Home / Romansa / Unspeakable Time / 4. Unfortunate Day

Share

4. Unfortunate Day

Author: Erin Jacobs
last update Last Updated: 2021-08-21 20:44:40

Serish merasakan tekanan udara yang semakin kuat di sekitarnya.

“Saya tidak berani menebak alasan paduka,” dengan mengandalkan kekuatan mental yang pas-pasan, Serish berhasil menjawab tanpa terdengar tersiksa. Jika dia menunjukkan sedikit saja kelemahan, lelaki itu akan memanfaatkan situasi mereka secara habis-habisan.

Edward dan ravi tidak boleh tahu kalau sejak awal Serish sudah menyadari penggunaan sihir.

Udara di sekitar Serish semakin dingin dan menusuk, terlebih saat Edward mencondongkan wajahnya mendekati Serish. Mata rubinya berkilau mengancam.

“Kalau begitu, tebaklah.”

Oh tuhan.

Pertanyaan itu adalah hal terakhir yang diinginkan Serish di pertemuan ini karena itulah pertanyaan yang diberikan Edward kepada setiap wanita yang datang kepadanya, termasuk sang putri mahkota. Dan dari semua jawaban, tentu saja hanya jawaban putri mahkota-lah yang bisa membekas dan berkesan bagi kaisar.

Serish ingat apa jawabannya.

“Karena kau kehilangan arah dan tujuan. Kau mencari pegangan dan berharap ada satu orang yang menunjukkan jalan untuk kembali atau meneruskan.”

.... memangnya Serish gila memakai jawaban norak seperti itu?!

Saat ini Edward baru menjadi kaisar selama setahun dan dia belum kehilangan tujuan atau arah. Dia justru tengah berada di puncak kariernya dalam mereformasi sistem pemerintahan di negara ini. Jika Serish menjawab dengan kalimat super cheesy itu, dijamin kejijikkan lelaki itu padanya akan berlipat secara eksponensial.

“Saya... mohon izin untuk... berpikir.” Jadi tolong hilangkan sihir ini! Serish hanya orang biasa yang tidak memiliki ketahanan terhadap serangan sihir!

Perempuan itu tidak berani menebak arti senyuman dingin Edward saat mendengar permintaan lancangnya. Oleh karena itu, dengan cepat Serish merangkai kata-kata yang kiranya dapat menyenangkan Edward.

Syukurlah, kini dia memiliki gambaran mengenai sifat terdalam lelaki itu.

Dengan bibir gemetar karena kedinginan dan nafas sedikit tersendat, Serish akhirnya membuka mulutnya.

“Yang Mulia... membutuhkan wanita untuk meredam tuntutan dari para pejabat... untuk segera menunjuk putra mahkota.”

Jabatannya saat ini bukanlah sesuatu yang tenang. Semua orang menunggu kejatuhannya agar dapat mengisi kursi kekaisaran. Oleh karena itu setiap kerajaan mengirimkan putrinya sebagai calon permaisuri, namun para bangsawan Sczandov tidak mau sembarang orang meneruskan kekaisaran. Mereka menginginkan penduduk asli Sczandov yang menjadi penerus kerajaan hingga muncullah petisi ini.

Atau lebih sederhananya, para bangsawan itu menginginkan senjata cadangan lainnya jika Edward terus-menerus tidak bisa dikontrol dan Vivaldi masih bersikeras mempertahankan pilihan politiknya.

Nafas Serish semakin sesak saat udara di sekelilingnya mengental. Dan tanpa bisa ditahan, dia mengirimkan tatapan jengkel kepada lelaki bermata kuning yang berdiri di sebelah Edward.

Lelaki itu mengangkat alisnya, lalu bibirnya terlihat menegang.

Serish melewatkan kilat penasaran yang merupa lapisan tipis di wajah sang penyihir agung saat Edward tiba-tiba tertawa.

Tidak, daripada tertawa, lebih seperti dengusan.

“Menarik.” Lelaki itu berdiri, melangkah tenang menghampiri Serish. “Ternyata kau lebih memiliki otak dari yang disangka para pendukungmu.” Punggung Serish meremang saat Edward berdiri di belakangnya dan kedua tangannya diletakkan pada bahu Serish. “Lalu kenapa kau memilih faksi yang salah?”

Lelaki itu mencengkram bahunya, tidak keras, tapi cukup memberikan tekanan yang mengintimidasi.

“Kenapa kau memilih menjadi ratu melalui para bangsawan?”

Karena sebelumnya Serish tidak tahu seperti apa takdirnya.

Serish memejamkan mata, lalu menatap Edward dari bahunya.

Dia meresapi setiap inchi lekukan di wajah Edward, lalu tersenyum tipis.

“Bukankah paduka sudah tahu jawabannya?”

Wajahnya tertunduk, merasakan ironi yang menyiksa saat rasa dingin dan sesak yang dialaminya menguat.

“Saya... menyukai paduka.”

Dulu.

Dan karenanya semua menjadi ironi.

Betapa mudahnya perasaan manusia berubah saat perspektif yang diambil berbeda. Kini Edward bukan lagi seorang pahlawan tampan bagi Serish; lelaki itu adalah dewa kematiannya.

Dan karenanya rasa suka dan kagum itu berubah menjadi ketakutan dan ketidakberdayaan.

Bahkan dengan rasa cintanya yang besar, Serish tidak akan mau menukarnya dengan nyawanya, meski tentu saja kini dia cukup pintar untuk tidak menantang otoritas Edward.

Edward melepaskan bahunya dengan kasar, lalu berbalik dan mengibaskan tangannya, menciptakan ruang kosong yang mewujud menjadi pintu.

Serish tidak terkejut saat Edward dengan mudahnya membuka portal sihir, tapi dia tidak bisa menyisihkan rasa mengganjal saat kembali bertatapan dengan ravi, sang penyihir agung. Sedari tadi mereka tidak berinteraksi, namun ketika ravi bergerak mengikuti Edward, lelaki itu mengirimkan senyuman menakutkan yang tidak Serish pahami maknanya.

Lalu hari itu berakhir begitu saja.

.

Tidak juga.

Serish menyesap cangkir kesekian tehnya hari itu. Dia baru menyelesaikan makan malam sepinya ketika ayahnya tiba dan meminta Serish menemuinya di ruang kerjanya. Betapa cepatnya sang duke pulang saat mendengar berita kedatangan kaisar; beda jauh dengan ketika Serish kecelakaan.

Lelaki itu bahkan tidak berusaha berpura-pura menanyakan kabar putrinya setelah kecelakaan dan tidak muncul selama sebulan.

Serish mendengus.

Dia selalu membenci ayah dan kakak tirinya.

Selalu.

Lelaki itu tidak pernah memberikan sedikitpun perhatiannya kepada Serish dan ibunya, bahkan ketika ibu Serish sakit keras hingga meninggal di ranjangnya sendirian. Serish tidak diperbolehkan menengok selama berbulan-bulan, bahkan di saat-saat terakhir, dia juga tidak dibiarkan menemani ibunya.

Dan seminggu setelah kematian sang Duchess, Kroy Arcus Vivaldi, ayahnya, membawa serang anak lelaki berambut pirang dengan mata kelabu. Anak lelaki itu lebih tua beberapa tahun dari Serish, dan tanpa penjelasan apapun, ayahnya mengenalkan anak itu sebagai kakaknya.

Pada waktu itu, rumor menyebar dengan cepat. Para pelayan berbisik-bisik menggosipkan alasan sang Duchess jatuh sakit adalah karena mengetahui perselingkuhan suaminya dan Duke Vivaldi sengaja menunggu kematian istrinya sebelum membawa anak haramnya masuk ke rumah Vivaldi.

Bagi Serish, yang paling menyakitkan adalah gosip mengenai ibu dari anak lelaki itu adalah wanita yang paling dicintai Kroy, bukan ibunya.

Tapi selama bertahun-tahun, ayahnya tidak berusaja menjelaskan dan justru menjauhi Serish seperti penyakit. Segala perhatian yang tersisa dan dimiliki Kroy diberikan kepada Leonhard, lelaki yang kemudian menjadi ‘kakak’ Serish.

Jadi bagaimana Serish bisa menyukai lelaki seperti itu sebagai ayahnya?

Meskipun kini dia tahu alasan sang duke melakukan itu, dia tetap tidak bisa memaafkan lelaki itu.

“Ayahanda,” Serish membungkuk saat berdiri di depan meja kerja Kroy. “Selamat malam.”

“Apa yang kau bicarakan dengan kaisar?”

Lelaki itu tidak membuang waktu dan langsung pada intinya. Rasa sakit di hati Serish berubah menjadi kecewa, sebelum kemudian mengeras menjadi topeng ketidakpedulian.

“Saya tidak bisa membicarakannya kepada sembarang orang.”

Mata biru dingin lelaki itu menyorot tajam kepada Serish. “Apa kau tahu kepada siapa kau bicara sekarang?”

“Ya, my lord. Saya berbicara kepada Duke Vivaldi.” Tatapan Serish tertuju pada Leon yang berdiri di sebelah ayahnya dengan postur kaku, persis seperti ekspresinya.

Meja kerja di depannya digebrak oleh sang duke. Wajah yang selalu dingin tanpa ekspresi yang dimilikinya kali itu berubah merah oleh kemarahan. Bukan sekedar marah.

Murka.

Serish tahu alasannya, tapi bagaikan jamur beracun, dia tetap memancing emosi sang duke.

“Lancang!” lelaki itu berdiri dan menghampirinya dengan aura mengerikan, lalu berdiri menjulang di depan Serish. “Ulangi kata-katamu tadi.”

Serish tahu dia seharusnya meminta maaf dan meralatnya. Itu yang akan dilakukannya dulu. Tapi kini, setelah mengetahui kebenarannya, perempuan itu hanya ingin melampiaskan kemarahannya.

Jadi Serish tersenyum dangkal, membungkuk dengan sopan dan mengulangi jawabannya.

“Saya berbicara kepada Duke Vivaldi.”

“Serish,” Leon akhirya bersuara, menegurnya dengan tajam. Namun ada kepanikan yang samar di mata biru gelap lelaki itu.

“Bagus sekali,” geram ayahnya. “Karena kau akan menjadi ratu dan memperoleh dukungan dari kubu bangsawan kini kau membuang keluargamu,” Serish merasa lelaki itu berusaha keras untuk tidak tenggelam dalam emosinya dan memukul Serish.

Duke Vivaldi tidak pernah memukul Serish, tapi kali itu dia jelas ingin melakukannya.

“Anda berlebihan. Saya tidak mungkin dipilih oleh para bangsawan jika bukan karena nama Vivaldi, jadi tidak mungkin saya membuang Vivaldi.” Mata Serish yang menatapnya sebiru langit cerah. “Saya hanya sangat menyadari seperti apa posisi saya di tempat ini.”

.

Related chapters

  • Unspeakable Time   5. Gradual Changes

    Gelombang emosi baru muncul di wajah Kroy. Dia tidak pernah mendengar jawaban setenang itu dari Serish. Anak perempuannya selalu terdengar marah dan emosional setiap kali mereka bicara, dan karena itu, hubungan ayah dan anak itu berubah renggang selama bertahun-tahun tanpa diperbaiki.Keengganan, kebencian dan ketakutan yang dibalut oleh sopan santun yang berjarak adalah yang selalu dihadapi Kroy.Tapi kali itu Serish lebih dari sekedar dingin.Dia bagaikan orang asing; vassal yang tunduk di bawah otoritas dukedom yang dipimpinnya. Dan karena itulah, sang duke merasakan ketakutan yang merayapi tulang punggungnya untuk pertama kalinya.Selama ini, Kroy tidak pernah takut kehilangan putrinya meskipun gadis itu selalu menampilkan kedengkiannya. Dia tahu bahwa Serish akan selalu menjadi putrinya melalui emosi dan kemarahan itu. Bagi sang duke, hubungan mereka terjalin melalui sehelai benang yang kasar dan berantakan bernama kekecewaan, dan dengan pos

    Last Updated : 2021-08-22
  • Unspeakable Time   6. Flavorless

    Apapun yang terjadi, waktu selalu berjalan dengan kejam. Ketika pagi selanjutnya tiba, Serish masih berkutat dengan ingatan yang muncul layaknya letupan air mendidih; terasa panas dan chaotic. Lucu. Kenapa dia harus mengingat semuanya seperti ini? Serish menyeka keringat di wajahnya yang berubah pucat hanya dalam semalam. Andai saja dia mengingat kenangan itu tanpa ingatan kesakitannya saat mati, Serish mungkin akan memilih untuk menyerah. Dia adalah ikon seorang putri bangsawan yang anggun, angkuh dan sempurna, tapi siapa yang benar-benar menikmati peran semacam itu? Setiap menitnya Serish harus memasang topeng di wajahnya dan menajamkan lidahnya agar tidak diinjak oleh orang-orang yang senantiasa memasang radar, menunggu setitik kesalahannya. Jika ada sedikit saja kealpaan, tidak bisa dibayangkan apa yang akan dilakukan orang-orang itu. Dan Serish selalu merasa lelah. Dia ingin melarikan diri. Tapi sejauh apa seoran

    Last Updated : 2021-09-12
  • Unspeakable Time   7. The Thing is

    Serish tidak memiliki tujuan.Dia hanya berjalan mengintari taman bunga lavender di dekat kastil, lalu berhenti di sebuah paviliun terbuka yang sering dilewatinya, tapi tak pernah disinggahi perempuan itu.Kesendirian semacam ini membawa perasaan asing yang terasa familiar baginya.Dia adalah seorang putri duke yang selalu memiliki pendamping di sisinya sejak dia lahir, namun dulu sekali, di sebuah dimensi yang berbeda, Serish adalah seorang nerd yang dikucilkan. Dia merasa memiliki keluarga yang sangat dekat dan disayanginya, tapi detailnya seperti apa, Serish tidak ingat. Hanya perasaan sendu yang samar yang sesekali mengelitiknya, layaknya kapas tipis yang menggores ujung hatinya.Rindu.Perasaan asing lainnya yang untuk pertama kali diucapkan Serish sejak lahir di dunia ini.Bahkan Serish tidak pernah merindukan ibunya, yang meninggal secara sepihak karena pemikiran pengkhianatan sang suami. Ibu yang tidak berpikir

    Last Updated : 2021-10-05
  • Unspeakable Time   8. Miss-Conception

    “Anda baik-baik saja, Yang Mulia?”“Tutup mulutmu dan fokus pada tugasmu.” Sambar Serish ketus. “Seorang prajurit tidak boleh ingin tahu urusan majikannya.”“Ah,” Serish mendengar senyuman pada reaksi Rowellyn. “Benar, maafkan saya.”Mereka sampai di Aula Mathilda dalam beberapa menit yang melelahkan. Serish mengubah ekspresi wajahnya menjadi tidak terbaca, lalu masuk ke dalam ruangan dengan langkah bermartabat yang familiar.“Atas dasar apa aku mendapatkan kehormatan ini, hingga kalian kembali datang ketika aku jelas-jelas mengatakan untuk tidak lagi membuang waktu kita dengan pertemuan semacam ini?”Serish tidak dapat menahan mulutnya ketika melihat wajah-wajah memuakkan itu.Dia kagum pada dirinya di masa lalu yang bisa menahan diri dengan arogansi mereka hanya demi sang kaisar.“Kami memberi hormat pada Yang Mulia Tuan Puteri Vivaldi.”Para

    Last Updated : 2021-10-06
  • Unspeakable Time   9. Delirious

    Aula Mathilda merupakan salah satu dari sembilan kebanggaan dukedom vivaldi. Desainnya memadukan konsep privasi dalam ruangan tertutup dengan kebebasan di alam. Oleh karena itu, pencahayaan diatur sealami mungkin dan berbagai jenis bunga ditanam di dalamnya.Serish menunangkan secangkir teh yang sudah dingin untuk dirinya sendiri, mengerenyit oleh rasanya yang tidak enak, lalu meletakkan kembali cangkirnya.Sebuah bayangan muncul dari belakang, menghalangi sumber cahaya dari jendela yang ada di belakang Serish serta menutupi seluruh tubuhnya.“Ganti tehku dengan yang baru.”Serish memeluk tubuhnya sendiri dan menggosok-gosokkan lengannya untuk mendapatkan kehangatan. Keningnya berkerut ketika bayangan itu tidak bergeming.“Mana syalku?” dia menoleh sedikit, merasa tidak sabar. “Aku tidak mau kembali ke kamar, jadi jangan buang waktumu untuk menceramahiku.”Masih tidak ada jawaban.“Miya...!&rd

    Last Updated : 2021-10-12
  • Unspeakable Time   1. The Adjescent

    Pada suatu waktu yang jauh dan tidak terukur, sebuah negara besar berdiri di dimensi yang berbeda dengan yang dikenal saat ini. Negara tersebut dipimpin oleh seorang tiran yang disegani oleh seluruh dunia. Berbagai kerajaan tunduk di bawah kekuasaan sang kaisar yang tidak pernah puas dan senantiasa melakukan invansi ke berbagai penjuru. Layaknya predator yang mengintai mangsanya, satu demi satu negeri ditaklukkan, hingga menjadikan negara tersebut adikuasa. Meski ketakutan, tidak banyak yang berani melawan kekuasaan kaisar terkuat yang dirumorkan menjual jiwanya kepada iblis demi menjadi lebih kuat itu. Demi menjadi tidak terkalahkan. Alih-alih, para raja dan penguasa yang tidak berdaya tersebut justru mencari cara untuk menyenangkan sang tiran. Mereka memberikan persembahan berupa hasil bumi, emas, permata dan banyak pula yang memberikan wanita. Namun tak satupun persembahan itu menguba

    Last Updated : 2021-08-21
  • Unspeakable Time   2. The Ending of the Begining

    “Idiot,” umpat Serish, melanggar etika yang selalu dijunjungnya sebagai putri seoarang duke. Dia merasa terlalu kesal dan marah kepada dirinya sendiri, hingga mulai memukuli kepala dan menjambaki rambutnya. Andai saja melakukan ini bisa mengubah masa lalu dan menghentikan dirinya berbuat bodoh, Serish tidak peduli kalau IQ-nya akan berkurang asalkan dia terbebas dari situasinya sekarang. Benar, Serish adalah seseorang yang terlahir kembali dengan membawa ingatan masa lalunya. Hal konyol yang akan ditertawakannya dulu tapi secara ironis dialaminya sendiri. Dunia ini adalah novel. Ah, mengatakan sesuatu dengan nada seringan itu sangat tidak manusiawi, terutama karena selama sembilan belas tahun dia hidup sebagai Serish Jean Vivaldi. Dia makan, minum, tidur, tertawa dan menangis di dunia novel ini. Dan menyimpulkan dengan sesederhana itu sungguh membuatnya hampa, karena bagi Serish, dunia ini nyata. Senyata rasa sakit dalam ingatannya k

    Last Updated : 2021-08-21
  • Unspeakable Time   3. Uninvited Guests

    Lelaki itu duduk dengan aura menakutkan. Ada campuran wibawa, keangkuhan dan intimidasi dalam diri lelaki itu, juga sedikit kejijikan yang dengan sempurna membuat Serish merasa tidak nyaman. Di sebelah lelaki itu, seorang pria berambut perak dan jubah hitam berpolet silver berdiri tanpa mencolok. Mata kuningnya menyala bagaikan ngengat dan kulitnya sepucat cahaya bulan. Sesuatu dalam dirinya begitu tipis hingga nyaris terabaikan, tapi Serish tahu siapa lelaki itu. Penyihir agung Sczandov, tangan kanan kaisar, Ravi. Tak ada nama belakang maupun nama keluarga bagi seorang penyihir murni karena para penyihir murni selalu berasal dari orang buangan yang tak memiliki masa lalu. Seorang penyihir murni terlahir dari manusia yang inti rohnya berevolusi dengan memangsa satu persatu kenangan dan harapan, menggantinya dengan ambisi dan kesetiaan kepada tuan yang dipilihnya. Oleh karena itu, penyihir murni adalah seseorang yang begitu kuat namun tidak memiliki tempat di mata ban

    Last Updated : 2021-08-21

Latest chapter

  • Unspeakable Time   9. Delirious

    Aula Mathilda merupakan salah satu dari sembilan kebanggaan dukedom vivaldi. Desainnya memadukan konsep privasi dalam ruangan tertutup dengan kebebasan di alam. Oleh karena itu, pencahayaan diatur sealami mungkin dan berbagai jenis bunga ditanam di dalamnya.Serish menunangkan secangkir teh yang sudah dingin untuk dirinya sendiri, mengerenyit oleh rasanya yang tidak enak, lalu meletakkan kembali cangkirnya.Sebuah bayangan muncul dari belakang, menghalangi sumber cahaya dari jendela yang ada di belakang Serish serta menutupi seluruh tubuhnya.“Ganti tehku dengan yang baru.”Serish memeluk tubuhnya sendiri dan menggosok-gosokkan lengannya untuk mendapatkan kehangatan. Keningnya berkerut ketika bayangan itu tidak bergeming.“Mana syalku?” dia menoleh sedikit, merasa tidak sabar. “Aku tidak mau kembali ke kamar, jadi jangan buang waktumu untuk menceramahiku.”Masih tidak ada jawaban.“Miya...!&rd

  • Unspeakable Time   8. Miss-Conception

    “Anda baik-baik saja, Yang Mulia?”“Tutup mulutmu dan fokus pada tugasmu.” Sambar Serish ketus. “Seorang prajurit tidak boleh ingin tahu urusan majikannya.”“Ah,” Serish mendengar senyuman pada reaksi Rowellyn. “Benar, maafkan saya.”Mereka sampai di Aula Mathilda dalam beberapa menit yang melelahkan. Serish mengubah ekspresi wajahnya menjadi tidak terbaca, lalu masuk ke dalam ruangan dengan langkah bermartabat yang familiar.“Atas dasar apa aku mendapatkan kehormatan ini, hingga kalian kembali datang ketika aku jelas-jelas mengatakan untuk tidak lagi membuang waktu kita dengan pertemuan semacam ini?”Serish tidak dapat menahan mulutnya ketika melihat wajah-wajah memuakkan itu.Dia kagum pada dirinya di masa lalu yang bisa menahan diri dengan arogansi mereka hanya demi sang kaisar.“Kami memberi hormat pada Yang Mulia Tuan Puteri Vivaldi.”Para

  • Unspeakable Time   7. The Thing is

    Serish tidak memiliki tujuan.Dia hanya berjalan mengintari taman bunga lavender di dekat kastil, lalu berhenti di sebuah paviliun terbuka yang sering dilewatinya, tapi tak pernah disinggahi perempuan itu.Kesendirian semacam ini membawa perasaan asing yang terasa familiar baginya.Dia adalah seorang putri duke yang selalu memiliki pendamping di sisinya sejak dia lahir, namun dulu sekali, di sebuah dimensi yang berbeda, Serish adalah seorang nerd yang dikucilkan. Dia merasa memiliki keluarga yang sangat dekat dan disayanginya, tapi detailnya seperti apa, Serish tidak ingat. Hanya perasaan sendu yang samar yang sesekali mengelitiknya, layaknya kapas tipis yang menggores ujung hatinya.Rindu.Perasaan asing lainnya yang untuk pertama kali diucapkan Serish sejak lahir di dunia ini.Bahkan Serish tidak pernah merindukan ibunya, yang meninggal secara sepihak karena pemikiran pengkhianatan sang suami. Ibu yang tidak berpikir

  • Unspeakable Time   6. Flavorless

    Apapun yang terjadi, waktu selalu berjalan dengan kejam. Ketika pagi selanjutnya tiba, Serish masih berkutat dengan ingatan yang muncul layaknya letupan air mendidih; terasa panas dan chaotic. Lucu. Kenapa dia harus mengingat semuanya seperti ini? Serish menyeka keringat di wajahnya yang berubah pucat hanya dalam semalam. Andai saja dia mengingat kenangan itu tanpa ingatan kesakitannya saat mati, Serish mungkin akan memilih untuk menyerah. Dia adalah ikon seorang putri bangsawan yang anggun, angkuh dan sempurna, tapi siapa yang benar-benar menikmati peran semacam itu? Setiap menitnya Serish harus memasang topeng di wajahnya dan menajamkan lidahnya agar tidak diinjak oleh orang-orang yang senantiasa memasang radar, menunggu setitik kesalahannya. Jika ada sedikit saja kealpaan, tidak bisa dibayangkan apa yang akan dilakukan orang-orang itu. Dan Serish selalu merasa lelah. Dia ingin melarikan diri. Tapi sejauh apa seoran

  • Unspeakable Time   5. Gradual Changes

    Gelombang emosi baru muncul di wajah Kroy. Dia tidak pernah mendengar jawaban setenang itu dari Serish. Anak perempuannya selalu terdengar marah dan emosional setiap kali mereka bicara, dan karena itu, hubungan ayah dan anak itu berubah renggang selama bertahun-tahun tanpa diperbaiki.Keengganan, kebencian dan ketakutan yang dibalut oleh sopan santun yang berjarak adalah yang selalu dihadapi Kroy.Tapi kali itu Serish lebih dari sekedar dingin.Dia bagaikan orang asing; vassal yang tunduk di bawah otoritas dukedom yang dipimpinnya. Dan karena itulah, sang duke merasakan ketakutan yang merayapi tulang punggungnya untuk pertama kalinya.Selama ini, Kroy tidak pernah takut kehilangan putrinya meskipun gadis itu selalu menampilkan kedengkiannya. Dia tahu bahwa Serish akan selalu menjadi putrinya melalui emosi dan kemarahan itu. Bagi sang duke, hubungan mereka terjalin melalui sehelai benang yang kasar dan berantakan bernama kekecewaan, dan dengan pos

  • Unspeakable Time   4. Unfortunate Day

    Serish merasakan tekanan udara yang semakin kuat di sekitarnya. “Saya tidak berani menebak alasan paduka,” dengan mengandalkan kekuatan mental yang pas-pasan, Serish berhasil menjawab tanpa terdengar tersiksa. Jika dia menunjukkan sedikit saja kelemahan, lelaki itu akan memanfaatkan situasi mereka secara habis-habisan. Edward dan ravi tidak boleh tahu kalau sejak awal Serish sudah menyadari penggunaan sihir. Udara di sekitar Serish semakin dingin dan menusuk, terlebih saat Edward mencondongkan wajahnya mendekati Serish. Mata rubinya berkilau mengancam. “Kalau begitu, tebaklah.” Oh tuhan. Pertanyaan itu adalah hal terakhir yang diinginkan Serish di pertemuan ini karena itulah pertanyaan yang diberikan Edward kepada setiap wanita yang datang kepadanya, termasuk sang putri mahkota. Dan dari semua jawaban, tentu saja hanya jawaban putri mahkota-lah yang bisa membekas dan berkesan bagi kaisar. Serish ingat apa jawabannya.

  • Unspeakable Time   3. Uninvited Guests

    Lelaki itu duduk dengan aura menakutkan. Ada campuran wibawa, keangkuhan dan intimidasi dalam diri lelaki itu, juga sedikit kejijikan yang dengan sempurna membuat Serish merasa tidak nyaman. Di sebelah lelaki itu, seorang pria berambut perak dan jubah hitam berpolet silver berdiri tanpa mencolok. Mata kuningnya menyala bagaikan ngengat dan kulitnya sepucat cahaya bulan. Sesuatu dalam dirinya begitu tipis hingga nyaris terabaikan, tapi Serish tahu siapa lelaki itu. Penyihir agung Sczandov, tangan kanan kaisar, Ravi. Tak ada nama belakang maupun nama keluarga bagi seorang penyihir murni karena para penyihir murni selalu berasal dari orang buangan yang tak memiliki masa lalu. Seorang penyihir murni terlahir dari manusia yang inti rohnya berevolusi dengan memangsa satu persatu kenangan dan harapan, menggantinya dengan ambisi dan kesetiaan kepada tuan yang dipilihnya. Oleh karena itu, penyihir murni adalah seseorang yang begitu kuat namun tidak memiliki tempat di mata ban

  • Unspeakable Time   2. The Ending of the Begining

    “Idiot,” umpat Serish, melanggar etika yang selalu dijunjungnya sebagai putri seoarang duke. Dia merasa terlalu kesal dan marah kepada dirinya sendiri, hingga mulai memukuli kepala dan menjambaki rambutnya. Andai saja melakukan ini bisa mengubah masa lalu dan menghentikan dirinya berbuat bodoh, Serish tidak peduli kalau IQ-nya akan berkurang asalkan dia terbebas dari situasinya sekarang. Benar, Serish adalah seseorang yang terlahir kembali dengan membawa ingatan masa lalunya. Hal konyol yang akan ditertawakannya dulu tapi secara ironis dialaminya sendiri. Dunia ini adalah novel. Ah, mengatakan sesuatu dengan nada seringan itu sangat tidak manusiawi, terutama karena selama sembilan belas tahun dia hidup sebagai Serish Jean Vivaldi. Dia makan, minum, tidur, tertawa dan menangis di dunia novel ini. Dan menyimpulkan dengan sesederhana itu sungguh membuatnya hampa, karena bagi Serish, dunia ini nyata. Senyata rasa sakit dalam ingatannya k

  • Unspeakable Time   1. The Adjescent

    Pada suatu waktu yang jauh dan tidak terukur, sebuah negara besar berdiri di dimensi yang berbeda dengan yang dikenal saat ini. Negara tersebut dipimpin oleh seorang tiran yang disegani oleh seluruh dunia. Berbagai kerajaan tunduk di bawah kekuasaan sang kaisar yang tidak pernah puas dan senantiasa melakukan invansi ke berbagai penjuru. Layaknya predator yang mengintai mangsanya, satu demi satu negeri ditaklukkan, hingga menjadikan negara tersebut adikuasa. Meski ketakutan, tidak banyak yang berani melawan kekuasaan kaisar terkuat yang dirumorkan menjual jiwanya kepada iblis demi menjadi lebih kuat itu. Demi menjadi tidak terkalahkan. Alih-alih, para raja dan penguasa yang tidak berdaya tersebut justru mencari cara untuk menyenangkan sang tiran. Mereka memberikan persembahan berupa hasil bumi, emas, permata dan banyak pula yang memberikan wanita. Namun tak satupun persembahan itu menguba

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status