Saat ini Valery dan Mei sedang berganti pakaian untuk mengantarkan minuman ke ruang VVIP yaitu ruangan khusus untuk tamu istimewa di klub malam tempat mereka bekerja. klub ini cukup terkenal dikalangan kelas atas.
"Valery kamu terlihat sangat cantik menggunakan gaun itu, kamu terlihat anggun dan juga mempesona, aku yakin mereka pasti akan menyukaimu," ucap Mei yang kagum melihat Valery sangat cocok dengan gaun.
"Mei aku sangat tidak menyukai gaun ini terlalu pendek dan terbuka! aku malu, Mei apakah keputusanku adalah yang terbaik untuk Luna? walaupun pada akhirnya aku menggunakan cara kotor!" tanya Valery, melepaskan hal berharga dengan segenggam dollar, Valery benar-benar akan menjual dirinya.
"Valery jika kamu masih ragu untuk melakukannya, aku tidak pernah akan memaksamu, semua keputusan ada padamu," ucapnya, Mei mencoba memberikan kesempatan kepada Valery untuk berfikir kembali.
"Baiklah aku sudah mengambil keputusan untuk melakukan ini, Mei terima kasih karena selalu membantuku dalam hal apapun, suatu hari aku harap akan membalas semua kebaikanmu," ucap Valery yang menunjukan senyum manisnya pada sahabatnya, Walau tubuhnya begitu tidak suka memakai gaun itu.
"Valery kita ini sahabat, itu sudah menjadi kewajibanku untuk membantu sahabatku, semoga kamu berhasil dan Luna bisa cepat sembuh, sudah jangan menangis nanti make up-mu bisa berantakkan, ayo kita antara minuman ini sekarang," gumam Mei yang mulai mendorong Valery keluar dari toilet.
"hm, ayo kita lakukan." Valery hanya mengangguk dan mereka berjalan keluar dan menuju ke ruangan VIP itu.
"permisi tuan kami ingin mengantarkan minum wine ini ke Tuan Greyson dan Tuan Alvo,"
tanpa menunggu pintu sudah terbuka memperlihatkan dua lelaki tampan yang sedang mengobrol di dalam ruangan itu, Valery sangat gugup saat dia memasuki ruangan itu mencoba bersembunyi dibelakang Mei.
"Sayangku Mei malam ini kamu sangat cantik," Tuan Alvo, pria itu memang sangat dekat dengan Mei, dan setiap kali dia kesini dia selalu meminta Mei yang mengantarkan wine.
"Tuan anda terlalu memuji, ini wine yang biasa anda pesan," ucapnya, Mei sangat malu jika dia sudah bertemu dengan Alvo.
"siapa gadis yang kamu bawa?" tiba-tiba Byran Grayson sangat tertarik dengan gadis yang bersembunyi dibelakang Mei.
"Aku hampir lupa, Dia sahabatku Namanya Valery, ayo Valery tunjukan wajahmu kepada tamu kita." ucap Mei, dia menarik Valery untuk berdiri di sampingnya.
Dengan ragu-ragu Valery berjalan kesamping Mei, mengangkat kepalanya dan menatap tamu itu, entah kenapa satu tatapan dari pria itu sangat dingin dan bahkan Valery seperti mengenalnya.
"namaku adalah Valery aku sahabat Mei, senang bertemu dengan Tuan Greyson dan Tuan Alvo."
"Byran bukankah dia sangat cantik, lihatlah dia!" Tuan Alvo, mencoba menggoda Greyson, menyuruh temannya untuk mencari hiburan agar dia bisa melupakan mantan kekasihnya.
Sean hanya diam, dia mencoba mengamatinya dari kepala hingga kakinya seperti gadis ini yang pernah bertemu dengannya di halte bus itu, Menerima tatapan dari Sean membuat Valery takut dan dia mencoba menundukkan kepalanya agar menghindari tatapannya.
"Sahabatku, ini sedang membutuhkan uang untuk biaya operasi adiknya—,"
Valery menarik tangan Mei, mencoba menghentikan ucapan temannya.
"Mei aku mohon jangan," sela, Valery sangat malu jika semua orang lain tahu masalahnya, dia hanya ingin melakukan pendekatan bukan langsung menyebutkan masalahnya.
"Mei seperti kita harus pergi aku merasa tidak nyaman, aku ingin menikmati lantai dansa," ucap Tuan Alvo.
tiba-tiba Tuan Alvo bangun dari tempat duduknya dan menarik Mei keluar dari ruangan itu, meninggalkan Valery dan Byran berdua saja disana.
"Valery, aku hanya bisa membantumu sampai disini sisanya kamu yang lakukan sendiri," Mei berbicara saat sebelum dia pergi.
"Mei tolong jangan tinggalkan aku, aku tidak tahu—," pintu itu sudah tertutup dan Valery hanya semakin takut dan bingung.
"apakah kamu sedang mencari uang untuk adikmu, hal apa yang akan aku dapatkan?" Byran bertanya kepada Valery tatapannya hanya tertuju pada Valery sejak dia memasuki ruangannya, dia bangkit dari tempat duduknya dan berdiri tepat di depan Valery.
"tidak.—Tuan anda salah dengar maaf pekerjaan saya sudah selesai, saya harus kembali," ucapnya, rasanya Valery sangat gugup dan membuatnya ingin keluar dari ruangan ini,
Tapi tanpa diduga Valery, Tuan itu melangkah mendekati Valery dan menundukkan badan untuk menatap Valery dari dekat, kegugupan mulai terlihat diwajah.
Tapi Valery berusaha melangkah mundur dan membuat Byran menarik tangannya dan membalik tubuh Valery memeluknya dari belakang, Tindakan yang begitu cepat membuat Valery sangat gugup bercampur takut.
"Tuan apa yang kamu lakukan? tolong lepaskan aku!" dia berusaha melepaskan diri dari genggaman pria itu, tubuhnya gemetar hebat saat tangan besarnya melilit di tubuhnya.
"kenapa kamu harus takut? kamu datang kesini karena membutuhkan uang darikukan? semua wanita sama saja, melakukan hal kotor untuk mendapatkan uang!"
Byran sangat muak jika seseorang datang kepadanya hanya menginginkan uangnya apalagi seorang gadis, dia sudah sangat hafal.
harga diri Valery sangat terluka, berani sekali lelaki ini membandingkan dirinya dengan wanita murah diluar sana, tapi kenyataannya dia juga akan menjadi seperti itu, menjadi wanita yang mungkin akan menjadi wanita pemuas nafsu lelaki. tapi Valery hanya ingin melakukan itu pada satu pria, dia tidak mau jika harus seperti sahabatnya ataupun wanita lainnya di klub malam ini.
"berapa harga untuk satu malam?" dengan sengaja Byran mencium leher, gadis ini terlalu gugup dan tegang sebegitu takutnya.
"Tuan—bisakah anda menghentikan itu, ini sangat tidak nyaman bagiku!" dia sangat panik dengan semua tindakan Tuan itu, semua ini terasa baru untuk Valery
"benarkah? Apa ini juga tidak nyaman," Byran mencium daun telinga Valery. Dengan sengaja Byran terus saja menggoda Valery, dia butuh sebuah pelampiasaan untuk hal yang sudah terjadi hari ini, apalagi tanpa sebab seseorang telah melukai dirinya dan menghancurkan harapannya.
"Tuan—tidak jangan lakukan itu!" ucap Valery dengan takut, degup jantungnya sudah mulai berdebar dengan sangat kencang, tapi kenapa Valery tubuhnya seakan-akan tidak bisa menolak sentuhannya.
"ikutlah denganku, ke apartemenku. di sana lebih baik," ucapnya dengan cepat Byran Greyson mengangkat tubuh gadis itu dengan kedua tangannya.
"Tidak! Tuan Greyson tolong turunkan aku—aku tidak mau pergi kemanapun."
kekhawatiran Valery semakin meningkat, apa yang aku harus lakukan, 'apakah semua ini akan baik-baik saja jika dia mengikuti semua ini, mungkinkah malam ini dia akan memberikan harga dirinya?'
Byran membawa Valery keluar dari club malam itu, dia membawanya sampai kedalam mobilnya dan menaruhnya di kursi depan di samping kursi pengemudi.
Valery hanya diam tanpa berkata apapun dia sudah menguatkan diri untuk menerima semua resikonya. kedua tangan Valery saling bertautan, keringat dingin mulai keluar dari dahi ataupun tangannya, dia terus berdoa pada tuhan dia untuk memaafkan semua kesalahan yang akan dia lakukan, dia juga sangat menyesal pada keputusan yang lebih memilih jalan kotor untuk menyelamatkan seseorang, bagaimana nanti jika Sona bertanya dari mana semua uang yang dia dapat? bagaimana Valery harus menjawab harus berbohong atau jujur?
Valery bahkan tidak berpikir jika masa depan akan hancur karena keputusannya sendiri.
'Luna, aku harap hidupmu tidak pernah seperti kakakmu ini, semoga kamu bisa cepat sembuh dan kita bisa kembali menjalani kehidupan ini' ucap Valery dalam hatinya.
Valery berusaha sebisa mungkin untuk tidak terlihat gugup di depan Tuan Greyson yang kini sedang mengemudi menuju apartemennya, yang akan menjadi tempat dimana Valery kehilangan sesuatu yang berharga dalam hidupnya.
Selama perjalanan hanya ada kecanggungan dan keheningan antara mereka berdua, Valery hanya bisa berharap bahwa semuanya akan baik-baik saja dan cepat berlalu. Sampailah mereka di sebuah kawasan apartemen yang sangat bagus hanya orang-orang yang kaya yang bisa tinggal disana, Valery hanya mengikutinya Tuan itu dari belakang, dia tidak bisa melarikan diri sekarang. berhenti di depan kamar dengan nomor 309, ini adalah nomor apartemen Tuan Byran Greyson itu, dengan langkah ragu-ragu dia melangkah masuk ke dalam apartemennya. "inilah adalah apartemen milikku, kita bisa melakukannya disini" ucapnya, Byran menghentikan langkahnya dan berbalik melihat Valery. mendapat tatapan itu Valery juga berhenti melangkah masuk walau dia sudah melewati pintu, ‘melakukannya? Aku harus me
Keesokan harinya, tepatnya ketika Valery memulai harinya menjadi seorang wanita. Matahari sudah menunjukan dirinya, tapi sepertinya kedua yang berada diranjang itu tidak terusik oleh sinarnya yang sudah mengisi seluruh ruangan dengan cahaya hangatnya, keduanya masih sibuk bersembunyi dibalik selimut, sampai dering sebuah ponsel terdengar dan membangunkan Valery Arabelle. “Akh!” saat Valery ingin mengetahui ponsel siapa yang berdering itu, tiba-tiba pinggangnya sangat sakit dan membuatnya sulit untuk bergerak, sampai dia kembali terhempas keranjang. ‘kenapa masih sangat sakit’ Tanya Valery pada dirinya, tadi malam dia dibuat lupa akan segala hal tentang sebuah kehidupan, kabut malam dan segala hal membuatnya terbuai pada sisi gelap malam, sampai dia ti
Upacara pemakaman Luna dilaksanakan hari itu juga, Byran selalu berada disamping Valery memeluk erat tubuhnya, Valery tidak pernah berhenti menangis dan terkadang dia akan mengamuk memarahi semua orang, sampai acara pemakaman selesai Valery masih tidak ingin meninggalkan Luna."Luna kenapa kamu meninggalkan aku, sekarang aku harus berbuat apa? aku harus bagaimana sekarang aku sendirian, Luna," Ucapnya, Valery terus menatap makam Luna, dimana sekarang semua terkubur dengan segala hal yang begitu menganjal.dan dari belakang Byran juga menatap makam mantan kekasihnya, hati Gleyson Byran sangat hancur melihat orang yang dicintainya sudah pergi meninggalkan tanpa memberitahunya terlebih dulu, apalagi semua terasa begitu cepat, dia berusaha menutupi semua kesedihannya dan bukan waktu yang tepat baginya untuk memberitahunya juga pada Valery.
Keesokan paginya, cahaya matahari sudah menghangatkan bumi dengan sinarnya yang bahkan memberikan manfaat pada kehidupannya yang tinggal di bumi, cahaya itu masuk kedalam sebuah kamar dimana ada sepasang insan yang masih tertidur lelap di dalam hangatnya selimut. sampai cahaya itu menerangi kamar dan membangunkan salah satu dari mereka. Gleyson Byran sudah bangun lebih awal, dia memandangi wajah Valery yang sedang terlelap dalam tidurnya, wajah-nya yang sangat pucat dan di daerah matanya sedikit bengkak tapi tidak mengurangi kecantikannya, sejak kapan seorang Gleyson berubah menjadi seorang laki-laki yang begitu peduli terhadap wanita lain selain Luna. Apakah dia mulai jatuh cinta pada Valery Arabelle? melihat tanda-tanda Valery akan bangun dengan cepat Byran kembali menutup kedua matanya, dia mencoba berpura-pura tertidur.
Apa hal yang lebih menyakitkan dari sebuah penghianatan?Memang tidak ada, tapi ketika kita tidak tahu apapun sebuah hal terjadi dalam hitungan jam, merenggut hal yang sangat kita sayangi.Lebih menyakitkan lagi, jika alasan kepergian itu karena takut jika melukai seseorang yang dia sayangi, segan mati adalah pilihan terbaik dari melihat orang yang dia sayangi hancur dalam sebuah penyesalan.Hari cuaca berubah menjadi mendung dengan hujan yang membasahi kota New York, Valery menatap beberapa orang berlari untuk mengindari derasnya hujan tapi kenapa dia sendiri yang hanya melangkah di bawah rintikan hujan itu, membiarkan seluruh tubuhnya basah dalam perasan hancur yang semakin menusuk hatinya.Valery tidak tahu, dia tidak ingin tahu apapun, dia benci dirinya s
Malam harinya.Valery melangkah masuk ke dalam dengan pakaian seragam yang memang di berikan bagi karyawannya, pakaiannya tidak begitu seksi seperti gadis yang menuangkan minum, cukup tertutup dan bahkan di berikan topi.Valery berjalan dan langsung menuju tempat di mana berbagai jenis botol Wine berada, dia meletakan tasnya dan barangnya di dalam loker, dia juga melihat Mei terkejut melihat kedatangan dirinya.“Valery? Kau baik? Kau tidak perlu memaksa untuk datang, aku sudah meminta izin pada atasan kita,” ucap Mei, dia mencangkup bahu gadis itu dan menatapnya dengan sedikit khawatir.Valery tersenyum tipis, dia melepaskan tangan Mei yang ada di tangannya, “Aku baik, sungguh baik-baik saja Mei, jangan khawatirkanku,”
Valery membuka kedua matanya setelah merasa sinar matahari begitu menyoroti dirinya, dia melihat seluruh ruangan yang didominasi warna putih dan aroma khas rumah sakit tercium begitu saja.Tunggu? Pagi hari?Valery langsung mengamati seluruh ruangan itu dan menyadari tangannya terdapat infusan, dia di rumah sakit? Apa yang telah terjadi kemarin malam?Valery mengusap keningnya, kejadian tadi malam langsung terputar dalam ingatannya, dia penghukum kebodohan dirinya karena tidak mau memakan sesuatu, pasti alasan dia berada disini apalagi jika bukan gangguan pencernaan, tapi siapa yang membawanya ke sini Mei?Tatapan Valery bertemu dengan seorang pria yang baru akan memasuki ruangannya, bola matanya membuka melihat sosok yang ada di sana, Byran? Jadi pria
Keesokan harinya.Byran memasuki ruangan kamar Valery dengan pakaian training, karena hari libur dia memanfaatkannya untuk berolahraga dan berlari di area apartemen, dia pikir saat kembali mungkin sudah ada sarapan pagi yang bisa dia makan tapi? Bahkan gadis itu masih tertidur di atas ranjangnya.Byran membuka lebar gorden setinggi kamar itu, menggesernya sampai sinar matahari menerangi seluruh kamar Valery, Byran kembali menatap gadis yang terbaring dengan jarak yang cukup dekat, tangannya terulur untuk menyingkirkan rambut yang menutupi sebagian wajahnya, terlihat wajah sendu yang sedikit pucat.“Kenyataannya kalian memang berbeda, Valery apa kau akan membenciku?” tanya Byran, hatinya selalu merasakan rasa bersalah, apa hal yang sebenarnya terjadi sampai Byran terus menginginkan Valery menjadi si