Di kampus ada satu mahasiswa yang begitu menarik perhatian semua orang sekaligus di hindari juga oleh semua orang. Namanya Dirga. Dirgantara Mahardika. Laki-laki dengan tinggi di atas rata-rata, wajah tampan yang sulit untuk di acuhkan, beberapa piercing di wajah serta tato yang menjalar di sepanjang lengan kirinya. Semua hal itu membuat Dirga menjadi mudah di kenali oleh semua orang. Sayangnya Dirga terkenal kasar oleh sebagian orang termasuk Naykilla. Naykilla Maheswari adalah salah satu dari beberapa orang yang takut dengan Dirga Entah ini kesialan atau keberuntung, keduanya malah di satukan oleh sebuah perjodohan konyol yang di lakukan oleh kedua orang tua mereka. Akankah Naykilla mampu mengatasi Dirga? Atau justru Dirga sendiri yang sulit mengontrol diri karena Naykilla? Ikuti cerita lengkapnya dalam novel ini...
View More“Lo tau nggak apa yang menarik di semester ini?”
Naykilla mengkerutkan alisnya, tampak sedang berpikir untuk pertanyaan sepel itu. Lalu menjawab, “Buk Muria pensiun?” Silla terkikik mendengar jawaban polos Naykilla. Memang berita pensiun Ibu Muria si dosen galak itu menjadi kabar bahagia bagi semua orang, tapi berita kali ini lebih menarik lagi dari itu. Silla menggelengkan kepalanya, “Salah.” Dia menyilangkan tangannya di depan Naykilla berpikir lagi. Memang apa yang menarik selain berita itu? “Apa, ya? Oh, kantin FISIP udah di renov. Itu kan yang menarik?” Silla menggelengkan kepala lagi. Baik Naykilla ataupun Audrey tidak ada yang bisa menebak dengan benar. Seperti ini lah jika mempunyai teman yang tidak begitu update dengan semua yang terjadi di lingkungan sekitar. Silla pun merangkul kedua sahabatnya itu agar lebih mendekat. Mereka membentuk lingkaran kecil yang rapat, lalu dia setengah berbisik. “Dirga ngulang mata kuliah dan bakal sekelas sama kita.” Naykila dan Audrey kaget. Siapa yang tidak tahu Dirga? Dirgantara Mahardika. Nama itu seperti selalu menghiasi setiap sudut penjuru di gedung fakultas mereka. Tidak ada yang tidak mengenal Dirga. Meski laki-laki itu jarang sekali hadir tapi dia sangat terkenal. Apalagi kalau bukan karena penampilannya yang begitu mencolok dan menarik. Sayangnya semua itu berjalan lurus dengan rumor buruk yang mengitari laki-laki tersebut. “Hah! Serius?” Audrey tampak tidak percaya namun dia juga merasa senang Silla mengangguk, “Bener. Dari sumber terpercaya, nih.” “Ihh, gue bakal rajin masuk ah. Kapan lagi bisa liat Dirga, ya, kan?” Audrey memegang pipinya yang menghargai saat membayangkan wajah tampan Dirga Silla mengangkat kedua bahunyam “Tergantung, iya kalau dia rajin masuk. Lo tau sendiri itu cogan udah kayak mitos. Kayak ada tapi enggak ada.” “Feeling gue dia bakalan sering masuk, kan udah mau semester akhir juga. Kita bakalan sekelas sama dia hari apa aja, Sil? Biar gue bisa siap-siap beli baju baru buat ke kampus.” “Kalau itu gue kurang tau. Dia ngulang dua matkul jadi ada kemungkinan seminggu dua kali bisa ketemu sama Dirga.” Lalu keduanya sibuk membicarakan baju baru, parfum yang wanginya bisa tercium hinggau radius beberapa meter, bahkan make-up. Hingga desahan napas membuat obrolan mereka terhenti. Melihat Naykilla yang hanya diam membuat kedua sahabatnya bingung, “Kok diem aja Nay?” tanya Audrey “Kok kalian seneng sih sekelas sama dia? Gue malah takut. Kan dia...” Naykilla membentuk gerakan tanda kutip dengan kedua tangannya lalu meringis. “Lebih baik kita jangan deket-deket sama dia.” Silla dan Audrey saling pandang sebelum akhirny tertawa. “Nay. Ngeliat orang ganteng mah namanya rezeki. Rezeki jangan ditolak, Nay. Nggak baik.” Saut Adurey cekikikan Begitu pula dengan Silla. “Anggap aja hiburan, Nay. Cowok kayak Dirga itu langka. Walaupun banyak isu buruk tentang dia tapi siapa yang enggak tergoda sih sama dia, iya nggak?” Silla menaikkan kedua alisnya untuk menggoda Naysilla Naykilla beranjak dari duduknya, mengambil tas lalu menatap kedua sahabatnya secara bergantian. “Gue mau ke kantin, kalian mau ikut nggak?” tanyanya tanpa mau mendengar lebih lanjut soal Dirga “Ikut dong, kebetulan gue laper banget ini. Mana udah sebulan ini libur makan mie ayam di kantin. Pokoknya nanti gue mau pesen dua mangkok.” Naykilla dan Silla hanya bisa menggelengkan kepala mereka melihat napsu makan Audrey yang begitu menggebu-gebu. “Lo kalau makan sebanyak itu jangan ngeluh kalau semua celana lo enggak muat lagi.” Ucap Silla sambil menggandeng tangan Naykilla Mereka pun berjalan beriringan ke arah kantin yang letaknya tak jauh dari gedung fakultas fisip. Di tempat tersebut ada beberapa kelompok mahasiswa yang menempati di beberapa sudut. Ada yang sibuk bermain game, sibuk dengan laptop, sibuk dengan makanan ataupun sekedar berkumpul dengan yang lainnya walau hanya di temani dengan segelas kopi sachet. “Kita duduk di sana aja deh, ya. Soalnya deket pohon jadi sejuk.” Semuanya mengikuti Naykilla menuju meja yang letaknya berada di sudut belakang kantin. “Kalian mau pesen apa? Biar gue yang pesenin nanti.” Ucap Silla sambil menulis sesuatu di kertas berukuran kecil Mereka bertiga seperti memiliki jobdesk masing-masing. Naykilla bertugas memilih tempat makan atau nongkrong, Silla bertugas memesankan makanan ataupun minuman sementara nanti Audrey bertugas untuk melakukan pembayaran. Dengan begitu semuanya merasa adil. “Gue mie ayam dua tapi pakek telor rebus setengah mateng.” Naykilla menatap heran ke arah Audrey. “Seriusan, Drey?” Gadis itu mengangguk mantap. “Gue lapar, Nay. Kalau mie ayamnya pakek nasi malah makin enggak nyambung nanti. Jadi mending pakek telor rebus aja.” Silla menulis pesanan yang diinginkan oleh Audrey tadi meski terlihat lucu nanti. “Kalau lo mau apa, Nay?” tanyanya “Gue mau yang seger-seger aja, jadi jus mangga satu tapi enggak pakek es.” “Lo gimana sih, Nay? Tadi lo yang ngajak ke kantin tapi kok lo Cuma pesen jus mangga doang.” Naykilla nyengir. Lucu melihat ekspresi wajah Audrey dengan pipi yang sedikit tembem itu. “Gue masih kenyang banget, Drey. Nanti kalau tiba-tiba gue laper pasti pesen lagi.” Meski ingin ikut protes tapi Silla memilih untuk diam. Dia segera mencatat pesanan Naykilla lalu menyerahkan catatan kertas tadi kepada Mang Didi. Karena suasana kantin yang ramai sehingga membutuhkan waktu hampir setengah jam. Begitu pesanan sampai mereka langsung menyantap makanan dengan semangat. Audrey dengan dua mangkok mie ayamnya dan Silla dengan sepiring nasi goreng pedas. “Dirga biasanya suka nongkrong di kantin, gue pikir kita bakalan ketemu dia di sini.” Ucap Silla di sela dia mengunyah “Seriusan lo?!” Silla mengangguk santai kepasa Audrey Dan setelahnya Audrey memakan mie ayamnya dengan cepat. Dia nyaris tersedak karena itu. “Pelan-pelan, Drey. Enggak akan ada yang minta juga kok.” Ujar Naykilla Audrey menepuk dadanya pelan untuk menghilangkan rasa sesak. “Gue tengsin kalau nanti beneran ketemu Dirga dan dia ngeliatin gue makan mie ayam dua mangkok.” Silla tergelak kencang. “Bodoh amat, Drey! Dia juga enggak akan peduli mau lo makan mie ayam empat mangkok sekalipun. Cewek kayak kita sulit narik perhatian cowok kayak Dirga.” Audrey tampak tidak senang. Dia menepuk pelan pundak Silla. “Silla! Jadi orang jangan pesimis dong. Kita kan enggak pernah tau cowok ganteng tertarik sama kita dari segi mananya.” Silla memutar kedua bola matanya malas. “Ya, ya, ya.. Terus aja gitu. Emang lo enggak tau mantan Dirga siapa? Tuh senior kita yang namanya Dewi. Enggak mungkin lah dari spek kayak Dewi terus loncat ke cewek-cewek kayak kita.” Audrey mengibaskan rambut ke belakang dan menegapkan tubuhnya. “Eh, jangan samain gue sama lo. Biar pun gue agak gemuk gini tapi gue itu gemesin abis. Kalau nanti tiba-tiba Dirga naksir sama gue jangan heran, ya!” Sedangkan Naykilla hanya memijat keningnya melihat tingkah laku mereka. Sejak awal mereka masuk di universitas tersebut, Dirga sudah menjadi topik pembicaraan sehari-hari. Sama seperti lainnya, meski Dirga tampak menakutkan tapi mereka juga mengagumi laki-laki tersebut. Kalau Naykilla? Oh tentu saja tidak. Dia akui Dirga adalah laki-laki tampan yang sangat menarik tapi dia tidak tertarik untuk mengagumi keindahan tersebut. Jika di dalam novel mungkin dia akan menyukai peran laki-laki yang sedikit bad boy dengan banyak tato-tato itu. Tapi di dunia nyata sepertinya tidak. Lebih baik dia mengagumi laki-laki yang jelas baik. Seperti Deny contohnya. Sudah hampir setahun ini Naykilla dekat dengan Deny. Meski hubungan mereka belum terlalu jelas tapi dia cukup menikmati kedekatan dengan laki-laki bermata empat itu. “Kalian itu coba deh sedikit realistis sedikit. Kagum sama cowok kayak Dirga itu Cuma ngabisin waktu. Banyak kok cowok selain dia yang ganteng dan lebih baik pastinya.” Ucap Naykilla menengahi perdebatan di antara keduanya “Nay, jangan samain kita sama lo. Kita itu suka tantangan dan sensasi. Jelas beda sama lo yang suka sama hal membosankan.” Naykilla tidak terima dengan pendapat dari Audrey. “Eh, cowok kayak Deny enggak ngebosenin tau! Dia itu manis terus soft spoken lagi.” “Iya sih soft spoken tapi enggak berani kasih kejelasan. Mau sampai kapan sih lo HTS-an sama dia? Sampai tamat S1 ini, iya??” Tanya Silla menuntut jawaban Jika sudah menjurus ke arah situ maka Naykilla tidak mampu membalas lagi. Dia menarik gelasnya dan mulai menyeruput jus mangga dari sedotan. “Tuh, diem kan lo. Orang mah anniversary pas jadian eh ini pdkt aja mau anniversary segala.” Naykilla menatap Audrey dengan sengit. Padahal beberapa menit yang lalu dia berdebat dengan Silla dan sekarang mereka malah kompak untuk memojokkannya. “Giliran ngecengin gue kompak ya lo berdua.” Sahut Naykilla dengan kesal “Kita itu kompak selalu kalau buat nyadarin lo, Nay.” Ucap Silla dan Audrey secara bersamaan menambah rasa kesal Naykilla Saat dia ingin membalas lagi tiba-tiba ponselnya berdering. Tertera dengan nama kontak ‘Bunda’ sedang menelponnya. Karena suasana yang terlalu bising membuat 1 Naykilla terpaksa meninggalkan tempatnya untuk mengangkat telepon tersebut. “Kenap, Bun? Nay masih di kampus nih. Terdengar suara bising di seberang sana sebelum akhirnya sedikit tenang. Suara sang bunda pun terdengar jelas. ‘Nay, hari ini pulang cepet, ya. Kalau bisa sebelum sore kamu udah ada di rumah.’ “Loh, kenapa Bun? Nay rencananya mau ngumpul sama temen-temen sore ini.” Tanyanya heran Sang bunda diam sebentar sebelum akhirnya menjawab dengan gugup. ‘S-soalnya.. Soalnya kita di undang acara makan malam sama sahabat Ayah. Enggak enak Nay kalau kita enggak datang.” Naykilla menoleh ke belakang, ke arah teman-temannya. Lalu dia terkejut. Bangku di sebelahnya tadi sudah di tempat oleh seseorang. Dan orang tersebut baru saja di perbincangkan oleh Silla dan Audrey. Dirga. Tiba-tiba Dirga menoleh dan bertemu tatap dengan Naykilla. Dengan reflek cepat Naykilla mengalihkan pandangannya ke arah lain. Dia merutuki dirinya dalam hati. Kenapa harus menghindar seperti itu sih!! “Ya udah, Ayah sama Bunda aja yang hadir kalau gitu.” Jawab Naykilla dengan asal Dia tidak pernah tertarik dengan hal seperti itu. Biasanya acara tersebut akan sangat membosankan apalagi semua kerabat ayahnya sebagian besar dari kolega bisnisnya. Bisa di bayangkan bagaimana acara makan malam itu. ‘Mana bisa gitu, Nay. Pokoknya kamu harus pulang cepet hari ini. Bunda sama Ayah enggak mau tau.’ TUT!! Tanpa memberi kesempatan untuk menjawab telepon tersebut sudah di matikan. Naykilla hanya bisa menatap lesu pada ponselnya yang mana layarnya sudah retak di beberapa bagian. Lalu dia mengecek jam di ponsel. Dia masih punya waktu dua jam lagi. Dengan berat hati dia kembali ke teman-temannya di mana kini tempat itu sudah bertambah anggotanya. Dito dan Arga, teman sekelas mereka, dan makhluk paling menarik yaitu Dirga. Dengan canggung Naykilla duduk di sebelah Dirga. Jika bisa memilih dia ingin duduk di sebelah Dito ataupun Arga. Tapi yang tersisa hanya satu kursi kosong yang dia tempati sebelumnya. Saat duduk, Naykilla berusaha fokus pada minuman di depannya, tetapi kehadiran Dirga begitu nyata di sampingnya. Ada wangi tembakau samar bercampur parfum maskulin yang khas. Silla dan Audrey, yang sebelumnya asyik mengolok-oloknya, kini tampak lebih kalem, seolah sadar bahwa subjek obrolan mereka kini ada di depan mata. Dirga, seperti biasa, tampak santai. Dia mengenakan hoodie hitam dengan lengan sedikit tersingkap, memperlihatkan tato di lengannya. Rambutnya sedikit berantakan, tapi justru menambah daya tariknya. Dia menyesap kopinya dengan ekspresi malas, lalu melirik ke arah Naykilla yang sejak tadi diam saja. “Nay, ada senior tuh. Sapa dulu kek biar sopan gitu.” Ucap Arga dengan jahil Ingin sekali Naykilla mencubit bibir Arga yang membuat posisinya jadi sulit. Dengan gerakan kaku dia mencoba menyapa Dirga, “S-siang kak Dirga..” Dirga melirik sekilas lalu kembali menyeduh kopinya. “Hm..” Naykilla menelah ludahnya karena masih merasa gugup. Dia melirik ke arah Audrey dan Silla yang duduk di depannya. Kedua gadis itu hanya senyum-senyum saja tanpa berniat untuk membantunya keluar dari situasi canggung. “Guys, bang Dirga bakalan sekelas sama kita karena dia ngulang beberapa matkul. Baik-baik ya sama bang Dirga hehe..” ucap Dito Tentu saja Silla dan Audrey menyambut dengan baik. “Oh, tenang aja kok! Nanti kak Dirga kalau ada kesulitan sama tugas tinggal hubungin kita aja. Iya kan, Drey, Nay?” Audrey menjawab dengan antusias. Sementara Naykilla hanya mengangguk. “Kak Dirga udah masuk ke grup kelas belum?” tanya Audrey pada Dirga Dirga hanya menggelengkan kepalanya. Cuaca panas siang ini membuatnya tidak semangat untuk berbicara. “Sini gue masukin ke grub kelas kita, kebetulan gue adminnya. Supaya nanti kak Dirga enggak ketinggalan info penting.” Audrey menyodorkan ponselnya kepada Dirga. Di sebelahnya, Silla sedang menahan kesal. Audrey bergerak terlalu ugal-ugalan. Sebenarnya dia juga ingin seperti itu tapi takut di marah oleh laki-laki tersebut. Ketakutan Silla bukan tanpa alasan. Semester lalu dia tidak sengaja melihat Dirga yang membentak mahasiswi seangkatannya hanya karena di berikan coklat. Tanpa ampun Dirga membuang coklat itu di depan mahasiswi itu. Jika berada di posisi itu rasanya Silla tidak akan sanggup. Biarlah dia mengagumi Dirga dengan cara yang tenang seperti ini. Namun hal mengejutkan terjadi. Dirga mengambil ponsel Audrey dan mulai mengetik beberapa nomor di sana kemudian mengembalikannya kepada Audrey setelah selesai. “Gue save ya, kak.” Ucap Audrey dengan nada genit nan manjanya Lagi, Dirga hanya mengangguk. Melihat itu entah mengapa membuat Naykilla kesal. Andai saja yang melakukan itu orang lain sudah pasti kedua teman-temannya akan marah-marah. Memang benar kata orang, jika cantik ataupun ganteng maka masalah hidup akan teratasi setengahnya. “Ngomong ngapa, bang. Tuh si Naykilla jadi takut duduk di sebelah lo.” Ucap Arga kembali menyenggol Naykilla, dan bagian terseramnya adalah Dirga menoleh kearahnya Entah semua orang lihat atau tidak tapi Dirga tersenyum. Sangat tipis nyasir tidak terlihat. Karena rasa canggung yang tidak nyaman, Naykilla pun langsung menyeruput habis sisa jus mangganya. “Guys, gue pulang duluan, ya.” Pamitnya pada Silla dan Audrey Silla tanpa kencewa. “Kok pulang sih, Nay? Sore nanti kan kita mau nongki-nongki cantik. Lo lupa, ya?” “Enggak lupa, Sil. Tapi bunda minta gue pulang cepet hari ini.” Naykilla baru saja selesai membereskan semua barang-barang, lalu berdiri. “Besok aja gimana? Entar gue yang terakhir deh.” “Ya udah kalau gitu. Tapi kalau traktir jangan tanggung, ya.” Naykilla langsung pergi setelah berpamitan dengan semuanya. Dia bisa merasa lega. Dirga memang menarik, tapi rasa tidak nyaman berada di dekat laki-laki itu mana bisa membuatnya jadi kagum. Alih-alih kagum dia malah merasa takut. Apalagi tato di sekujur lengan kiri Dirga berhasil membuatnya sedikit merinding. Tanpa Naykilla sadari, kepergiannya meninggalkan area kantin tidak lepas dari pengawasan Dirga. Dia terus memperhatikan punggung Naykilla hingga hilang dari pandangannya. “Kak Dirga, sore ini mau ikut nongkrong bareng kita nggak?” Silla coba memberanikan diri untuk memulai obrolan dengan Dirga Dirga menoleh ke arahnya sekilas sebelum akhirnya berdiri dari duduknya. “Gue sibuk.” Dua kata singkat itu bukannya membuat Silla dan Audrey tersinggung, mereka malah makin terpesona dengan Dirga. “Aaa!! Gila!! Suara kak Dirga macho banget ya, Sil. Makin klepek-klepek gue sama dia.” Audrey berteriak histeris setelah Dirga pergi “Drey, pegang jantung gue Drey!! Sumpah dari tadi gue deg-degan banget. Aura kak Dirga bukan main emang!” “Enggak kebayang deh nanti kalau gue jadi istri kak Dirga. Terus tiap pagi dengerin suara serak sexy dia. Aaaa!!! Pengen nikahin kak Dirga!!” Dito dan Arga menatap kedua gadis itu dengan tatapan ngeri. Silla dan Audrey masih sibuk berimajinasi liar tentang Dirga ketika Dito akhirnya tidak tahan lagi. “Lo berdua gila, ya? Itu orang ngomong dua kata doang udah pada halu tingkat dewa. Gimana kalau dia ngomong satu paragraf? Kejang-kejang lo pada!” Arga ikut mengangguk. “Bener. Kalian tuh kayak anak-anak SMA yang baru pertama kali naksir senior.” Silla mendelik. “Terus kenapa? Emang salah?” Dito dan Arga hanya bisa menghela napas panjang. Mau dibilang apa lagi, perempuan kalau sudah naksir memang sering kali buta. “Cabut ya, Ga. Merinding seitil gue ngeliat mereka.” Silla dan Audrey mendelik tajam ke arah Dito dan juga Arga. “Sana, emang seharusnya kalian pergi. Mata kita gue gatel ngeliat muka kalian.” ucap Silla sinis Arga menatap Silla dengan gemas. "Gatel, ya? Sini gue garuk gimana?" "Muka lo yang gue garuk, mau huh!?" Balas Silla tidak kalah sengitPagi yang cerah di ruang makan dengan meja yang berukir rumit menandakan bahwa berharga mahal dan berkualitas rumit, keluarga Dirga sedang menikmati sarapan bersama.Di meja yang begitu panjang dan ruangan yang luas serta berbagai menu makanan, hanya ada tiga orang di sana. Dirga dan kedua orang tuanya."Menurut Mami, mending kamu potong rambut terus copot semua tindik-tindik aneh kamu itu." Ucap Janne, yang sejak tadi tidak berhenti memberikan siraman rohani kepada Dirga"Cewek zaman sekarang suka sama cowok yang rapi. Kamu walaupun ganteng tapi enggak rapi, mana mungkin Naykilla mau sama kamu." Lanjutnya lagiDirga menghentikan kegiatan makannya lalu bersandar pada kursi, "Perlu Mami tahu, di luar sana banyak kok cewek yang mau sama aku walaupun penampilan aku kayak gini."Rudy tertawa. Dia menutup laptopnya untuk bergabung dengan kedua orang di depannya. "Ya itu karena kamu ber-uang, Dirga. Mereka tahu kamu dari keluarga kaya. Kalau bukan karena alasan itu Papi yakin mereka enggak
Dirga nenahan senyumnya sepanjang jalan. Mereka setengah berlari keluar dari mall tersebut sambil bergandengan tangan, lebih tepatnya Dirga yang menahan tangan Naykilla untuk mengikutinya. “Kak Dirga!! Lepasin! Cewek lo ngikutin kita tuh.” Dirga menoleh ke belakang sekilas, di belakang ada Rana yang mencoba mengejar mereka. Ini semakin menarik untuk Dirga. Dia melebarkan langkah kakinya sehingga Naykilla harus berlari kecil untuk menyesuaikan agar dia tidak terjatuh. “Kak Dirga jangan macem-macem, ya. Gue enggak akan segan buat teriak nih.” Dirga menyunggingkan senyum tipisnya. Dia tahu kalau Naykilla hanya menggertaknya. “Gue teriak beneran nih, ya.” Ucap Naykilla lagi namun tak di respon sama sekali oleh Dirga Naykilla pun kesal. Sementara di belakang mereka Rana sudah semakin dekat. Dia juga kasihan melihat Rana uang kesusahan berlari kena sepatu tingginya itu. Saat mereka tiba di sebuah mobil hitam, Naykilla jadi panik. “Tol...” Blam!! Dirga menutup teriakan Naykilla de
“Eh, ada film baru nih. Mau nonton nggak entar sore?”“Genrenya apa?”“Romance, sih. Tapi film ini lagi viral tau, jadi penasaran gue. Kita nonton yuk? Sesekali kan.”Timo menunjukkan video tentang review film tersebut kepada Rafi. Sepertinya Rafi tertarik karena kebetulan pemeran wanita dalam film tersebut adalah idolanya. “Ya udah, pesen aja tiketnya sekarang. Biar bisa kebagian tempat duduk paling atas."Timo langsung membuka aplikasi untuk pembelian tiket nonton di bioskop. Lalu dia melirik ke arah Dirga di sebelahnya. “Dirga, lo mau ikut nggak?”Tidak ada sahutan dari Dirga. Laki-laki itu sejak tadi sibuk dengan ponselnya.“Kalau mau, gue pesenin tiketnya sekalian.” Ucap Timo lagi“Kayaknya nggak mau dia. Mana mungkin cowok semetal Dirga nonton film romance melow beginian.” Ujar RafiKarena seperti Dirga tidak mendengarkan mereka, dengan hati-hati Timo menepuk pelan pundak Dirga.Kepala Dirga terangkat dan dia menatap tajam ke arah Timo.“Apa?” tanya Dirga dengan ketusDirga kesa
Naykilla memandang kagum pada pemandangan di depannya saat ini. Tidak menyangka bahwa dia akan mendapatkan kesempatan untuk menikmati makanan di restoran bintang lima yang sudah terkenal akan kemewahannya. “Ini seriusan kita makan malamnya di sini, Yah?” Tanya Naykilla untuk memastikan bahwa mereka tidak salah tempat Irwan, ayah Naykilla, mengangguk mantap. “Bener kok.” “Kenapa, kaget ya? Sama, Bunda juga kaget karena tempatnya mewah banget.” Jawab Lina, sang bunda Naykilla mengeluarkan ponselnya. Karena ini termasuk moment yang langka maka dia mengabadikan beberapa moment. Setiap sudut restoran dia foto. Kemudian beberapa foto dia gabung menjadi satu dan mengupload di story sosial medianya. “Temen Ayah pasti kaya, ya?” tanyanya dengan asal Irwan mengangguk lagi. “Iya, udah kaya dari nenek buyutnya. Kalau Ayah sih makan di restoran kayak gini bakalan mikir beberapa kali meskipun duitnya ada.” Lina cekikikan. Dia pun sama. Meskipun suka mendatangi tempat yang bagus dan me
“Lo tau nggak apa yang menarik di semester ini?” Naykilla mengkerutkan alisnya, tampak sedang berpikir untuk pertanyaan sepel itu. Lalu menjawab, “Buk Muria pensiun?” Silla terkikik mendengar jawaban polos Naykilla. Memang berita pensiun Ibu Muria si dosen galak itu menjadi kabar bahagia bagi semua orang, tapi berita kali ini lebih menarik lagi dari itu. Silla menggelengkan kepalanya, “Salah.” Dia menyilangkan tangannya di depan Naykilla berpikir lagi. Memang apa yang menarik selain berita itu? “Apa, ya? Oh, kantin FISIP udah di renov. Itu kan yang menarik?” Silla menggelengkan kepala lagi. Baik Naykilla ataupun Audrey tidak ada yang bisa menebak dengan benar. Seperti ini lah jika mempunyai teman yang tidak begitu update dengan semua yang terjadi di lingkungan sekitar. Silla pun merangkul kedua sahabatnya itu agar lebih mendekat. Mereka membentuk lingkaran kecil yang rapat, lalu dia setengah berbisik. “Dirga ngulang mata kuliah dan bakal sekelas sama kita.” Nay
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments