Home / Romansa / Unspeakable Time / 8. Miss-Conception

Share

8. Miss-Conception

Author: Erin Jacobs
last update Last Updated: 2021-10-06 10:27:25

“Anda baik-baik saja, Yang Mulia?”

“Tutup mulutmu dan fokus pada tugasmu.” Sambar Serish ketus. “Seorang prajurit tidak boleh ingin tahu urusan majikannya.”

“Ah,” Serish mendengar senyuman pada reaksi Rowellyn. “Benar, maafkan saya.”

Mereka sampai di Aula Mathilda dalam beberapa menit yang melelahkan. Serish mengubah ekspresi wajahnya menjadi tidak terbaca, lalu masuk ke dalam ruangan dengan langkah bermartabat yang familiar.

“Atas dasar apa aku mendapatkan kehormatan ini, hingga kalian kembali datang ketika aku jelas-jelas mengatakan untuk tidak lagi membuang waktu kita dengan pertemuan semacam ini?”

Serish tidak dapat menahan mulutnya ketika melihat wajah-wajah memuakkan itu.

Dia kagum pada dirinya di masa lalu yang bisa menahan diri dengan arogansi mereka hanya demi sang kaisar.

“Kami memberi hormat pada Yang Mulia Tuan Puteri Vivaldi.”

Para perwakilan faksi bangsawan itu berdiri dan membungkuk, menunjukkan gerakan hormat yang tidak mencapai wajah mereka.

Serish duduk di kursi terujung dan melipat tangannya.

“Langsung pada intinya, aku memiliki janji dengan Kaisar.”

Itu adalah dusta, tapi tidak akan ada yang tahu apalagi berani mengecek kebenarannya.

Seketika wajah para bangsawan itu memucat. Sebenci apapun mereka pada Edward, nama pria itu masih merupakan momok yang menakutkan dan membawa trauma pada mereka.

Serish menyembunyikan senyumannya di balik kipas tangan yang menutupi area bibirnya.

Satu-satunya keuntungan pertunangannya dengan Sang Kaisar adalah ini—ketika dia dapat menekan arogansi mereka hanya dengan satu kalimat. Jika dia menghadapai mereka hanya sebagai seorang puteri tunggal Grand Duke, hasilnya tidak akan semenyenangkan ini.

Marquis Lucidan Equito, juru bicara sekaligus ujung tombak faksi bangsawan menatapnya dengan ketidakpuasan, lalu berdehem dan duduk.

“Tentu kami tidak ingin membuang waktu berharga anda, apalagi ketika anda memiliki jadwal yang lebih penting.”

Serish tidak bereaksi dengan sarkasme lelaki itu.

“Kami hanya ingin mengonfirmasi kesiapan Yang Mulia dengan pernikahan agung.”

“Memangnya apa yang perlu kusiapkan kalau pernikahan ini akan diatur sepenuhnya oleh istana dan kuil suci?” Serish menjawab dengan dingin dan nyaris tanpa emosi.

Perubahan sikapnya yang berbeda 180 derajat dengan beberapa bulan yang lalu ketika mereka mendiskusikan prospek kerja sama membuat wajah Lucidan terpilin. Lelaki itu setua ayahnya, namun tidak pernah melupakan ambisinya terhadap negara ini. Karena itu, oposisi terbesar dan terkuat sang kaisar adalah orang ini.

“Kelihatannya anda sangat tenang, tidak seperti saat pertemuan terakhir kita.” Lelaki itu berniat mengingatkan konten perjanjian mereka dengan Serish—dan Serish tidak mengapresiasi pengungkitan tindakan bodohnya di masa lalu itu.

“Tentu saja aku tenang. Aku memiliki backing yang handal. Oh, tentu saja nama Vivaldi tidak akan pernah mengecewakan.”

Kalian bahkan tidak bisa memberikan dukungan yang dibutuhkan pada masa-masa krusial ketika nama baiknya tercemar. Sekarang setelah kabar kunjungan Edward tersebar, kalian berniat menunggangi kesuksesan ini secara gratis?

Serish tidak keberatan ketika dirinya dimanfaatkan, karena status dan kekayaan yang dimilikinya menempatkannya pada posisi itu. Tapi sebagai timbal balik, mereka yang memanfaatkannya harus tahu diri. Setidaknya, bergunalah ketika rumor mengenai kegilaannya pada sang kaisar menyebar dengan meredam atau lebih baik lagi, menghilangkannya.

Beberapa dari mereka bahkan adalah pemilik perusahaan surat kabar!

Tidak ada perubahan berarti di wajah sang Marquis. Lelaki itu tentu saja bukan sembarang orang ketika dia dapat membuat Edward yang Agung berada pada posisi menyebalkan seperti sekarang. Edward yang tempramental tidak dapat menghancurkan orang yang menjadi duri dalam daging itu karena keluarga Lucidan adalah salah satu penggerak utama perekonomian di Sczandov. Mereka menguasai hampir seluruh aspek pada siklus perdagangan yang terjadi di negara itu, dan berperang dengannya hanya akan membawa lebih banyak kerugian dibandingkan keuntungan.

Meski demikian, Serish tahu kalau Edward bukanlah orang yang akan menyerah begitu saja.

Gadis itu berani mempertaruhkan semua yang dimilikinya kalau Edward tengah mempersiapkan skenario penyerangan besar-besaran untuk keluarga Equito. Entah kapan hal itu akan terjadi, tapi Edward adalah orang yang sabar terhadap dendamnya.

“Tentu saja, Yang Mulia. Vivaldi adalah nama besar yang tidak pernah mengecewakan, oleh karena itu kami memilih anda sebagai calon permaisuri dari sekian banyak calon.”

Serish mendengus, tertawa dengan suara rendah yang penuh dengan ancaman.

“Apakah kecelakaan yang kualami membuatku berilusi bahwa kalian menganggap aku adalah sebuah bidak yang dapat kalian pilih?”

.

Marquis equito menatapnya dengan tajam, begitu tajam hingga Serish merasakan kulit di wajahnya dapat mengelupas kapan saja.

Tapi dia tidak hidup sebagai puteri seorang Grand Duke selama 17 tahun hanya untuk dikalahkan oleh tatapan seperti itu. Yang dapat mengalahkan Serish hanya kekuasaan yang lebih tinggi darinya serta kematian—dua hal yang bersumber sama: Kaisar Edward.

Jadi dia membalas tatapan sang marquis dengan senyuman lembut yang hanya dapat dilakukan olehnya. Sebuah produk dari perpaduan sempurna antara kapitalisme dengan agresivitas.

“Tentu kalian jauh lebih bijaksana dari itu.” Serish tertawa ringan, kembali mengibaskan kipas lipat perak-merah muda di tangannya. “Aku bukan orang yang ingkar janji, jadi perjanjian kita akan kulakukan. Tapi penting untuk kalian ingat,” mata biru Serish menyipit dan berkilauan tajam, “Aku ada di hierarki yang lebih tinggi dari kalian, dulu, sekarang dan di masa depan, setelah aku menjadi wanita sang Kaisar. Jadi jaga sikap dan ucapan kalian selagi aku masih memiliki kesabaran.”

Dan dengan itu, Serish telah mengucapkan kutukan bagi dirinya sendiri yang sama sekali tidak disadarinya.

Kali itu, bukan hanya sang marquis yang terserang, tapi semua perwakilan faksi bangsawan yang ada di aula itu.

Sejak dulu, memang seperti inilah Serish.

Dulu dia bersikap sopan kepada mereka karena ada tujuan yang ingin dicapainya. Serish mungkin tidak cerdas pada banyak aspek perpolitikan, tapi dia bukan gadis naif yang tidak dapat menilai seseorang.

Senyumnya terkembang, lembut dan memikat, persis seperti dewi kematian yang jelita namun berbahaya.

Semua orang di ruangan itu tidak bisa tidak terpesona oleh pesona Serish. Gadis itu telah dikenal sebagai seorang perempuan cantik yang ditakdirkan berada di pusat pergaulan kelas atas. Karakternya yang ‘bodoh’ dan ‘keji’ hanyalah sebuah penyerta dari kata ‘jelita’.

Namun kali ini, dengan sorot mata licik dan penuh perhitungannya itu, kecantikan Serish tidak berkurang sedikitpun. Sebaliknya, gadis itu semakin memikat dan membuat perwakilan faksi bangsawan yang rata-rata berusia sebaya dengan ayahnya itu menahan nafas.

“Jika... jika anda masih mengingat dan menghormati perjanjian kita, maka tidak ada lagi yang dapat kami sampaikan.” Marquis equito menarik nafas dengan rakus setelah berhasil menyadarkan dirinya. “Kami ucapkan selamat atas pernikahan anda, meskipun ini agak terlalu cepat.” Mata hijau lumpur lelaki itu menyipit dengan berbahaya. “Apapun mungkin terjadi selama selang waktu hingga pernikahan terjadi.”

Bibir merah Serish terkulum, geli dan kasihan. “Apapun bisa terjadi,” ulangnya, setuju.

Apapun kecuali pembatalan.

Terutama karena Edward telah merepotkan diri mengunjunginya saat dia sakit dan membiarkan kabar itu menyebar ke seluruh penjuru Crost.

Jelas sekali lelaki itu telah memantapkan diri untuk menggunakan Serish dengan maksimal.

Serish memejamkan mata sambil bersandar pada sandaran kursi berbalut beludru yan didudukinya, beberapa saat setelah perwakilan faksi bangsawan itu meninggalkan aula. Kepalanya berdenyut.

“Apa anda baik-baik saja?”

Serish mengerutkan kening melihat Rowellyn masih berdiri di balik kursinya. Dia sama sekali tidak menyadari keberadaan prajurit itu selama perbincangan mereka, dan bahkan para bangsawan itu tidak meributkan keberadaan orang asing dalam perbincangan ‘rahasia’ mereka.

“Apakah kau mendengar semua obrolan kami?”

Mata cokelat lelaki itu melengkung dengan paket senyuman yang mengiringinya. “Saya tidak mengerti maksud anda, Yang Mulia.”

Serish melebarkan matanya, lalu tertawa kecil.

“Dalam sekejap, kau berhasil memahami etika dasar seorang pengawal. Tidak buruk,” dia mengusap ujung matanya yang berair dan menatap calon pengawal barunya itu dengan lebih lunak. Serish tidak paham kenapa lelaki itu terlihat sedikit aneh, namun kelebihan utama yang dimiliki Rowellyn adalah, dia dapat dengan cepat mengendalikan ekspresi dan postur tubuhnya.

Dia bisa menjadi tameng yang lumayan, pikir Serish.

“Apakah anda benar-benar memiliki janji dengan Kaisar?”

Kening Serish berkerut seketika.

“Baru saja kau belajar satu hal baru, tapi kau melupakan tiga hal yang lainnya. Sejak kapan kau diperbolehkan berdiskusi dengan tuanmu?”

Alis tegas Rowellyn yang terangkat seakan-akan tengah menghadapi anak kecil yang bermain peran sebagai orang dewasa sedikit membuat Serish kesal.

“Maafkan saya,” lelaki itu mengulum senyuman yang terlihat semakin menyebalkan. “Tapi tahukah anda, ada desas-desus yang mengatakan kalau Sang Kaisar akan datang jika namanya disebutkan seperti itu?”

“Omong kosong.” Serish memijat puncak kepalanya, tidak memedulikan rumor bodoh yang sempat terkenal di masa pemberontakan. “Panggilkan Miya. Katakan padanya untuk membawakan syal untukku.”

Serish tidak mengira kalau udara bisa sedingin ini di Crost, kota yang dianugerahi oleh sinar matahari sepanjang tahun.

“Miya?”

Gadis itu memutar bola matanya, menatap Rowellyn yang kebingungan dari baik bulu mata gelapnya. “Pelayan pribadiku. Kau benar-benar harus belajar banyak sebelum dapat kugunakan.”

Serish mengabaikan kegelian baru yang muncul di wajah menarik lelaki itu, mengibaskan tangannya ketika Rowellyn membungkuk lalu pergi. Dia tidak mengerti kenapa hari ini terasa jauh lebih dingin dari biasanya dan mulai sedikit menggigil meskipun matahari bersinar terik dari celah-celah atap aula.

Related chapters

  • Unspeakable Time   9. Delirious

    Aula Mathilda merupakan salah satu dari sembilan kebanggaan dukedom vivaldi. Desainnya memadukan konsep privasi dalam ruangan tertutup dengan kebebasan di alam. Oleh karena itu, pencahayaan diatur sealami mungkin dan berbagai jenis bunga ditanam di dalamnya.Serish menunangkan secangkir teh yang sudah dingin untuk dirinya sendiri, mengerenyit oleh rasanya yang tidak enak, lalu meletakkan kembali cangkirnya.Sebuah bayangan muncul dari belakang, menghalangi sumber cahaya dari jendela yang ada di belakang Serish serta menutupi seluruh tubuhnya.“Ganti tehku dengan yang baru.”Serish memeluk tubuhnya sendiri dan menggosok-gosokkan lengannya untuk mendapatkan kehangatan. Keningnya berkerut ketika bayangan itu tidak bergeming.“Mana syalku?” dia menoleh sedikit, merasa tidak sabar. “Aku tidak mau kembali ke kamar, jadi jangan buang waktumu untuk menceramahiku.”Masih tidak ada jawaban.“Miya...!&rd

    Last Updated : 2021-10-12
  • Unspeakable Time   1. The Adjescent

    Pada suatu waktu yang jauh dan tidak terukur, sebuah negara besar berdiri di dimensi yang berbeda dengan yang dikenal saat ini. Negara tersebut dipimpin oleh seorang tiran yang disegani oleh seluruh dunia. Berbagai kerajaan tunduk di bawah kekuasaan sang kaisar yang tidak pernah puas dan senantiasa melakukan invansi ke berbagai penjuru. Layaknya predator yang mengintai mangsanya, satu demi satu negeri ditaklukkan, hingga menjadikan negara tersebut adikuasa. Meski ketakutan, tidak banyak yang berani melawan kekuasaan kaisar terkuat yang dirumorkan menjual jiwanya kepada iblis demi menjadi lebih kuat itu. Demi menjadi tidak terkalahkan. Alih-alih, para raja dan penguasa yang tidak berdaya tersebut justru mencari cara untuk menyenangkan sang tiran. Mereka memberikan persembahan berupa hasil bumi, emas, permata dan banyak pula yang memberikan wanita. Namun tak satupun persembahan itu menguba

    Last Updated : 2021-08-21
  • Unspeakable Time   2. The Ending of the Begining

    “Idiot,” umpat Serish, melanggar etika yang selalu dijunjungnya sebagai putri seoarang duke. Dia merasa terlalu kesal dan marah kepada dirinya sendiri, hingga mulai memukuli kepala dan menjambaki rambutnya. Andai saja melakukan ini bisa mengubah masa lalu dan menghentikan dirinya berbuat bodoh, Serish tidak peduli kalau IQ-nya akan berkurang asalkan dia terbebas dari situasinya sekarang. Benar, Serish adalah seseorang yang terlahir kembali dengan membawa ingatan masa lalunya. Hal konyol yang akan ditertawakannya dulu tapi secara ironis dialaminya sendiri. Dunia ini adalah novel. Ah, mengatakan sesuatu dengan nada seringan itu sangat tidak manusiawi, terutama karena selama sembilan belas tahun dia hidup sebagai Serish Jean Vivaldi. Dia makan, minum, tidur, tertawa dan menangis di dunia novel ini. Dan menyimpulkan dengan sesederhana itu sungguh membuatnya hampa, karena bagi Serish, dunia ini nyata. Senyata rasa sakit dalam ingatannya k

    Last Updated : 2021-08-21
  • Unspeakable Time   3. Uninvited Guests

    Lelaki itu duduk dengan aura menakutkan. Ada campuran wibawa, keangkuhan dan intimidasi dalam diri lelaki itu, juga sedikit kejijikan yang dengan sempurna membuat Serish merasa tidak nyaman. Di sebelah lelaki itu, seorang pria berambut perak dan jubah hitam berpolet silver berdiri tanpa mencolok. Mata kuningnya menyala bagaikan ngengat dan kulitnya sepucat cahaya bulan. Sesuatu dalam dirinya begitu tipis hingga nyaris terabaikan, tapi Serish tahu siapa lelaki itu. Penyihir agung Sczandov, tangan kanan kaisar, Ravi. Tak ada nama belakang maupun nama keluarga bagi seorang penyihir murni karena para penyihir murni selalu berasal dari orang buangan yang tak memiliki masa lalu. Seorang penyihir murni terlahir dari manusia yang inti rohnya berevolusi dengan memangsa satu persatu kenangan dan harapan, menggantinya dengan ambisi dan kesetiaan kepada tuan yang dipilihnya. Oleh karena itu, penyihir murni adalah seseorang yang begitu kuat namun tidak memiliki tempat di mata ban

    Last Updated : 2021-08-21
  • Unspeakable Time   4. Unfortunate Day

    Serish merasakan tekanan udara yang semakin kuat di sekitarnya. “Saya tidak berani menebak alasan paduka,” dengan mengandalkan kekuatan mental yang pas-pasan, Serish berhasil menjawab tanpa terdengar tersiksa. Jika dia menunjukkan sedikit saja kelemahan, lelaki itu akan memanfaatkan situasi mereka secara habis-habisan. Edward dan ravi tidak boleh tahu kalau sejak awal Serish sudah menyadari penggunaan sihir. Udara di sekitar Serish semakin dingin dan menusuk, terlebih saat Edward mencondongkan wajahnya mendekati Serish. Mata rubinya berkilau mengancam. “Kalau begitu, tebaklah.” Oh tuhan. Pertanyaan itu adalah hal terakhir yang diinginkan Serish di pertemuan ini karena itulah pertanyaan yang diberikan Edward kepada setiap wanita yang datang kepadanya, termasuk sang putri mahkota. Dan dari semua jawaban, tentu saja hanya jawaban putri mahkota-lah yang bisa membekas dan berkesan bagi kaisar. Serish ingat apa jawabannya.

    Last Updated : 2021-08-21
  • Unspeakable Time   5. Gradual Changes

    Gelombang emosi baru muncul di wajah Kroy. Dia tidak pernah mendengar jawaban setenang itu dari Serish. Anak perempuannya selalu terdengar marah dan emosional setiap kali mereka bicara, dan karena itu, hubungan ayah dan anak itu berubah renggang selama bertahun-tahun tanpa diperbaiki.Keengganan, kebencian dan ketakutan yang dibalut oleh sopan santun yang berjarak adalah yang selalu dihadapi Kroy.Tapi kali itu Serish lebih dari sekedar dingin.Dia bagaikan orang asing; vassal yang tunduk di bawah otoritas dukedom yang dipimpinnya. Dan karena itulah, sang duke merasakan ketakutan yang merayapi tulang punggungnya untuk pertama kalinya.Selama ini, Kroy tidak pernah takut kehilangan putrinya meskipun gadis itu selalu menampilkan kedengkiannya. Dia tahu bahwa Serish akan selalu menjadi putrinya melalui emosi dan kemarahan itu. Bagi sang duke, hubungan mereka terjalin melalui sehelai benang yang kasar dan berantakan bernama kekecewaan, dan dengan pos

    Last Updated : 2021-08-22
  • Unspeakable Time   6. Flavorless

    Apapun yang terjadi, waktu selalu berjalan dengan kejam. Ketika pagi selanjutnya tiba, Serish masih berkutat dengan ingatan yang muncul layaknya letupan air mendidih; terasa panas dan chaotic. Lucu. Kenapa dia harus mengingat semuanya seperti ini? Serish menyeka keringat di wajahnya yang berubah pucat hanya dalam semalam. Andai saja dia mengingat kenangan itu tanpa ingatan kesakitannya saat mati, Serish mungkin akan memilih untuk menyerah. Dia adalah ikon seorang putri bangsawan yang anggun, angkuh dan sempurna, tapi siapa yang benar-benar menikmati peran semacam itu? Setiap menitnya Serish harus memasang topeng di wajahnya dan menajamkan lidahnya agar tidak diinjak oleh orang-orang yang senantiasa memasang radar, menunggu setitik kesalahannya. Jika ada sedikit saja kealpaan, tidak bisa dibayangkan apa yang akan dilakukan orang-orang itu. Dan Serish selalu merasa lelah. Dia ingin melarikan diri. Tapi sejauh apa seoran

    Last Updated : 2021-09-12
  • Unspeakable Time   7. The Thing is

    Serish tidak memiliki tujuan.Dia hanya berjalan mengintari taman bunga lavender di dekat kastil, lalu berhenti di sebuah paviliun terbuka yang sering dilewatinya, tapi tak pernah disinggahi perempuan itu.Kesendirian semacam ini membawa perasaan asing yang terasa familiar baginya.Dia adalah seorang putri duke yang selalu memiliki pendamping di sisinya sejak dia lahir, namun dulu sekali, di sebuah dimensi yang berbeda, Serish adalah seorang nerd yang dikucilkan. Dia merasa memiliki keluarga yang sangat dekat dan disayanginya, tapi detailnya seperti apa, Serish tidak ingat. Hanya perasaan sendu yang samar yang sesekali mengelitiknya, layaknya kapas tipis yang menggores ujung hatinya.Rindu.Perasaan asing lainnya yang untuk pertama kali diucapkan Serish sejak lahir di dunia ini.Bahkan Serish tidak pernah merindukan ibunya, yang meninggal secara sepihak karena pemikiran pengkhianatan sang suami. Ibu yang tidak berpikir

    Last Updated : 2021-10-05

Latest chapter

  • Unspeakable Time   9. Delirious

    Aula Mathilda merupakan salah satu dari sembilan kebanggaan dukedom vivaldi. Desainnya memadukan konsep privasi dalam ruangan tertutup dengan kebebasan di alam. Oleh karena itu, pencahayaan diatur sealami mungkin dan berbagai jenis bunga ditanam di dalamnya.Serish menunangkan secangkir teh yang sudah dingin untuk dirinya sendiri, mengerenyit oleh rasanya yang tidak enak, lalu meletakkan kembali cangkirnya.Sebuah bayangan muncul dari belakang, menghalangi sumber cahaya dari jendela yang ada di belakang Serish serta menutupi seluruh tubuhnya.“Ganti tehku dengan yang baru.”Serish memeluk tubuhnya sendiri dan menggosok-gosokkan lengannya untuk mendapatkan kehangatan. Keningnya berkerut ketika bayangan itu tidak bergeming.“Mana syalku?” dia menoleh sedikit, merasa tidak sabar. “Aku tidak mau kembali ke kamar, jadi jangan buang waktumu untuk menceramahiku.”Masih tidak ada jawaban.“Miya...!&rd

  • Unspeakable Time   8. Miss-Conception

    “Anda baik-baik saja, Yang Mulia?”“Tutup mulutmu dan fokus pada tugasmu.” Sambar Serish ketus. “Seorang prajurit tidak boleh ingin tahu urusan majikannya.”“Ah,” Serish mendengar senyuman pada reaksi Rowellyn. “Benar, maafkan saya.”Mereka sampai di Aula Mathilda dalam beberapa menit yang melelahkan. Serish mengubah ekspresi wajahnya menjadi tidak terbaca, lalu masuk ke dalam ruangan dengan langkah bermartabat yang familiar.“Atas dasar apa aku mendapatkan kehormatan ini, hingga kalian kembali datang ketika aku jelas-jelas mengatakan untuk tidak lagi membuang waktu kita dengan pertemuan semacam ini?”Serish tidak dapat menahan mulutnya ketika melihat wajah-wajah memuakkan itu.Dia kagum pada dirinya di masa lalu yang bisa menahan diri dengan arogansi mereka hanya demi sang kaisar.“Kami memberi hormat pada Yang Mulia Tuan Puteri Vivaldi.”Para

  • Unspeakable Time   7. The Thing is

    Serish tidak memiliki tujuan.Dia hanya berjalan mengintari taman bunga lavender di dekat kastil, lalu berhenti di sebuah paviliun terbuka yang sering dilewatinya, tapi tak pernah disinggahi perempuan itu.Kesendirian semacam ini membawa perasaan asing yang terasa familiar baginya.Dia adalah seorang putri duke yang selalu memiliki pendamping di sisinya sejak dia lahir, namun dulu sekali, di sebuah dimensi yang berbeda, Serish adalah seorang nerd yang dikucilkan. Dia merasa memiliki keluarga yang sangat dekat dan disayanginya, tapi detailnya seperti apa, Serish tidak ingat. Hanya perasaan sendu yang samar yang sesekali mengelitiknya, layaknya kapas tipis yang menggores ujung hatinya.Rindu.Perasaan asing lainnya yang untuk pertama kali diucapkan Serish sejak lahir di dunia ini.Bahkan Serish tidak pernah merindukan ibunya, yang meninggal secara sepihak karena pemikiran pengkhianatan sang suami. Ibu yang tidak berpikir

  • Unspeakable Time   6. Flavorless

    Apapun yang terjadi, waktu selalu berjalan dengan kejam. Ketika pagi selanjutnya tiba, Serish masih berkutat dengan ingatan yang muncul layaknya letupan air mendidih; terasa panas dan chaotic. Lucu. Kenapa dia harus mengingat semuanya seperti ini? Serish menyeka keringat di wajahnya yang berubah pucat hanya dalam semalam. Andai saja dia mengingat kenangan itu tanpa ingatan kesakitannya saat mati, Serish mungkin akan memilih untuk menyerah. Dia adalah ikon seorang putri bangsawan yang anggun, angkuh dan sempurna, tapi siapa yang benar-benar menikmati peran semacam itu? Setiap menitnya Serish harus memasang topeng di wajahnya dan menajamkan lidahnya agar tidak diinjak oleh orang-orang yang senantiasa memasang radar, menunggu setitik kesalahannya. Jika ada sedikit saja kealpaan, tidak bisa dibayangkan apa yang akan dilakukan orang-orang itu. Dan Serish selalu merasa lelah. Dia ingin melarikan diri. Tapi sejauh apa seoran

  • Unspeakable Time   5. Gradual Changes

    Gelombang emosi baru muncul di wajah Kroy. Dia tidak pernah mendengar jawaban setenang itu dari Serish. Anak perempuannya selalu terdengar marah dan emosional setiap kali mereka bicara, dan karena itu, hubungan ayah dan anak itu berubah renggang selama bertahun-tahun tanpa diperbaiki.Keengganan, kebencian dan ketakutan yang dibalut oleh sopan santun yang berjarak adalah yang selalu dihadapi Kroy.Tapi kali itu Serish lebih dari sekedar dingin.Dia bagaikan orang asing; vassal yang tunduk di bawah otoritas dukedom yang dipimpinnya. Dan karena itulah, sang duke merasakan ketakutan yang merayapi tulang punggungnya untuk pertama kalinya.Selama ini, Kroy tidak pernah takut kehilangan putrinya meskipun gadis itu selalu menampilkan kedengkiannya. Dia tahu bahwa Serish akan selalu menjadi putrinya melalui emosi dan kemarahan itu. Bagi sang duke, hubungan mereka terjalin melalui sehelai benang yang kasar dan berantakan bernama kekecewaan, dan dengan pos

  • Unspeakable Time   4. Unfortunate Day

    Serish merasakan tekanan udara yang semakin kuat di sekitarnya. “Saya tidak berani menebak alasan paduka,” dengan mengandalkan kekuatan mental yang pas-pasan, Serish berhasil menjawab tanpa terdengar tersiksa. Jika dia menunjukkan sedikit saja kelemahan, lelaki itu akan memanfaatkan situasi mereka secara habis-habisan. Edward dan ravi tidak boleh tahu kalau sejak awal Serish sudah menyadari penggunaan sihir. Udara di sekitar Serish semakin dingin dan menusuk, terlebih saat Edward mencondongkan wajahnya mendekati Serish. Mata rubinya berkilau mengancam. “Kalau begitu, tebaklah.” Oh tuhan. Pertanyaan itu adalah hal terakhir yang diinginkan Serish di pertemuan ini karena itulah pertanyaan yang diberikan Edward kepada setiap wanita yang datang kepadanya, termasuk sang putri mahkota. Dan dari semua jawaban, tentu saja hanya jawaban putri mahkota-lah yang bisa membekas dan berkesan bagi kaisar. Serish ingat apa jawabannya.

  • Unspeakable Time   3. Uninvited Guests

    Lelaki itu duduk dengan aura menakutkan. Ada campuran wibawa, keangkuhan dan intimidasi dalam diri lelaki itu, juga sedikit kejijikan yang dengan sempurna membuat Serish merasa tidak nyaman. Di sebelah lelaki itu, seorang pria berambut perak dan jubah hitam berpolet silver berdiri tanpa mencolok. Mata kuningnya menyala bagaikan ngengat dan kulitnya sepucat cahaya bulan. Sesuatu dalam dirinya begitu tipis hingga nyaris terabaikan, tapi Serish tahu siapa lelaki itu. Penyihir agung Sczandov, tangan kanan kaisar, Ravi. Tak ada nama belakang maupun nama keluarga bagi seorang penyihir murni karena para penyihir murni selalu berasal dari orang buangan yang tak memiliki masa lalu. Seorang penyihir murni terlahir dari manusia yang inti rohnya berevolusi dengan memangsa satu persatu kenangan dan harapan, menggantinya dengan ambisi dan kesetiaan kepada tuan yang dipilihnya. Oleh karena itu, penyihir murni adalah seseorang yang begitu kuat namun tidak memiliki tempat di mata ban

  • Unspeakable Time   2. The Ending of the Begining

    “Idiot,” umpat Serish, melanggar etika yang selalu dijunjungnya sebagai putri seoarang duke. Dia merasa terlalu kesal dan marah kepada dirinya sendiri, hingga mulai memukuli kepala dan menjambaki rambutnya. Andai saja melakukan ini bisa mengubah masa lalu dan menghentikan dirinya berbuat bodoh, Serish tidak peduli kalau IQ-nya akan berkurang asalkan dia terbebas dari situasinya sekarang. Benar, Serish adalah seseorang yang terlahir kembali dengan membawa ingatan masa lalunya. Hal konyol yang akan ditertawakannya dulu tapi secara ironis dialaminya sendiri. Dunia ini adalah novel. Ah, mengatakan sesuatu dengan nada seringan itu sangat tidak manusiawi, terutama karena selama sembilan belas tahun dia hidup sebagai Serish Jean Vivaldi. Dia makan, minum, tidur, tertawa dan menangis di dunia novel ini. Dan menyimpulkan dengan sesederhana itu sungguh membuatnya hampa, karena bagi Serish, dunia ini nyata. Senyata rasa sakit dalam ingatannya k

  • Unspeakable Time   1. The Adjescent

    Pada suatu waktu yang jauh dan tidak terukur, sebuah negara besar berdiri di dimensi yang berbeda dengan yang dikenal saat ini. Negara tersebut dipimpin oleh seorang tiran yang disegani oleh seluruh dunia. Berbagai kerajaan tunduk di bawah kekuasaan sang kaisar yang tidak pernah puas dan senantiasa melakukan invansi ke berbagai penjuru. Layaknya predator yang mengintai mangsanya, satu demi satu negeri ditaklukkan, hingga menjadikan negara tersebut adikuasa. Meski ketakutan, tidak banyak yang berani melawan kekuasaan kaisar terkuat yang dirumorkan menjual jiwanya kepada iblis demi menjadi lebih kuat itu. Demi menjadi tidak terkalahkan. Alih-alih, para raja dan penguasa yang tidak berdaya tersebut justru mencari cara untuk menyenangkan sang tiran. Mereka memberikan persembahan berupa hasil bumi, emas, permata dan banyak pula yang memberikan wanita. Namun tak satupun persembahan itu menguba

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status