Namanya adalah Valery Arabelle, gadis yang berusia 19 tahun, tinggal di pinggiran kota Newyork bersama saudariku yang bernama Luna Arabelle, yang usianya tidak jauh berbeda dari Valery, dia berusia 17 tahun dan masih duduk dibangku SMA kelas akhir.
semenjak kedua orang tua mereka meninggal karena sebuah kecelakaan lima tahun yang lalu, hingga Valery mengambil alih menjadi tulang punggung keluarga, karena alasan itulah juga Valery tidak bisa melanjutkan sekolah lagi, jika itu masih berlangsung, mungkin Valery sedang duduk dibangku perkulihan.
Pekerjaan setiap harinya adalah dimulai pagi hari, Valery bekerja di toko roti dekat rumahnya tepat didepan jalan, menjelang sore hari aku bekerja di supermarket dan pada malam harinya terkadang Valery bekerja di club malam sebagai penghantar minuman untuk para tamu.
setiap harinya dia lakukan semua pekerjaan itu demi memenuhi kebutuhan hidupnya dan tentu saja pendidikan adiknya, inilah kisah hidupnya sebelum bertemu dengan seseorang yang mengubah hidupku.
Menjadi sebuah hal tidak pernah Valery duga dan begitu menyakitkan.
keesokan harinya, langit pagi sudah terang dengan terbitnya matahari diikuti dengan cuaca yang bagus, walau musim semi sudah dipenghujung waktu, cuaca tampak cerah tapi sedikit dingin.
“Luna banguun! Sudah siang kamu bisa terlambat nanti ke sekolah!” Teriaknya, ritual yang Valery lakukan di pagi hari yaitu membangunkan Sang adik sebelum dia melakukan aktivitas kesehariannya.
"Baiklah! Baiklah! Lima menit lagi, aku masih mengantuk kakak!!" jawab Luna yang menutupi wajahnya dari teriknya cahaya matahari karena Valery sedang membuka jendela, dia sudah terbiasa seperti ini.
Valery menggelengkan kepalanya, dia menarik selimut yang menutupi tubuh Luna dan kembali mengeluarkan ucapannya. “Luna jika kamu masih tidak bangun aku akan memotong ua—,”
ucapan Valery terpotong karena Luna tiba-tiba menarik tangan.
“baik!! Aku sudah bangun, jadi bisakah kakakku yang cantik ini pergi membuatkan sarapan untukku?" ucapnya dengan lembut, walau Luna sangat kesal jika Valery sudah mulai mengancamnya dengan ucapan memotong uang jajannya.
Luna mengintip apakah Valery benar-benar sudah meninggalkan kamarnya.
setelah memastikan itu benar, dengan perut yang begitu mual Luna segera berlari ke dalam bathroom dan mengencangkan kran air agar tidak ada yang mendengar suaranya.
Setelah membangunkan Luna, sekarang tugasnya membuatkan sarapan untuk mereka berdua, dengan cepat Valery mengeluarkan bahan yang akan digunakan sambil menunggu Luna keluar dari kamarnya.
“Luna cepatlah! Aku sudah membuatkanmu sarapan dan kamu bisa ketinggalan Bis-mu,” teriakkan Valery yang berasal dari dapur.
"kakak tidak perlu berteriak seperti aku bukan anak kecil!" Ucap Luna yang melangkah mendekati dapur, dia sudah rapi dengan seragam sekolahnya dan Mantel yang sudah cukup lama.
“Aku juga menyiapkan bekal untukmu,” Valery memasukan kotak bekal kedalam paperbag.
“Terimakasih Kakak Valery.”
Sarapan pagi mereka berjalan dengan sangat baik, Valery dan Luna mereka berdua sangat menikmati sarapannya walaupun hanya dengan roti bakar dan selai coklat sebagai menu sarapan, setelah selesai sarapan mereka melakukan aktivitas mereka masing-masing. Setelah mengunci pintu Valery berjalan menuju tempat kerjanya yang tidak jauh dari rumahnya,
“Selamat pagi.” sapa Valery kepada pemilik toko roti itu dia adalah seorang yang sangat baik pada Valery dan Luna.
“pagi juga Valery”
“apakah kamu sudah sarapan Valery? aku baru saja selesai sarapan dengan anakku, jika kamu mau, sarapan masih ada di dapur, aku akan keluar sebentar untuk mengantar anakku ke sekolah tolong jaga toko ini, Valery.”
“Siap!! Hati-hati dijalan Nyonya Ahn,” Ucap Valery, sekalian dirinya membukakan pintu untuknya dan melambaikan tangannya.
Setelah pemilik toko itu pergi seperti biasa Valery akan membersihkan tempat itu, Valery adalah anak yang rajin dan juga ramah, bahkan Valery terkenal di lingkungan sekitar karena sifatnya yang sangat ramah dan baik, banyak masyarakat yang ingin menjodohkan anaknya dengan Valery.
saat di sekolahnya pun Valery sangat populer dikalangan para siswa, setiap harinya dia selalu menerima banyak surat cinta dari setiap kelas, tapi Valery selalu menolak mereka dia lebih memilih untuk fokus sekolah daripada menjalin hubungan 'pacaran', apalagi setelah meninggalnya orang tuanya dia yang hanya ada dipikirannya bekerja, bekerja dan bekerja.
*******
Ditempat lain, BS Corp. Naungan Group BS Tic.
terlihat seorang ceo muda yang duduk di tempat singgasananya, tangannya sibuk menggenggam ponsel nya dan lainnya menulis diatas kertas.
Terdengar dari luar suara orang yang mengetuk pintu.
“Tuan Muda Greyson, saya izin masuk” suara seorang sekretaris dengan beberapa dokumen di tangannya.
“masuklah,” ucapnya tanpa menoleh sedikitpun.
Dengan senyum diwajahnya, gadis itu melangkah masuk kedalam dengan hentakkan kaki yang begitu bagus didengar seirama dengan langkahnya.
“Selamat pagi, Tuan Muda Greyson. rapat pagi ini akan segera dimulai, saya juga sudah menyiapkan keperluan anda di ruang rapat dan ini beberapa dokumen yang anda minta kemarin.”
“Hm—aku akan segera kesana.” dia hanya menjawab dengan singkatnya tanpa melihat ke arah pada gadis yang begitu berharap dia menoleh dan masih fokus menatap layar ponselnya.
Menatap heran karena yang dia tunggu tak kunjung menjawab panggilannya.
“baiklah Tuan Greyson, aku akan menunggu anda di ruang rapat, aku harap anda datang tepat waktu," ucapnya dan sekretaris itu segera keluar dari ruangan.
Pria itu merapikan dokumen menjadi satu tempat, dia segera bersiap pergi ke ruang rapat, tapi tertahan karena orang yang dia tunggu baru mengangkat panggilannya.
“Halo?” Dia menghimpit ponselnya di telinga dan bahunya, karena tangannya sibuk memasang jas di tubuhnya.
‘Ya, ada apa menelponku? Saat ini aku sedang ada diperjalan menuju ke sekolah?’
Pria itu tersenyum, entah hal apa yang membuat dia bisa tersenyum, padahal gadis yang sedang menelpon tidak mengucapkan satu kalimat lelucon, “kapan kamu lulus? Aku tersiksa terus berjauhan denganmu.”
‘bukankah kamu sudah tahu kapan aku lulus? Untuk apa bertanya lagi, aku juga ingin selalu bersamamu, tapi aku tidak ingin kakakku tahu. Bisakah kamu bersabar?’
“aku juga merindukanmu, rasanya aku ingin terus bersamamu dan menikahimu sesegera mungkin, kalau begitu belajar dengan baik, aku harus menghadiri rapat pagi ini, sampai jumpa nanti little Baby.”
pria itu langsung mematikan ponsel setelah mengucapkan kata perpisahan. Meletakkan ponselnya di meja, pria itu melangkah keluar ruangan dan berjalan ke ruang rapat.
Kedatangannya langsung diberikan salam oleh para karyawan yang sudah duduk manis di kursi, mereka berdiri untuk membiarkan sang Ceo duduk di kursi tengah yang langsung menghadap layar proyektor.
“Tunggu apalagi? Langsung mulai rapat ini.” ucapnya, dia langsung pada sikapnya yang begitu dingin dan ketus dalam berbicara.
Hingga hitungan jam berlalu, matahari bersiap untuk terbenam dan bersembunyi di tenangnya lautan.
Hari sudah menunjukan pukul 3 sore, sudah waktunya Valery untuk bekerja paruh waktunya di supermarket.
“Nyonya. semua sudah aku rapikan, aku izin untuk meninggalkan tempat ini dan bekerja ditempat lain,” ucapnya, Valery mulai berpamitan dengan pemilik toko roti setelah menyelesaikan tugasnya.
“apa setelah ini kamu akan bekerja di supermarket Valery?” pemilik toko roti itu bertanya, langkahnya mendekati gadis itu yang sudah berada didepan pintu keluar.
“Ya, seperti biasanya setelah bekerja disini, aku akan bekerja lagi, menjaga toko sampai jam 10 malam,” jawab Valery, dia sibuk mencari ponselnya.
“kamu sangat rajin Valery aku sangat bangga padamu , jangan terlalu memaksakan dirimu, jagalah kesehatanmu, dan gajimu bulan ini.” ucap sang pemilik toko roti, memberikan sebuah amplop pada Valery.
Valery menerimanya dan melihat isinya yang menurutnya terlalu banyak, “terima kasih, tapi—ini—ini terlalu banyak Nyonya Ahn."
“tidak apa-apa kamu sudah banyak membantuku selama bekerja disini, anggap saja itu sebagai bonusmu, dan ini berikan kepada adikmu, Luna.” pemilik ini memberikan Valery kebuah kontak.
Valery agak ragu-ragu untuk menerima hadiah itu. “tidak, aku—tidak bisa menerima ini anda sudah banyak membantuku dan Luna selama ini.”
“aku memberikannya bukan untukmu tapi untuk Luna, kamu tidak berhak untuk menolak pemberian orang lain, apalagi aku memberikannya untuk adikmu." pemilik itu bersikeras untuk memaksa Valery menerimanya.
“baiklah, terima kasih banyak untuk semua yang anda berikan kepadaku , aku izin untuk pamit, Selamat sore.” Valery segera membungkukkan tubuhnya sambil membuka pintu.
“sama-sama Valery, jaga dirimu cuaca sudah mulai memasuki musim dingin kamu harus memakai pakaian tebal” pemilik toko itu melambaikan tangan sangat Valery melangkah keluar toko.
“aku akan membelikan makanan kesukaan Luna, dia pasti akan sangat bahagia,” Valery melihat jam di tangannya, tinggal beberapa menit lagi bus akan segera, jadi dia bergegas menuju tempat halte bus di seberang jalan.
“apa aku terlalu cepat? kenapa disini sangat sepi, atau aku ketinggalan bus?” tanya Valery dengan bingung, halte bus tampak sepi.
“sedang ada keterlambatan, bus akan tiba 15 menit lagi," ucap seseorang yang sedang duduk di bangku halte.
Valery sangat terkejut saat mendengar ada suara dari belakang dan ketika dia menengok ke belakang dia melihat seorang lelaki sedang duduk, dia terlihat sibuk memainkan ponselnya.
“terima kasih untuk informasinya, apa anda juga sedang menunggu bus?" tanya Valery, dia menghitung waktu dan itu berarti dia akan datang terlambat ke supermarket.
“untuk apa anda bertanya, jika anda tahu jawabnya,” lelaki itu menjawab dengan dingin, bahkan dia tidak menoleh ke arah Valery sama sekali.
Valery hanya mendengarnya, dia tidak ingin melanjutkan pembicaraan dengan lelaki itu, Setelah itu hanya ada keheningan diantara mereka berdua, tiba-tiba terdengar suara ponsel berdering dari lelaki itu.
“Apakah kamu sengaja melakukan ini padaku, membawa pergi mobilku tanpa sepengetahuanku dan sekarang kamu merusaknya, kalau kamu bukan adikku sudah kubunuh dari dulu! Jangan menghubungiku lagi!"
Lelaki itu menjawabnya penuh dengan amarah dan hentakan membuat Valery takut untuk menatapnya.
Aura di sekitar lelaki itu serasa dingin dan mencengkam, 15 menit kemudian bus itu datang. Tanpa menunggu lama Valery naik bus dan meninggalkan lelaki itu, sepertinya dia sedang menunggu seseorang,
“sudahlah untuk apa memikirkannya, yang penting sekarang aku harus sampai tepat waktu,” ucap Valery saat dia melihat lelaki itu dari jendela bus.
Bus pun berhenti ditempat tujuan Valery, lalu dia pun bergegas turun, dengan langkah yang berlari menuju tempat kerjanya, supermarket itu berada di seberang jalan tempat pemberhentian bus.Membuka pintu Valery langsung disambut oleh pemilik supermarket yang sudah bersiap bertukar dengan Valery untuk menjaga tempat itu.“Selamat sore Valery,” sapanya, tuan pemilik supermarket, Dia sudah rapi dengan pakaian seperti biasanya.“selamat sore juga Tuan, maaf aku terlambat datang, karena tadi bus yang biasa aku naiki sedang ada penundaan keberangkatan selama 15 menit,” jawab Valery sedikit menundukkan kepalanya sebagai permintaan maafnya, padahal dia baru bekerja disana sekitar 1 bulan.“sudah jangan dipermasalahkan Valery, yang penting kamu sudah
Keesokan harinya.Luna lebih dahulu membuka kedua matanya saat rasa mual itu semakin tidak tertahankan lagi, sudah lebih dari tiga hari dia seperti ini dan rasa takut itu semakin tinggi, dia tidak tahu apa yang terjadi pada dirinya, mungkinkah kata temannya itu benar?‘Hamil?’Luna segera berlari untuk mengeluarkan seluruh rasa mual itu, sambil membawa alat yang sudah dibeli kemarin, satu hal yang memang harus dipastikan kebenarannya.Luna memejamkan erat matanya melihat dua garis terlihat jelas di sana, rasa takut semakin menyelimuti hatinya dan Luna tidak tahu harus bagaimana kedepannya.Dia tahu jika yang dikatakan kekasihnya itu benar, tapi Luna tidak percaya hingga akhirnya semua ini terja
Waktu berjalan begitu cepat, kini matahari sudah mulai kembali untuk tenggelam.Valery terbangun dengan perasaan yang sedikit bingung, tubuhnya sudah merasa lebih baik, ternyata dengan beristirahat setengah hari membuatnya lebih cepat pulih, Tiba-tiba ponselnya berdering, Valery langsung mengangkat panggilan itu.Dia tidak melihat nomor siapa yang menghubunginya.“Halo?”‘Halo bisakah saya berbicara dengan Nona Arabelle?’Valery terkejut, entah kenapa perasaan tidak enak menghampiri dirinya. "Ya, saya Valery Arabelle, bisa katakan apa yang terjadi?"‘maaf sebelumnya, kami dari pihak rumah sakit mengabarkan bahwa Luna Arabell
Saat ini Valery dan Mei sedang berganti pakaian untuk mengantarkan minuman ke ruang VVIP yaitu ruangan khusus untuk tamu istimewa di klub malam tempat mereka bekerja. klub ini cukup terkenal dikalangan kelas atas."Valery kamu terlihat sangat cantik menggunakan gaun itu, kamu terlihat anggun dan juga mempesona, aku yakin mereka pasti akan menyukaimu," ucap Mei yang kagum melihat Valery sangat cocok dengan gaun."Mei aku sangat tidak menyukai gaun ini terlalu pendek dan terbuka! aku malu, Mei apakah keputusanku adalah yang terbaik untuk Luna? walaupun pada akhirnya aku menggunakan cara kotor!" tanya Valery, melepaskan hal berharga dengan segenggam dollar, Valery benar-benar akan menjual dirinya."Valery jika kamu masih ragu untuk melakukannya, aku tidak pernah akan memaksamu, semua keputusan ada padamu,"
Selama perjalanan hanya ada kecanggungan dan keheningan antara mereka berdua, Valery hanya bisa berharap bahwa semuanya akan baik-baik saja dan cepat berlalu. Sampailah mereka di sebuah kawasan apartemen yang sangat bagus hanya orang-orang yang kaya yang bisa tinggal disana, Valery hanya mengikutinya Tuan itu dari belakang, dia tidak bisa melarikan diri sekarang. berhenti di depan kamar dengan nomor 309, ini adalah nomor apartemen Tuan Byran Greyson itu, dengan langkah ragu-ragu dia melangkah masuk ke dalam apartemennya. "inilah adalah apartemen milikku, kita bisa melakukannya disini" ucapnya, Byran menghentikan langkahnya dan berbalik melihat Valery. mendapat tatapan itu Valery juga berhenti melangkah masuk walau dia sudah melewati pintu, ‘melakukannya? Aku harus me
Keesokan harinya, tepatnya ketika Valery memulai harinya menjadi seorang wanita. Matahari sudah menunjukan dirinya, tapi sepertinya kedua yang berada diranjang itu tidak terusik oleh sinarnya yang sudah mengisi seluruh ruangan dengan cahaya hangatnya, keduanya masih sibuk bersembunyi dibalik selimut, sampai dering sebuah ponsel terdengar dan membangunkan Valery Arabelle. “Akh!” saat Valery ingin mengetahui ponsel siapa yang berdering itu, tiba-tiba pinggangnya sangat sakit dan membuatnya sulit untuk bergerak, sampai dia kembali terhempas keranjang. ‘kenapa masih sangat sakit’ Tanya Valery pada dirinya, tadi malam dia dibuat lupa akan segala hal tentang sebuah kehidupan, kabut malam dan segala hal membuatnya terbuai pada sisi gelap malam, sampai dia ti
Upacara pemakaman Luna dilaksanakan hari itu juga, Byran selalu berada disamping Valery memeluk erat tubuhnya, Valery tidak pernah berhenti menangis dan terkadang dia akan mengamuk memarahi semua orang, sampai acara pemakaman selesai Valery masih tidak ingin meninggalkan Luna."Luna kenapa kamu meninggalkan aku, sekarang aku harus berbuat apa? aku harus bagaimana sekarang aku sendirian, Luna," Ucapnya, Valery terus menatap makam Luna, dimana sekarang semua terkubur dengan segala hal yang begitu menganjal.dan dari belakang Byran juga menatap makam mantan kekasihnya, hati Gleyson Byran sangat hancur melihat orang yang dicintainya sudah pergi meninggalkan tanpa memberitahunya terlebih dulu, apalagi semua terasa begitu cepat, dia berusaha menutupi semua kesedihannya dan bukan waktu yang tepat baginya untuk memberitahunya juga pada Valery.
Keesokan paginya, cahaya matahari sudah menghangatkan bumi dengan sinarnya yang bahkan memberikan manfaat pada kehidupannya yang tinggal di bumi, cahaya itu masuk kedalam sebuah kamar dimana ada sepasang insan yang masih tertidur lelap di dalam hangatnya selimut. sampai cahaya itu menerangi kamar dan membangunkan salah satu dari mereka. Gleyson Byran sudah bangun lebih awal, dia memandangi wajah Valery yang sedang terlelap dalam tidurnya, wajah-nya yang sangat pucat dan di daerah matanya sedikit bengkak tapi tidak mengurangi kecantikannya, sejak kapan seorang Gleyson berubah menjadi seorang laki-laki yang begitu peduli terhadap wanita lain selain Luna. Apakah dia mulai jatuh cinta pada Valery Arabelle? melihat tanda-tanda Valery akan bangun dengan cepat Byran kembali menutup kedua matanya, dia mencoba berpura-pura tertidur.
Valery bersama Byran memasuki sebuah Mall di pusat kota, tidak seperti terakhir kalinya mereka kesini, kali ini dengan sedikit canggung Byran menggandeng tangan Valery dengan erat, tidak ada paksaan atau seperti terakhir kalinya dimana Byran tidak ingin Valery bertatapan dengan orang lain.Duanya hanya memilih Mall karena mungkin saja ada yang bisa lebih banyak di lakukan di sana daripada di taman, mungkin jika mereka berkunjung ke taman hiburan akan banyak permainan yang bisa dicoba tapi Valery tidak ingin menaiki wahana apapun, dia lebih suka berjalan-jalan, melihat dan makan sesuatu, apalagi mengunjungi toko buku, Valery sangat suka membaca buku.“Kenapa hanya diam?” Tanya Byran, pria itu membalik badannya, melihat Valery yang juga langsung menatap ke arahnya, tapi setelah itu diam memutuskan tatapan itu dan kemudian kembali tertunduk, gadi
Satu hari berlalu, cahaya matahari masuk melalu cela-cela gorden yang terbuka sedikit, mengusik dua orang yang sedang berpelukan dalam tebalnya selimut, cahaya itu mengusik salah satu dari mereka hingga membangunkannya.Valery membuka kedua matanya saat wajahnya terus di soroti sinar matahari, dia bergerak sedikit untuk melihat apa yang telah terjadi, matanya tertuju pada pria di hadapannya—lebih tetapnya pria yang sedang memeluk dirinya, jadi semalam itu—setelah Valery menangis, dia tertidur dan berakhir tidur di ranjang pria itu?Dengan ragu Valery mengibaskan selimut yang menutupi tubuhnya, helaan nafas lega terdengar darinya. Pakaiannya masih utuh itu berarti tidak ada yang terjadi, Valery mengusap kedua matanya dan bermaksud untuk meninggalkan ranjang, tapi tubuhnya kembali di hentakan keranjang.
Seminggu berlalu, waktu berlalu dengan iringan hari berganti, apa yang terjadi selama seminggu itu berlalu?Wanita simpanan bisa melakukan apa?Bahkan untuk keluar menghirup udara segar di luar saja rasanya begitu sulit, seperti seorang putri terkutuk yang harus mendekam di kastil tanpa tahu kapan akan bisa keluar dari sana, menanti suatu keajaiban dari seseorang yang berhati baik.Tapi?Itu suatu hal mustahil jika Byran memberikan sebuah kebebasan untuknya, Valery selalu di hantui rasa takut ketika pria itu kembali, entah itu perasaan takut Byran akan memanggil dirinya untuk segera ke kamarnya atau perasaan takut ketika pria itu memintanya untuk diam di dalam dekapannya.Valery terduduk di balko
Hingga hitungan lima belas menit berlalu, Valery belum menunjukan apapun jika wanita itu akan keluar dari ruangan.Byran bangkit dari sofa yang sudah diduduki selama beberapa menit, dia berjalan mendekati ruang ganti pakaian itu dengan beberapa pelayan yang mengikuti di belakang, dia meminta kunci dari pelayan untuk membuka pintu.“Kau membuat kesabaranku habis Nona Arabelle!” Ucap Byran, dia menghentakan pintu itu sampai membuat beberapa orang terkejut termasuk Valery yang ada di dalam.Valery menoleh dengan tubuh yang gemetar, dia jadi teringat bagaimana marahnya Byran sama seperti waktu di klub malam itu, Valery berjalan mundur sampai tubuhnya menabrak dinding. Byran mencekik leher Valery begitu jarak mereka sudah dekat, membuat para pelayan undur diri untuk mengabaikan hal apa yang telah terjad
Keesokan harinya.Byran memasuki ruangan kamar Valery dengan pakaian training, karena hari libur dia memanfaatkannya untuk berolahraga dan berlari di area apartemen, dia pikir saat kembali mungkin sudah ada sarapan pagi yang bisa dia makan tapi? Bahkan gadis itu masih tertidur di atas ranjangnya.Byran membuka lebar gorden setinggi kamar itu, menggesernya sampai sinar matahari menerangi seluruh kamar Valery, Byran kembali menatap gadis yang terbaring dengan jarak yang cukup dekat, tangannya terulur untuk menyingkirkan rambut yang menutupi sebagian wajahnya, terlihat wajah sendu yang sedikit pucat.“Kenyataannya kalian memang berbeda, Valery apa kau akan membenciku?” tanya Byran, hatinya selalu merasakan rasa bersalah, apa hal yang sebenarnya terjadi sampai Byran terus menginginkan Valery menjadi si
Valery membuka kedua matanya setelah merasa sinar matahari begitu menyoroti dirinya, dia melihat seluruh ruangan yang didominasi warna putih dan aroma khas rumah sakit tercium begitu saja.Tunggu? Pagi hari?Valery langsung mengamati seluruh ruangan itu dan menyadari tangannya terdapat infusan, dia di rumah sakit? Apa yang telah terjadi kemarin malam?Valery mengusap keningnya, kejadian tadi malam langsung terputar dalam ingatannya, dia penghukum kebodohan dirinya karena tidak mau memakan sesuatu, pasti alasan dia berada disini apalagi jika bukan gangguan pencernaan, tapi siapa yang membawanya ke sini Mei?Tatapan Valery bertemu dengan seorang pria yang baru akan memasuki ruangannya, bola matanya membuka melihat sosok yang ada di sana, Byran? Jadi pria
Malam harinya.Valery melangkah masuk ke dalam dengan pakaian seragam yang memang di berikan bagi karyawannya, pakaiannya tidak begitu seksi seperti gadis yang menuangkan minum, cukup tertutup dan bahkan di berikan topi.Valery berjalan dan langsung menuju tempat di mana berbagai jenis botol Wine berada, dia meletakan tasnya dan barangnya di dalam loker, dia juga melihat Mei terkejut melihat kedatangan dirinya.“Valery? Kau baik? Kau tidak perlu memaksa untuk datang, aku sudah meminta izin pada atasan kita,” ucap Mei, dia mencangkup bahu gadis itu dan menatapnya dengan sedikit khawatir.Valery tersenyum tipis, dia melepaskan tangan Mei yang ada di tangannya, “Aku baik, sungguh baik-baik saja Mei, jangan khawatirkanku,”
Apa hal yang lebih menyakitkan dari sebuah penghianatan?Memang tidak ada, tapi ketika kita tidak tahu apapun sebuah hal terjadi dalam hitungan jam, merenggut hal yang sangat kita sayangi.Lebih menyakitkan lagi, jika alasan kepergian itu karena takut jika melukai seseorang yang dia sayangi, segan mati adalah pilihan terbaik dari melihat orang yang dia sayangi hancur dalam sebuah penyesalan.Hari cuaca berubah menjadi mendung dengan hujan yang membasahi kota New York, Valery menatap beberapa orang berlari untuk mengindari derasnya hujan tapi kenapa dia sendiri yang hanya melangkah di bawah rintikan hujan itu, membiarkan seluruh tubuhnya basah dalam perasan hancur yang semakin menusuk hatinya.Valery tidak tahu, dia tidak ingin tahu apapun, dia benci dirinya s
Keesokan paginya, cahaya matahari sudah menghangatkan bumi dengan sinarnya yang bahkan memberikan manfaat pada kehidupannya yang tinggal di bumi, cahaya itu masuk kedalam sebuah kamar dimana ada sepasang insan yang masih tertidur lelap di dalam hangatnya selimut. sampai cahaya itu menerangi kamar dan membangunkan salah satu dari mereka. Gleyson Byran sudah bangun lebih awal, dia memandangi wajah Valery yang sedang terlelap dalam tidurnya, wajah-nya yang sangat pucat dan di daerah matanya sedikit bengkak tapi tidak mengurangi kecantikannya, sejak kapan seorang Gleyson berubah menjadi seorang laki-laki yang begitu peduli terhadap wanita lain selain Luna. Apakah dia mulai jatuh cinta pada Valery Arabelle? melihat tanda-tanda Valery akan bangun dengan cepat Byran kembali menutup kedua matanya, dia mencoba berpura-pura tertidur.