Share

2

Author: SUNBY
last update Last Updated: 2025-02-13 17:29:05

Naykilla memandang kagum pada pemandangan di depannya saat ini. Tidak menyangka bahwa dia akan mendapatkan kesempatan untuk menikmati makanan di restoran bintang lima yang sudah terkenal akan kemewahannya.

“Ini seriusan kita makan malamnya di sini, Yah?” Tanya Naykilla untuk memastikan bahwa mereka tidak salah tempat

Irwan, ayah Naykilla, mengangguk mantap. “Bener kok.”

“Kenapa, kaget ya? Sama, Bunda juga kaget karena tempatnya mewah banget.” Jawab Lina, sang bunda

Naykilla mengeluarkan ponselnya. Karena ini termasuk moment yang langka maka dia mengabadikan beberapa moment. Setiap sudut restoran dia foto. Kemudian beberapa foto dia gabung menjadi satu dan mengupload di story sosial medianya.

“Temen Ayah pasti kaya, ya?” tanyanya dengan asal

Irwan mengangguk lagi. “Iya, udah kaya dari nenek buyutnya. Kalau Ayah sih makan di restoran kayak gini bakalan mikir beberapa kali meskipun duitnya ada.”

Lina cekikikan. Dia pun sama. Meskipun suka mendatangi tempat yang bagus dan mewah tapi rasanya sayang jika menghabiskan uang untuk hal yang di nikmati hanya sebentar. “Makanya tadi Bunda bilang ke kamu harus ikut. Rugi kan Nay kalau kamu enggak ikut ngerasain gimana makan di restoran mewah ini.”

Naykilla tertawa. Keluarga mereka itu bisa di bilang cukup. Di bilang kaya juga tidak. Pokoknya cukup. Ingin makan enak uangnya cukup, ingin belanja uangnya cukup, ingin liburan keluar kota uangnya cukup. Hanya cukup tapi tidak lebih sehingga mereka perlu untuk mengontrol diri.

“Terus temen Ayah mana? Udah hampir lima belas menit nih kita nunggu."

Naykilla mengambil gelasnya yang berisi air putih segar. Diem di tempat yang jarang dia kunjungi membuatnya sedikit gugup.

“seharusnya udah datang sih, tapi mungkin..” kalimat Irwan terhenti saat suara seseorang menyapanya, “Nah, itu mereka udah datang.”

Lina dan Naykilla kompak menoleh ke belakang. Sepasang suami istri dengan penampilan yang elegan datang menghampiri mereka. Sepersekian detik Naykilla kagum, dia yakin usia sejoli itu lebih tua beberapa tahun dari orang tuanya tapi penampilan mereka masih tampak muda. Begitu fresh dan berenergik.

Seperti biasa. Mereka saling sapa dengan saling memeluk dan mencium pipi kiri dan kanan.

“Ini pasti.. Naykilla, kan?” tanya wanita itu

Naykilla mengangguk. “Iya tante, nama aku Naykilla.”

Wanita itu gemas melihat Naykilla. Saat tersenyum, pipi tembem yang ikut terangkat bersama dengan mata yang sedikit menyipit, membuatnya tampak manis sekaligus cantik.

“Ah, enggak usah panggil tante lah. Panggil aja Mami, Mami Janne.” Ucap wanita yang bernama Janne

Naykilla menengok ke arah ayahnya. Bertanya lewat ekspresi wajah apakah tidak apa jika dia memanggil wanita itu dengan sebutan mami dan Irwan pun menganggukkan kecil. Tanda bahwa itu tidak masalah.

“Iya, Mami..” jawab Naykilla sambil senyum

Mereka pun menempati tempat duduk mereka masing-masing. Dari enam kursi tersisa satu kursi yang kosong. Sementara itu pelayan mulai berdatangan membawa mereka makanan demi makanan yang Naykilla yakini itu harganya pasti mahal. Dan dari tampilannya sudah di pastikan semuanya pasti enak. Ada harga ada barang.

“Udah lama banget ya kita enggak ngumpul. Terakhir kumpul waktu Naykilla masih umur dua tahun, kan?” tanya pria yang bernama Rudy

Ceritanya, Irwan dan Rudy adalah teman dekat. Rudy yang memiliki banyak perusahaan di beberapa tempat membuat dia dan istrinya harus tinggal dari tempat satu ke tempat yang lainnya untuk mengontrol semua bisnis mereka. Dan baru hari ini dia kembali ke kota asal dan membuat janji temu dengan Irwan, sahabat lama.

“Iya. Naykilla saja tidak ingat dengan kalian karena masih bayi waktu itu. Oh ya, Dirga mana? Aku penasaran sekali dengan dia, dulu terakhir ketemu waktu dia berumur empat tahun, kan?”

“Aduh Irwan, punya anak laki-laki susah ternyata.” Jawab Rudy di selingi dengan tawa ringannya. “Dirga sulit sekali di atur. Lihat lah, bahkan dia telat untuk acara makan malam kali ini.”

Semuanya tertawa kecuali Naykill. Mendengar nama Dirga membuat dia teringat akan seseorang. Tidak mungkin Dirga yang di maksud adalah Dirga yang itu, kan? Tentu saja tidak. Nama Dirga tidak mungkin jika hanya di miliki oleh satu orang saja.

“Namanya anak muda, Rudy. Maklumi saja. Kita juga dulu pernah begitu kan, hahaha..”

Obrolan di meja makan terus berlanjut dengan suasana santai. Rudy dan Irwan sesekali bernostalgia, sementara Lina dan Janne asyik membahas tren fashion terbaru. Naykilla, di sisi lain, masih sibuk dengan pikirannya sendiri. Dirga. Nama itu terus berputar di kepalanya.

Dia mencoba mengabaikan kekhawatiran itu. Tidak mungkin, kan? Masa iya Dirga yang selama ini jadi bahan gosip di kampusnya ternyata adalah anak dari sahabat ayahnya? Tapi entah kenapa, perasaannya mulai tidak enak.

Hingga suara seseorang yang baru datang membuat hatinya mencelos.

“Maaf telat.”

Suara itu...

Naykilla menoleh perlahan.

Dan benar saja.

Sosok tinggi dengan setelan jas hitam dengan rambut batas pundak yang di ikat rapi. Dirga. Dirga yang selama ini dianggapnya ‘mitos’ di kampus, yang selalu jadi topik pembicaraan Silla dan Audrey, kini ada di hadapannya.

Matanya sedikit melebar, sementara Dirga yang baru saja menutup pintu restoran kini berdiri di dekat ayahnya. Pria itu memasukkan tangan ke dalam saku celana dasar dan menatap ayahnya dengan ekspresi malas.

“Udah mulai ya?” tanyanya santai, lalu mengalihkan pandangannya ke meja makan.

Saat itulah matanya bertemu dengan mata Naykilla.

Untuk pertama kalinya, ekspresi bosan Dirga berubah. Ada sedikit keterkejutan di sana. Dia jelas mengenali Naykilla, sama seperti Naykilla mengenali dirinya.

Janne tersenyum dan menarik tangan Dirga agar lebih dekat. “Nah, ini dia anak Mami. Dirga, kenalin, ini Naykilla. Dulu waktu kecil kalian sering main bareng, loh. Pasti kalian udah lupa, ya?”

Naykilla hanya bisa tersenyum kaku. Sementara Dirga mengangkat sebelah alisnya, seolah baru saja menerima informasi yang sulit dicerna.

“Lo?” kata Dirga pelan, seolah tidak percaya.

Naykilla menelan ludah.

Oh, sial. Ini buruk. Ini sangat buruk.

“Hallo, Kak Dirga..” Naykilla mencoba menyapa dengan rama

Janne menjadi heboh sendiri, “Kalian udah kenal??” Naykilla memilih diam begitu juga dengan Dirga. “Dirga. Sana duduk di sebelah Nay.” Dirga menurut begitu saja

“Enggak kenal banget. Cuma satu jurusan doang di kampus.”

“Itu namanya kenal Dirga. Lagian, masa kamu enggak ngeh sih kalau Naykilla ini Nay yang ‘itu'. Aneh deh.”

Naykilla membeku di tempatnya sambil menyimak pembicaraa ibu dan anak itu. Terus, apa maksudnya dengan Nay yang itu? Memangnya ada Nay yang lain?

Lebih dari itu, fakta bahwa mereka sudah di kenalkan sejak balita membuat Naykilla sangat kaget. Untungnya saat itu dia masih bayi jadi tidak mengingat tentang memori itu. Tapi tetap saja ini fakta yang sangat mengejutkan.

Jika kedua sahabatnya tahu entah akan seheboh dan sehisteris apa mereka jika tau dirinya adalah teman kecil idola mereka.

Naykilla melirik ke sampingnya. Mungkin karena tadi siang tidak begitu memperhatikan jadi dia baru tahu bahwa ternyata Dirga memiliki piercing di sudut bibirnya. Selain itu, laki-laki itu juga mengenakan anting-antinf berukuran kecil. Dengan penampilan seperti itu dan wajah yang mendukung siapa yang tidak akan tertarik dengannya.

“Jadi Dirga ini kakak tingkat kamu ya, Nay?” tanya Janne lagi dan di balas dengan anggukan kepala oleh Naykilla, “Terus gimana kesan kamu terhadap Dirga? Ya meskipun kamu enggak ingat Dirga kecil dulu kayak gimana.” Di akhir kalimat Janne tertawa geli seperti sedang mengenang sesuatu

Naykilla yang di tunggu jawabannya menjadi bingung. Dia harus menjawab apa? Apakah harus menjawab jujur bahwa kesannya terhadap Dirga adalah bahwa laki-laki itu tampak mengerikan. Dia saja takut jika berdekatan dengan laki-laki tersebut. Tapi karena suasana saat itu membuatnya memilih untuk menjawab dengan kebohongan kecil.

“Kak Dirga ganteng."

“Cih!”

Naykilla menole ke arah Dirga dengan cepat. Laki-laki itu mengalihkan wajahnya ke arah yang berlawanan. SSepertinya dia baru saja menyembunyikan tawanya karena jawaban Naykilla barusan.

Naykilla sadar bahwa dia memberikan jawaban yang tidak tepat. Rasa panas menjalar ke seluruh tubuh karena malu yang tidak tertahan. Kalau begini mau dia taruh di mana mukanya!!

“Aduh, Naykilla. Bisa aja. Bunda tahu kalau kamu suka cowok ganteng tapi jangan terang-terangan gitu, Nay.”

Janne dan Lina tertawa lagi.

Naykilla merasa ingin menghilang saja dari tempat itu. Wajahnya panas, apalagi setelah ibunya menambah bahan bakar ke dalam api rasa malunya. Jawaban tadi benar-benar spontan, dan jelas bukan yang dia maksudkan. Dia hanya ingin mengatakan sesuatu yang aman, bukan malah mempermalukan dirinya sendiri seperti ini.

Sementara itu, Dirga masih menoleh ke arah lain, tapi bahunya naik turun pelan, menunjukkan bahwa dia masih menahan tawa.

“Jadi Nay suka yang ganteng-ganteng ya?” goda Rudy, ayah Dirga, ikut menambah rasa malu Naykilla.

“Enggak gitu maksudnya, Om..” keluh Naykilla pelan, membuat seisi meja tertawa.

Janne mengelus kepala Dirga dengan sayang. “Ya, memang anak Mami ini ganteng, ya kan? Kalau dia enggak terlalu cuek, pasti udah banyak yang ngantri!”

“Udah, Mami, jangan mulai,” gumam Dirga malas. Dia akhirnya menatap Naykilla lagi, kali ini ekspresinya lebih serius.

“Ternyata dunia itu sempit juga,” katanya dengan suara rendah, tapi cukup terdengar oleh Naykilla.

Naykilla menelan ludah. Jantungnya mulai berdetak lebih cepat. Ada sesuatu dalam cara Dirga menatapnya yang membuatnya tidak nyaman—seolah Dirga tahu lebih banyak tentang dirinya daripada yang dia kira.

Daripada merespons kalimat Dirga, dia memilih untuk beralih pada makanan dengan olahan daging di depannya. Syukurnya topik pembicaraan beralih ke hal lain.

Hingga akhirnya sesuatu membuat Naykilla kaget untuk kedua kalinya.

“Sebenarnya tujuan makan malam kali ini adalah kami mau mempertemukan kalian bedua.” Kalimat Rudy membuat Naykilla menghentikan kegiatan makannya. “Kami berencana menjodohkan kalian berdua.”

Bagaikan terkena sambaran petir di malam hari. Naykilla pun tersedak oleh air liurnya sendiri.

“Minum.” Dirga menyodorkan air putih kepadanya dan langsung di habiskan salam sekali teguk oleh Naykilla

“Bagaimana? Kalian setuju, kan?” kali ini Irwan yang bertanya dengan wajah yang tampak cerita

Perlahan, Naykilla menatap mereka satu per satu dan berakhir di Dirga. Di situasi yang sangat mengejutkan ini laki-laki itu masih bisa terlihat santai.

“Nay, jawaban kamu apa? Nanti kalian bisa saling mengenal dulu satu sama lain. Jadi enggak perlu terburu-buru, kok.” Janne kembali bertanya pada Naykilla

“Bunda sih setuju. Zaman sekarang makin gila nggak sih?? Cari pasangan yang tepat adalah salah satu usaha kami untuk memberikan yang terbaik.”

Naykilla menoleh lagi ke arah Dirga. Pasangan yang tepat?? Yang benar saja!! Penampilan Dirga saja berbanding terbalik dengan kalimat itu.

Naykilla masih berusaha mencerna apa yang baru saja terjadi. Perjodohan? Dengan Dirga? Dunia terasa semakin tidak masuk akal baginya.

Dia melirik Dirga sekali lagi, berharap menemukan ekspresi keberatan di wajah laki-laki itu. Tapi sayangnya, yang dia lihat justru kebalikan. Dirga terlihat santai, bahkan bibirnya melengkung membentuk senyum tipis yang entah kenapa membuat perut Naykilla terasa tidak nyaman.

“Jadi gimana, Nay?” tanya Rudy lagi, penuh antusias.

Semua orang di meja makan kini menatapnya. Jantung Naykilla berdebar kencang. Dia harus menjawab apa? Menolak? Tapi bagaimana caranya tanpa menyinggung orang tuanya dan keluarga Dirga? Atau menerima? Tidak mungkin. Dirga bukan tipe laki-laki yang pernah dia bayangkan sebagai pasangan.

“Naykilla.”

Suara berat Dirga membuatnya menoleh. Dirga menatapnya, kali ini dengan ekspresi lebih serius. Lalu, di luar dugaan, laki-laki itu bersandar ke kursinya, menyilangkan tangan, dan berkata,

"Jawab aja yang sejujurnya. Kalau gue sih mau-mau aja."

Dirga sialan!! Kalau Naykilla sih ogah mengorbankan masa muda dengan memberikan keputusan yang begitu cepat. Apalagi ini soal pernikahan. Naykilla masih muda, masih banyak yang ingin dia capai. Dia tidak ingin berakhir sia-sia dengan laki-laki yang tidak begitu dia kenal.

Maka dengan terpaksa Naykilla menjawab, "Maaf semuanya.. Aku enggak bisa terima perjodohan ini."

Semuanya tampak kecewa. Tapi tidak dengan Dirga. Dia tetap pada ekspresi santai dan datarnya. Sia-sia Naykilla berpikir keras memberikan jawaban menolak yang lembut kalau tahu bahwa Dirga biasa saja dengan jawabannya.

Sudah dia duga bahwa ini adalah keputusan tepat. Mungkin saja Dirga tadi menjawab tidak serius atau sekedar ingin menyenangkan kedua orang mereka.

"Loh, kenapa?" tanya Janne

Wanita itu tampak begitu kecewa. Dia sedih dengan jawaban Naykilla. Selama ini dia khawatir dengan kehidupan Dirga yang menurutnya tidak jelas. Selalu saja bermain dan tak tentu bagaimana kedepannya. Oleh karena itu mereka ingin sekali menjodohkan Dirga yang perempuan yang tepat. Sebelum Naykilla pun sudah ada beberapa yang di jodohkan oleh Dirga. Semuanya di tolak kecuali kali ini. Itu yang membuat Janne dan Rudy kecewa. Apakah ini karma karena Dirga yang selalu menolak perempuan maka kali ini dia yang di tolak.

Harapan mereka hanya satu yaitu agar Dirga hidup lebih teratur. Mereka berpikir jika Dirga memiliki perempuan yang tepat di sampingnya maka kehidupan Dirga akan lebih baik. Lebih jelas dan lebih teratur.

"Tenang aja. Dirga enggak pengangguran, kok. Banyak loh duit Dirga. Nanti kalau kurang Mami sama Daddy bakal tambahin uang bulanan kamu." Janne mencoba membujuk Naykilla tapi sepertinya keputusan gadis itu tidak akan berubah

Sementara itu, Irwan dan Lina tampak malu dengan keputusan Naykilla. Menurut mereka Naykilla sedang menyiakan kesempatan emas yang tidak datang dua kali.

Irwan sendiri sudah sangat paham bagaimana dengan keluarga tersebut. Semuanya dari kalangan terpandang dan bukan orang sembarangan. Itu lah yang membuat dia tidak ragu untuk menjodohkan putri satu-satunya dengan pewaris tunggal seperti Dirga.

"Dirga! Jangan diem aja dong. Kamu harus yakinin Naykilla. Gimana dia enggak nolak kalau kamu petantang-petenteng gini."

Dirga menghela napas lelah. Dia harus apa memangnya? Haruskah dia memohon sambil berlutut dengan satu kaki di depan Naykilla sekarang?

Memang tidak di pungkiri bahwa dia kecewa dengan penolakan tersebut tapi apa boleh buat. Pantang baginya memohon pada seorang perempuan. Meskipun perempuan itu adalah seorang Naykilla. Perempuan cuek yang tidak tertarik dengan kehadirannya.

"Maaf Om Rudy dan Tante Janne. Naykilla rasa masih terlalu muda buat menikah. Banyak hal yang mau Nay capai. Nay pikir Kak Dirga juga begitu. Jadi lebih baik Nay sama Kak Dirga berteman aja."

Janne pasrah. Tidak menuntut lagi.

Malam itu acara makan malam berakhir dengan canggung. Naykilla merasa bersalah tapi dia harus tegas demi masa depannya yang gemilang.

--

Sepulang dari restoran mewah, Naykilla langsung mendapatkan wejangan dari kedua orang tuanya. Bahkan dari perjalanan pulang.

"Nay! Dirga itu pasti anak yang baik. Ayah kenal baik sama orang tuanya. Mereka itu dari keluarga terpandang. Enggak seharusnya kamu menolak dengan kasar begitu."

Naykilla memandang jari-jari kakinya. Dia tidak sanggup menatap wajah sang ayah yang mengeras karena kesal.

"Tapi Nay enggak suka sama dia, Yah." Jawabnya pelan

Lina meletakkan sejelas teh hijau untuk suaminya itu. Berharap dapat melegakkan amarah pria tersebut.

"Nay, rasa suka itu bisa tumbuh seiring waktu. Zaman sekarang bukan cinta lagi yang paling utama. Emang kamu mau kalau lapar cuma makan cinta?" sekarang Lina ikut menceramahi Naykilla

Naykilla menghela napas panjang. Dia tahu betul kalau orang tuanya hanya ingin yang terbaik untuknya, tapi menikah dengan seseorang yang nyaris tidak dia kenal? Apalagi Dirga, yang selama ini cuma jadi senior di kampusnya. Itu sama sekali tidak masuk akal.

“Tapi, Bun… masa Nay harus nikah cuma karena alasan keluarga terpandang? Nay juga ingin hidup Nay sendiri.”

Irwan mendesah, jelas tidak puas dengan jawaban itu. “Kami enggak maksa kamu nikah sekarang juga. Tapi setidaknya kenal lebih dekat, coba terbuka. Dirga itu enggak seburuk yang kamu pikir.”

Naykilla menggigit bibirnya, merasa serba salah. Apa yang harus dia lakukan? Berpura-pura menerima dan membiarkan perasaan tidak nyaman ini berkembang? Atau tetap bertahan dengan keputusannya meskipun itu berarti mengecewakan orang tuanya?

“Gimana kalau gini aja,” suara Lina lebih lembut sekarang, mencoba menengahi. “Bunda enggak akan paksa kamu nikah dalam waktu dekat. Tapi, tolong, Nay… jangan langsung tutup pintu untuk Dirga. Coba aja kenal lebih jauh. Kalau memang enggak cocok, ya enggak apa-apa.”

Irwan menatap Lina sebentar, lalu mengangguk. “Iya, itu usul yang bagus. Nay, kamu setuju?”

Naykilla tidak langsung menjawab. Lalu akhirnya menggelengkan kepala. "Bunda sama Ayah kan tau sendiri kalau Nay enggak mau menjalani sesuatu yang enggak Nay suka. Jadi jawaban Nay tetap sama. Nay enggak mau nikah muda apalagi nikah sama Dirga."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Dear Dirga   3

    “Eh, ada film baru nih. Mau nonton nggak entar sore?”“Genrenya apa?”“Romance, sih. Tapi film ini lagi viral tau, jadi penasaran gue. Kita nonton yuk? Sesekali kan.”Timo menunjukkan video tentang review film tersebut kepada Rafi. Sepertinya Rafi tertarik karena kebetulan pemeran wanita dalam film tersebut adalah idolanya. “Ya udah, pesen aja tiketnya sekarang. Biar bisa kebagian tempat duduk paling atas."Timo langsung membuka aplikasi untuk pembelian tiket nonton di bioskop. Lalu dia melirik ke arah Dirga di sebelahnya. “Dirga, lo mau ikut nggak?”Tidak ada sahutan dari Dirga. Laki-laki itu sejak tadi sibuk dengan ponselnya.“Kalau mau, gue pesenin tiketnya sekalian.” Ucap Timo lagi“Kayaknya nggak mau dia. Mana mungkin cowok semetal Dirga nonton film romance melow beginian.” Ujar RafiKarena seperti Dirga tidak mendengarkan mereka, dengan hati-hati Timo menepuk pelan pundak Dirga.Kepala Dirga terangkat dan dia menatap tajam ke arah Timo.“Apa?” tanya Dirga dengan ketusDirga kesa

    Last Updated : 2025-03-02
  • Dear Dirga   4

    Dirga nenahan senyumnya sepanjang jalan. Mereka setengah berlari keluar dari mall tersebut sambil bergandengan tangan, lebih tepatnya Dirga yang menahan tangan Naykilla untuk mengikutinya. “Kak Dirga!! Lepasin! Cewek lo ngikutin kita tuh.” Dirga menoleh ke belakang sekilas, di belakang ada Rana yang mencoba mengejar mereka. Ini semakin menarik untuk Dirga. Dia melebarkan langkah kakinya sehingga Naykilla harus berlari kecil untuk menyesuaikan agar dia tidak terjatuh. “Kak Dirga jangan macem-macem, ya. Gue enggak akan segan buat teriak nih.” Dirga menyunggingkan senyum tipisnya. Dia tahu kalau Naykilla hanya menggertaknya. “Gue teriak beneran nih, ya.” Ucap Naykilla lagi namun tak di respon sama sekali oleh Dirga Naykilla pun kesal. Sementara di belakang mereka Rana sudah semakin dekat. Dia juga kasihan melihat Rana uang kesusahan berlari kena sepatu tingginya itu. Saat mereka tiba di sebuah mobil hitam, Naykilla jadi panik. “Tol...” Blam!! Dirga menutup teriakan Naykilla de

    Last Updated : 2025-04-26
  • Dear Dirga   5

    Pagi yang cerah di ruang makan dengan meja yang berukir rumit menandakan bahwa berharga mahal dan berkualitas rumit, keluarga Dirga sedang menikmati sarapan bersama.Di meja yang begitu panjang dan ruangan yang luas serta berbagai menu makanan, hanya ada tiga orang di sana. Dirga dan kedua orang tuanya."Menurut Mami, mending kamu potong rambut terus copot semua tindik-tindik aneh kamu itu." Ucap Janne, yang sejak tadi tidak berhenti memberikan siraman rohani kepada Dirga"Cewek zaman sekarang suka sama cowok yang rapi. Kamu walaupun ganteng tapi enggak rapi, mana mungkin Naykilla mau sama kamu." Lanjutnya lagiDirga menghentikan kegiatan makannya lalu bersandar pada kursi, "Perlu Mami tahu, di luar sana banyak kok cewek yang mau sama aku walaupun penampilan aku kayak gini."Rudy tertawa. Dia menutup laptopnya untuk bergabung dengan kedua orang di depannya. "Ya itu karena kamu ber-uang, Dirga. Mereka tahu kamu dari keluarga kaya. Kalau bukan karena alasan itu Papi yakin mereka enggak

    Last Updated : 2025-04-28
  • Dear Dirga   1

    “Lo tau nggak apa yang menarik di semester ini?” Naykilla mengkerutkan alisnya, tampak sedang berpikir untuk pertanyaan sepel itu. Lalu menjawab, “Buk Muria pensiun?” Silla terkikik mendengar jawaban polos Naykilla. Memang berita pensiun Ibu Muria si dosen galak itu menjadi kabar bahagia bagi semua orang, tapi berita kali ini lebih menarik lagi dari itu. Silla menggelengkan kepalanya, “Salah.” Dia menyilangkan tangannya di depan Naykilla berpikir lagi. Memang apa yang menarik selain berita itu? “Apa, ya? Oh, kantin FISIP udah di renov. Itu kan yang menarik?” Silla menggelengkan kepala lagi. Baik Naykilla ataupun Audrey tidak ada yang bisa menebak dengan benar. Seperti ini lah jika mempunyai teman yang tidak begitu update dengan semua yang terjadi di lingkungan sekitar. Silla pun merangkul kedua sahabatnya itu agar lebih mendekat. Mereka membentuk lingkaran kecil yang rapat, lalu dia setengah berbisik. “Dirga ngulang mata kuliah dan bakal sekelas sama kita.” Nay

    Last Updated : 2025-02-13

Latest chapter

  • Dear Dirga   5

    Pagi yang cerah di ruang makan dengan meja yang berukir rumit menandakan bahwa berharga mahal dan berkualitas rumit, keluarga Dirga sedang menikmati sarapan bersama.Di meja yang begitu panjang dan ruangan yang luas serta berbagai menu makanan, hanya ada tiga orang di sana. Dirga dan kedua orang tuanya."Menurut Mami, mending kamu potong rambut terus copot semua tindik-tindik aneh kamu itu." Ucap Janne, yang sejak tadi tidak berhenti memberikan siraman rohani kepada Dirga"Cewek zaman sekarang suka sama cowok yang rapi. Kamu walaupun ganteng tapi enggak rapi, mana mungkin Naykilla mau sama kamu." Lanjutnya lagiDirga menghentikan kegiatan makannya lalu bersandar pada kursi, "Perlu Mami tahu, di luar sana banyak kok cewek yang mau sama aku walaupun penampilan aku kayak gini."Rudy tertawa. Dia menutup laptopnya untuk bergabung dengan kedua orang di depannya. "Ya itu karena kamu ber-uang, Dirga. Mereka tahu kamu dari keluarga kaya. Kalau bukan karena alasan itu Papi yakin mereka enggak

  • Dear Dirga   4

    Dirga nenahan senyumnya sepanjang jalan. Mereka setengah berlari keluar dari mall tersebut sambil bergandengan tangan, lebih tepatnya Dirga yang menahan tangan Naykilla untuk mengikutinya. “Kak Dirga!! Lepasin! Cewek lo ngikutin kita tuh.” Dirga menoleh ke belakang sekilas, di belakang ada Rana yang mencoba mengejar mereka. Ini semakin menarik untuk Dirga. Dia melebarkan langkah kakinya sehingga Naykilla harus berlari kecil untuk menyesuaikan agar dia tidak terjatuh. “Kak Dirga jangan macem-macem, ya. Gue enggak akan segan buat teriak nih.” Dirga menyunggingkan senyum tipisnya. Dia tahu kalau Naykilla hanya menggertaknya. “Gue teriak beneran nih, ya.” Ucap Naykilla lagi namun tak di respon sama sekali oleh Dirga Naykilla pun kesal. Sementara di belakang mereka Rana sudah semakin dekat. Dia juga kasihan melihat Rana uang kesusahan berlari kena sepatu tingginya itu. Saat mereka tiba di sebuah mobil hitam, Naykilla jadi panik. “Tol...” Blam!! Dirga menutup teriakan Naykilla de

  • Dear Dirga   3

    “Eh, ada film baru nih. Mau nonton nggak entar sore?”“Genrenya apa?”“Romance, sih. Tapi film ini lagi viral tau, jadi penasaran gue. Kita nonton yuk? Sesekali kan.”Timo menunjukkan video tentang review film tersebut kepada Rafi. Sepertinya Rafi tertarik karena kebetulan pemeran wanita dalam film tersebut adalah idolanya. “Ya udah, pesen aja tiketnya sekarang. Biar bisa kebagian tempat duduk paling atas."Timo langsung membuka aplikasi untuk pembelian tiket nonton di bioskop. Lalu dia melirik ke arah Dirga di sebelahnya. “Dirga, lo mau ikut nggak?”Tidak ada sahutan dari Dirga. Laki-laki itu sejak tadi sibuk dengan ponselnya.“Kalau mau, gue pesenin tiketnya sekalian.” Ucap Timo lagi“Kayaknya nggak mau dia. Mana mungkin cowok semetal Dirga nonton film romance melow beginian.” Ujar RafiKarena seperti Dirga tidak mendengarkan mereka, dengan hati-hati Timo menepuk pelan pundak Dirga.Kepala Dirga terangkat dan dia menatap tajam ke arah Timo.“Apa?” tanya Dirga dengan ketusDirga kesa

  • Dear Dirga   2

    Naykilla memandang kagum pada pemandangan di depannya saat ini. Tidak menyangka bahwa dia akan mendapatkan kesempatan untuk menikmati makanan di restoran bintang lima yang sudah terkenal akan kemewahannya. “Ini seriusan kita makan malamnya di sini, Yah?” Tanya Naykilla untuk memastikan bahwa mereka tidak salah tempat Irwan, ayah Naykilla, mengangguk mantap. “Bener kok.” “Kenapa, kaget ya? Sama, Bunda juga kaget karena tempatnya mewah banget.” Jawab Lina, sang bunda Naykilla mengeluarkan ponselnya. Karena ini termasuk moment yang langka maka dia mengabadikan beberapa moment. Setiap sudut restoran dia foto. Kemudian beberapa foto dia gabung menjadi satu dan mengupload di story sosial medianya. “Temen Ayah pasti kaya, ya?” tanyanya dengan asal Irwan mengangguk lagi. “Iya, udah kaya dari nenek buyutnya. Kalau Ayah sih makan di restoran kayak gini bakalan mikir beberapa kali meskipun duitnya ada.” Lina cekikikan. Dia pun sama. Meskipun suka mendatangi tempat yang bagus dan me

  • Dear Dirga   1

    “Lo tau nggak apa yang menarik di semester ini?” Naykilla mengkerutkan alisnya, tampak sedang berpikir untuk pertanyaan sepel itu. Lalu menjawab, “Buk Muria pensiun?” Silla terkikik mendengar jawaban polos Naykilla. Memang berita pensiun Ibu Muria si dosen galak itu menjadi kabar bahagia bagi semua orang, tapi berita kali ini lebih menarik lagi dari itu. Silla menggelengkan kepalanya, “Salah.” Dia menyilangkan tangannya di depan Naykilla berpikir lagi. Memang apa yang menarik selain berita itu? “Apa, ya? Oh, kantin FISIP udah di renov. Itu kan yang menarik?” Silla menggelengkan kepala lagi. Baik Naykilla ataupun Audrey tidak ada yang bisa menebak dengan benar. Seperti ini lah jika mempunyai teman yang tidak begitu update dengan semua yang terjadi di lingkungan sekitar. Silla pun merangkul kedua sahabatnya itu agar lebih mendekat. Mereka membentuk lingkaran kecil yang rapat, lalu dia setengah berbisik. “Dirga ngulang mata kuliah dan bakal sekelas sama kita.” Nay

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status