Home / Romansa / Unspeakable Time / 7. The Thing is

Share

7. The Thing is

Author: Erin Jacobs
last update Last Updated: 2021-10-05 10:09:53

Serish tidak memiliki tujuan.

Dia hanya berjalan mengintari taman bunga lavender di dekat kastil, lalu berhenti di sebuah paviliun terbuka yang sering dilewatinya, tapi tak pernah disinggahi perempuan itu.

Kesendirian semacam ini membawa perasaan asing yang terasa familiar baginya.

Dia adalah seorang putri duke yang selalu memiliki pendamping di sisinya sejak dia lahir, namun dulu sekali, di sebuah dimensi yang berbeda, Serish adalah seorang nerd yang dikucilkan. Dia merasa memiliki keluarga yang sangat dekat dan disayanginya, tapi detailnya seperti apa, Serish tidak ingat. Hanya perasaan sendu yang samar yang sesekali mengelitiknya, layaknya kapas tipis yang menggores ujung hatinya.

Rindu.

Perasaan asing lainnya yang untuk pertama kali diucapkan Serish sejak lahir di dunia ini.

Bahkan Serish tidak pernah merindukan ibunya, yang meninggal secara sepihak karena pemikiran pengkhianatan sang suami. Ibu yang tidak berpikir kalau dia juga telah menjadi pengkhianat bagi Serish ketika meninggalkan putrinya sendirian menghadapi skandal itu.

Serish mengetuk siku di tangan yang berlawanan sembari bersandar pada salah satu pilar putih yang menyangga atap paviliun.

Dia lelah.

Dia ingin tidur, namun matanya tak dapat lagi terpejam nyenyak sejak mimpi buruk mengenai kematiannya terus berputar layaknya rekaman rusak.

Mati itu meyakitkan dan menakutkan.

Serish bergidik, merasakan setiap sel dalam tubuhnya menggigil.

Dia tahu bahwa setiap yang hidup akan mati, tapi jika bisa, dia akan tetap hidup selama mungkin.

Ah, berapa kali Serish mengulangi kalimat itu?

Dia sungguh takut.

“Yang Mulia.”

Seorang prajurit datang dan menampilkan sikap hormat sempurna. Lelaki itu membelakangi cahaya hingga membentuk siluet yang menarik. Rambut biru mudanya bergerak sedikit karena tertiup angin, semakin membuatnya terlihat menarik.

Serish tidak pernah memperhatikan orang-orang yang bekerja pada posisi rendahan di dukedom, dan dia tidak berniat berubah secara ekstrim hanya karena ingatannya. Jadi dia hanya mengangkat alis, memerintahkan prajurit itu bicara.

Mata cokelat lembut si prajurit melengkung bersamaan dengan senyuman yang memberikan penekanan pada setiap detail superior di wajah lelaki itu.

“Yang Mulia, kehadiran anda diharapkan oleh perwakilan faksi bangsawan.”

Ucapan lelaki itu yang tenang seharusnya membuat Serish tersinggung, karena dengan lancangnya memosisikan Serish di bawah para bangsawan itu. Namun gadis itu tahu jika dia tidak lagi memiliki energi untuk melampiaskan emosinya seperti dulu.

Hati dan jiwanya kini seakan tertutup rapat, khawatir menampilkan gejolak sekecil apapun karena takut rahasianya akan terbaca.

Dia menatap lama pada wajah yang cukup rupawan di hadapannya, lalu menghembuskan nafas dengan tenang.

“Berapa lama kau bekerja di sini?”

Lelaki itu mengubah postur tubuhnya menjadi sikap sempurna, kemudian menjawab tanpa ragu.

“Tiga bulan, Yang Mulia.”

Serish mengangguk dalam hati. Waktu yang tanggung untuk memahami segala tata krama kekaisaran yang berlaku di dukedom. Kekasaran yang ditampilkan prajurit itu adalah sesuatu yang umum, namun di sisi lain, itu berarti penghormatan yang diberikannya tidak terlalu buruk.

“Temui Kaptenmu dan katakan bahwa aku ingin kau mendapatkan pelajaran tata krama intensif.” Mata Serish bergerak naik-turun, menilai setiap detail dalam tubuh masif lelaki itu, berikut perubahan ekspresi tegang di wajahnya. “Aku menginginkanmu menjadi anggota pasukan pengawalku. Waktumu 3 bulan.”

Kemudian Serish melangkah mendekat, mengangkat alisnya kepada prajurit yang kini terlihat lucu dengan ekspresinya. Lelaki itu menekan emosi apapun yang sebenarnya dia rasakan, tersenyum dan berlutut dengan satu kaki di hadapan Serish.

“Saya, Rowellyn Adrian, menerima titah Yang Mulia dan berterima kasih atas kesempatan ini.”

Serish menyemburkan tawa, lirih dan sinis.

“Kau sadar, kan, aku sedang merendahkanmu?” ujarnya dingin. Tatapannya tertuju pada puncak kepala lelaki yang tertunduk di bawahnya tanpa bergeming sedikitpun. “Sebentar lagi aku akan dikenal sebagai bangsawan yang menjual diriku pada seorang tiran. Yang Mulia Kaisar tidak mencintaiku, jadi masa depan terbaik bagiku adalah istana dingin yang terabaikan. Kau tidak memiliki harapan apapun ketika mendampingiku.”

Prajurit itu, Rowellyn, mengangkat wajahnya, menatap Serish melalui mata cokelat lembutnya tanpa sedikitpun keraguan.

Tatapan ini persis seperti yang ditampilkannya tadi; lurus dan tanpa rasa takut.

“Apakah saya melakukan kesalahan yang membuat Yang Mulia marah hingga menghukum saya?”

Angin yang membekukan menyentuh gaun rumah yang dikenakan Serish, menembus hingga kulitnya dan membuatnya sedikit kedinginan. Namun dia sudah lama menjadi seorang bangsawan yang dapat menyembunyikan apapun lewat ekspresi wajahnya. Jadi Serish menampilkan senyuman tipis pada lelaki bodoh di depannya, menunduk sedikit hingga wajah mereka berdekatan.

Yang membuatnya tidak siap adalah aroma mawar segar yang muncul secara mengejutkan dari tubuh lelaki itu. Serbuan aroma itu menyerang indera penciumannya dengan lembut, meninggalkan efek membingungkan karena kemaskulinan yang sangat bertentangan dengan stigma mawar yang feminim.

Serish mengerenyitkan kening.

Rambut keemasannya terlepas dari ikatan dan jatuh bagaikan air terjun.

“Kau akan memahami kesalahanmu setelah mendapatkan pelajaran tata kramamu.”

Mata cokelat terang itu tidak menunjukkan riak sedikitpun, melengkung tipis bersama senyuman khasnya. “Kalau begitu, saya berterima kasih karena Yang Mulia memberikan kesempatan kepada saya sebelum menjatuhi hukuman yang lebih berat.”

Serish membatalkan niatnya untuk menyerang prajurit itu dengan kalimat-kalimat tajam yang sudah disiapkan otaknya. Aroma lelaki itu membuat Serish kehilangan minat dan kembali pada masalah utamanya. Selain itu, sulit untuk marah pada kombinasi sempurna kebodohan dan kenaifan seperti yang dimiliki orang semacam dia.

“Dimana mereka?”

Rowellyn berdiri, bahkan tanpa meminta izin kepada Serish, lalu membungkuk kecil dengan sebelah tangan di dada. “Para perwakilan ada di Aula Mathilda.”

Aula termewah di dukedom ini.

“Betapa mubazir,” gumam Serish pada dirinya sendiri. Para manusia menyedihkan itu semakin tidak tahu diri hingga berani menemuinya di sini lagi setelah Serish memastikan pada mereka, tidak ada pertemuan kedua setelah penetapannya sebagai calon permaisuri. Dan kini pelayan bodohnya memberikan fasilitas yang terlalu baik kepada orang-orang itu.

Mata birunya menatap Rowellyn sekilas, lalu bibirnya menipis.

“Apa yang kau tunggu? Pandu aku.”

“Ah,” seakan mendengar hal yang paling membingungkan, Rowellyn tersentak. Hanya sedetik, syukurlah, karena kemudian dia dengan sigap menawarkan tangannya yang tertutupi oleh sarung tangan putih tak bercela.

Well, bagus. Setidaknya lelaki ini memahami kebersihan.

Serish meletakkan telapak tangannya di atas telapak tangan Rowellyn, mengabaikan fakta kalau saat itu dia tidak mengenakan sarung tangan.

Gadis itu membalas tatapan aneh dari Rowellyn dengan tantangan yang sama sekali tidak ditutupi. Artinya jelas, proteslah dan perhatikan apa yang terjadi.

Secara mengejutkan, ujung bibir lelaki itu tertarik dengan menawan. Dia menggeleng sedikit, lalu mulai melangkah dan memandu Serish.

Gadis itu tidak pernah berniat melakukan tindakan di luar nalar semacam ini. Dia bukan orang yang peduli mengenai siapa yang ada di sekitarnya, karena dia tahu, pada suatu titik, semua orang akan menjadi musuhnya.

Namun ketika melihat Rowellyn, sebuah ide yang absurd muncul di kepalanya.

Skandal.

Dia akan menciptakan skandal yang membuat seluruh dunia semakin membencinya dan Edward semakin jijik kepadanya hingga segera membuangnya setelah pernikahan berlangsung. Edward mungkin seorang misoginis, tapi dia lebih menghargai orang yang bodoh dan tak menghalangi kepentingannya dibandingkan seorang mencurigakan yang menjual kata ‘cinta’ untuk mendapatkan kekuasaan yang susah payah diraihnya.

Serish akan menjadi orang bodoh itu.

Selama ini, kakak lelakinya adalah penanggung jawab keamanan di sekitarnya, termasuk penentu siapa saja prajurit yang mengawalnya. Serish diperkenankan untuk membawa beberapa pendamping masuk ke istana, tapi mengenal karakter Edward, lelaki itu akan mencurigai semua orang di sekeliling Serish.

Namun jika orang itu adalah seorang yang tampan dan minim pengalaman seperti Rowellyn yang diangkat langsung oleh Serish, orang-orang akan memikirkan betapa superfisial dan dangkalnya dia.

Tidak, sebenarnya Serish tidak yakin dengan rencana impulsif ini.

Dia hanya ingin menenangkan dirinya sendiri bahwa masih ada hal yang bisa dikontrol.

Related chapters

  • Unspeakable Time   8. Miss-Conception

    “Anda baik-baik saja, Yang Mulia?”“Tutup mulutmu dan fokus pada tugasmu.” Sambar Serish ketus. “Seorang prajurit tidak boleh ingin tahu urusan majikannya.”“Ah,” Serish mendengar senyuman pada reaksi Rowellyn. “Benar, maafkan saya.”Mereka sampai di Aula Mathilda dalam beberapa menit yang melelahkan. Serish mengubah ekspresi wajahnya menjadi tidak terbaca, lalu masuk ke dalam ruangan dengan langkah bermartabat yang familiar.“Atas dasar apa aku mendapatkan kehormatan ini, hingga kalian kembali datang ketika aku jelas-jelas mengatakan untuk tidak lagi membuang waktu kita dengan pertemuan semacam ini?”Serish tidak dapat menahan mulutnya ketika melihat wajah-wajah memuakkan itu.Dia kagum pada dirinya di masa lalu yang bisa menahan diri dengan arogansi mereka hanya demi sang kaisar.“Kami memberi hormat pada Yang Mulia Tuan Puteri Vivaldi.”Para

    Last Updated : 2021-10-06
  • Unspeakable Time   9. Delirious

    Aula Mathilda merupakan salah satu dari sembilan kebanggaan dukedom vivaldi. Desainnya memadukan konsep privasi dalam ruangan tertutup dengan kebebasan di alam. Oleh karena itu, pencahayaan diatur sealami mungkin dan berbagai jenis bunga ditanam di dalamnya.Serish menunangkan secangkir teh yang sudah dingin untuk dirinya sendiri, mengerenyit oleh rasanya yang tidak enak, lalu meletakkan kembali cangkirnya.Sebuah bayangan muncul dari belakang, menghalangi sumber cahaya dari jendela yang ada di belakang Serish serta menutupi seluruh tubuhnya.“Ganti tehku dengan yang baru.”Serish memeluk tubuhnya sendiri dan menggosok-gosokkan lengannya untuk mendapatkan kehangatan. Keningnya berkerut ketika bayangan itu tidak bergeming.“Mana syalku?” dia menoleh sedikit, merasa tidak sabar. “Aku tidak mau kembali ke kamar, jadi jangan buang waktumu untuk menceramahiku.”Masih tidak ada jawaban.“Miya...!&rd

    Last Updated : 2021-10-12
  • Unspeakable Time   1. The Adjescent

    Pada suatu waktu yang jauh dan tidak terukur, sebuah negara besar berdiri di dimensi yang berbeda dengan yang dikenal saat ini. Negara tersebut dipimpin oleh seorang tiran yang disegani oleh seluruh dunia. Berbagai kerajaan tunduk di bawah kekuasaan sang kaisar yang tidak pernah puas dan senantiasa melakukan invansi ke berbagai penjuru. Layaknya predator yang mengintai mangsanya, satu demi satu negeri ditaklukkan, hingga menjadikan negara tersebut adikuasa. Meski ketakutan, tidak banyak yang berani melawan kekuasaan kaisar terkuat yang dirumorkan menjual jiwanya kepada iblis demi menjadi lebih kuat itu. Demi menjadi tidak terkalahkan. Alih-alih, para raja dan penguasa yang tidak berdaya tersebut justru mencari cara untuk menyenangkan sang tiran. Mereka memberikan persembahan berupa hasil bumi, emas, permata dan banyak pula yang memberikan wanita. Namun tak satupun persembahan itu menguba

    Last Updated : 2021-08-21
  • Unspeakable Time   2. The Ending of the Begining

    “Idiot,” umpat Serish, melanggar etika yang selalu dijunjungnya sebagai putri seoarang duke. Dia merasa terlalu kesal dan marah kepada dirinya sendiri, hingga mulai memukuli kepala dan menjambaki rambutnya. Andai saja melakukan ini bisa mengubah masa lalu dan menghentikan dirinya berbuat bodoh, Serish tidak peduli kalau IQ-nya akan berkurang asalkan dia terbebas dari situasinya sekarang. Benar, Serish adalah seseorang yang terlahir kembali dengan membawa ingatan masa lalunya. Hal konyol yang akan ditertawakannya dulu tapi secara ironis dialaminya sendiri. Dunia ini adalah novel. Ah, mengatakan sesuatu dengan nada seringan itu sangat tidak manusiawi, terutama karena selama sembilan belas tahun dia hidup sebagai Serish Jean Vivaldi. Dia makan, minum, tidur, tertawa dan menangis di dunia novel ini. Dan menyimpulkan dengan sesederhana itu sungguh membuatnya hampa, karena bagi Serish, dunia ini nyata. Senyata rasa sakit dalam ingatannya k

    Last Updated : 2021-08-21
  • Unspeakable Time   3. Uninvited Guests

    Lelaki itu duduk dengan aura menakutkan. Ada campuran wibawa, keangkuhan dan intimidasi dalam diri lelaki itu, juga sedikit kejijikan yang dengan sempurna membuat Serish merasa tidak nyaman. Di sebelah lelaki itu, seorang pria berambut perak dan jubah hitam berpolet silver berdiri tanpa mencolok. Mata kuningnya menyala bagaikan ngengat dan kulitnya sepucat cahaya bulan. Sesuatu dalam dirinya begitu tipis hingga nyaris terabaikan, tapi Serish tahu siapa lelaki itu. Penyihir agung Sczandov, tangan kanan kaisar, Ravi. Tak ada nama belakang maupun nama keluarga bagi seorang penyihir murni karena para penyihir murni selalu berasal dari orang buangan yang tak memiliki masa lalu. Seorang penyihir murni terlahir dari manusia yang inti rohnya berevolusi dengan memangsa satu persatu kenangan dan harapan, menggantinya dengan ambisi dan kesetiaan kepada tuan yang dipilihnya. Oleh karena itu, penyihir murni adalah seseorang yang begitu kuat namun tidak memiliki tempat di mata ban

    Last Updated : 2021-08-21
  • Unspeakable Time   4. Unfortunate Day

    Serish merasakan tekanan udara yang semakin kuat di sekitarnya. “Saya tidak berani menebak alasan paduka,” dengan mengandalkan kekuatan mental yang pas-pasan, Serish berhasil menjawab tanpa terdengar tersiksa. Jika dia menunjukkan sedikit saja kelemahan, lelaki itu akan memanfaatkan situasi mereka secara habis-habisan. Edward dan ravi tidak boleh tahu kalau sejak awal Serish sudah menyadari penggunaan sihir. Udara di sekitar Serish semakin dingin dan menusuk, terlebih saat Edward mencondongkan wajahnya mendekati Serish. Mata rubinya berkilau mengancam. “Kalau begitu, tebaklah.” Oh tuhan. Pertanyaan itu adalah hal terakhir yang diinginkan Serish di pertemuan ini karena itulah pertanyaan yang diberikan Edward kepada setiap wanita yang datang kepadanya, termasuk sang putri mahkota. Dan dari semua jawaban, tentu saja hanya jawaban putri mahkota-lah yang bisa membekas dan berkesan bagi kaisar. Serish ingat apa jawabannya.

    Last Updated : 2021-08-21
  • Unspeakable Time   5. Gradual Changes

    Gelombang emosi baru muncul di wajah Kroy. Dia tidak pernah mendengar jawaban setenang itu dari Serish. Anak perempuannya selalu terdengar marah dan emosional setiap kali mereka bicara, dan karena itu, hubungan ayah dan anak itu berubah renggang selama bertahun-tahun tanpa diperbaiki.Keengganan, kebencian dan ketakutan yang dibalut oleh sopan santun yang berjarak adalah yang selalu dihadapi Kroy.Tapi kali itu Serish lebih dari sekedar dingin.Dia bagaikan orang asing; vassal yang tunduk di bawah otoritas dukedom yang dipimpinnya. Dan karena itulah, sang duke merasakan ketakutan yang merayapi tulang punggungnya untuk pertama kalinya.Selama ini, Kroy tidak pernah takut kehilangan putrinya meskipun gadis itu selalu menampilkan kedengkiannya. Dia tahu bahwa Serish akan selalu menjadi putrinya melalui emosi dan kemarahan itu. Bagi sang duke, hubungan mereka terjalin melalui sehelai benang yang kasar dan berantakan bernama kekecewaan, dan dengan pos

    Last Updated : 2021-08-22
  • Unspeakable Time   6. Flavorless

    Apapun yang terjadi, waktu selalu berjalan dengan kejam. Ketika pagi selanjutnya tiba, Serish masih berkutat dengan ingatan yang muncul layaknya letupan air mendidih; terasa panas dan chaotic. Lucu. Kenapa dia harus mengingat semuanya seperti ini? Serish menyeka keringat di wajahnya yang berubah pucat hanya dalam semalam. Andai saja dia mengingat kenangan itu tanpa ingatan kesakitannya saat mati, Serish mungkin akan memilih untuk menyerah. Dia adalah ikon seorang putri bangsawan yang anggun, angkuh dan sempurna, tapi siapa yang benar-benar menikmati peran semacam itu? Setiap menitnya Serish harus memasang topeng di wajahnya dan menajamkan lidahnya agar tidak diinjak oleh orang-orang yang senantiasa memasang radar, menunggu setitik kesalahannya. Jika ada sedikit saja kealpaan, tidak bisa dibayangkan apa yang akan dilakukan orang-orang itu. Dan Serish selalu merasa lelah. Dia ingin melarikan diri. Tapi sejauh apa seoran

    Last Updated : 2021-09-12

Latest chapter

  • Unspeakable Time   9. Delirious

    Aula Mathilda merupakan salah satu dari sembilan kebanggaan dukedom vivaldi. Desainnya memadukan konsep privasi dalam ruangan tertutup dengan kebebasan di alam. Oleh karena itu, pencahayaan diatur sealami mungkin dan berbagai jenis bunga ditanam di dalamnya.Serish menunangkan secangkir teh yang sudah dingin untuk dirinya sendiri, mengerenyit oleh rasanya yang tidak enak, lalu meletakkan kembali cangkirnya.Sebuah bayangan muncul dari belakang, menghalangi sumber cahaya dari jendela yang ada di belakang Serish serta menutupi seluruh tubuhnya.“Ganti tehku dengan yang baru.”Serish memeluk tubuhnya sendiri dan menggosok-gosokkan lengannya untuk mendapatkan kehangatan. Keningnya berkerut ketika bayangan itu tidak bergeming.“Mana syalku?” dia menoleh sedikit, merasa tidak sabar. “Aku tidak mau kembali ke kamar, jadi jangan buang waktumu untuk menceramahiku.”Masih tidak ada jawaban.“Miya...!&rd

  • Unspeakable Time   8. Miss-Conception

    “Anda baik-baik saja, Yang Mulia?”“Tutup mulutmu dan fokus pada tugasmu.” Sambar Serish ketus. “Seorang prajurit tidak boleh ingin tahu urusan majikannya.”“Ah,” Serish mendengar senyuman pada reaksi Rowellyn. “Benar, maafkan saya.”Mereka sampai di Aula Mathilda dalam beberapa menit yang melelahkan. Serish mengubah ekspresi wajahnya menjadi tidak terbaca, lalu masuk ke dalam ruangan dengan langkah bermartabat yang familiar.“Atas dasar apa aku mendapatkan kehormatan ini, hingga kalian kembali datang ketika aku jelas-jelas mengatakan untuk tidak lagi membuang waktu kita dengan pertemuan semacam ini?”Serish tidak dapat menahan mulutnya ketika melihat wajah-wajah memuakkan itu.Dia kagum pada dirinya di masa lalu yang bisa menahan diri dengan arogansi mereka hanya demi sang kaisar.“Kami memberi hormat pada Yang Mulia Tuan Puteri Vivaldi.”Para

  • Unspeakable Time   7. The Thing is

    Serish tidak memiliki tujuan.Dia hanya berjalan mengintari taman bunga lavender di dekat kastil, lalu berhenti di sebuah paviliun terbuka yang sering dilewatinya, tapi tak pernah disinggahi perempuan itu.Kesendirian semacam ini membawa perasaan asing yang terasa familiar baginya.Dia adalah seorang putri duke yang selalu memiliki pendamping di sisinya sejak dia lahir, namun dulu sekali, di sebuah dimensi yang berbeda, Serish adalah seorang nerd yang dikucilkan. Dia merasa memiliki keluarga yang sangat dekat dan disayanginya, tapi detailnya seperti apa, Serish tidak ingat. Hanya perasaan sendu yang samar yang sesekali mengelitiknya, layaknya kapas tipis yang menggores ujung hatinya.Rindu.Perasaan asing lainnya yang untuk pertama kali diucapkan Serish sejak lahir di dunia ini.Bahkan Serish tidak pernah merindukan ibunya, yang meninggal secara sepihak karena pemikiran pengkhianatan sang suami. Ibu yang tidak berpikir

  • Unspeakable Time   6. Flavorless

    Apapun yang terjadi, waktu selalu berjalan dengan kejam. Ketika pagi selanjutnya tiba, Serish masih berkutat dengan ingatan yang muncul layaknya letupan air mendidih; terasa panas dan chaotic. Lucu. Kenapa dia harus mengingat semuanya seperti ini? Serish menyeka keringat di wajahnya yang berubah pucat hanya dalam semalam. Andai saja dia mengingat kenangan itu tanpa ingatan kesakitannya saat mati, Serish mungkin akan memilih untuk menyerah. Dia adalah ikon seorang putri bangsawan yang anggun, angkuh dan sempurna, tapi siapa yang benar-benar menikmati peran semacam itu? Setiap menitnya Serish harus memasang topeng di wajahnya dan menajamkan lidahnya agar tidak diinjak oleh orang-orang yang senantiasa memasang radar, menunggu setitik kesalahannya. Jika ada sedikit saja kealpaan, tidak bisa dibayangkan apa yang akan dilakukan orang-orang itu. Dan Serish selalu merasa lelah. Dia ingin melarikan diri. Tapi sejauh apa seoran

  • Unspeakable Time   5. Gradual Changes

    Gelombang emosi baru muncul di wajah Kroy. Dia tidak pernah mendengar jawaban setenang itu dari Serish. Anak perempuannya selalu terdengar marah dan emosional setiap kali mereka bicara, dan karena itu, hubungan ayah dan anak itu berubah renggang selama bertahun-tahun tanpa diperbaiki.Keengganan, kebencian dan ketakutan yang dibalut oleh sopan santun yang berjarak adalah yang selalu dihadapi Kroy.Tapi kali itu Serish lebih dari sekedar dingin.Dia bagaikan orang asing; vassal yang tunduk di bawah otoritas dukedom yang dipimpinnya. Dan karena itulah, sang duke merasakan ketakutan yang merayapi tulang punggungnya untuk pertama kalinya.Selama ini, Kroy tidak pernah takut kehilangan putrinya meskipun gadis itu selalu menampilkan kedengkiannya. Dia tahu bahwa Serish akan selalu menjadi putrinya melalui emosi dan kemarahan itu. Bagi sang duke, hubungan mereka terjalin melalui sehelai benang yang kasar dan berantakan bernama kekecewaan, dan dengan pos

  • Unspeakable Time   4. Unfortunate Day

    Serish merasakan tekanan udara yang semakin kuat di sekitarnya. “Saya tidak berani menebak alasan paduka,” dengan mengandalkan kekuatan mental yang pas-pasan, Serish berhasil menjawab tanpa terdengar tersiksa. Jika dia menunjukkan sedikit saja kelemahan, lelaki itu akan memanfaatkan situasi mereka secara habis-habisan. Edward dan ravi tidak boleh tahu kalau sejak awal Serish sudah menyadari penggunaan sihir. Udara di sekitar Serish semakin dingin dan menusuk, terlebih saat Edward mencondongkan wajahnya mendekati Serish. Mata rubinya berkilau mengancam. “Kalau begitu, tebaklah.” Oh tuhan. Pertanyaan itu adalah hal terakhir yang diinginkan Serish di pertemuan ini karena itulah pertanyaan yang diberikan Edward kepada setiap wanita yang datang kepadanya, termasuk sang putri mahkota. Dan dari semua jawaban, tentu saja hanya jawaban putri mahkota-lah yang bisa membekas dan berkesan bagi kaisar. Serish ingat apa jawabannya.

  • Unspeakable Time   3. Uninvited Guests

    Lelaki itu duduk dengan aura menakutkan. Ada campuran wibawa, keangkuhan dan intimidasi dalam diri lelaki itu, juga sedikit kejijikan yang dengan sempurna membuat Serish merasa tidak nyaman. Di sebelah lelaki itu, seorang pria berambut perak dan jubah hitam berpolet silver berdiri tanpa mencolok. Mata kuningnya menyala bagaikan ngengat dan kulitnya sepucat cahaya bulan. Sesuatu dalam dirinya begitu tipis hingga nyaris terabaikan, tapi Serish tahu siapa lelaki itu. Penyihir agung Sczandov, tangan kanan kaisar, Ravi. Tak ada nama belakang maupun nama keluarga bagi seorang penyihir murni karena para penyihir murni selalu berasal dari orang buangan yang tak memiliki masa lalu. Seorang penyihir murni terlahir dari manusia yang inti rohnya berevolusi dengan memangsa satu persatu kenangan dan harapan, menggantinya dengan ambisi dan kesetiaan kepada tuan yang dipilihnya. Oleh karena itu, penyihir murni adalah seseorang yang begitu kuat namun tidak memiliki tempat di mata ban

  • Unspeakable Time   2. The Ending of the Begining

    “Idiot,” umpat Serish, melanggar etika yang selalu dijunjungnya sebagai putri seoarang duke. Dia merasa terlalu kesal dan marah kepada dirinya sendiri, hingga mulai memukuli kepala dan menjambaki rambutnya. Andai saja melakukan ini bisa mengubah masa lalu dan menghentikan dirinya berbuat bodoh, Serish tidak peduli kalau IQ-nya akan berkurang asalkan dia terbebas dari situasinya sekarang. Benar, Serish adalah seseorang yang terlahir kembali dengan membawa ingatan masa lalunya. Hal konyol yang akan ditertawakannya dulu tapi secara ironis dialaminya sendiri. Dunia ini adalah novel. Ah, mengatakan sesuatu dengan nada seringan itu sangat tidak manusiawi, terutama karena selama sembilan belas tahun dia hidup sebagai Serish Jean Vivaldi. Dia makan, minum, tidur, tertawa dan menangis di dunia novel ini. Dan menyimpulkan dengan sesederhana itu sungguh membuatnya hampa, karena bagi Serish, dunia ini nyata. Senyata rasa sakit dalam ingatannya k

  • Unspeakable Time   1. The Adjescent

    Pada suatu waktu yang jauh dan tidak terukur, sebuah negara besar berdiri di dimensi yang berbeda dengan yang dikenal saat ini. Negara tersebut dipimpin oleh seorang tiran yang disegani oleh seluruh dunia. Berbagai kerajaan tunduk di bawah kekuasaan sang kaisar yang tidak pernah puas dan senantiasa melakukan invansi ke berbagai penjuru. Layaknya predator yang mengintai mangsanya, satu demi satu negeri ditaklukkan, hingga menjadikan negara tersebut adikuasa. Meski ketakutan, tidak banyak yang berani melawan kekuasaan kaisar terkuat yang dirumorkan menjual jiwanya kepada iblis demi menjadi lebih kuat itu. Demi menjadi tidak terkalahkan. Alih-alih, para raja dan penguasa yang tidak berdaya tersebut justru mencari cara untuk menyenangkan sang tiran. Mereka memberikan persembahan berupa hasil bumi, emas, permata dan banyak pula yang memberikan wanita. Namun tak satupun persembahan itu menguba

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status