Home / Romansa / Unspeakable Time / 6. Flavorless

Share

6. Flavorless

Author: Erin Jacobs
last update Last Updated: 2021-09-12 22:19:46

Apapun yang terjadi, waktu selalu berjalan dengan kejam. Ketika pagi selanjutnya tiba, Serish masih berkutat dengan ingatan yang muncul layaknya letupan air mendidih; terasa panas dan chaotic.

Lucu.

Kenapa dia harus mengingat semuanya seperti ini?

Serish menyeka keringat di wajahnya yang berubah pucat hanya dalam semalam. Andai saja dia mengingat kenangan itu tanpa ingatan kesakitannya saat mati, Serish mungkin akan memilih untuk menyerah. Dia adalah ikon seorang putri bangsawan yang anggun, angkuh dan sempurna, tapi siapa yang benar-benar menikmati peran semacam itu?

Setiap menitnya Serish harus memasang topeng di wajahnya dan menajamkan lidahnya agar tidak diinjak oleh orang-orang yang senantiasa memasang radar, menunggu setitik kesalahannya. Jika ada sedikit saja kealpaan, tidak bisa dibayangkan apa yang akan dilakukan orang-orang itu.

Dan Serish selalu merasa lelah. Dia ingin melarikan diri.

Tapi sejauh apa seorang gadis yang dibesarkan dalam sangkar emas sejak lahir sepertinya dapat berlari?

Maka dari itu Serish berusaha menemukan ‘jangkar’ lain yang dapat membuatnya bertahan. Seseorang yang dapat memberikannya keamanan dari perasaan takutnya—dan logikanya membawa Serish pada kesimpulan bodoh bahwa hanya sang kaisar yang dapat menjadi orang itu. Dan kebetulan, wajahnya memang adalah tipe yang disukai Serish.

Kenyataannya tidak sebaik itu. Justru di tangan lelaki rupawan itulah Serish ditakdirkan untuk meregang nyawa.

Andai mati adalah pilihan yang bisa dipilih, Serish yakin dia akan menyerah. Apa yang bisa dipertahankan dari hidupnya yang seperti ini?

Sayangnya, kematian tidak pernah menjadi akhir. Kematian adalah sebuah proses menyakitkan yang tidak akan bisa dijelaskan oleh setiap rasa sakit yang ada dalam kehidupan. Kematian adalah gerbang menuju dimensi yang lebih tinggi, dan objek tiga dimensi sepertinya harus melalui ritual yang  luar biasa menyiksa hanya untuk melewati gerbang itu. Transformasi dan deformasi, kata kunci yang diingat Serish di penghujung usianya di kehidupannya yang lalu.

Serish meraih baskom kosong yang diperuntukkan sebagai wadah air cuci mukanya, lalu meremas rambut di belakang lehernya dan memuntahkan cairan masam yang tersisa di perut kosongnya. Dia tidak ingat, sudah berapa kali dia seperti ini.

Tubuhnya seakan menolak untuk bekerja sama dan memilih untuk merepotkannya dengan reaksi tak manusiawi seperti sekarang.

Dunia di sekitarnya terasa berputar—sesaat dia merasa akan jatuh jika saja tangannya tidak menemukan pegangan.

Serish menahan nafasnya, tidak memedulikan rasa sesak demi menghindari aroma mengerikan dari is baskom yang membuatnya semakin mual. Dengan sisa kekuatannya, gadis itu membunyikan loceng di sebelah nakas, yang dengan sigap ditanggapi oleh para pelayan wanita di kastil duke. Tak ada perubahan berarti pada ekspresi wajah setiap orang yang masuk ke dalam kamarnya—mereka adalah contoh terbaik dari definisi pegawai profesional.

Tentu saja, kau tidak memiliki pilihan selain mengunci wajahmu dengan ekspresi default ketika memilih untuk bekerja di Dukedom Vivaldi. Sedikit kesalahan akan mengantarkan pada hukuman berat khas militer. Bedanya, tidak ada hak asasi bagi para pelayan yang kebanyakan tidak memiliki nama keluarga itu, sehingga hukuman mereka setara dengan kontrak mati.

Serish menerima sapu tangan sutera yang diberikan tanpa banyak bicara oleh Miya, pelayan terdekatnya, dan membiarkan dirinya dipapah duduk di salah satu kursi di depan meja riasnya.

“Yang Mulia,” Miya menatapnya dengan ekspresi kaku yang selalu dipajangnya setiap kali mereka berada di keramaian. Namu kali itu, wajahnya kecolongan oleh raut khawatir yang tersampaikan dengan jelas pada Serish.

Gadis itu membalas tatapan Miya dengan senyuman yang dipaksakan.

“Aku tidak apa-apa. Hanya sedikit flu dan kurang tidur.”

Miya menarik nafas, menatap tajam pada para pelayan yang berbaris rapi di depan pintu kamar Serish.

“Apa yang kalian tunggu? Bawa keluar baskom itu, siapkan air hangat untuk Yang Mulia Putri, dan bawakan teh dengan madu dan jahe kemari!”

Miya menampilkan ketegasan yang membuat para pelayan itu berjengit, lalu secara serempak bergerak menyebar ke seluruh ruangan. Mereka mengerjakan tugas-tugas dengan efisien, sehingga ketika Serish selesai membersihkan dirinya, kamarnya telah rapi dan meja makannya telah dipenuhi oleh beberapa menu sarapan.

Miya menuangkan secangkir teh kental yang beraroma pekat setelah Serish duduk, kemudian menyodorkannya.

“Saya tahu anda tidak memiliki nafsu makan yang baik sejak kecelakaan itu. Tapi setidaknya, jangan membiarkan diri anda sakit, terutama di saat yang genting seperti sekarang.”

Serish menerima cangkir yang diberikan Miya dan menyesapnya sedikit demi sedikit tanpa banyak bicara. Ketika pelayan terakhir keluar dari kamarnya dan menutup pintu, senyuman tipis yang lebih tulus muncul di bibir Serish.

“Kau tahu aku tidak menyukai jahe.”

“Dan saya tahu, anda jauh lebih membenci obat. Jadi tolong segera habiskan teh itu sebelum dingin dan anda membuat alasan baru untuk tidak meminumnya.”

Senyuman Serish melebar, meski dalam hati dia mengumpat.

Miya terlalu mengenali dirinya hingga membuat Serish sedikit kesal, terutama ketika perempuan itu dapat dengan sempurna mengubah nada suaranya segera setelah mereka ditinggalkan berdua. Penghormatan dan jarak kaku yang dibuatnya hilang dengan sangat cepat, digantikan oleh kecerewetan dan rengekan menuntut.

Tapi di seluruh sczandov, hanya Miya satu-satunya orang yang dapat dipercayai oleh Serish. Dan ketika dia mendapatkan ingatan masa lalunya, Serish semakin yakin kalau dia dapat mempercayakan hidupnya kepada pelayannya itu.

Dalam novel, setelah kematiannya yang hina itu, Miya yang diampuni dan dibiarkan hidup mengubah nama dan penampilannya lalu bekerja di luar kekaisaran. Perempuan itu tidak pernah melupakan bagaimana tuannya mati dan menghimpun skenario balas dendam yang terperinci serta kejam untuk sang kaisar. Perempuan yang usianya hanya lima tahun lebih tua dari Serish itu menghabiskan waktu dan uangnya untuk menjalin kerja sama dengan para pemberontak, yang kemudian menculik Edelyn dan mematahkan tangan Edward.

Tentu saja aksi balas dendam itu hanya menjadi bumbu dalam cerita yang membuat edelyn menyadari kalau Edward tidak seburuk yang dia kira.

“Memangnya berbuat baik pada satu orang akan menghapus kejahatannya pada seribu orang?” gumam Serish, sinis.

“Ya, Yang Mulia?”

“Tidak,” Serish meletakkan cangkirnya yang kosong, lalu menggigit sedikit roti lapis dan mengunyah dengan cepat.

Miya benar, di saat seperti ini dia tidak memiliki kemewahan untuk jatuh sakit lagi.

Setelah malam menyakitkan akibat gempuran ingatan dan kenangan, dia akhirnya menemukan kunci yang mungkin dapat menyelamatkannya.

Dia ingat seperti apa karakter dan cara Edward berpikir.

Jika Serish berhati-hati, kunci ini dapat membuatnya ‘diabaikan’.

Ironis, benar-benar ironis karena pernikahan ini awalnya diharapkan Serish agar dapat membantunya mendapatkan perhatian yang tak lagi dirasakannya sejak kematian ibunya. Keabsurdan kesekian yang diimpikan Serish dari seorang monster tak berperasaan itu.

“Apakah Sang Duke sudah pergi lagi?”

Miya menampilkan sedikit keprihatinan, lalu menjawab dengan lambat. “Ya, Yang Mulia. Duke Vivaldi pergi ke perbatasan dini hari tadi.”

“Oh,” Serish meletakkan roti lapis yang baru termakan setengahnya tanpa bereaksi. Perasaannya telah lama mati kepada ayahnya itu, dan meskipun kini dia mengetahui sisi lain dari skandal yang menimpa keluarganya, memaafkan adalah bagian tersulitnya.

“Aku ingin berjalan-jalan,” Serish membersihkan tangannya lalu mengibaskan tangannya ketika Miya dengan sigap ikut berdiri. “Aku ingin sendirian.”

“Yang Mulia,” nada suara Miya terdengar mendesak.

Serish menampilkan senyuman kecilnya, lalu menggeleng. “Aku sudah bukan anak kecil yang akan melampiaskan emosiku untuk hal-hal semacam ini. Dari semua orang, kau adalah yang paling mengetahui kenapa aku menyetujui kesepakatan konyol dengan faksi bangsawan, jadi jangan khawatir lagi.”

“Tapi anda tidak pernah berjalan-jalan sendiri.”

“Selalu ada yang pertama,” ujar Serish, yang entah kenapa merasakan serangan rasa melankolis. Dia tersenyum lagi, lalu menatap pelayan yang tumbuh bersamanya sejak dia dapat mengingat itu. “Dan sebelum pernikahanku, aku akan melakukan banyak hal ‘pertama’ lainnya. Tenang saja, aku hanya akan berjalan-jalan di taman sekitar sini.”

Miya menahan ucapannya, mendesah, lalu menangguk setuju.

Ada sesuatu yang asing dari sorot mata tuannya itu, yang membuat Miya merasa gelisah. Serish adalah seorang bangsawan murni yang tumbuh dalam rumah kaca antik berbalutkan cahaya. Sepedih apapun guncangan emosi yang dirasakannya, semua orang akan senantiasa menjaganya agar tetap berbunga dengan indah. Tentu saja konsekuensinya adalah percikan kesombongan dan keangkuhan yang melekat pada setiap kepribadian Serish—tapi itu masih wajar.

Bahkan keegoisannya adalah efek yang dapat dipahami siapapun.

Namun sejak pertemuan dan kesepakatan yang dilakukan Serish dengan faksi bangsawan, lalu kecelakaan tak terduga yang membuat gadis itu tidak sadarkan diri selama beberapa waktu, Serish seakan mendewasa dengan begitu cepat—sangat terlalu cepat.

Sorot mata Miya meredup ketika akhirnya Serish tidak lagi terlihat.

Dia hanya berharap kesalahpahaman dalam dukedom ini dapat segera diluruskan, dan Serish tahu jika dirinya selalu dicintai oleh keluarganya.

.

Related chapters

  • Unspeakable Time   7. The Thing is

    Serish tidak memiliki tujuan.Dia hanya berjalan mengintari taman bunga lavender di dekat kastil, lalu berhenti di sebuah paviliun terbuka yang sering dilewatinya, tapi tak pernah disinggahi perempuan itu.Kesendirian semacam ini membawa perasaan asing yang terasa familiar baginya.Dia adalah seorang putri duke yang selalu memiliki pendamping di sisinya sejak dia lahir, namun dulu sekali, di sebuah dimensi yang berbeda, Serish adalah seorang nerd yang dikucilkan. Dia merasa memiliki keluarga yang sangat dekat dan disayanginya, tapi detailnya seperti apa, Serish tidak ingat. Hanya perasaan sendu yang samar yang sesekali mengelitiknya, layaknya kapas tipis yang menggores ujung hatinya.Rindu.Perasaan asing lainnya yang untuk pertama kali diucapkan Serish sejak lahir di dunia ini.Bahkan Serish tidak pernah merindukan ibunya, yang meninggal secara sepihak karena pemikiran pengkhianatan sang suami. Ibu yang tidak berpikir

    Last Updated : 2021-10-05
  • Unspeakable Time   8. Miss-Conception

    “Anda baik-baik saja, Yang Mulia?”“Tutup mulutmu dan fokus pada tugasmu.” Sambar Serish ketus. “Seorang prajurit tidak boleh ingin tahu urusan majikannya.”“Ah,” Serish mendengar senyuman pada reaksi Rowellyn. “Benar, maafkan saya.”Mereka sampai di Aula Mathilda dalam beberapa menit yang melelahkan. Serish mengubah ekspresi wajahnya menjadi tidak terbaca, lalu masuk ke dalam ruangan dengan langkah bermartabat yang familiar.“Atas dasar apa aku mendapatkan kehormatan ini, hingga kalian kembali datang ketika aku jelas-jelas mengatakan untuk tidak lagi membuang waktu kita dengan pertemuan semacam ini?”Serish tidak dapat menahan mulutnya ketika melihat wajah-wajah memuakkan itu.Dia kagum pada dirinya di masa lalu yang bisa menahan diri dengan arogansi mereka hanya demi sang kaisar.“Kami memberi hormat pada Yang Mulia Tuan Puteri Vivaldi.”Para

    Last Updated : 2021-10-06
  • Unspeakable Time   9. Delirious

    Aula Mathilda merupakan salah satu dari sembilan kebanggaan dukedom vivaldi. Desainnya memadukan konsep privasi dalam ruangan tertutup dengan kebebasan di alam. Oleh karena itu, pencahayaan diatur sealami mungkin dan berbagai jenis bunga ditanam di dalamnya.Serish menunangkan secangkir teh yang sudah dingin untuk dirinya sendiri, mengerenyit oleh rasanya yang tidak enak, lalu meletakkan kembali cangkirnya.Sebuah bayangan muncul dari belakang, menghalangi sumber cahaya dari jendela yang ada di belakang Serish serta menutupi seluruh tubuhnya.“Ganti tehku dengan yang baru.”Serish memeluk tubuhnya sendiri dan menggosok-gosokkan lengannya untuk mendapatkan kehangatan. Keningnya berkerut ketika bayangan itu tidak bergeming.“Mana syalku?” dia menoleh sedikit, merasa tidak sabar. “Aku tidak mau kembali ke kamar, jadi jangan buang waktumu untuk menceramahiku.”Masih tidak ada jawaban.“Miya...!&rd

    Last Updated : 2021-10-12
  • Unspeakable Time   1. The Adjescent

    Pada suatu waktu yang jauh dan tidak terukur, sebuah negara besar berdiri di dimensi yang berbeda dengan yang dikenal saat ini. Negara tersebut dipimpin oleh seorang tiran yang disegani oleh seluruh dunia. Berbagai kerajaan tunduk di bawah kekuasaan sang kaisar yang tidak pernah puas dan senantiasa melakukan invansi ke berbagai penjuru. Layaknya predator yang mengintai mangsanya, satu demi satu negeri ditaklukkan, hingga menjadikan negara tersebut adikuasa. Meski ketakutan, tidak banyak yang berani melawan kekuasaan kaisar terkuat yang dirumorkan menjual jiwanya kepada iblis demi menjadi lebih kuat itu. Demi menjadi tidak terkalahkan. Alih-alih, para raja dan penguasa yang tidak berdaya tersebut justru mencari cara untuk menyenangkan sang tiran. Mereka memberikan persembahan berupa hasil bumi, emas, permata dan banyak pula yang memberikan wanita. Namun tak satupun persembahan itu menguba

    Last Updated : 2021-08-21
  • Unspeakable Time   2. The Ending of the Begining

    “Idiot,” umpat Serish, melanggar etika yang selalu dijunjungnya sebagai putri seoarang duke. Dia merasa terlalu kesal dan marah kepada dirinya sendiri, hingga mulai memukuli kepala dan menjambaki rambutnya. Andai saja melakukan ini bisa mengubah masa lalu dan menghentikan dirinya berbuat bodoh, Serish tidak peduli kalau IQ-nya akan berkurang asalkan dia terbebas dari situasinya sekarang. Benar, Serish adalah seseorang yang terlahir kembali dengan membawa ingatan masa lalunya. Hal konyol yang akan ditertawakannya dulu tapi secara ironis dialaminya sendiri. Dunia ini adalah novel. Ah, mengatakan sesuatu dengan nada seringan itu sangat tidak manusiawi, terutama karena selama sembilan belas tahun dia hidup sebagai Serish Jean Vivaldi. Dia makan, minum, tidur, tertawa dan menangis di dunia novel ini. Dan menyimpulkan dengan sesederhana itu sungguh membuatnya hampa, karena bagi Serish, dunia ini nyata. Senyata rasa sakit dalam ingatannya k

    Last Updated : 2021-08-21
  • Unspeakable Time   3. Uninvited Guests

    Lelaki itu duduk dengan aura menakutkan. Ada campuran wibawa, keangkuhan dan intimidasi dalam diri lelaki itu, juga sedikit kejijikan yang dengan sempurna membuat Serish merasa tidak nyaman. Di sebelah lelaki itu, seorang pria berambut perak dan jubah hitam berpolet silver berdiri tanpa mencolok. Mata kuningnya menyala bagaikan ngengat dan kulitnya sepucat cahaya bulan. Sesuatu dalam dirinya begitu tipis hingga nyaris terabaikan, tapi Serish tahu siapa lelaki itu. Penyihir agung Sczandov, tangan kanan kaisar, Ravi. Tak ada nama belakang maupun nama keluarga bagi seorang penyihir murni karena para penyihir murni selalu berasal dari orang buangan yang tak memiliki masa lalu. Seorang penyihir murni terlahir dari manusia yang inti rohnya berevolusi dengan memangsa satu persatu kenangan dan harapan, menggantinya dengan ambisi dan kesetiaan kepada tuan yang dipilihnya. Oleh karena itu, penyihir murni adalah seseorang yang begitu kuat namun tidak memiliki tempat di mata ban

    Last Updated : 2021-08-21
  • Unspeakable Time   4. Unfortunate Day

    Serish merasakan tekanan udara yang semakin kuat di sekitarnya. “Saya tidak berani menebak alasan paduka,” dengan mengandalkan kekuatan mental yang pas-pasan, Serish berhasil menjawab tanpa terdengar tersiksa. Jika dia menunjukkan sedikit saja kelemahan, lelaki itu akan memanfaatkan situasi mereka secara habis-habisan. Edward dan ravi tidak boleh tahu kalau sejak awal Serish sudah menyadari penggunaan sihir. Udara di sekitar Serish semakin dingin dan menusuk, terlebih saat Edward mencondongkan wajahnya mendekati Serish. Mata rubinya berkilau mengancam. “Kalau begitu, tebaklah.” Oh tuhan. Pertanyaan itu adalah hal terakhir yang diinginkan Serish di pertemuan ini karena itulah pertanyaan yang diberikan Edward kepada setiap wanita yang datang kepadanya, termasuk sang putri mahkota. Dan dari semua jawaban, tentu saja hanya jawaban putri mahkota-lah yang bisa membekas dan berkesan bagi kaisar. Serish ingat apa jawabannya.

    Last Updated : 2021-08-21
  • Unspeakable Time   5. Gradual Changes

    Gelombang emosi baru muncul di wajah Kroy. Dia tidak pernah mendengar jawaban setenang itu dari Serish. Anak perempuannya selalu terdengar marah dan emosional setiap kali mereka bicara, dan karena itu, hubungan ayah dan anak itu berubah renggang selama bertahun-tahun tanpa diperbaiki.Keengganan, kebencian dan ketakutan yang dibalut oleh sopan santun yang berjarak adalah yang selalu dihadapi Kroy.Tapi kali itu Serish lebih dari sekedar dingin.Dia bagaikan orang asing; vassal yang tunduk di bawah otoritas dukedom yang dipimpinnya. Dan karena itulah, sang duke merasakan ketakutan yang merayapi tulang punggungnya untuk pertama kalinya.Selama ini, Kroy tidak pernah takut kehilangan putrinya meskipun gadis itu selalu menampilkan kedengkiannya. Dia tahu bahwa Serish akan selalu menjadi putrinya melalui emosi dan kemarahan itu. Bagi sang duke, hubungan mereka terjalin melalui sehelai benang yang kasar dan berantakan bernama kekecewaan, dan dengan pos

    Last Updated : 2021-08-22

Latest chapter

  • Unspeakable Time   9. Delirious

    Aula Mathilda merupakan salah satu dari sembilan kebanggaan dukedom vivaldi. Desainnya memadukan konsep privasi dalam ruangan tertutup dengan kebebasan di alam. Oleh karena itu, pencahayaan diatur sealami mungkin dan berbagai jenis bunga ditanam di dalamnya.Serish menunangkan secangkir teh yang sudah dingin untuk dirinya sendiri, mengerenyit oleh rasanya yang tidak enak, lalu meletakkan kembali cangkirnya.Sebuah bayangan muncul dari belakang, menghalangi sumber cahaya dari jendela yang ada di belakang Serish serta menutupi seluruh tubuhnya.“Ganti tehku dengan yang baru.”Serish memeluk tubuhnya sendiri dan menggosok-gosokkan lengannya untuk mendapatkan kehangatan. Keningnya berkerut ketika bayangan itu tidak bergeming.“Mana syalku?” dia menoleh sedikit, merasa tidak sabar. “Aku tidak mau kembali ke kamar, jadi jangan buang waktumu untuk menceramahiku.”Masih tidak ada jawaban.“Miya...!&rd

  • Unspeakable Time   8. Miss-Conception

    “Anda baik-baik saja, Yang Mulia?”“Tutup mulutmu dan fokus pada tugasmu.” Sambar Serish ketus. “Seorang prajurit tidak boleh ingin tahu urusan majikannya.”“Ah,” Serish mendengar senyuman pada reaksi Rowellyn. “Benar, maafkan saya.”Mereka sampai di Aula Mathilda dalam beberapa menit yang melelahkan. Serish mengubah ekspresi wajahnya menjadi tidak terbaca, lalu masuk ke dalam ruangan dengan langkah bermartabat yang familiar.“Atas dasar apa aku mendapatkan kehormatan ini, hingga kalian kembali datang ketika aku jelas-jelas mengatakan untuk tidak lagi membuang waktu kita dengan pertemuan semacam ini?”Serish tidak dapat menahan mulutnya ketika melihat wajah-wajah memuakkan itu.Dia kagum pada dirinya di masa lalu yang bisa menahan diri dengan arogansi mereka hanya demi sang kaisar.“Kami memberi hormat pada Yang Mulia Tuan Puteri Vivaldi.”Para

  • Unspeakable Time   7. The Thing is

    Serish tidak memiliki tujuan.Dia hanya berjalan mengintari taman bunga lavender di dekat kastil, lalu berhenti di sebuah paviliun terbuka yang sering dilewatinya, tapi tak pernah disinggahi perempuan itu.Kesendirian semacam ini membawa perasaan asing yang terasa familiar baginya.Dia adalah seorang putri duke yang selalu memiliki pendamping di sisinya sejak dia lahir, namun dulu sekali, di sebuah dimensi yang berbeda, Serish adalah seorang nerd yang dikucilkan. Dia merasa memiliki keluarga yang sangat dekat dan disayanginya, tapi detailnya seperti apa, Serish tidak ingat. Hanya perasaan sendu yang samar yang sesekali mengelitiknya, layaknya kapas tipis yang menggores ujung hatinya.Rindu.Perasaan asing lainnya yang untuk pertama kali diucapkan Serish sejak lahir di dunia ini.Bahkan Serish tidak pernah merindukan ibunya, yang meninggal secara sepihak karena pemikiran pengkhianatan sang suami. Ibu yang tidak berpikir

  • Unspeakable Time   6. Flavorless

    Apapun yang terjadi, waktu selalu berjalan dengan kejam. Ketika pagi selanjutnya tiba, Serish masih berkutat dengan ingatan yang muncul layaknya letupan air mendidih; terasa panas dan chaotic. Lucu. Kenapa dia harus mengingat semuanya seperti ini? Serish menyeka keringat di wajahnya yang berubah pucat hanya dalam semalam. Andai saja dia mengingat kenangan itu tanpa ingatan kesakitannya saat mati, Serish mungkin akan memilih untuk menyerah. Dia adalah ikon seorang putri bangsawan yang anggun, angkuh dan sempurna, tapi siapa yang benar-benar menikmati peran semacam itu? Setiap menitnya Serish harus memasang topeng di wajahnya dan menajamkan lidahnya agar tidak diinjak oleh orang-orang yang senantiasa memasang radar, menunggu setitik kesalahannya. Jika ada sedikit saja kealpaan, tidak bisa dibayangkan apa yang akan dilakukan orang-orang itu. Dan Serish selalu merasa lelah. Dia ingin melarikan diri. Tapi sejauh apa seoran

  • Unspeakable Time   5. Gradual Changes

    Gelombang emosi baru muncul di wajah Kroy. Dia tidak pernah mendengar jawaban setenang itu dari Serish. Anak perempuannya selalu terdengar marah dan emosional setiap kali mereka bicara, dan karena itu, hubungan ayah dan anak itu berubah renggang selama bertahun-tahun tanpa diperbaiki.Keengganan, kebencian dan ketakutan yang dibalut oleh sopan santun yang berjarak adalah yang selalu dihadapi Kroy.Tapi kali itu Serish lebih dari sekedar dingin.Dia bagaikan orang asing; vassal yang tunduk di bawah otoritas dukedom yang dipimpinnya. Dan karena itulah, sang duke merasakan ketakutan yang merayapi tulang punggungnya untuk pertama kalinya.Selama ini, Kroy tidak pernah takut kehilangan putrinya meskipun gadis itu selalu menampilkan kedengkiannya. Dia tahu bahwa Serish akan selalu menjadi putrinya melalui emosi dan kemarahan itu. Bagi sang duke, hubungan mereka terjalin melalui sehelai benang yang kasar dan berantakan bernama kekecewaan, dan dengan pos

  • Unspeakable Time   4. Unfortunate Day

    Serish merasakan tekanan udara yang semakin kuat di sekitarnya. “Saya tidak berani menebak alasan paduka,” dengan mengandalkan kekuatan mental yang pas-pasan, Serish berhasil menjawab tanpa terdengar tersiksa. Jika dia menunjukkan sedikit saja kelemahan, lelaki itu akan memanfaatkan situasi mereka secara habis-habisan. Edward dan ravi tidak boleh tahu kalau sejak awal Serish sudah menyadari penggunaan sihir. Udara di sekitar Serish semakin dingin dan menusuk, terlebih saat Edward mencondongkan wajahnya mendekati Serish. Mata rubinya berkilau mengancam. “Kalau begitu, tebaklah.” Oh tuhan. Pertanyaan itu adalah hal terakhir yang diinginkan Serish di pertemuan ini karena itulah pertanyaan yang diberikan Edward kepada setiap wanita yang datang kepadanya, termasuk sang putri mahkota. Dan dari semua jawaban, tentu saja hanya jawaban putri mahkota-lah yang bisa membekas dan berkesan bagi kaisar. Serish ingat apa jawabannya.

  • Unspeakable Time   3. Uninvited Guests

    Lelaki itu duduk dengan aura menakutkan. Ada campuran wibawa, keangkuhan dan intimidasi dalam diri lelaki itu, juga sedikit kejijikan yang dengan sempurna membuat Serish merasa tidak nyaman. Di sebelah lelaki itu, seorang pria berambut perak dan jubah hitam berpolet silver berdiri tanpa mencolok. Mata kuningnya menyala bagaikan ngengat dan kulitnya sepucat cahaya bulan. Sesuatu dalam dirinya begitu tipis hingga nyaris terabaikan, tapi Serish tahu siapa lelaki itu. Penyihir agung Sczandov, tangan kanan kaisar, Ravi. Tak ada nama belakang maupun nama keluarga bagi seorang penyihir murni karena para penyihir murni selalu berasal dari orang buangan yang tak memiliki masa lalu. Seorang penyihir murni terlahir dari manusia yang inti rohnya berevolusi dengan memangsa satu persatu kenangan dan harapan, menggantinya dengan ambisi dan kesetiaan kepada tuan yang dipilihnya. Oleh karena itu, penyihir murni adalah seseorang yang begitu kuat namun tidak memiliki tempat di mata ban

  • Unspeakable Time   2. The Ending of the Begining

    “Idiot,” umpat Serish, melanggar etika yang selalu dijunjungnya sebagai putri seoarang duke. Dia merasa terlalu kesal dan marah kepada dirinya sendiri, hingga mulai memukuli kepala dan menjambaki rambutnya. Andai saja melakukan ini bisa mengubah masa lalu dan menghentikan dirinya berbuat bodoh, Serish tidak peduli kalau IQ-nya akan berkurang asalkan dia terbebas dari situasinya sekarang. Benar, Serish adalah seseorang yang terlahir kembali dengan membawa ingatan masa lalunya. Hal konyol yang akan ditertawakannya dulu tapi secara ironis dialaminya sendiri. Dunia ini adalah novel. Ah, mengatakan sesuatu dengan nada seringan itu sangat tidak manusiawi, terutama karena selama sembilan belas tahun dia hidup sebagai Serish Jean Vivaldi. Dia makan, minum, tidur, tertawa dan menangis di dunia novel ini. Dan menyimpulkan dengan sesederhana itu sungguh membuatnya hampa, karena bagi Serish, dunia ini nyata. Senyata rasa sakit dalam ingatannya k

  • Unspeakable Time   1. The Adjescent

    Pada suatu waktu yang jauh dan tidak terukur, sebuah negara besar berdiri di dimensi yang berbeda dengan yang dikenal saat ini. Negara tersebut dipimpin oleh seorang tiran yang disegani oleh seluruh dunia. Berbagai kerajaan tunduk di bawah kekuasaan sang kaisar yang tidak pernah puas dan senantiasa melakukan invansi ke berbagai penjuru. Layaknya predator yang mengintai mangsanya, satu demi satu negeri ditaklukkan, hingga menjadikan negara tersebut adikuasa. Meski ketakutan, tidak banyak yang berani melawan kekuasaan kaisar terkuat yang dirumorkan menjual jiwanya kepada iblis demi menjadi lebih kuat itu. Demi menjadi tidak terkalahkan. Alih-alih, para raja dan penguasa yang tidak berdaya tersebut justru mencari cara untuk menyenangkan sang tiran. Mereka memberikan persembahan berupa hasil bumi, emas, permata dan banyak pula yang memberikan wanita. Namun tak satupun persembahan itu menguba

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status