Share

Bab 86

Sampai sekarang, jauh setelah Abah meninggal. Mas Rahman masih benci pada Bu Naya, apalagi sejak Bu Naya menikah lagi, tak lama setelah Abah meninggal. Kebencian Mas Rahman makin menjadi. Waktu tilik bayi ke Solo itu, kalau bukan kupaksa dan dipaksa Umi, dia tidak bakalan mau. Itulah kenapa Bu Naya selalu menelfon aku kalau sedang butuh. Selain tak punya nomer telfon suamiku, Bu Naya sungkan menghubungi mantan anak tirinya ini.

"Mey, Mey.... Jadi orang jangan terlalu polos!"

Baru saja Mas Rahman menyelesaikan kalimatnya, tiba-tiba ponselku kembali berdering. Dan kembali nomor Bu Naya yang menghubungi.

"Perempuan itu lagi?" Aku mengangguk pelan.

"Angkat! Jangan lupa load speaker!" Perintahnya.

"Aku harus jawab apa nanti?" Bu Naya menelfon ku karena butuh uang, sedangkan Mas Rahman belum memberi jawaban, bersedia atau tidak memberi uang untuk pengobatan Reza.

"Bilang saja aku akan ke Solo, dan melunasi seluruh biaya rumah sakit," jawabnya datar.

Tanpa banyak tanya, aku melakukan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status