Share

4

Author: SUNBY
last update Last Updated: 2025-04-26 09:49:22

Dirga nenahan senyumnya sepanjang jalan. Mereka setengah berlari keluar dari mall tersebut sambil bergandengan tangan, lebih tepatnya Dirga yang menahan tangan Naykilla untuk mengikutinya.

“Kak Dirga!! Lepasin! Cewek lo ngikutin kita tuh.”

Dirga menoleh ke belakang sekilas, di belakang ada Rana yang mencoba mengejar mereka. Ini semakin menarik untuk Dirga.

Dia melebarkan langkah kakinya sehingga Naykilla harus berlari kecil untuk menyesuaikan agar dia tidak terjatuh.

“Kak Dirga jangan macem-macem, ya. Gue enggak akan segan buat teriak nih.”

Dirga menyunggingkan senyum tipisnya. Dia tahu kalau Naykilla hanya menggertaknya.

“Gue teriak beneran nih, ya.” Ucap Naykilla lagi namun tak di respon sama sekali oleh Dirga

Naykilla pun kesal. Sementara di belakang mereka Rana sudah semakin dekat. Dia juga kasihan melihat Rana uang kesusahan berlari kena sepatu tingginya itu.

Saat mereka tiba di sebuah mobil hitam, Naykilla jadi panik.

“Tol...”

Blam!!

Dirga menutup teriakan Naykilla dengan memasukkan ke dalam mobil.

Dia hendak mengitari mobil untuk masik di bagian kemudi, namun tangannya di tahan oleh Rana.

“Dirga!! Kamu apa-apaan sih?! Kenapa main pergi gitu aja, terus kenapa kamu bawa cewek itu.” Rana menunjuk ke mobil Dirga dengan kaca hitam yang membuatnya tidak dapat melihat siapa yang ada di dalam sana

“Itu cewek kamu?” tanya Rana lagi

“Lo bisa berhenti nggak ngintilin gue terus?”

Rana terkejut. “M-maksud kamu apa sih..”

Dirga memijat pangkal hidungnya. Di antara semua perempuan yang mendekatinya, Rana lah yang paling mengesalkan. Dan dari semua perempuan yang pernah Dirga temui, hanya Naykilla lah yang tidak tertarik dengannya.

Dirga meletakkan kedua tangannya di bahu Rana. Dia menatap tepat di mata Rana. “Gue risih sama lo. Bisa kan mulai sekarang jangan deket-deket gue lagi. Hm?”

Rana terkejut. Entah harus marah atau terpesona karena nada bicara Dirga yang melembut.

Rana menggigit bibir bawahnya, tangannya mengepal di sisi tubuhnya. “Dirga, kamu nggak serius, kan? Selama ini aku berusaha nyenengin kamu. Kamu pikir ngapain aku ngelakuin ini dan itu kalau bukan karena aku suka sama kamu.”

Dirga menghela napas panjang, lalu melepaskan tangannya dari bahu Rana. “Itu masalahnya, Ran. Gue nggak pernah minta lo buat ngelakuin ini dan itu. Lo yang maksa diri lo sendiri.”

Wajah Rana memerah, entah karena marah atau malu. Matanya mulai berair, tapi Dirga tak mau ambil pusing. Dia tahu ini akan terjadi cepat atau lambat.

“Gue harus pergi,” katanya, lalu mengitari mobilnya dan masuk ke dalam. Rana masih berdiri di tempatnya, terpaku dan menatap mobil hitam itu dengan ekspresi terluka.

Di dalam mobil, Naykilla menatap Dirga dengan tatapan penuh selidik. “Gue bisa keluar sekarang?” tanyanya ketus.

Dirga hanya meliriknya sekilas sebelum menyalakan mesin. “Nggak. Kita pergi.”

Naykilla mendengus kesal dan menyandarkan tubuhnya di kursi. “Gue saranin lo buat berhentiin mobil ini sekarang juga, atau kalau enggak gue bakal telepon orang tua gue buat ngasih tau tabiat lo yang sebenarnya.”

Dirga tertawa. “Emang tabiat gue yang mana yang mau lo laporin?”

Naykilla memalingkan wajahnya ke samping. “Ya, ini. Culik anak gadis orang.”

“Karena lo seru jadi gue mau ajak lo ke suatu tempat yang seru. Setelah itu gue anterin lo pulang tanpa kekurangan satu pun.”

Naykilla merogoh tasnya namunn semangatnya luntur saat mengetahui ponselnya yang kehabisan daya.

Naykilla menggerutu dalam hati. Seolah keadaan belum cukup buruk, sekarang ponselnya mati, dan ia terjebak di dalam mobil bersama Dirga yang jelas-jelas punya rencana sendiri.

“Lo mau bawa gue ke mana?” tanyanya, tetap waspada.

Dirga hanya tersenyum miring, matanya tetap fokus pada jalan di depan. “Tenang aja, lo bakal suka tempatnya.”

Naykilla mendecak kesal, tapi tetap diam. Ia menatap keluar jendela, mencoba mengingat rute yang mereka lalui, kalau-kalau nanti ia harus mencari jalan pulang sendiri.

Setelah beberapa menit berkendara, mobil melambat dan akhirnya memasuki gedung apartemen yang letaknya di tengah kota.

Rasa panik itu datang lagi. Saat Dirga keluar dan mencoba untuk membukakan pintu untuk Naykilla saat itu lah dia mencoba untuk kabur. Sayangnya tangan Dirga lebih cepat daripada langkah kaki Naykilla.

“Jalannya sebelah sini, Nay.” Ucap Dirga berpura-pura tidak tahu bahwa Naykilla ingin kabur darinya

Naykilla berusaha menarik lengannya, namun genggaman Dirga terlalu kuat. “Lo gila, ya? Gue nggak mau masuk ke apartemen lo!”

Dirga terkekeh pelan. “Sebentar aja kok. Enggak akan lama juga.”

Naykilla menatap Dirga dengan tajam, tapi laki-laki itu hanya membalas dengan senyuman tipis yang membuatnya semakin jengkel.

“Dirga, gue serius. Lepasin gue atau gue bakal teriak,” ancam Naykilla, meski ia tahu bahwa di tempat seperti ini, tak ada yang akan peduli.

Dirga mendesah pelan, lalu menatapnya dengan ekspresi datar. “Teriak aja kalau mau. Tapi kalau sampai ada yang datang, gue bakal bilang lo pacar gue yang lagi ngambek.”

Mata Naykilla membulat. “Gila lo!”

Dirga tertawa kecil, kemudian menariknya masuk ke dalam lift. Tangannya masih menggenggam pergelangan tangan Naykilla dengan erat.

“Lo terlalu banyak mikir. Santai aja, gue nggak akan ngapa-ngapain lo,” kata Dirga sambil menekan tombol lantai atas.

Naykilla mendengus kesal. “Terus kenapa lo bawa gue ke sini?”

Dirga menoleh ke arahnya, senyumnya menghilang. “Gue mau tunjukin sesuatu ke lo.”

Naykilla mendelik curiga, tapi tak berkata apa-apa. Perasaannya semakin tidak enak.

Saat pintu lift terbuka, Dirga menariknya keluar dan membawanya ke sebuah unit apartemen di ujung koridor. Ia membuka pintu dengan santai, seakan tak ada hal aneh dalam situasi ini.

“Masuk,” perintahnya.

Naykilla menatap pintu itu dengan enggan. “Kalau gue nolak?”

Dirga mengangkat bahu. “Ya kita bisa berdiri di sini seharian.”

Naykilla memutar bola matanya, tapi akhirnya melangkah masuk. Begitu ia berada di dalam, Dirga menutup pintu di belakangnya.

Apartemen itu luas dan modern, dengan jendela besar yang menampilkan cahaya matahari sore yang begitu hangat. Hampir seluruh ruangan berwarna orange karenanya.

“Cantik, kan?” bisik Dirga tepat di telinga Naykilla, membuat gadis itu terkejut

Dirga tersenyum. Lalu menarik tangan Naykilla dan membawanya ke area balkon.

“Yang mau lo tunjukin ke gue itu ini?” tanya Naykilla

Dirga mengangguk. “Iya, ini spot favorit gue kalau sore hari. Sunsetnya bagus banget. Daripada nonton film ngebosenin kayak tadi, mending nikmatin sunset di apartemen gue. Ya, kan?”

Naykilla tidak akan bohong karena pada nyatanya pemandangan sunset dari apartemen Dirga sangatlah indah. Dari gedung tinggi itu dia bisa melihat pemandangan yang luas di bawah sana, dan langit cerah terasa lebih dekat.

Naykilla duduk di salah satu kursi. Berusaha menyamankan diri. “Udah berapa cewek yang lo bawa ke sini?”

Sambil menyenderkan badannya di pagar pembatas balkon, Dirga menatap Naykilla dengan jahil. “Coba tebak. Kalau bener gue kasih hadiah.”

“Cck!!” Naykilla berdecak kesal. Mengabaikan Dirga dan mulai fokus dengan cahaya sore di depannya

Dirga tertawa pelan, menikmati reaksi Naykilla yang tidak pernah bisa ditebak. Ia masih berdiri di dekat pagar balkon, memandangi pemandangan kota yang semakin indah seiring matahari mulai tenggelam di balik horizon. Tiba-tiba, Dirga menghampiri Naykilla dan duduk di kursi sebelahnya.

“Gue gak pernah bawa cewek ke sini sebelumnya,” ujarnya tanpa menoleh. Suaranya terdengar serius, namun ada sesuatu di mata Dirga yang menunjukkan kalau dia sedang menguji reaksi Naykilla.

Naykilla menoleh cepat, berusaha membaca ekspresi Dirga yang sulit ditebak. “Jadi gue yang pertama?” tanyanya dengan nada skeptis.

Dirga mengangguk, kali ini menatapnya dengan penuh arti. "Iya, lo yang pertama."

“Lo pasti ngomong kayak gitu hampir ke semua cewek, kan.”

Dirga tergelak. Memilih untuk tidak menjelaskan lebih lanjut karena akan terdengar bahwa dia seperti apa yang ada di pikiran Naykilla.

“Gue mau susu...”

Naykilla menatap tajam ke arah Dirga dan langsung memotong kalimat laki-laki tersebut. “Maksud lo apa, hah?!”

“Maksudnya gue mau minum susu, kalau lo mau minum apa? Kebetulan di kulkas selain susu, ada cola sama jus jeruk. Mau yang mana?”

Jangan salahkan Naykilla jika responnya terlalu kasar terhadap Dirga. Itu semua karena rumor yang beredar tentang laki-laki tersebut.

Di kampus, Dirga di ceritakan sebagai laki-laki play boy yang suka mengencani wanita berbeda di setiap minggunya. Karena itu sebagian ada yang bilang bahwa Dirga itu ikut pergaulan bebas hingga seks bebas. Penampilan Dirga yang di hiasi oleh tato membuat sebagian orang berpikir jika mungkin saja Dirga mengkonsumsi obat-obatan ataupun narkoba. Ah, di telinga Naykilla tidak ada hal menarik tentang Dirga. Ia akui jika wajah Dirga tampan, tapi sepertinya itu tertutup oleh rumor yang sudah ia telan mentah-mentah.

Dirga tertawa kecil melihat reaksi Naykilla yang jelas-jelas kesal. Tapi dia tidak marah. Dia justru menikmati kenyataan bahwa Naykilla tidak mudah dipengaruhi oleh pesona yang biasa dia gunakan untuk menaklukkan perempuan lain.

“Gue serius kok,” jawab Dirga sambil berdiri dan berjalan menuju kulkas. “Di sini cuma ada susu, cola, sama jus jeruk. Lo pilih yang mana?”

Naykilla masih terlihat ragu, lalu akhirnya menghela napas. “Jus jeruk aja,” ujarnya pelan, tetap tidak melepaskan pandangannya dari Dirga.

Dirga mengeluarkan jus jeruk dari kulkas dan menuangkannya ke dalam gelas, kemudian menyerahkannya pada Naykilla. “Tenang aja, enggak gue masukin obat tidur kalau itu yang lo takutin nanti.” ucapnya sambil duduk kembali di kursi dekat Naykilla.

Naykilla menatap gelas jus jeruk di tangannya dengan curiga, lalu melirik Dirga yang duduk santai di sebelahnya. “Lo jangan ngira gue bakal percaya sama lo gitu aja,” ujarnya, meski akhirnya ia meneguk jus tersebut. Rasanya segar, dan entah mengapa, itu sedikit membuatnya rileks.

Dirga hanya tersenyum, menikmati suasana sore yang tenang di balkon apartemennya. Matahari semakin rendah, langit berubah warna menjadi oranye kemerahan yang memukau. “Lo tahu nggak, Nay? Lo itu beda sama cewek-cewek lain yang gue kenal,” ucapnya tiba-tiba, suaranya lembut namun penuh arti.

Naykilla menoleh ke arahnya, matanya penuh pertanyaan. “Maksudnya cewek lain cantik sedangkan gue enggak, iya?”

Dirga menatapnya, ekspresinya serius. “Kalau itu lo jelas lebih dari mereka. Maksud gue, lo nggak mudah terpengaruh sama gue. Lo nggak kayak mereka yang cuma ngeliat gue dari luar terus langsung ngejudge. Lo nggak takut buat ngomong apa yang lo pikir, bahkan kalo itu nggak enak buat gue denger.”

Naykilla terdiam sejenak, mencerna kata-kata Dirga. Lalu berkata, “Yah, itu lah realitanya. Enggak semua orang tipenya itu cowok kayak lo, Kak.”

Dirga tersenyum penuh arti. “Dan hari ini gue baru tau kalau realitanya tipe cowok lo itu jauh banget dari gue.”

Seperti senjata makan tuan. Kata-kata Naykilla barusan malah membuatnya tidak mampu berkata-kata.

Ah! Padahal baru saja dia melupakan tentang Beny yang sekarang sedang asyik menonton bersama Vira. Mengingat itu mendadak suasana hati Naykilla kembali kacau.

“Dari pada itu, menurut gue ini waktu yang tepat untuk bahas soal kita.” Naykilla mencoba untuk mengalihkan perhatian Dirga sebelum laki-laki itu mengejeknya lebih jauh

Dirga mengangkat sebelah alisnya sambil menyedot susu dengan pelan. “Soal kita?” tanyanya heran

Naykilla mengangguk. “Iya. Soal perjodohan yang di rencanain sama orang tua kita berdua.”

Ini mulai menarik. Dira paham ke mana arah pembicaraan ini nantinya.

“Kak. Lo enggak serius kan waktu bilang setuju kalau di jodohin sama gue? Karena gue sama sekali enggak akan terima sama ide perjodohan ini. Gue udah berusaha buat ngomong sama Ayah dan Bunda, tapi mereka enggak mau dengerin gue. Jadi gue mohon sama lo buat kasih penjelasan ke mereka supaya perjodohan itu enggak terjadi.”

Dirga mendengus pelan, matanya masih fokus pada pemandangan yang ada di luar. Pikirannya terdiam sejenak, mencerna kata-kata Naykilla. Perlahan, dia meletakkan gelas susu di meja kecil di sebelahnya, lalu menatap Naykilla dengan tatapan serius.

“Nay, sebenarnya ini bukan pertama kali gue di jodohin sama orang tua gue. Sebelumnya gue selalu nolak tapi entah kenapa waktu gue tau kalau gue bakal di jodohin sama lo, gue jadi susah buat nolak.”

“Kak, please.. ini bukan waktunya untuk bercanda.” Ucap Naykilla kesal

Dirga menyenderkan tubuhnya ke kursi dengan santai. “Gue enggak bercanda, Nay. Kalau lo minta gue buat nolak perjodohan itu maka jawabannya adalah enggak. Gue enggak mau.”

Naykilla terdiam, mata memicing tajam. Kalimat itu mengantung di udara, membuat suasana menjadi kaku. Tangan Naykilla menggenggam gelas jus jeruk yang kini terasa berat di tangannya. Sementara Dirga, yang duduk santai di sebelahnya, terlihat begitu tenang, hampir seolah tidak ada beban dalam hidupnya.

“Kak, lo beneran serius ini?” tanyanya, suara tegas meski ada kekhawatiran yang samar terungkap di dalamnya. “Lo beneran mau di jodohin sama gue? Maksud gue, di luar sana masih banyak cewek yang seribu kali lebih cantik dari gue. Lo bisa aja dapat sesuatu yang lebih di bandingkan terjebak sama gue seumur hidup lo.”

Di sana lah letak masalah utamanya. Seumur hidupnya Dirga tidak pernah benar-benar tertarik dengan wanita. Semuanya terlihat sama di mata Dirga. Hampir semua yang mendekati Dirga menginginkan dua hal yaitu tampangnya dan uang.

Masalah keduanya adalah kedua orang tua Dirga menginginkan ia untuk segera menikah hanya karena mereka merasa Dirga butuh seseorang untuk mengarahkannya ke jalan yang benar. Hanya karena Dirga kecanduan nikotin, alkhol dan dunia malam membuat mereka berpikir bahwa Dirga bisa saja kehilangan arah jika tidak di tuntun oleh seseorang.

Dari kedua masalah itu, Naykilla adalah solusinya. Naykilla tidak termasuk di kategori masalah yang pertama. Dan menariknya adalah bahwa Naykilla itu bukan lah orang baru. Dia dan Naykilla bisa di bilang teman masa bayi meski masa itu tidak tertanam di dalam memori mereka. Namun dua hal itu rasanya sudah cukup bagi Dirga untuk lepas dari segala tuntutan yang terus mengejarnya.

Karena menurutnya semua perempuan sama saja sedangkan hanya Naykilla sendiri yang terlihat berbeda jadi dia rasa itu sudah cukup.

Bagi Dirga, pernikahan itu sisanya adalah komunikasi. Dan sejauh ini dia sangat suka saat berinteraksi dengan Naykilla. Tentang perasaan.. bukan kah itu bisa tumbuh seiring waktu?

“Sayangnya itu, Nay. Gue enggak peduli mau cantik atau pun jelek, toh nanti kalau meninggal kita bakal jadi kerangka, kan? Jadi sama aja lah.”

Naykilla menatap Dirga dengan pandangan tajam. Kata-kata yang baru saja keluar dari mulut Dirga terasa sangat berbeda dari yang dia bayangkan. Selama ini, dia mengira bahwa Dirga hanya main-main dan tidak serius dengan apa yang dia katakan. Namun, kali ini ada sesuatu yang membuat hatinya berdebar.

“Tapi, Kak... in real life-nya enggak akan segampang itu,” jawab Naykilla dengan suara pelan, mencoba menenangkan dirinya. “Lo bisa bilang begitu, tapi kalau kita dipaksa buat hidup bersama tanpa perasaan, itu akan sangat berat buat kita berdua.”

Dirga menghela napas panjang, masih dengan tatapan serius. “Gue ngerti, Nay. Gue juga nggak bilang kalau semuanya akan gampang. Tapi gue percaya, kalau kita saling berusaha, mungkin kita bisa bikin ini berjalan.”

Naykilla masih terlihat ragu, dan sedikit bingung dengan pernyataan Dirga yang tiba-tiba serius. Ia tahu betul bagaimana sulitnya menjalani hidup dengan orang yang tidak punya perasaan sama sekali, dan itu membuatnya bertanya-tanya tentang niat Dirga yang sebenarnya.

Akhirnya Naykilla menyerah. Dia berdiri dari tempat duduknya dan menghadang sinar matahari ke arah Dirga. “Gue mau pulang.”

Dirga menatap Naykilla dengan tatapan tajam, namun tidak ada tanda-tanda dia akan menahan gadis itu. Dia hanya menghela napas dan berdiri dari kursinya, memandang langit yang semakin gelap di luar balkon apartemennya. “Ayo, gue anterin lo pulang.”

Naykilla mengangguk pelan, masih terlihat ragu dan sedikit bingung dengan sikap Dirga yang tiba-tiba serius. Tapi dia tidak punya pilihan lain selain mengikuti Dirga keluar dari apartemen. Hatinya masih berdebar-debar, mencoba mencerna semua yang baru saja terjadi.

Mereka berjalan menuju lift dalam keheningan. Suasana terasa tegang, tapi Dirga tetap tenang, seolah tidak ada yang terjadi. Dia menekan tombol lift dan berdiri di samping Naykilla, tangannya masuk ke dalam saku celananya.

“Lo nggak perlu khawatir, Nay,” ujar Dirga tiba-tiba, memecah keheningan. “Gue nggak akan maksa lo buat nerima perjodohan ini. Tapi lo juga enggak bisa maksa gue buat nolak perjodohan ini.”

Naykilla memilih unntuk diam. Lift pun tiba di lantai dasar, dan mereka berjalan menuju mobil Dirga. Naykilla masih merasa bingung, tapi dia memutuskan untuk tidak membahasnya lebih lanjut. Dia hanya ingin pulang dan mencoba memproses semua yang baru saja terjadi.

Di dalam mobil, suasana kembali hening. Dirga menyalakan mesin dan mulai mengemudi, matanya fokus pada jalan di depan setelah Naykilla memberikan alamat rumahnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Dear Dirga   5

    Pagi yang cerah di ruang makan dengan meja yang berukir rumit menandakan bahwa berharga mahal dan berkualitas rumit, keluarga Dirga sedang menikmati sarapan bersama.Di meja yang begitu panjang dan ruangan yang luas serta berbagai menu makanan, hanya ada tiga orang di sana. Dirga dan kedua orang tuanya."Menurut Mami, mending kamu potong rambut terus copot semua tindik-tindik aneh kamu itu." Ucap Janne, yang sejak tadi tidak berhenti memberikan siraman rohani kepada Dirga"Cewek zaman sekarang suka sama cowok yang rapi. Kamu walaupun ganteng tapi enggak rapi, mana mungkin Naykilla mau sama kamu." Lanjutnya lagiDirga menghentikan kegiatan makannya lalu bersandar pada kursi, "Perlu Mami tahu, di luar sana banyak kok cewek yang mau sama aku walaupun penampilan aku kayak gini."Rudy tertawa. Dia menutup laptopnya untuk bergabung dengan kedua orang di depannya. "Ya itu karena kamu ber-uang, Dirga. Mereka tahu kamu dari keluarga kaya. Kalau bukan karena alasan itu Papi yakin mereka enggak

    Last Updated : 2025-04-28
  • Dear Dirga   1

    “Lo tau nggak apa yang menarik di semester ini?” Naykilla mengkerutkan alisnya, tampak sedang berpikir untuk pertanyaan sepel itu. Lalu menjawab, “Buk Muria pensiun?” Silla terkikik mendengar jawaban polos Naykilla. Memang berita pensiun Ibu Muria si dosen galak itu menjadi kabar bahagia bagi semua orang, tapi berita kali ini lebih menarik lagi dari itu. Silla menggelengkan kepalanya, “Salah.” Dia menyilangkan tangannya di depan Naykilla berpikir lagi. Memang apa yang menarik selain berita itu? “Apa, ya? Oh, kantin FISIP udah di renov. Itu kan yang menarik?” Silla menggelengkan kepala lagi. Baik Naykilla ataupun Audrey tidak ada yang bisa menebak dengan benar. Seperti ini lah jika mempunyai teman yang tidak begitu update dengan semua yang terjadi di lingkungan sekitar. Silla pun merangkul kedua sahabatnya itu agar lebih mendekat. Mereka membentuk lingkaran kecil yang rapat, lalu dia setengah berbisik. “Dirga ngulang mata kuliah dan bakal sekelas sama kita.” Nay

    Last Updated : 2025-02-13
  • Dear Dirga   2

    Naykilla memandang kagum pada pemandangan di depannya saat ini. Tidak menyangka bahwa dia akan mendapatkan kesempatan untuk menikmati makanan di restoran bintang lima yang sudah terkenal akan kemewahannya. “Ini seriusan kita makan malamnya di sini, Yah?” Tanya Naykilla untuk memastikan bahwa mereka tidak salah tempat Irwan, ayah Naykilla, mengangguk mantap. “Bener kok.” “Kenapa, kaget ya? Sama, Bunda juga kaget karena tempatnya mewah banget.” Jawab Lina, sang bunda Naykilla mengeluarkan ponselnya. Karena ini termasuk moment yang langka maka dia mengabadikan beberapa moment. Setiap sudut restoran dia foto. Kemudian beberapa foto dia gabung menjadi satu dan mengupload di story sosial medianya. “Temen Ayah pasti kaya, ya?” tanyanya dengan asal Irwan mengangguk lagi. “Iya, udah kaya dari nenek buyutnya. Kalau Ayah sih makan di restoran kayak gini bakalan mikir beberapa kali meskipun duitnya ada.” Lina cekikikan. Dia pun sama. Meskipun suka mendatangi tempat yang bagus dan me

    Last Updated : 2025-02-13
  • Dear Dirga   3

    “Eh, ada film baru nih. Mau nonton nggak entar sore?”“Genrenya apa?”“Romance, sih. Tapi film ini lagi viral tau, jadi penasaran gue. Kita nonton yuk? Sesekali kan.”Timo menunjukkan video tentang review film tersebut kepada Rafi. Sepertinya Rafi tertarik karena kebetulan pemeran wanita dalam film tersebut adalah idolanya. “Ya udah, pesen aja tiketnya sekarang. Biar bisa kebagian tempat duduk paling atas."Timo langsung membuka aplikasi untuk pembelian tiket nonton di bioskop. Lalu dia melirik ke arah Dirga di sebelahnya. “Dirga, lo mau ikut nggak?”Tidak ada sahutan dari Dirga. Laki-laki itu sejak tadi sibuk dengan ponselnya.“Kalau mau, gue pesenin tiketnya sekalian.” Ucap Timo lagi“Kayaknya nggak mau dia. Mana mungkin cowok semetal Dirga nonton film romance melow beginian.” Ujar RafiKarena seperti Dirga tidak mendengarkan mereka, dengan hati-hati Timo menepuk pelan pundak Dirga.Kepala Dirga terangkat dan dia menatap tajam ke arah Timo.“Apa?” tanya Dirga dengan ketusDirga kesa

    Last Updated : 2025-03-02

Latest chapter

  • Dear Dirga   5

    Pagi yang cerah di ruang makan dengan meja yang berukir rumit menandakan bahwa berharga mahal dan berkualitas rumit, keluarga Dirga sedang menikmati sarapan bersama.Di meja yang begitu panjang dan ruangan yang luas serta berbagai menu makanan, hanya ada tiga orang di sana. Dirga dan kedua orang tuanya."Menurut Mami, mending kamu potong rambut terus copot semua tindik-tindik aneh kamu itu." Ucap Janne, yang sejak tadi tidak berhenti memberikan siraman rohani kepada Dirga"Cewek zaman sekarang suka sama cowok yang rapi. Kamu walaupun ganteng tapi enggak rapi, mana mungkin Naykilla mau sama kamu." Lanjutnya lagiDirga menghentikan kegiatan makannya lalu bersandar pada kursi, "Perlu Mami tahu, di luar sana banyak kok cewek yang mau sama aku walaupun penampilan aku kayak gini."Rudy tertawa. Dia menutup laptopnya untuk bergabung dengan kedua orang di depannya. "Ya itu karena kamu ber-uang, Dirga. Mereka tahu kamu dari keluarga kaya. Kalau bukan karena alasan itu Papi yakin mereka enggak

  • Dear Dirga   4

    Dirga nenahan senyumnya sepanjang jalan. Mereka setengah berlari keluar dari mall tersebut sambil bergandengan tangan, lebih tepatnya Dirga yang menahan tangan Naykilla untuk mengikutinya. “Kak Dirga!! Lepasin! Cewek lo ngikutin kita tuh.” Dirga menoleh ke belakang sekilas, di belakang ada Rana yang mencoba mengejar mereka. Ini semakin menarik untuk Dirga. Dia melebarkan langkah kakinya sehingga Naykilla harus berlari kecil untuk menyesuaikan agar dia tidak terjatuh. “Kak Dirga jangan macem-macem, ya. Gue enggak akan segan buat teriak nih.” Dirga menyunggingkan senyum tipisnya. Dia tahu kalau Naykilla hanya menggertaknya. “Gue teriak beneran nih, ya.” Ucap Naykilla lagi namun tak di respon sama sekali oleh Dirga Naykilla pun kesal. Sementara di belakang mereka Rana sudah semakin dekat. Dia juga kasihan melihat Rana uang kesusahan berlari kena sepatu tingginya itu. Saat mereka tiba di sebuah mobil hitam, Naykilla jadi panik. “Tol...” Blam!! Dirga menutup teriakan Naykilla de

  • Dear Dirga   3

    “Eh, ada film baru nih. Mau nonton nggak entar sore?”“Genrenya apa?”“Romance, sih. Tapi film ini lagi viral tau, jadi penasaran gue. Kita nonton yuk? Sesekali kan.”Timo menunjukkan video tentang review film tersebut kepada Rafi. Sepertinya Rafi tertarik karena kebetulan pemeran wanita dalam film tersebut adalah idolanya. “Ya udah, pesen aja tiketnya sekarang. Biar bisa kebagian tempat duduk paling atas."Timo langsung membuka aplikasi untuk pembelian tiket nonton di bioskop. Lalu dia melirik ke arah Dirga di sebelahnya. “Dirga, lo mau ikut nggak?”Tidak ada sahutan dari Dirga. Laki-laki itu sejak tadi sibuk dengan ponselnya.“Kalau mau, gue pesenin tiketnya sekalian.” Ucap Timo lagi“Kayaknya nggak mau dia. Mana mungkin cowok semetal Dirga nonton film romance melow beginian.” Ujar RafiKarena seperti Dirga tidak mendengarkan mereka, dengan hati-hati Timo menepuk pelan pundak Dirga.Kepala Dirga terangkat dan dia menatap tajam ke arah Timo.“Apa?” tanya Dirga dengan ketusDirga kesa

  • Dear Dirga   2

    Naykilla memandang kagum pada pemandangan di depannya saat ini. Tidak menyangka bahwa dia akan mendapatkan kesempatan untuk menikmati makanan di restoran bintang lima yang sudah terkenal akan kemewahannya. “Ini seriusan kita makan malamnya di sini, Yah?” Tanya Naykilla untuk memastikan bahwa mereka tidak salah tempat Irwan, ayah Naykilla, mengangguk mantap. “Bener kok.” “Kenapa, kaget ya? Sama, Bunda juga kaget karena tempatnya mewah banget.” Jawab Lina, sang bunda Naykilla mengeluarkan ponselnya. Karena ini termasuk moment yang langka maka dia mengabadikan beberapa moment. Setiap sudut restoran dia foto. Kemudian beberapa foto dia gabung menjadi satu dan mengupload di story sosial medianya. “Temen Ayah pasti kaya, ya?” tanyanya dengan asal Irwan mengangguk lagi. “Iya, udah kaya dari nenek buyutnya. Kalau Ayah sih makan di restoran kayak gini bakalan mikir beberapa kali meskipun duitnya ada.” Lina cekikikan. Dia pun sama. Meskipun suka mendatangi tempat yang bagus dan me

  • Dear Dirga   1

    “Lo tau nggak apa yang menarik di semester ini?” Naykilla mengkerutkan alisnya, tampak sedang berpikir untuk pertanyaan sepel itu. Lalu menjawab, “Buk Muria pensiun?” Silla terkikik mendengar jawaban polos Naykilla. Memang berita pensiun Ibu Muria si dosen galak itu menjadi kabar bahagia bagi semua orang, tapi berita kali ini lebih menarik lagi dari itu. Silla menggelengkan kepalanya, “Salah.” Dia menyilangkan tangannya di depan Naykilla berpikir lagi. Memang apa yang menarik selain berita itu? “Apa, ya? Oh, kantin FISIP udah di renov. Itu kan yang menarik?” Silla menggelengkan kepala lagi. Baik Naykilla ataupun Audrey tidak ada yang bisa menebak dengan benar. Seperti ini lah jika mempunyai teman yang tidak begitu update dengan semua yang terjadi di lingkungan sekitar. Silla pun merangkul kedua sahabatnya itu agar lebih mendekat. Mereka membentuk lingkaran kecil yang rapat, lalu dia setengah berbisik. “Dirga ngulang mata kuliah dan bakal sekelas sama kita.” Nay

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status