Share

Bab 329

Penulis: Frands
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-28 23:12:29

Ruangan mendadak terasa sangat sunyi setelah pengakuan itu.

Juned tak bereaksi seperti yang Bu Ratna—Ratna Wijaya—harapkan. Alih-alih panik atau ketakutan, bibirnya malah menyunggingkan senyum tipis yang dingin.

“Ratna Wijaya, pemilik PT Cakra Buana...” ujarnya perlahan, bangkit dari tempat tidur dengan tenang yang mengejutkan. “Aku pernah hampir bekerja sama denganmu. Saat masih menjadi tangan kanan Marina pemilik PT Bumi Marina.”

Ratna Wijaya membeku. Nama Marina seperti sedikit sengatan listrik di kepalanya.

“Kau... kau anak buah Marina.” suaranya tiba-tiba kehilangan nada merendahnya.

Juned mengambil kemejanya, mengenakannya dengan gerakan perlahan yang penuh arti. “Bukan sekedar anak buah. Aku juga bisa dibilang mitra bisnis paling berharga untuknya saat dia hampir bekerja sama dengan Cakra Buana beberapa bulan lalu.”

Kilas balik muncul dalam pikiran Bu Ratna saat dia berbicara dengan Marina lewat telepon. Mereka membicarakan tentang Marina yang hendak menyewa properti B
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Tukang Pijat Super   Bab 330

    Ratna kini berdiri tepat di depannya, jari-jarinya yang dingin menyentuh pipi Juned. “Masih ada cara lain, kan?” godanya. “Kau pasti sudah mempersiapkan backup plan. Aku suka itu tentang dirimu.”Dia menoleh ke arah kamera CCTV, lalu tersenyum langsung ke lensa. “Tapi inilah masalahnya—kita berdua tahu rekaman ini lebih berharga untuk disimpan daripada disebarkan. Jadi bagaimana kalau kita... bernegosiasi?”Juned turun dari ranjang berjalan ke arah jendela. “Negosiasi apa yang kau tawarkan? Aku tak ingin menjadi boneka orang lain.”Ratna duduk tegap di tepi ranjang, tangan bertaut di atas lutut. “Kau punya dua pilihan,” suaranya jernih memotong kesunyian. “Bekerja bersamaku, atau jadi musuh yang akan kuremukkan.” Juned berdiri di depan jendela, siluet tubuhnya terpotong cahaya terik. “Aku tak memiliki kewajiban untuk bekerja sama denganmu.”Ratna tersenyum, membuka tas kulitnya dengan gerakan teatrikal. “Kamu pasti masih menyimpan dendam kepada pemilik PT Anton Perkasa.”Juned

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-29
  • Tukang Pijat Super   Bab 1

    “Lastri, maukah kamu menjadi pacarku?” Tiba-tiba Juned berdiri menghadang perjalanan Sulastri dan kedua temannya. “Minggir kamu, dasar pria lemah,” ujar Sulastri dengan kasar kepada Juned. “Kamu itu tidak cocok ya bersanding dengan Lastri.” Celetuk salah satu teman Sulastri yang berdiri di sampingnya. Juned hanya tertunduk lesu sambil menggenggam seikat bunga mawar, mendengarkan cemoohan yang menyakiti hatinya. Juned sangat menyukai Sulastri yang merupakan anak Juragan Pasir di desa itu. Meski berkali kali cinta Juned ditolak. Sulastri membalas cinta Juned dengan cemoohan dan hinaan belaka. “Hei, Juned. Kamu itu harusnya berkaca dulu. Kamu itu siapa? Berani beraninya mendekati Sulastri.” Ujar teman Sulastri yang lain, sambil mendorong Juned. Juned terjengkang ke belakang, disambut tawa yang menggema ketiga gadis itu. “Hahaha, lihat dia teman-teman. Baru didorong begitu aja sudah jatuh.” Ucap Sulastri tertawa lepas. Kaos yang dipakai Juned kotor terkena tanah, dia

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-31
  • Tukang Pijat Super   Bab 2

    Juned berdiri dalam keadaan yang berbeda, setelah berada di ambang antara hidup dan mati akibat memakan Jamur yang hanya tumbuh 1000 tahun sekali. Beberapa luka yang di derita sebelumnya menghilang seketika. “Wah, kok aneh. Lukaku sembuh tak berbekas.” Juned merasa takjub dengan apa yang terjadi pada tubuhnya. Sudah semalaman Juned tidur di dalam hutan, lukanya juga telah sembuh. Juned juga menyadari bahwa ada beberapa perubahan, seperti mentalnya yang kini kembali pulih. Juned bergegas kembali ke rumah, dia takut jika Tante Lilis khawatir karena semalaman dia tak pulang. Ketika dalam perjalanan pulang, Juned melewati sungai yang airnya masih bersih di kampungnya. Juned berniat membasuh mukanya di sana agar terlihat lebih segar. Karena airnya yang bersih, sungai itu sering digunakan warga kampung untuk beraktivitas, mulai dari mandi sampai mencuci baju. Saat berada di tepi sungai dan hendak menciduk air. Juned melepas kaos dan celana jeans milikinya menyisakan celana kolor pe

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-31
  • Tukang Pijat Super   Bab 3

    Juned dan Vivi masih dalam posisi yang sama, kepala Vivi yang bersandar di pundak Juned, sedangkan Juned masih membelai lembut rambut Vivi. Pria itu semakin berani dengan merangkul kan tangannya ke pundak Vivi, merasakan kulitnya yang halus nan lembut. Vivi menumpahkan semua kesedihannya untuk beberapa saat kala itu. Hingga akhirnya dia tersadar dan tubuhnya menjauh dari pelukan Juned. “Maaf, jadi terbawa suasana.” Ujar Vivi dengan lirih, menunjukkan mukanya yang memerah menahan malu. Juned merasa canggung dengan yang baru saja terjadi, “iya enggak apa-apa.” Juned berusaha mengatur nafas dan birahinya yang sudah naik dengan membetulkan posisi duduknya. Sampai akhirnya desakkan yang ada di dalam celananya mulai mengendur. “Kenapa sih, Vi? Kamu masih terus bertahan dengan laki-laki seperti Anton.” Tanya Juned untuk mengalihkan perhatian. “Aku enggak bisa melakukan itu, Jun. Pernikahanku dengan Mas Anton dulu karena kondisi terpaksa.” Jawab Vivi dengan lirih, menundukkan waj

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-31
  • Tukang Pijat Super   Bab 4

    Tanpa pikir panjang, Juned berlari menerobos lingkaran orang-orang yang mengelilingi Tante Lilis. Dia mendorong satu per satu dari mereka, sampai akhirnya berdiri di depan Anton. "Berhenti!" teriak Juned dengan nafas memburu. "Apa yang kalian lakukan?!" Anton tersenyum miring. “Oh, jadi akhirnya kau berani muncul juga, Juned,” katanya dingin. “Bagus. Ada beberapa hal yang harus kita bicarakan.” Sebelum Juned sempat bertanya, Anton mendekatinya dengan wajah penuh kebencian. "Apa yang kau lakukan dengan Vivi di sungai, hah?" suara Anton meninggi. Juned terdiam sejenak, pucat. Bagaimana Anton bisa tahu tentang pertemuannya dengan Vivi?. "Aku tidak melakukan apa-apa!" Juned menjawab dengan tegas. "Aku bertemu dengan Vivi secara kebetulan di sungai, saat aku sedang mencari tanaman herbal. Kami hanya mengobrol sebentar." Anton tidak mempercayainya. "Jangan bohong, Pria Letoy! Kau pasti membuntuti dia! Kau pasti berniat buruk terhadap istri orang!" Anton semakin mendekat, matan

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-31
  • Tukang Pijat Super   Bab 5

    Lilis yang sedari tadi meringkuk ketakutan dengan tubuh gemetar. Sambil menangis dia berkata lirih, “tolong.. berhenti..” Anton dan para Anak buahnya kembali bersiap menghantam Juned beramai-ramai. Namun sebuah teriakkan kencang memekik di telinga setiap orang. “Hentikaaan!! Anton kumohon jangan sakiti dia lagi. Aku akan melakukan apa yang kamu mau. Asal berhenti menyakiti Juned.” Lilis berteriak histeris sambil menangis. Juned terkejut mendengar perkataan itu. “Apa yang kamu bicarakan, Tante? Jangan bicara yang tidak-tidak.” Lilis yang sudah dipenuhi ketakutan justru memarahi Juned. “Diamlah Juned, Aku tak ingin melihatmu dihajar seperti itu.” Sementara Anton langsung mengangkat satu tangannya memberikan isyarat berhenti kepada anak buahnya. Anton mendekati Lilis yang meringkuk, “Kalau seperti ini kan tak perlu ada kekerasan, sayang.” Tangan Anton membelai wajah Lilis hingga ke leher jenjangnya. “Tante, Jangan mau menerima tawaran bajingan itu…” “Cukup Juned, cukup,

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-31
  • Tukang Pijat Super   Bab 6

    Beberapa saat kemudian, Lilis menatap Juned dan berkata, “Vivi cantik ya? Sayang suaminya sangat kasar kepadanya.” Juned tergagap. “Ii.. iya, tante. Aku sebenarnya kasihan sama dia, aku ingin menolongnya keluar dari jerat si Anton.” “Hush.. Sudah jangan bertindak bodoh lagi, jangan coba-coba melawan Anton. Dia itu berbahaya bagi kamu.” Lilis memberi peringatan kepada Anton untuk ke sekian kalinya. Juned merasa kesal, kali ini dia merasa bisa mengalahkan siapa pun. Namun Lilis masih menganggapnya sebagai pria lemah yang butuh perlindungan. Di lain sisi, Juned juga kesal karena Lilis menggagalkan kesempatan emas untuk menyalurkan hasrat bersama Vivi. Namun secara mengejutkan Lilis mengganti baju yang tadi sempat tersobek oleh Anton, “Oh iya, Jun. Kamu suka sama si Vivi?” kata Lilis sambil melepas kaosnya. Melihat gunung kembar Lilis yang begitu kencang dalam bungkusnya, hasrat Juned kembali menanjak. Mata Juned melotot seolah tak percaya, “kenapa kok ganti baju di sini,

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-31
  • Tukang Pijat Super   Bab 7

    Telapak tangan Juned mengeluarkan cahaya. Juned merasakan kekuatan yang besar mengalir dalam tubuhnya. “Permisi, Mbak. Apa kamu mau dipijat?.” Pertanyaan Juned seolah ambigu di kepala Marina. Dia kan hanya ingin berobat, kenapa harus di pijat. Dari sini Marina mulai ragu dengan pengobatan yang dilakukan Juned. “Kenapa kok pijat?” Juned kembali mendekat ke arah Marina, lalu memegang tengkuk leher Marina yang jenjang. “Sepertinya ada darah yang menggumpal di dada kamu.” Kata Juned sambil memijat lembut leher Marina. “Oleh sebab itu, harus dipijat seluruh badan untuk melancarkan peredaran darah.” Marina mengerutkan kening, bola matanya berkeliling mengamati sekitar “Apa benar-benar harus mas?” Dengan santai dan percaya diri Juned berkata, “ kalau tidak mau sembuh, enggak usah.” Marina tersenyum tanpa kegembiraan, “Saya mau sembuh, mas” telapak tangannya mulai berkeringat. Juned menyuruh Marina menanggalkan kemeja beserta celana jeans yang melekat, menggantinya dengan

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-01

Bab terbaru

  • Tukang Pijat Super   Bab 330

    Ratna kini berdiri tepat di depannya, jari-jarinya yang dingin menyentuh pipi Juned. “Masih ada cara lain, kan?” godanya. “Kau pasti sudah mempersiapkan backup plan. Aku suka itu tentang dirimu.”Dia menoleh ke arah kamera CCTV, lalu tersenyum langsung ke lensa. “Tapi inilah masalahnya—kita berdua tahu rekaman ini lebih berharga untuk disimpan daripada disebarkan. Jadi bagaimana kalau kita... bernegosiasi?”Juned turun dari ranjang berjalan ke arah jendela. “Negosiasi apa yang kau tawarkan? Aku tak ingin menjadi boneka orang lain.”Ratna duduk tegap di tepi ranjang, tangan bertaut di atas lutut. “Kau punya dua pilihan,” suaranya jernih memotong kesunyian. “Bekerja bersamaku, atau jadi musuh yang akan kuremukkan.” Juned berdiri di depan jendela, siluet tubuhnya terpotong cahaya terik. “Aku tak memiliki kewajiban untuk bekerja sama denganmu.”Ratna tersenyum, membuka tas kulitnya dengan gerakan teatrikal. “Kamu pasti masih menyimpan dendam kepada pemilik PT Anton Perkasa.”Juned

  • Tukang Pijat Super   Bab 329

    Ruangan mendadak terasa sangat sunyi setelah pengakuan itu. Juned tak bereaksi seperti yang Bu Ratna—Ratna Wijaya—harapkan. Alih-alih panik atau ketakutan, bibirnya malah menyunggingkan senyum tipis yang dingin. “Ratna Wijaya, pemilik PT Cakra Buana...” ujarnya perlahan, bangkit dari tempat tidur dengan tenang yang mengejutkan. “Aku pernah hampir bekerja sama denganmu. Saat masih menjadi tangan kanan Marina pemilik PT Bumi Marina.” Ratna Wijaya membeku. Nama Marina seperti sedikit sengatan listrik di kepalanya.“Kau... kau anak buah Marina.” suaranya tiba-tiba kehilangan nada merendahnya. Juned mengambil kemejanya, mengenakannya dengan gerakan perlahan yang penuh arti. “Bukan sekedar anak buah. Aku juga bisa dibilang mitra bisnis paling berharga untuknya saat dia hampir bekerja sama dengan Cakra Buana beberapa bulan lalu.” Kilas balik muncul dalam pikiran Bu Ratna saat dia berbicara dengan Marina lewat telepon. Mereka membicarakan tentang Marina yang hendak menyewa properti B

  • Tukang Pijat Super   Bab 328

    Bu Ratna mendesah panjang, tangannya meraih rambut Juned. “Aku tahu kau tak bisa menolak...” Tapi Juned tiba-tiba berhenti, menatap tajam wanita di hadapannya. “Bukan untukmu. Ini untukku.” Dia mengangkat tubuh Bu Ratna dengan mudah, melemparkannya ke atas tempat tidur. Saat ini, Juned bukan lagi korban, dia menjadi pemain yang mengambil alih kendali.Kondisi redup dalam kamar yang terhalang oleh korden tebal menyisakan sedikit sinar yang menerpa tubuh mereka dalam potongan-potongan cahaya yang sensual. Juned berdiri di tepi tempat tidur, jari-jarinya yang kasar mulai membuka kancing blus sutra Bu Ratna satu persatu. Kulit pucat nan mulus perlahan terungkap seperti mutiara yang keluar dari cangkangnya. “Diamlah," bisik Bu Ratna ketika Juned terhenti sebentar, terpana oleh lekuk tulang selangkanya yang nyaris sempurna dan gunung kembar yang masih tertutup bra renda hitam.Tapi Bu Ratna tak tinggal diam. Tangannya yang bercincin berlian membelai bahu bidang Juned, diikuti otot pe

  • Tukang Pijat Super   Bab 327

    “Ini suamiku, Agung Prasetyo,” ujar Bu Ratna dengan nada datar, seolah memperkenalkan asisten rumah tangga. Suaminya—pria berusia 50-an dengan rambut mulai memutih—hanya tersenyum lemah ke arah Juned. “Maaf mengganggu,” ujarnya dengan suara halus, “Ratna bilang ada yang perlu dibicarakan.” Bu Ratna bangkit dari sofa, berjalan mendekati suaminya dengan langkah penuh wibawa. “Agung, ini Juned,” katanya sambil menunjuk ke arah Juned yang masih setengah telanjang, “tukang pijat favoritku... dan kali ini, dia mau memuaskanku.” Pak Agung hanya mengangguk, wajahnya tanpa ekspresi. “Ya Sayang, seperti biasa, aku persilakan selama kau bahagia.” Juned ternganga. Ini bukan reaksi yang ia duga. Bu Ratna mendekati Juned dengan langkah penuh keyakinan, jari-jarinya yang bercincin menyentuh kulit dadanya yang berkeringat. “Apa kamu masih ragu, Sayang?” bisiknya, sambil melirik ke arah Pak Agung yang berdiri kaku di dekat pintu. “Suamiku adalah orang yang pengertian... tidak mempermasa

  • Tukang Pijat Super   Bab 326

    Wajah pucatnya muncul di ambang pintu rumah, matanya membulat.Juned yang sudah setengah telanjang sedang ditindih Bu Ratna yang masih mengenakan blus sutra terbuka.“Kalian...?” Rizka berbisik, suaranya getir.Juned hanya membeku, mulutnya terbuka tapi tak bersuara mampu mengeluarkan suara. Dia melihat Rizka mundur selangkah demi selangkah dengan wajah syok.“Mbak Riz, tunggu—” Juned akhirnya bersuara. Tapi Rizka sudah menghilang dari arah pintu depan, meninggalkan kekecewaan yang menggantung di udara. Bu Ratna beralih dari atas tubuh Juned, wajahnya berkerut dalam ekspresi jengah yang tertahan. “Mengganggu saja.” desisnya, kuku-kuku merahnya mencengkeram lengan Juned dengan lemah. Juned bangkit dari sofa itu, tubuhnya masih membara antara rasa malu dan dorongan untuk mengejar. “Aku harus—”“Tidak, sayang.” Bu Ratna menahan lengannya dengan gerakan cepat, suaranya mendesis seperti ular yang terganggu. “Kau pikir boleh begitu saja meninggalkanku dalam keadaan seperti ini?”J

  • Tukang Pijat Super   Bab 325

    Di dapur, Juned menuangkan air mineral ke gelas dengan tangan gemetar. Sebagian tumpah membasahi kaosnya yang sudah kotor oleh keringat dan debu jalanan. “Bodoh. Kenapa aku sebodoh ini!” Gelas dilemparkannya ke wastafel hingga pecah berkeping-keping. Pecahan kaca itu berserakan seperti keadaan pikirannya sekarang—berantakan, tajam, dan berbahaya untuk disentuh. Dia berdiri lama di depan jendela, menatap halaman kosong yang diterpa matahari siang. Seekor kucing liar melintas dengan santai, tak peduli pada drama manusia di balik kaca itu.Suara ketukan pintu yang bersemangat memecah kesunyian rumah Juned. “Permisi! Mas Juned” suara lantang Bu Ratna terdengar dari luar. Juned mengerang, baru teringat janji temu yang seharusnya dilakukannya pagi ini. Dengan wajah masih memerah, ia membuka pintu. “Maaf Bu, hari ini saya terpaksa membatalkan—” “Lho? Tapi saya sudah datang jauh-jauh ke sini!” Bu Ratna langsung melangkah masuk tanpa diminta, tas mewah kecil menggantung di lenga

  • Tukang Pijat Super   Bab 324

    Di ujung ruangan, berdiri Bu Ningsih dengan wajah pucat. Rambutnya masih acak-acakan bekas tidur, mata bengkaknya melebar dalam kejutan. “I-Ibu...” Rizka tersedak, tangan gemetar merapikan baju. Bu Ningsih melotot seolah matanya hendak melompat dari tempatnya. Matanya yang penuh darah tertancap pada Juned. “Kau... di sini?!”Juned merasa dunia berputar. “Bu Ningsih?!”Bu Ningsih menatap Juned dengan mata menyipit penuh kecurigaan. “Juned? Apa yang kau lakukan di rumah menantuku?!” Suaranya meninggi, tangan gemetar menunjuk ke arah mereka. Rizka langsung bereaksi. “Dia... dia memaksaku, Bu!” teriaknya tiba-tiba, air mata mulai mengalir deras. “Aku sedang sendirian di rumah, lalu dia masuk paksa bilang mau minum!”Juned terkesiap. ‘Apa? Tidak—” “Diam!” Bu Ningsih menghardik, wajahnya merah padam. “Aku tahu sejak dulu kau tukang pijat nakal! Sekarang berani-beraninya mengganggu menantuku?!” Rizka memanfaatkan situasi, menyembunyikan wajah di tangan sambil terisak. “Aku takut s

  • Tukang Pijat Super   Bab 323

    Rizka menoleh, matanya berbinar aneh. “Aku merasa... hidup lagi.”** Juned menghela napas panjang mendengar jawaban Rizka. Dia menyeruput kopi hitam dengan santai. “Ngomong-ngomong... Apa ibu mertuamu tidak mencarimu jika kamu terlalu lama keluar dari rumah?”Rizka mengangkat bahu dengan santai, jari-jarinya memainkan ujung baju sutra yang masih dikenakannya. “Ibu mertuaku masih terlelap di kamarnya,” ujarnya sambil mencondongkan badan ke depan. “Dia baru pulang subuh tadi dari rumah temannya.”Juned mengerutkan kening, tiba-tiba merasakan kegelisahan. “Mbak Rizka, mungkin lebih baik kau pulang sekarang,” ucapnya, suara rendah namun tegas. Rizka terkejut, senyum liciknya pudar. “Kenapa tiba-tiba? Tadi kau baik-baik saja—” “Aku hanya khawatir,” Juned menyela sambil berdiri. “Ibu mertuamu bisa saja terbangun lebih awal.”Rizka berdiri diam sejenak, wajahnya yang semula memerah perlahan kembali tenang. “Kau benar,” ujarnya dengan suara lembut sambil menghela napas. “Ini memang ter

  • Tukang Pijat Super   Bab 322

    “Tidak ada,” Rizka menggeleng, tapi senyumnya tetap tergantung di bibir. “Hanya berpikir... pagi ini terasa berbeda.”Juned mengangguk, memahami tanpa perlu penjelasan lebih. Dia melangkah menuju ke dapur.–––Ketika Juned sedang menuangkan air mendidih ke dalam cangkir. Suara langkah ringan membuatnya menoleh—Rizka berdiri di ambang pintu, mengenakan baju tidur sutra Tania yang menggoda. “Aku pinjam ini,” ucap Rizka sambil memegang ujung baju yang nyaris transparan. “Kebetulan pas di ukuranku.”Juned menelan ludah. Baju warna merah delima itu memang selalu membuat Tania terlihat memesona, tapi di tubuh Rizka—dengan lekuk gunung yang jelas terlihat dan panjang kakinya yang ramping—pakaian itu berubah menjadi sesuatu yang jauh lebih menggoda. “Kau... kau terlihat—”“Berbeda?” Rizka menyelesaikan kalimatnya sambil berjalan mendekat, jari-jarinya membelai pinggiran baju. “Aku jarang pakai baju seperti ini. Suamiku lebih suka aku berjilbab rapi di rumah.” Juned mengalihkan pandanga

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status