Waktu berjalan begitu cepat, kini matahari sudah mulai kembali untuk tenggelam.
Valery terbangun dengan perasaan yang sedikit bingung, tubuhnya sudah merasa lebih baik, ternyata dengan beristirahat setengah hari membuatnya lebih cepat pulih, Tiba-tiba ponselnya berdering, Valery langsung mengangkat panggilan itu.
Dia tidak melihat nomor siapa yang menghubunginya.
“Halo?”
‘Halo bisakah saya berbicara dengan Nona Arabelle?’
Valery terkejut, entah kenapa perasaan tidak enak menghampiri dirinya. "Ya, saya Valery Arabelle, bisa katakan apa yang terjadi?"
‘maaf sebelumnya, kami dari pihak rumah sakit mengabarkan bahwa Luna Arabelle mengalami kecelakaan, kami membutuhkan anda untuk melengkapi data pasien.’
“kecelakan? Tidak—mungkin, Luna? Baiklah terima kasih untuk informasinya, saya akan segera kesana."
Valery langsung bergegas, dia mengikat rambutnya asal, lalu mengambil tas miliknya dan segera berlari memberhentikan taksi untuk menuju rumah sakit.
Dalam perjalanan menuju rumah sakit membutuhkan waktu 20 sampai 25 menit.
Valery berlari kedalam ruangan setelah membayar biaya taksi, dia mendekati meja dan mengabaikan orang yang juga sedang mengantri.
"Pasien bernama Luna Arabelle berada dimana?" tanya Valery kepada salah satu suster disana, dia tidak bisa menunjukkan apapun, sungguh dia begitu khawatir dan juga bersedih, kecelakaan? Rasanya Valery begitu hancur hanya dengan mendengarkan, apalagi nanti bisa melihat Luna di ruangan nanti.
“pasien Luna Arabelle, sedang ada di ruang UGD. tolong harap anda menunggu diruang tunggu, dan silahkan untuk membiarkan orang lain berbicara.”
Valery langsung mencari ruang UGD. Otak dan akal sehatnya tidak memahami apa yang sudah dikatakan suster, dengan bodohnya dia ingin menerobos masuk kesana.
“Nona, ada tidak bisa masuk ke dalam.” kebetulan ada seorang karyawan yang sedang melintas, dia menahan tubuh Valery.
“tidak aku ingin melihat Adikku, Luna! Aku datang.” Air mata Valery sudah mulai berjatuhan, dia ingin segera melihat adiknya dan memeluk erat tubuhnya, rasanya sungguh berat dan hancur.
“Anda hanya boleh melihatnya setelah pasien keluar dari ruangan ini, dan di dalam keadaan pasien sedang dalam masa kritis karena pendarahan yang begitu banyak,” ucap pria itu, dia mendorong Valery untuk melangkah jauh.
Mendengar ucapan itu merobohkan pertahanan tubuh Valery, dia jatuh ke lantai dengan air mata yang sudah membasahi pipinya.
“Luna apa yang terjadi? kenapa bisa kamu seperti ini, bukankah kamu seharusnya berhati-hati, kenapa Luna—,” Valery menutup wajahnya dengan tangannya, tangisan itu semakin kencang dan sedikit terdengar orang sekitar.
“Nona, tidak baik menangis, kamu harus kuat untuknya, apapun yang terjadi, hanya kamu harapannya.” ucap pria itu, dia membantu Valery untuk bangun. Lalu membantunya untuk duduk kursi tunggu.
Ruang UGD itu masih tertutup, didalam dokter dan asistennya sedang memeriksa Luna, banyak sekali darah yang keluar dari kepalanya dan ini semakin membuat Valery sedih, dia menyesal telah menyuruhnya untuk bekerja hari ini, jika dia tahu semua ini akan terjadi, dia tidak akan membiarkan bekerja namun takdir tidak akan bisa diubah oleh siapapun.
Valery hanya bisa berharap kepada tuhan agar Sang adiknya bisa selamat dan bisa kembali bersamanya, dia akan melakukan apapun untuk membuat Luna bisa membuka kedua matanya.
Cukup lama Valery menunggu di luar, akhirnya hadapan itu pintu terbuka telah terjadi, dengan cepat Valery menghampiri dokter itu dan bertanya.
“Dokter apa yang terjadi pada Adikku? Bagaimana kondisinya?” Tanya Valery, dia tahu pasti kecelakaan itu sangat menguras banyak darah sang adik.
“Apakah kamu wali dari pasien Luna Arabelle? Jika benar tolong temui saya di ruanganku. ada sesuatu yang harus saya sampaikan dan diskusikan dengan Nona." ucap Sang dokter.
“Baiklah dokter.” Valery mengikuti langkah sang dokter, walau dia sangat ingin melihat Luna tapi dia tidak boleh ceroboh, apapun yang nanti akan disampaikan itulah hal yang sudah terjadi.
Didalam ruangan dokter itu, Valery tampak sangat gugup dan khawatir, di dalam pikirannya saat ini hanya Luna dan biaya yang akan harus dia bayar.
“saya akan menjelaskan tentang kondisi Nona Luna Arabelle, sebelumnya aku akan mengajukan pertanyaan, apakah kalian tidak memiliki orang tua?” tanya sang dokter.
“orang tua kami sudah lama meninggal dan hanya akulah keluarganya yang dia miliki,” jawab Valery, dia merasa sedih untuk pertanyaan itu, sekuat apapun dirinya, Valery tetaplah gadis yang memiliki sisi lemah.
“baiklah Adik anda mengalami benturan di kepala yang sangat keras dan cukup banyak mengeluarkan darah saat pasien dibawa kerumah sakit, untuk saat ini stok darah yang dimiliki adikmu sangat terbilang cukup sedikit, untuk itu kami masih sulit untuk menemukannya, dan harus meminta pada bank darah.” kata dokter itu, dia menjelaskan dengan hasil yang sudah ditulis tadi.
“apa yang harus aku lakukan untuk sekarang dokter? Haruskan aku mencari darah yang sama dengan adikku, dan apakah adikku masih bisa diselamatkan?" tanya Valery, sebenarnya itu yang ingin dia tanyakan, jika adiknya bisa selamat walau harus mengeluarkan banyak biaya, Valery akan mengusahakannya.
“golongan darah adikmu adalah AB+. di rumah sakit ini kami kehabisan darah itu dan sedang memintanya pada bank darah, dan saat ini kita sedang menganalisis adikmu karena ada kemungkinan yang akan terjadi pada adikmu sepertinya gegar otak dan yang lebih kami takutkan adalah pembuluh darahnya pecah, kami akan melakukan operasi tapi resikonya sangat tinggi jika pasien tidak mampu, ini akan mengakibatkan koma pada pasien, kami dari pihak rumah sakit membutuhkan persetujuan untuk adikmu,” ucapnya, sang dokter menjelaskan semua yang terjadi akibat dari kecelakaan itu.
Valery hanya bisa terdiam mendengar semua penjelasan ini, hatinya hancur berkeping-keping, dan karena hal itu tubuhnya kembali lemas, dengan pasrah Valery memijat keningnya.
"Nona Valery, apa golongan darah anda?" dokter bertanya.
"golongan darah saya A dokter, berapa biaya yang dibutuhkan untuk melakukan operasi dokter?"
"untuk biaya anda bisa bertanya saat anda mengisi biodata adikmu, jika tidak ada pertanyaan lagi saya izin untuk memeriksa pasien lainnya," ucap sang dokter, dia tahu keresahan yang Valery rasakan.
“Terimakasih dokter.”
dokter itu meninggalkan Valery dan pergi untuk memeriksa pasien lainnya.
"Tuhan ujian apa yang kau berikan kepadaku, kenapa kamu harus memberikannya kepada adikku kenapa tidak padaku saja?" Valery menangis lagi dia tidak bisa berhenti meneteskan Air mata.
Keluar dari ruangan itu sang dokter, Valery berjalan menuju tempat yang dokter katakan untuk menanyakan biaya yang dibutuhkan untuk operasi Adiknya.
"Nona ada yang bisa saya bantu?" tanya suster yang menjaga tempat tersebut.
"Berapa biaya yang dibutuhkan untuk operasi pasien bernama Luna Arabelle?"
"Sebentar yang Nona saya periksa dulu, harap tunggu sebentar" ucapnya, suster memeriksa data pasien bersama Luna Arabelle.
"Pasien bernama Luna Arabelle berusia 17 tahun, untuk biaya operasi anda harus membayar 5 juta dollar dan itu belum biaya perawatannya, jadi silahkan mengisi biodata anda dan registrasinya." ucap sang suster. Dia memberikan dokumen yang berisi beberapa lembar.
Mendengar nominal yang disebutkan itu membuat Valery semakin membuatnya merasa putus asa, bagaimana dia bisa mendapatkan uang sebanyak itu dalam satu malam, Valery menghela nafas resah, dia menerima dokumen itu.
“Lalu kapan operasi itu dilakukannya?”
“operasi akan dilakukan jika anda sudah membayar tengah biayanya dan semakin cepat anda membayar semakin cepat operasi dilakukan, jika tidak ada pertanyaan silahkan mengisi registrasinya disana."
********
Malam-pun tiba tanpa Valery sadari saat dia berjalan keluar rumah sakit, dia terlihat sangat bingung dan putus asa, kemana dia akan meminjam uang sebanyak itu dan mendapatkannya dalam satu malam. Dia berjalan tanpa melihat arah tidak tahu tujuan untuk mencari sampai hari mulai malam.
langkah kakinya terhenti di sebuah klub malam tempat dia bekerja entah kenapa dia berjalan kesini, tanpa menunggu dia melangkah masuk kedalam.
Mungkin saja disana dia bisa mendapatkan pinjaman untuk sang adik.
"Valery kamu datang?" tanya Mei dia adalah teman yang memperkenalkan Valery pada pekerjaan di club malam, dia teman sangat baik kepada Valery.
"Ya, Mei aku ingin berbicara sesuatu padamu hal yang sangat penting bisakah kita berbicara diluar," jawab Valery dia menarik tangan Mei untuk keluar dari club malam.
"kata ada masalah apa yang terjadi padamu, aku akan siap membantumu," tanya Mei, dia memperhatikan wajah Valery yang terlihat begitu sedih, belum lagi jejak air mata masih terlihat jelas di wajahnya.
Air mata Valery mulai berjatuhan lagi, dia tidak bisa berhenti untuk menangis jika mengingat apa yang terjadi pada Luna.
"why? Tidak jangan menangis sayang, katakan padaku apa yang terjadi, aku tidak akan bisa mengerti jika kamu tiba-tiba menangis dan tak mengatakan apapun," lanjut Mei, dia mengusap air mata Valery.
“Luna—dia kecelakan Mei dan sekarang keadaannya sedang kritis dan aku—,” Valery tidak sanggup untuk melanjutkan kalimatnya.
“apa? Luna kecelakan? Kenapa bisa terjadi? Dan siapa yang menabraknya? Katakan padaku lebih jelas Valery!”
“aku tidak bisa menjelaskannya sekarang aku membutuhkan bantuanmu Mei, keselamatannya lebih penting.”
“baiklah. Aku akan membantumu Velary jika bisa aku lakukan, katakan bantuan apa yang kamu butuhkan?"
“aku membutuhkan biaya operasi untuk Luna sebanyak 5 juta dolar, apakah kamu bisa meminjamkan aku uang sebanyak itu?” tanya Valery, dia menatap Mei penuh dengan harapan, karena ada jalan lain dan pilihan saat ini.
“apa? Valery apa aku tidak salah dengar 5 juta dolar, itu bukan yang uang sedikit! Dan bagaimana mungkin aku mempunyai uang sebanyak itu! Tapi aku punya cara untuk bisa membantumu mendapatkan uang itu!" ucap Mei, walau dia menyampaikan kalimat terakhir dengan ragu, karena pilihan ini terlalu melangkah jauh.
“benarkah? bagaimana cara mendapatkannya?” Tanyanya, Valery begitu semangat untuk mengetahui solusi apa yang Mei katakan.
“One stand night, hanya itu kau bisa mendapatkan uang dari pria kaya.”
Valery terkejut, tidak mungkin dia melakukan cara kotor. “Mei—Apakah kamu sudah gila? mana mungkin aku akan melakukan cara kotor untuk mendapatkan uang, aku bukan—,"
"Valery aku juga tidak ingin memberitahu cara seperti ini tapi kita tidak punya pilihan lagi, bukankah kamu bilang kamu membutuhkannya sekarang untuk biaya operasi Luna, dan kamu datang tepat waktu Velary, karena Tuan Greyson dan Tuan Alvo mereka sedang berada disini, kamu bisa menggunakan kesempatan ini untuk tidur dengan salah satu dari mereka dan minta uang, kamu tahu mereka adalah tamu VVIP, dan pria terkaya di kota." ucapnya, Mei mencoba memberi saran pada Valery walaupun harus dengan cara kotor seperti itu.
“Baiklah, demi Luna.” Setelah mendengarkan saran itu Valery memutuskan untuk setuju, dia akan melakukan apapun untuk kesembuhan Luna walaupun tubuh dan nyawanya harus dia berikan, dia merelakan masa depannya hancur untuk bisa tetap bersama adiknya yang sangat dia sayangi.
Saat ini Valery dan Mei sedang berganti pakaian untuk mengantarkan minuman ke ruang VVIP yaitu ruangan khusus untuk tamu istimewa di klub malam tempat mereka bekerja. klub ini cukup terkenal dikalangan kelas atas."Valery kamu terlihat sangat cantik menggunakan gaun itu, kamu terlihat anggun dan juga mempesona, aku yakin mereka pasti akan menyukaimu," ucap Mei yang kagum melihat Valery sangat cocok dengan gaun."Mei aku sangat tidak menyukai gaun ini terlalu pendek dan terbuka! aku malu, Mei apakah keputusanku adalah yang terbaik untuk Luna? walaupun pada akhirnya aku menggunakan cara kotor!" tanya Valery, melepaskan hal berharga dengan segenggam dollar, Valery benar-benar akan menjual dirinya."Valery jika kamu masih ragu untuk melakukannya, aku tidak pernah akan memaksamu, semua keputusan ada padamu,"
Selama perjalanan hanya ada kecanggungan dan keheningan antara mereka berdua, Valery hanya bisa berharap bahwa semuanya akan baik-baik saja dan cepat berlalu. Sampailah mereka di sebuah kawasan apartemen yang sangat bagus hanya orang-orang yang kaya yang bisa tinggal disana, Valery hanya mengikutinya Tuan itu dari belakang, dia tidak bisa melarikan diri sekarang. berhenti di depan kamar dengan nomor 309, ini adalah nomor apartemen Tuan Byran Greyson itu, dengan langkah ragu-ragu dia melangkah masuk ke dalam apartemennya. "inilah adalah apartemen milikku, kita bisa melakukannya disini" ucapnya, Byran menghentikan langkahnya dan berbalik melihat Valery. mendapat tatapan itu Valery juga berhenti melangkah masuk walau dia sudah melewati pintu, ‘melakukannya? Aku harus me
Keesokan harinya, tepatnya ketika Valery memulai harinya menjadi seorang wanita. Matahari sudah menunjukan dirinya, tapi sepertinya kedua yang berada diranjang itu tidak terusik oleh sinarnya yang sudah mengisi seluruh ruangan dengan cahaya hangatnya, keduanya masih sibuk bersembunyi dibalik selimut, sampai dering sebuah ponsel terdengar dan membangunkan Valery Arabelle. “Akh!” saat Valery ingin mengetahui ponsel siapa yang berdering itu, tiba-tiba pinggangnya sangat sakit dan membuatnya sulit untuk bergerak, sampai dia kembali terhempas keranjang. ‘kenapa masih sangat sakit’ Tanya Valery pada dirinya, tadi malam dia dibuat lupa akan segala hal tentang sebuah kehidupan, kabut malam dan segala hal membuatnya terbuai pada sisi gelap malam, sampai dia ti
Upacara pemakaman Luna dilaksanakan hari itu juga, Byran selalu berada disamping Valery memeluk erat tubuhnya, Valery tidak pernah berhenti menangis dan terkadang dia akan mengamuk memarahi semua orang, sampai acara pemakaman selesai Valery masih tidak ingin meninggalkan Luna."Luna kenapa kamu meninggalkan aku, sekarang aku harus berbuat apa? aku harus bagaimana sekarang aku sendirian, Luna," Ucapnya, Valery terus menatap makam Luna, dimana sekarang semua terkubur dengan segala hal yang begitu menganjal.dan dari belakang Byran juga menatap makam mantan kekasihnya, hati Gleyson Byran sangat hancur melihat orang yang dicintainya sudah pergi meninggalkan tanpa memberitahunya terlebih dulu, apalagi semua terasa begitu cepat, dia berusaha menutupi semua kesedihannya dan bukan waktu yang tepat baginya untuk memberitahunya juga pada Valery.
Keesokan paginya, cahaya matahari sudah menghangatkan bumi dengan sinarnya yang bahkan memberikan manfaat pada kehidupannya yang tinggal di bumi, cahaya itu masuk kedalam sebuah kamar dimana ada sepasang insan yang masih tertidur lelap di dalam hangatnya selimut. sampai cahaya itu menerangi kamar dan membangunkan salah satu dari mereka. Gleyson Byran sudah bangun lebih awal, dia memandangi wajah Valery yang sedang terlelap dalam tidurnya, wajah-nya yang sangat pucat dan di daerah matanya sedikit bengkak tapi tidak mengurangi kecantikannya, sejak kapan seorang Gleyson berubah menjadi seorang laki-laki yang begitu peduli terhadap wanita lain selain Luna. Apakah dia mulai jatuh cinta pada Valery Arabelle? melihat tanda-tanda Valery akan bangun dengan cepat Byran kembali menutup kedua matanya, dia mencoba berpura-pura tertidur.
Apa hal yang lebih menyakitkan dari sebuah penghianatan?Memang tidak ada, tapi ketika kita tidak tahu apapun sebuah hal terjadi dalam hitungan jam, merenggut hal yang sangat kita sayangi.Lebih menyakitkan lagi, jika alasan kepergian itu karena takut jika melukai seseorang yang dia sayangi, segan mati adalah pilihan terbaik dari melihat orang yang dia sayangi hancur dalam sebuah penyesalan.Hari cuaca berubah menjadi mendung dengan hujan yang membasahi kota New York, Valery menatap beberapa orang berlari untuk mengindari derasnya hujan tapi kenapa dia sendiri yang hanya melangkah di bawah rintikan hujan itu, membiarkan seluruh tubuhnya basah dalam perasan hancur yang semakin menusuk hatinya.Valery tidak tahu, dia tidak ingin tahu apapun, dia benci dirinya s
Malam harinya.Valery melangkah masuk ke dalam dengan pakaian seragam yang memang di berikan bagi karyawannya, pakaiannya tidak begitu seksi seperti gadis yang menuangkan minum, cukup tertutup dan bahkan di berikan topi.Valery berjalan dan langsung menuju tempat di mana berbagai jenis botol Wine berada, dia meletakan tasnya dan barangnya di dalam loker, dia juga melihat Mei terkejut melihat kedatangan dirinya.“Valery? Kau baik? Kau tidak perlu memaksa untuk datang, aku sudah meminta izin pada atasan kita,” ucap Mei, dia mencangkup bahu gadis itu dan menatapnya dengan sedikit khawatir.Valery tersenyum tipis, dia melepaskan tangan Mei yang ada di tangannya, “Aku baik, sungguh baik-baik saja Mei, jangan khawatirkanku,”
Valery membuka kedua matanya setelah merasa sinar matahari begitu menyoroti dirinya, dia melihat seluruh ruangan yang didominasi warna putih dan aroma khas rumah sakit tercium begitu saja.Tunggu? Pagi hari?Valery langsung mengamati seluruh ruangan itu dan menyadari tangannya terdapat infusan, dia di rumah sakit? Apa yang telah terjadi kemarin malam?Valery mengusap keningnya, kejadian tadi malam langsung terputar dalam ingatannya, dia penghukum kebodohan dirinya karena tidak mau memakan sesuatu, pasti alasan dia berada disini apalagi jika bukan gangguan pencernaan, tapi siapa yang membawanya ke sini Mei?Tatapan Valery bertemu dengan seorang pria yang baru akan memasuki ruangannya, bola matanya membuka melihat sosok yang ada di sana, Byran? Jadi pria
Valery bersama Byran memasuki sebuah Mall di pusat kota, tidak seperti terakhir kalinya mereka kesini, kali ini dengan sedikit canggung Byran menggandeng tangan Valery dengan erat, tidak ada paksaan atau seperti terakhir kalinya dimana Byran tidak ingin Valery bertatapan dengan orang lain.Duanya hanya memilih Mall karena mungkin saja ada yang bisa lebih banyak di lakukan di sana daripada di taman, mungkin jika mereka berkunjung ke taman hiburan akan banyak permainan yang bisa dicoba tapi Valery tidak ingin menaiki wahana apapun, dia lebih suka berjalan-jalan, melihat dan makan sesuatu, apalagi mengunjungi toko buku, Valery sangat suka membaca buku.“Kenapa hanya diam?” Tanya Byran, pria itu membalik badannya, melihat Valery yang juga langsung menatap ke arahnya, tapi setelah itu diam memutuskan tatapan itu dan kemudian kembali tertunduk, gadi
Satu hari berlalu, cahaya matahari masuk melalu cela-cela gorden yang terbuka sedikit, mengusik dua orang yang sedang berpelukan dalam tebalnya selimut, cahaya itu mengusik salah satu dari mereka hingga membangunkannya.Valery membuka kedua matanya saat wajahnya terus di soroti sinar matahari, dia bergerak sedikit untuk melihat apa yang telah terjadi, matanya tertuju pada pria di hadapannya—lebih tetapnya pria yang sedang memeluk dirinya, jadi semalam itu—setelah Valery menangis, dia tertidur dan berakhir tidur di ranjang pria itu?Dengan ragu Valery mengibaskan selimut yang menutupi tubuhnya, helaan nafas lega terdengar darinya. Pakaiannya masih utuh itu berarti tidak ada yang terjadi, Valery mengusap kedua matanya dan bermaksud untuk meninggalkan ranjang, tapi tubuhnya kembali di hentakan keranjang.
Seminggu berlalu, waktu berlalu dengan iringan hari berganti, apa yang terjadi selama seminggu itu berlalu?Wanita simpanan bisa melakukan apa?Bahkan untuk keluar menghirup udara segar di luar saja rasanya begitu sulit, seperti seorang putri terkutuk yang harus mendekam di kastil tanpa tahu kapan akan bisa keluar dari sana, menanti suatu keajaiban dari seseorang yang berhati baik.Tapi?Itu suatu hal mustahil jika Byran memberikan sebuah kebebasan untuknya, Valery selalu di hantui rasa takut ketika pria itu kembali, entah itu perasaan takut Byran akan memanggil dirinya untuk segera ke kamarnya atau perasaan takut ketika pria itu memintanya untuk diam di dalam dekapannya.Valery terduduk di balko
Hingga hitungan lima belas menit berlalu, Valery belum menunjukan apapun jika wanita itu akan keluar dari ruangan.Byran bangkit dari sofa yang sudah diduduki selama beberapa menit, dia berjalan mendekati ruang ganti pakaian itu dengan beberapa pelayan yang mengikuti di belakang, dia meminta kunci dari pelayan untuk membuka pintu.“Kau membuat kesabaranku habis Nona Arabelle!” Ucap Byran, dia menghentakan pintu itu sampai membuat beberapa orang terkejut termasuk Valery yang ada di dalam.Valery menoleh dengan tubuh yang gemetar, dia jadi teringat bagaimana marahnya Byran sama seperti waktu di klub malam itu, Valery berjalan mundur sampai tubuhnya menabrak dinding. Byran mencekik leher Valery begitu jarak mereka sudah dekat, membuat para pelayan undur diri untuk mengabaikan hal apa yang telah terjad
Keesokan harinya.Byran memasuki ruangan kamar Valery dengan pakaian training, karena hari libur dia memanfaatkannya untuk berolahraga dan berlari di area apartemen, dia pikir saat kembali mungkin sudah ada sarapan pagi yang bisa dia makan tapi? Bahkan gadis itu masih tertidur di atas ranjangnya.Byran membuka lebar gorden setinggi kamar itu, menggesernya sampai sinar matahari menerangi seluruh kamar Valery, Byran kembali menatap gadis yang terbaring dengan jarak yang cukup dekat, tangannya terulur untuk menyingkirkan rambut yang menutupi sebagian wajahnya, terlihat wajah sendu yang sedikit pucat.“Kenyataannya kalian memang berbeda, Valery apa kau akan membenciku?” tanya Byran, hatinya selalu merasakan rasa bersalah, apa hal yang sebenarnya terjadi sampai Byran terus menginginkan Valery menjadi si
Valery membuka kedua matanya setelah merasa sinar matahari begitu menyoroti dirinya, dia melihat seluruh ruangan yang didominasi warna putih dan aroma khas rumah sakit tercium begitu saja.Tunggu? Pagi hari?Valery langsung mengamati seluruh ruangan itu dan menyadari tangannya terdapat infusan, dia di rumah sakit? Apa yang telah terjadi kemarin malam?Valery mengusap keningnya, kejadian tadi malam langsung terputar dalam ingatannya, dia penghukum kebodohan dirinya karena tidak mau memakan sesuatu, pasti alasan dia berada disini apalagi jika bukan gangguan pencernaan, tapi siapa yang membawanya ke sini Mei?Tatapan Valery bertemu dengan seorang pria yang baru akan memasuki ruangannya, bola matanya membuka melihat sosok yang ada di sana, Byran? Jadi pria
Malam harinya.Valery melangkah masuk ke dalam dengan pakaian seragam yang memang di berikan bagi karyawannya, pakaiannya tidak begitu seksi seperti gadis yang menuangkan minum, cukup tertutup dan bahkan di berikan topi.Valery berjalan dan langsung menuju tempat di mana berbagai jenis botol Wine berada, dia meletakan tasnya dan barangnya di dalam loker, dia juga melihat Mei terkejut melihat kedatangan dirinya.“Valery? Kau baik? Kau tidak perlu memaksa untuk datang, aku sudah meminta izin pada atasan kita,” ucap Mei, dia mencangkup bahu gadis itu dan menatapnya dengan sedikit khawatir.Valery tersenyum tipis, dia melepaskan tangan Mei yang ada di tangannya, “Aku baik, sungguh baik-baik saja Mei, jangan khawatirkanku,”
Apa hal yang lebih menyakitkan dari sebuah penghianatan?Memang tidak ada, tapi ketika kita tidak tahu apapun sebuah hal terjadi dalam hitungan jam, merenggut hal yang sangat kita sayangi.Lebih menyakitkan lagi, jika alasan kepergian itu karena takut jika melukai seseorang yang dia sayangi, segan mati adalah pilihan terbaik dari melihat orang yang dia sayangi hancur dalam sebuah penyesalan.Hari cuaca berubah menjadi mendung dengan hujan yang membasahi kota New York, Valery menatap beberapa orang berlari untuk mengindari derasnya hujan tapi kenapa dia sendiri yang hanya melangkah di bawah rintikan hujan itu, membiarkan seluruh tubuhnya basah dalam perasan hancur yang semakin menusuk hatinya.Valery tidak tahu, dia tidak ingin tahu apapun, dia benci dirinya s
Keesokan paginya, cahaya matahari sudah menghangatkan bumi dengan sinarnya yang bahkan memberikan manfaat pada kehidupannya yang tinggal di bumi, cahaya itu masuk kedalam sebuah kamar dimana ada sepasang insan yang masih tertidur lelap di dalam hangatnya selimut. sampai cahaya itu menerangi kamar dan membangunkan salah satu dari mereka. Gleyson Byran sudah bangun lebih awal, dia memandangi wajah Valery yang sedang terlelap dalam tidurnya, wajah-nya yang sangat pucat dan di daerah matanya sedikit bengkak tapi tidak mengurangi kecantikannya, sejak kapan seorang Gleyson berubah menjadi seorang laki-laki yang begitu peduli terhadap wanita lain selain Luna. Apakah dia mulai jatuh cinta pada Valery Arabelle? melihat tanda-tanda Valery akan bangun dengan cepat Byran kembali menutup kedua matanya, dia mencoba berpura-pura tertidur.