadap ke depan, dan benar saja, guru fisika yang terkenal pelit nilai tengah menatapnya tajam. Nadia malah merengut mendapati hal itu, dia tak takut dimarahi sebab berada di ruang kelas juga rasanya percuma. Dalam hati, Nadia malah berharap dihukum agar dia tak perlu berpura-pura menyimak.“Nadia, maju dan jawab pertanyaan ini,” perintah Pak Guru seraya menunjuk papan tu
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status