Bus pun berhenti ditempat tujuan Valery, lalu dia pun bergegas turun, dengan langkah yang berlari menuju tempat kerjanya, supermarket itu berada di seberang jalan tempat pemberhentian bus.
Membuka pintu Valery langsung disambut oleh pemilik supermarket yang sudah bersiap bertukar dengan Valery untuk menjaga tempat itu.
“Selamat sore Valery,” sapanya, tuan pemilik supermarket, Dia sudah rapi dengan pakaian seperti biasanya.
“selamat sore juga Tuan, maaf aku terlambat datang, karena tadi bus yang biasa aku naiki sedang ada penundaan keberangkatan selama 15 menit,” jawab Valery sedikit menundukkan kepalanya sebagai permintaan maafnya, padahal dia baru bekerja disana sekitar 1 bulan.
“sudah jangan dipermasalahkan Valery, yang penting kamu sudah datang, aku ingin pulang karena istriku sedang sakit, tolong jaga toko ini dengan baik jika kamu pulang nanti jangan lupa untuk mengunci toko dan merapikan semua, kuncinya aku letakkan di laci seperti biasanya,” ucap pemilik toko meninggalkan Valery.
“Hati-hati dijalan Tuan, dan semoga istri anda lekas sembuh,” ucap Valery, dia membukakan pintu untuk sang pemilik dan kembali menutupnya.
Seperti biasa jika dia sudah menjaga supermarket, hal yang pertama dia lakukan adalah memeriksa barang yang sudah mau habis dan mencatatnya barang yang sudah kadaluarsa, merapikan semua barang yang berantakan meletakkannya ke tempat yang seharusnya, dan jika toko sedang sepi hal yang lakukan Valery adalah belajar walaupun dia sudah tidak bersekolah tapi dia masih suka membaca buku pelajaran yang masih disimpan.
Setidaknya dia tidak begitu bodoh.
Melihat jam waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam, sudah waktunya dia pulang karena waktu jam kerja paruh waktu hanya 8 jam, merapikan semuanya dan tidak lupa untuk menutup dan mengunci toko.
Jadwal selanjutnya adalah ke club, tapi entah kenapa Valery tidak ingin masuk hari ini, Valery berhenti saat dia melihat sebuah pesan masuk dan memutuskan untuk menghubungi teman.
"Aku ingin langsung pulang saja, untuk malam ini aku tidak kedatangan club malam dulu, aku ingin makan bersama adikku, aku ingin memberikan semangat untuk menghadapi ujian nanti, aku janji akan menggantinya di hari lain."
Valery sedang menelpon temannya yang bekerja di club malam dia meminta izin untuk tidak masuk hari ini. Karena dia tidak setiap hari menjaga toko supermarket itu, hanya 4 hari seminggu dan 3 harinya biasanya di bekerja di club dari sore.
Valery berjalan melihat deretan toko makanan di setiap persimpangan jalan, malam ini suhunya cukup dingin dan jalanan terlihat lumayan sepi, mungkin kebanyakan dari mereka sudah beristirahat di rumah mengingat sudah pukul 10 malam.
Langkahnya terhenti di depan sebuah toko, akhirnya Valery memutuskan untuk membeli beberapa makanan cepat saji untuk Luna, setelah itu dia masuk dalam memesan makanan untuk dibawa pulang.
Valery mengeluarkan kunci apartemennya dan langsung mendorong pintu apartemennya.
“selamat malam, Luna kamu sudah tidur?” ucap Valery setelah dia melepaskan sepatu dan juga mantel miliknya.
“selamat datang kakak Valery, hari ini kamu tidak bekerja di club malam?" tanyanya, Luna terkejut karena biasanya kakaknya baru pulang setelah dia sudah tertidur dan kadang saat Luna terbangun dia juga sudah berangkat.
Bahkan Valery di hari libur pun masih suka bekerja, Luna begitu bangga padanya dan juga merasa sedih karena dia harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, harus menjadi kepala keluarga di usia muda, tapi sedikit-pun Valery tidak pernah mengeluh pada siapapun.
Luna ingat jika kakaknya memiliki cita-cita dimana Valery ingin menjadi seorang yang bisa bekerja di kantor, sama seperti ayah dan Ibunya, tapi sekarang? Bahkan satu pekerjaan tidak cukup untuk tinggal disini.
“tidak, aku izin karena aku ingin makan bersamamu, hari ini aku mendapatkan gajiku di toko roti,” jawab Valery sambil melangkah masuk, memperlihatkan makanan yang dia beli tadi di jalan menuju pulang.
“wow! Benarkah itu?” tanyanya, Luna menatap senang dengan makanan yang cukup banyak, tatapannya tertuju pada kotak pizza.
“aku membelikanmu Pizza kesukaanmu dan ini juga ada hadiah dari Nyonya Ahn. pemilik toko roti, katanya untukmu yang akan menghadapi ujian minggu depan.” ucap Valery penuh dengan senang, butuh waktu lama bagi mereka untuk bisa menikmati makanan seperti ini.
"kakak Valery, terima kasih banyak. aku akan pastikan nanti mendapatkan nilai yang tertinggi di kelas."
“belajar dengan baik sudah cukup untukmu, ayo kita makan nanti keburu dingin, aku tahu kamu belum makan bukan?" tanya Valery dan mendorong Luna untuk segera menuju dapur.
“tadi Aku baru saja ingin keluar dan membeli makanan, jadi ayo cepatlah kakak aku sangat lapar!”
Valery tersenyum, dia membuka kontak pizza dan letakan di piring Luna. “ini makanlah.”
Luna mengambil potongan Pizza dan memberikan pada kakaknya, menuangkan minuman kedalam gelasnya dan juga kakaknya, entah kenapa keinginannya makan pizza tinggi hingga memakan beberapa potong.
Acara makan malam berjalan dengan baik, Luna juga sangat bahagia karena bisa makan bersama dengan kakaknya yang jarang mereka lakukan.
"Kakak, apakah aku boleh membuka hadiah ini?" tanya Luna setelah dia rapikan meja dapur, kini dia sedang duduk di ruangan tamu.
"Kenapa tidak, bukalah itu milikmu," ucap Valery, dia sedang sibuk di wastafel, mencuci piring bekas makan mereka.
Setelah mendapat persetujuan dengan cepat dia membuka kotak itu dalam didalamnya terdapat sepasang sepatu sekolah.
"kakak, aku sangat menyukai hadiah ini aku akan memakainya untuk ke sekolah." ucap Luna, hadiah yang begitu indah, selama masa Valery sang kakak tidak pernah membelikan sepatu baru, tapi kali ini.
Entah kenapa rasa bersalah menyelimuti hatinya, Luna begitu banyak merepotkan kakaknya tapi sedikit Luna ingin menceritakan apa yang telah terjadi pada dirinya, dia terlalu takut hal itu akan menyakiti sang kakak.
Valery begitu berharap masa depannya terjamin baik, tapi Luna malah mematahkan harapan itu.
"baguslah jika kamu menyukainya, aku juga membelikan mantel baru untukmu, mengingat sudah memasuki musim dingin kamu harus menggunakan pakaian tebal dan jagalah kesehatan."
"terima kasih kakak, aku akan mengikuti nasehatmu, aku sangat menyayangimu kakak, tolong jangan memaksakan dirimu, kamu seharusnya mencari kekasih dan merawat diri." ucap Luna, dia memeluk sang kakak dengan sangat erat, menghapus sedikit air matanya.
"itu tidaklah penting, bukankah kamu harus tidur Luna? jangan bicarakan hal yang omong kosong seperti itu!"
"hm." Luna meninggalkan Valery dan menuju kamar untuk tidur sedangkan Valery dia harus merapikan semuanya setelah itu dia akan pergi mencuci pakaian, lalu mandi dan beristirahat.
Keesokan harinya.Luna lebih dahulu membuka kedua matanya saat rasa mual itu semakin tidak tertahankan lagi, sudah lebih dari tiga hari dia seperti ini dan rasa takut itu semakin tinggi, dia tidak tahu apa yang terjadi pada dirinya, mungkinkah kata temannya itu benar?‘Hamil?’Luna segera berlari untuk mengeluarkan seluruh rasa mual itu, sambil membawa alat yang sudah dibeli kemarin, satu hal yang memang harus dipastikan kebenarannya.Luna memejamkan erat matanya melihat dua garis terlihat jelas di sana, rasa takut semakin menyelimuti hatinya dan Luna tidak tahu harus bagaimana kedepannya.Dia tahu jika yang dikatakan kekasihnya itu benar, tapi Luna tidak percaya hingga akhirnya semua ini terja
Waktu berjalan begitu cepat, kini matahari sudah mulai kembali untuk tenggelam.Valery terbangun dengan perasaan yang sedikit bingung, tubuhnya sudah merasa lebih baik, ternyata dengan beristirahat setengah hari membuatnya lebih cepat pulih, Tiba-tiba ponselnya berdering, Valery langsung mengangkat panggilan itu.Dia tidak melihat nomor siapa yang menghubunginya.“Halo?”‘Halo bisakah saya berbicara dengan Nona Arabelle?’Valery terkejut, entah kenapa perasaan tidak enak menghampiri dirinya. "Ya, saya Valery Arabelle, bisa katakan apa yang terjadi?"‘maaf sebelumnya, kami dari pihak rumah sakit mengabarkan bahwa Luna Arabell
Saat ini Valery dan Mei sedang berganti pakaian untuk mengantarkan minuman ke ruang VVIP yaitu ruangan khusus untuk tamu istimewa di klub malam tempat mereka bekerja. klub ini cukup terkenal dikalangan kelas atas."Valery kamu terlihat sangat cantik menggunakan gaun itu, kamu terlihat anggun dan juga mempesona, aku yakin mereka pasti akan menyukaimu," ucap Mei yang kagum melihat Valery sangat cocok dengan gaun."Mei aku sangat tidak menyukai gaun ini terlalu pendek dan terbuka! aku malu, Mei apakah keputusanku adalah yang terbaik untuk Luna? walaupun pada akhirnya aku menggunakan cara kotor!" tanya Valery, melepaskan hal berharga dengan segenggam dollar, Valery benar-benar akan menjual dirinya."Valery jika kamu masih ragu untuk melakukannya, aku tidak pernah akan memaksamu, semua keputusan ada padamu,"
Selama perjalanan hanya ada kecanggungan dan keheningan antara mereka berdua, Valery hanya bisa berharap bahwa semuanya akan baik-baik saja dan cepat berlalu. Sampailah mereka di sebuah kawasan apartemen yang sangat bagus hanya orang-orang yang kaya yang bisa tinggal disana, Valery hanya mengikutinya Tuan itu dari belakang, dia tidak bisa melarikan diri sekarang. berhenti di depan kamar dengan nomor 309, ini adalah nomor apartemen Tuan Byran Greyson itu, dengan langkah ragu-ragu dia melangkah masuk ke dalam apartemennya. "inilah adalah apartemen milikku, kita bisa melakukannya disini" ucapnya, Byran menghentikan langkahnya dan berbalik melihat Valery. mendapat tatapan itu Valery juga berhenti melangkah masuk walau dia sudah melewati pintu, ‘melakukannya? Aku harus me
Keesokan harinya, tepatnya ketika Valery memulai harinya menjadi seorang wanita. Matahari sudah menunjukan dirinya, tapi sepertinya kedua yang berada diranjang itu tidak terusik oleh sinarnya yang sudah mengisi seluruh ruangan dengan cahaya hangatnya, keduanya masih sibuk bersembunyi dibalik selimut, sampai dering sebuah ponsel terdengar dan membangunkan Valery Arabelle. “Akh!” saat Valery ingin mengetahui ponsel siapa yang berdering itu, tiba-tiba pinggangnya sangat sakit dan membuatnya sulit untuk bergerak, sampai dia kembali terhempas keranjang. ‘kenapa masih sangat sakit’ Tanya Valery pada dirinya, tadi malam dia dibuat lupa akan segala hal tentang sebuah kehidupan, kabut malam dan segala hal membuatnya terbuai pada sisi gelap malam, sampai dia ti
Upacara pemakaman Luna dilaksanakan hari itu juga, Byran selalu berada disamping Valery memeluk erat tubuhnya, Valery tidak pernah berhenti menangis dan terkadang dia akan mengamuk memarahi semua orang, sampai acara pemakaman selesai Valery masih tidak ingin meninggalkan Luna."Luna kenapa kamu meninggalkan aku, sekarang aku harus berbuat apa? aku harus bagaimana sekarang aku sendirian, Luna," Ucapnya, Valery terus menatap makam Luna, dimana sekarang semua terkubur dengan segala hal yang begitu menganjal.dan dari belakang Byran juga menatap makam mantan kekasihnya, hati Gleyson Byran sangat hancur melihat orang yang dicintainya sudah pergi meninggalkan tanpa memberitahunya terlebih dulu, apalagi semua terasa begitu cepat, dia berusaha menutupi semua kesedihannya dan bukan waktu yang tepat baginya untuk memberitahunya juga pada Valery.
Keesokan paginya, cahaya matahari sudah menghangatkan bumi dengan sinarnya yang bahkan memberikan manfaat pada kehidupannya yang tinggal di bumi, cahaya itu masuk kedalam sebuah kamar dimana ada sepasang insan yang masih tertidur lelap di dalam hangatnya selimut. sampai cahaya itu menerangi kamar dan membangunkan salah satu dari mereka. Gleyson Byran sudah bangun lebih awal, dia memandangi wajah Valery yang sedang terlelap dalam tidurnya, wajah-nya yang sangat pucat dan di daerah matanya sedikit bengkak tapi tidak mengurangi kecantikannya, sejak kapan seorang Gleyson berubah menjadi seorang laki-laki yang begitu peduli terhadap wanita lain selain Luna. Apakah dia mulai jatuh cinta pada Valery Arabelle? melihat tanda-tanda Valery akan bangun dengan cepat Byran kembali menutup kedua matanya, dia mencoba berpura-pura tertidur.
Apa hal yang lebih menyakitkan dari sebuah penghianatan?Memang tidak ada, tapi ketika kita tidak tahu apapun sebuah hal terjadi dalam hitungan jam, merenggut hal yang sangat kita sayangi.Lebih menyakitkan lagi, jika alasan kepergian itu karena takut jika melukai seseorang yang dia sayangi, segan mati adalah pilihan terbaik dari melihat orang yang dia sayangi hancur dalam sebuah penyesalan.Hari cuaca berubah menjadi mendung dengan hujan yang membasahi kota New York, Valery menatap beberapa orang berlari untuk mengindari derasnya hujan tapi kenapa dia sendiri yang hanya melangkah di bawah rintikan hujan itu, membiarkan seluruh tubuhnya basah dalam perasan hancur yang semakin menusuk hatinya.Valery tidak tahu, dia tidak ingin tahu apapun, dia benci dirinya s