Share

Bab 81

"Grompyang!" Suara besi beradu dengan lantai sukses mengagetkan kami berdua.

"Umi!" Pekik kami bersamaan.

Spontan aku dan Mas Rahman berlari ke arah Umi. Rupanya mertuaku itu berniat turun dari ranjang, tapi tangannya tak sengaja menyenggol piring milik rumah sakit yang terbuat dari stainless, hingga menimbulkan suara berisik dan mengagetkan kami. Kupikir Umi jatuh.

"Umi mau kemana?" Tanyaku sambil membantu wanita itu duduk di tepi ranjang, sementara Mas Rahman membereskan lantai yang kotor.

"Mau pulang, Mey. Kasihan Dinda, gara-gara kamu nungguin Umi di sini dia jadi nggak keurus."

Aku menghela nafas panjang. Rupanya Umi mendengar obrolan kami, tapi hanya sepotong, hingga beliau salah paham. Itu sebabnya kalau menerima informasi jangan hanya sepotong-sepotong, bisa salah tafsir dan menyebabkan kesalah pahaman.

"Iya, nanti kita pulang. Umi tidur lagi aja. Atau mau jalan-jalan? Mumpung masih pagi, udara masih bersih. Biar Umi nggak bosen aja di kamar," bujukku lembut.

"Nggak mau,
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status