Beranda / Urban / Tuan Pewaris, Mohon Pimpin Kami Lagi! / Bab 2 : Pewaris Galaxi Group

Share

Bab 2 : Pewaris Galaxi Group

Penulis: Pipi_Kiri
last update Terakhir Diperbarui: 2024-01-26 07:33:35

Adam Sanjaya Galaxi memandang lekat putranya yang terlihat kurus dan tidak terawat. Pria 48 tahun itu memindai putranya dari atas sampai bawah. Sangat berbeda saat terakhir kali Sam pergi meninggalkan rumah mereka.

"Pulanglah, Samuel Lino!" ucapnya dengan memanggil nama lengkap Sam.

Sam hanya menggeleng.

"Maaf, Pa. Aku tidak ingin pulang," jawab Sam tegas.

Samuel Lino Galaxi, itu adalah nama lengkapnya. Sam adalah panggilan kecil dari Mamanya. Sam merasa terbebani saat menyandang nama keluarga besarnya.

Tapi hari ini Papanya berhasil menemukan keberadaannya. Itu pasti karena kekuatan uang Papanya atau permintaan Mamanya.

"Kamu harus mendengarkan papa, Sam. Perusahaan besar itu tidak mungkin papa sanggup mengurusnya sendirian." rayu papanya lagi.

"Bukankah sudah ada Om Hendra, suami dari Tante Angelina?" tanya Sam dengan wajah cuek.

"Mereka bukan pewaris utama, lagipula anaknya Angelina seorang perempuan yang masih sekolah, mereka tidak bisa mengambil alih perusahaan Kakekmu. Kita harus berhati-hati dengan Hendra, kamu pahamkan?” ungkap Adam.

Angelina adalah Adik kandung dari Adam yaitu Tante Sam.

Kakek Sam mewariskan Perusahaan yang bergerak di bidang Hotel, Resort bahkan Apartemen mewah yang tersebar di seluruh Indonesia bahkan di luar negeri yang sekarang dipimpin oleh Papanya.

"Berpikirlah dewasa, Nak. Apa kamu tidak merindukan Mamamu?" tanya Adam dengan nada sedih semakin menambah kerutan di wajahnya.

"Apa kabar Mama, Pa?"

Sam sebenarnya sangat merindukan Mamanya. Wanita yang selalu memanjakan Sam.

"Kesehatan Mamamu sering drop, itu karena dia selalu memikirkan dan mencemaskanmu," jelas Adam sendu tapi tidak mengurangi wajahnya yang tetap tampan.

Sam jadi ikut sedih mendengar penuturan Papanya, matanya sedikit berembun dan terlihat gelisah.

Tapi Sam akan tetap pada pendiriannya.

"Aku akan memikirkan itu nanti, Pa. Beri aku waktu," desahnya pelan.

"Baiklah, Sam. Papa tidak akan memaksamu. Pulanglah disaat kau merasa sudah siap, pintu rumah kita terbuka lebar untukmu."

Adam pun memberikan dompet milik Sam yang tidak dia bawa saat pergi dulu. Juga sebuah ponsel baru dan nomornya beserta nomor asisten pribadinya sudah ada di sana.

"Bawalah ini, di dalam ada kartu milikmu. Pakailah untuk membeli apa saja yang kamu butuhkan," jelas Adam.

"Baiklah, terimakasih, Pa. Sampaikan salamku pada Mama."

Sam mengambil dompetnya lalu melangkah pergi dari sana meninggalkan Adam yang menatapnya khawatir.

Sam pun berpikir apa yang akan dilakukannya sekarang, dia sudah tidak punya tempat tinggal.

Dia juga tidak punya baju untuk mengganti pakaian kerjanya yang sudah kumal. Sam teringat dompetnya, dengan semangat dia membukanya. Ada kartu identitas dan beberapa lembar uang, ada sebuah kartu unlimited berwarna hitam dari Bank terkemuka dan dicetak khusus untuk keluarga mereka dengan lambang huruf ‘G’ berwarna emas di salah satu sisi kartu. Hanya nama Galaxi yang memiliki kartu seperti itu.

Seperti mendapat Oase di padang pasir, Sam kembali bersemangat karena bisa menggunakan kartu itu untuk membeli kebutuhannya.

Di Mall Mewah….

Sam baru saja turun dari taksi. Dia tahu kalau Mall ini sudah menjadi anak cabang dari perusahaan Papanya.

"Aku beli baju dulu deh, tidak mungkin aku memakai baju seragam ini terus. Sudah bau juga!" ujar Sam sambil mengendus tubuhnya.

Sam mulai menuju toko pakaian yang tidak terlalu mahal, dia hanya ingin membeli beberapa baju kaos dan beberapa potong celana jeans.

Para karyawan di sana melihat Sam dengan tatapan jijik dan aneh karena penampilannya yang kotor dan dekil.

Sam tidak peduli meskipun semua orang mengawasinya, dengan cepat dia mengambil beberapa potong pakaian dan langsung menuju kasir.

"Pak, apa tidak salah masuk? Di sini hanya menjual pakaian mahal! Pergi sana! Dasar pria kotor dan miskin!" usirnya dengan ketus.

"Aku ingin membeli semua ini, aku akan membayarnya!" Sam tetap bersikeras.

Dia masih bersikap sabar menghadapi karyawan itu. Dia juga tidak mau menyombongkan diri kalau dia sebenarnya punya kekayaan melimpah.

"Apa Bapak punya uang?" jawab karyawan wanita itu sinis.

"Kalau aku mau, semua yang ada di sini bisa aku beli!" ujar Sam percaya diri.

"Apa? Hahaha!" dia malah menertawakan Sam.

Sam berusaha untuk tetap tenang dan menyerahkan kartu unlimited miliknya.

Karyawan wanita itu tidak percaya kalau kartu itu asli karena tampilannya yang berbeda dari kartu yang biasa diterimanya.

"Apa ini kartu mainan, Pak? Anda pasti tidak bisa membuktikannya karena penipu kan?! Mengaku saja kalau tidak punya uang!" ujarnya dengan bibir manyun.

"Co-coba dicek dulu transaksinya!" pinta Sam sedikit gugup.

Sam sebenarnya juga ragu apakah kartu itu bisa berfungsi atau tidak.

Dia juga tidak tahu apakah di dalamnya ada uang atau tidak.

Tapi saat selesai mengeceknya, mulut wanita itu menganga dengan lebar melihat transaksi yang berhasil.

"I-ini kartu Anda!" jawab wanita itu dengan wajah pucat karena Sam berhasil membeli seluruh barang yang ada di toko itu.

"Lain kali jangan hanya melihat seseorang dari penampilannya!" ucap Sam tegas.

Dia lega setelah tahu kalau kartu itu benar-benar berfungsi.

"Maaf sudah meragukan Anda. Terima kasih sudah belanja!" ucap karyawan itu menunduk hormat.

"Pakaian yang lain bisa kalian kirimkan ke Yayasan amal! Aku hanya butuh ini!" ujar Sam sambil mengambil kantong belanjaannya.

Sam pun berganti pakaian di ruang ganti, dia juga membuang seragam usangnya ke dalam tong sampah. Dia tidak memerlukan pakaian kotor itu lagi.

Sam merasa bersemangat setelah mengetahui semua uangnya ada di dalam genggamannya saat ini.

"Aku akan membeli apartemen!" gumamnya tersenyum lebar.

Karena perutnya masih lapar, dia memutuskan untuk makan terlebih dahulu.

Baru saja pemuda blasteran itu duduk, suara wanita yang tidak asing membuatnya mendongak.

"Wah! Lihat siapa yang duduk di sini?" Dinda berkata dengan tangan terlipat di depan dada.

Ada juga Reno berdiri di samping Dinda dengan gaya angkuh.

"Aku hanya ingin makan, apa itu salah?" jawab Sam santai.

Dia tidak lagi takut menghadapi Reno sekarang, bahkan hotel kecil miliknya bisa Sam beli saat ini juga.

"Apa kau punya uang untuk membayar makanan di sini?" Reno duduk di kursi depan Sam.

"Tentu saja tidak, Sayang. Mana bisa pria miskin dan pengangguran makan di restoran mahal!" Dinda menertawakan Sam.

Sam yang melihat sikap Dinda saat ini merasa menyesal pernah mencintai gadis itu.

"Kalau kalian sudah selesai bicara, silahkan pergi dari sini!" Sam tidak tahan lama-lama melihat mereka.

"Hahaha! Untuk apa aku pergi dari restoran milikku!" ucap Reno sambil tertawa kencang.

'Jadi Restoran kecil ini miliknya? Sombong!'

Sam tidak terkejut lagi seperti saat di hotel, malah sekarang lebih terlihat santai, karena dia ingin melihat apa saja aset yang Reno miliki.

"Kau yang seharusnya pergi dari sini! Kau hanya akan membuat dirimu malu, Sam!" Dinda juga ikut mengusirnya dari sana.

"Aku yakin dia pasti sudah mencuri dompet seseorang. Apa kau kemari berjalan kaki? Seharusnya kau membawa mobil sepertiku!" Reno kembali menyombongkan diri.

"Apa hanya itu yang kau punya?" tanya Sam dengan tersenyum miring.

Reno merasa geram dengan sikap Sam yang tidak lagi takut padanya dan juga aura Sam yang terlihat berbeda saat ini.

"Cepat pergi dari sini pria miskin!" usir Reno menggebrak meja.

Sam yang sudah tidak bisa menahan emosinya bangkit berdiri dan melayangkan bogem mentah ke wajah Reno hingga tubuhnya tersungkur ke lantai.

"Hei, apa yang kau lakukan?" Dinda berteriak histeris.

Sam pun mencengkram kerah baju Reno dan kembali memukul wajahnya, tidak ada seorang pengunjung pun yang berani melerai mereka.

"Jangankan makanan di sini, sekarang juga restoran ini bisa aku beli!" Sam berkata dengan nada dingin dan tatapan tajam pada Reno.

Bab terkait

  • Tuan Pewaris, Mohon Pimpin Kami Lagi!   Bab 3 : Membungkam Si Sombong

    Sam kembali mendaratkan pukulan di wajah Reno. Meskipun Reno berusaha untuk melawan tapi Sam berhasil menekan tubuhnya hingga tak bisa bergerak dan itu membuat Sam dengan leluasa menghajarnya berulang kali."Hentikan, Sam! Aku bilang berhenti!" pekik Dinda histeris melihat darah di sudut bibir Reno dan wajahnya yang sudah membiru.Sam yang sudah puas menyalurkan kekesalan dan emosinya, menghentikan aksinya dan melepaskan kerah baju Reno yang dipegangnya.Dia juga melihat sekeliling banyak orang yang memperhatikan mereka. Sam tidak ingin mencari masalah lebih jauh, jadi dia akan menahan dirinya untuk membalas Reno dan mengakhiri semuanya sekarang. Sementara orang-orang di sana hanya bisa menonton mereka tanpa berani melerai, tidak ingin ikut campur."Sekolahkan dulu mulutmu sebelum kau bicara!" tunjuk Sam ke arah Reno dengan ekspresi yang tak terbaca.Dinda membantu Reno berdiri dengan susah payah."Dasar pria miskin pembuat onar! Pergi dari sini tukang pel!" maki Dinda kesal.Mulutnya

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-26
  • Tuan Pewaris, Mohon Pimpin Kami Lagi!   Bab 4 : Bertemu Gadis Cantik

    "Maaf, tapi yang membeli mobil ini adalah Bapak Sam," jawab petugas itu tersenyum sopan.Sam langsung membubuhkan tanda tangannya dan petugas itu pamit permisi.Reno sangat malu karena sudah berbohong pada Dinda. Bukan itu saja tapi dia juga penasaran bagaimana bisa pria pengangguran seperti Sam bisa membeli mobil mewah dalam waktu singkat."Apa kau ingin mencoba mobil baru itu, Pak?" tanya Sam dengan tersenyum manis."Sayang, ayo kita pergi dari sini!" Reno sudah tidak sanggup berlama-lama di sana."Tapi sayang, dia harus kita laporkan ke-"Ucapan Dinda langsung dipotong oleh Reno."Sudah, biarkan saja dia! Aku mau istirahat!" jawabnya beralasan.Wajah Reno memerah karena menahan malu dan marah.Sam tersenyum penuh kemenangan karena berhasil membuat Reno tak berkutik sekaligus membuktikan ucapannya bahwa dia bisa membeli melebihi apa yang pria sombong itu punya.Sore hari…Reno baru saja memarkirkan mobilnya dan ingin masuk ke dalam apartemennya lalu dia mendengar bunyi klakson mobil

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-26
  • Tuan Pewaris, Mohon Pimpin Kami Lagi!   Bab 5 : Membuatmu Malu Lagi

    Sam langsung mematikan telponnya. Dia pun kembali ke apartemennya menaiki taksi.Sesampainya di apartemen Sam melihat seseorang yang sudah menunggunya. Dia pun menghampiri orang tersebut."Apakah kau mau mampir?" tanya Sam ramah.Tapi orang itu hanya tersenyum mengejek dan berjalan menghampirinya."Aku akan mengungkap semua rahasiamu malam ini!" ucapnya dengan senyuman miring di sudut bibirnya.Ternyata orang itu adalah Reno. Dia sudah menunggu Sam dari tadi untuk membuktikan apakah benar bahwa dia tinggal di apartemen itu dan mempunyai uang untuk membelinya.Sam pun menghembuskan napasnya dengan kasar lalu dia melipat tangannya di dada dengan menatap tajam kearah Reno."Apa maksudmu datang kemari?" tanya Sam dengan nada dingin.Reno pun mendekatkan wajahnya di depan pemuda itu. Mereka saling menatap dengan sengit."Dinda bilang padaku, dia sangat yakin bahwa kau hanya bekerja sebagai supir karena dia melihatmu bersama seorang wanita datang untuk melamar pekerjaan di restoran milikku.

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-26
  • Tuan Pewaris, Mohon Pimpin Kami Lagi!   Bab 6 : Memberi Pekerjaan Pada Gadisku

    Besok paginya Sam bertemu dengan Pak Yudi, di cafe biasa yang letaknya tak jauh dari hotel Royal Venus."Ini berkas, Tuan muda." Yudi menyerahkan map itu pada Sam"Terimakasih, Pak!" Sam pun mulai membukanya dan memeriksa dengan teliti."Apa yang akan Tuan muda lakukan dengan itu?" tanya Yudi penasaran."Aku ingin Pak Yudi membawa lamaran ini ke hotel Royal Venus!" pinta Sam."Baik, Tuan muda. Oh ya, kenapa tidak langsung memimpin perusahaan, seperti yang Tuan besar mau?" ucap Yudi dengan wajah serius sambil membetulkan letak kacamata di pangkal hidungnya."Tidak, Pak. Belum saatnya karena aku masih ingin menjalani kehidupan seperti yang aku mau," Jelas Sam."Bagaimana kalau Tuan muda bekerja di sana saja, sehingga bisa dengan mudah memahami bisnis milik Tuan besar," Yudi pun memberikan saran."Hmm, menarik. Baiklah kalau begitu, bawakan juga berkas milikku ini!" Sam memberikan map berisi surat lamaran kerja beserta data miliknya."Baiklah, Tuan. Sebenarnya Tuan besar juga berpesan,

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-28
  • Tuan Pewaris, Mohon Pimpin Kami Lagi!   Bab 7 : Bertemu Teman dan Musuh Baru

    Sarah terkejut melihat orang itu di depan pintu kosnya, padahal hari sudah larut malam."Selamat malam, Bu!" sapanya dengan ramah."Malam! Mana uangnya? Ini hari terakhir saya kasi kami waktu!" ucap wanita paruh baya itu cepat.Bu Wati pemilik tempat kost Sarah datang untuk menagih uang sewa karena sudah 2 bulan Sarah menunggak."Maaf, Bu. Saya minta tambahan waktu. Besok saya mulai bekerja, nanti kalau sudah dapat gaji saya akan bayar semuanya!" pinta Sarah engan wajah sendunya."Halah! Jangan banyak alasan! Bayar sekarang atau kamu pergi!" hardiknya kasar."Ada apa ini?!" "Sam? Kenapa kamu kembali?" tanya Sarah heran."Aku ingin mengembalikan ponselmu yang terjatuh saat di taksi tadi," jelas Sam sambil menyodorkan ponsel Sarah."Terimakasih! Maaf merepotkan kamu terus!" ujar Sarah tidak enak karena saat ini Bu Wati masih ada di sana."Sini ponselmu! Anggap sebagai jaminan!"Wanita itu merebut ponsel itu dari tangan Sarah."Jangan, Bu! Kembalikan, saya butuh ponsel saya!" ucap Sarah

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-29
  • Tuan Pewaris, Mohon Pimpin Kami Lagi!   Bab 8 : Nih, Aku Yang Bayar!

    Mereka berhenti tepat di depan Cafe La Vista. Tempat yang sangat mahal bagi karyawan biasa seperti mereka.Wira yang gugup berusaha tetap tenang di depan semua orang."Kenapa kita kemari? Kenapa tidak ke belakang hotel?" tanya Wira dengan tidak sabar."Tadinya Arya ingin mengajakku ke sini, jadi sekalian saja kita semua kemari. Iya kan?" Sam menyenggol lengan Arya."Iya, iya benar, Ra! Kapan lagi kita makan di sini, kamu 'kan banyak uang!" sahut Arya mendukung ide Sam."O-ok! Ayo masuk!" tutur Wira tetap dengan gaya angkuhnya.Mereka pun masuk ke dalam dengan bersemangat dan menyanjung Wira yang baik hati kali ini. Wira hanya bisa tersenyum dalam keadaan terdesak karena saat ini jantungnya berdegup kencang mengingat harga makanan di sini tidak bersahabat dengannya.'Gara-gara Sam! Aku terpaksa ikut kemari! Aku akan meminta bantuan pada kakakku kalau uangnya tidak cukup!' batin Wira.Sam dan yang lainnya pun duduk di meja yang cukup besar, cukup untuk mereka berlima. Lalu pramusaji pun

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-30
  • Tuan Pewaris, Mohon Pimpin Kami Lagi!   Bab 9 : Menolak Mobil Mewah?

    "Kembalikan! Itu milikku!" hardik Sam kesal."Aku tidak yakin ini kartu milikmu?" ucap Dinda sambil memperhatikan kartu itu dengan membolak baliknya.Sam hanya menghembuskan napasnya dengan kasar. Rasanya kepalanya sudah cukup pusing berurusan dengan Wira. Sekarang malah bertambah satu lagi."Ucapanku benar! Kau pasti sudah mencuri dompet seseorang tapi kenapa Reno tidak percaya sih!" keluhnya."Aku mencuri? Ayo kita buktikan saja!" seringai Sam.Sam pun merebut kartu miliknya dari tangan mak lampir itu dan memberikan pada kasir."Tunggu! Sebaiknya diperiksa dulu kartu itu milik siapa! Asli atau tidak?!" titah Dinda dengan mata melotot pada kasir."Baik, Mbak. Tunggu sebentar!"Kasir itu pun mulai melakukan transaksi dan saat Sam memasukkan nomor pin, ternyata transaksi berhasil."Kenapa lama sekali? Apa terjadi sesuatu?" tanya Arya yang tiba-tiba muncul.Mereka semua penasaran kenapa Wira lama sekali membayarnya, bahkan Sam juga di sini. Jadi Arya datang menyusul untuk melihat apa ya

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-31
  • Tuan Pewaris, Mohon Pimpin Kami Lagi!   Bab 10 : Rencana Pria Licik!

    Setelah parkir tidak jauh dari mobil Sam, orang itu mengikuti sampai pintu masuk apartemen.Orang itu adalah Dinda. Dinda yang melihat Sam sudah masuk ke dalam, mengikutinya setelah itu bersembunyi di balik pilar besar di dekat dinding. Setelah memastikan situasinya aman, dia pun dengan cepat berjalan karena Sam sudah masuk ke dalam lift.Setelah sampai ternyata dia tidak melihat Sam lagi saat keluar dari lift. Dia ingin memastikan sendiri bahwa Sam memang tinggal di sana. Gadis berambut pirang itu kembali masuk ke dalam lift untuk turun.Setelah sampai di parkiran, dia pun langsung masuk ke dalam mobil sambil membanting pintunya dengan kasar."Tidak mungkin! Darimana dia punya uang sebanyak itu? Bukankah selama ini untuk makan saja dia susah?!" gerutunya kesal.Dinda pun memutuskan untuk pulang karena Reno sudah terlalu lama menunggunya.Mobil ini adalah milik Reno, tadi sore Dinda merengek untuk memakainya dengan alasan untuk mencari tau tentang Sam."Kenapa baru sekarang dia jadi k

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-01

Bab terbaru

  • Tuan Pewaris, Mohon Pimpin Kami Lagi!   Bab 165 : Bisa kah Kita Berbaikan Lagi?

    Kedua mata wanita blasteran itu membulat sempurna.Tentu dia bisa menebak siapa yang ingin bicara dengannya. Dia pun berusaha untuk duduk supaya tetap tenang dan tetap bertanya dulu guna memastikan.“Si-siapa, Pak?” ucapnya gugup.Lalu tanpa menjawab petugas itu langsung memberikan gagang telepon pada orang di sampingnya.[“H-ha … halo, Angel. A-apa kabar?” ucapnya dengan terbata.]Tentu saja Angelina tahu dan mengenal dengan baik siapa orang yang sedang bicara dengan saat ini.‘Mas Hendra!’ batinnya terkejut.“Untuk apa lagi kau menelponku? Berani sekali kau melakukan ini!” ketusnya langsung.Tangannya sampai mengepal dengan erat untuk meredam emosi yang mulai bergejolak di dadanya.Hendra pun menelan ludahnya dengan kasar dia tahu tidak mungkin Angelina mau bicara dengannya atau lebih tepatnya orang yang sebentar lagi jadi mantan istrinya itu.Namun dia tidak punya pilihan lain.[“Angel, to-tolong dengarkan aku sebentar saja! Aku ingin bicara hal serius denganmu,” mintanya dengan s

  • Tuan Pewaris, Mohon Pimpin Kami Lagi!   Bab 164 : Ajak Kerja Sama Lagi

    Damar pun kembali ke perusahaannya setelah mengintai perusahaan Sam dari jauh.Dia pun mulai berpikir keras sekarang karena harus bisa membuat rencana selanjutnya. Apalagi Rio dan juga Johan sudah menyerahkan hal ini padanya.Tentu saja rasa gengsinya yang tinggi tidak akan terima kalau sampai ia gagal melakukannya."Perusahaan mereka cukup besar. Aku yakin butuh sesuatu yang berbeda untuk menumbangkan mereka. Ini tidak mudah," gumamnya seorang diri.Damar pun mengelus dagu dengan tangan kanannya.Lalu ia pun mengambil ponselnya dan menelpon temannya. "Halo, Johan! Aku sedang memikirkan kalian berdua dan juga rencana waktu itu. Menurutmu apa yang harus kita lakukan pada pemuda itu?"["Kenapa? Apa sekarang kau ragu?" tanya Johan memastikan.]Pria itu tersenyum sinis."Tentu saja tidak!" jawab Damar cepat. "Aku memang baru saja kembali ke perusahaanku setelah lewat di depan perusahaan mereka. Mereka sama sekali tidak bisa membuatku gentar. Ingat, kalian masih ada janji padaku!" ucapnya

  • Tuan Pewaris, Mohon Pimpin Kami Lagi!   Bab 163 : Cerminan Suamimu!

    Sarah sampai tergagap mendengar ucapan dari wanita yang terlihat masih muda itu. “Maaf, Mbak. Saya ini serius! Saya memang datang untuk membeli toko itu. Saya akan membuka toko kue,” jelas Sarah berusaha untuk meyakinkan. Tapi wanita itu malah mengangkat bibir atasnya dan memandang Sarah dengan remeh karena saat ini istri dari Samuel itu hanya memakai kaos blus yang dipadukan dengan celana jeans dan memakai sepatu Slip On biasa.Itu semua adalah baju yang biasa Sarah pakai bahkan sebelum menikah dengan Sam. Itu sebabnya dia terlihat sangat sederhana, bahkan mungkin tidak akan ada yang percaya kalau dia akan membeli salah satu ruko yang ada di kawasan elit itu. Sarah pun mengeluarkan kartu miliknya dan menyodorkannya di depan karyawan itu.“Ini, Mbak! Saya bisa bayar sekarang. Mana dokumen dan kuncinya? Mama mertua saya bilang saya tinggal mengambil kuncinya saja di sini!” ucapnya mulai terlihat kesal. Gadis itu pun mengambil kartu itu lalu membolak-baliknya.“Kartu apaan nih? Kart

  • Tuan Pewaris, Mohon Pimpin Kami Lagi!   Bab 162 : Memangnya Kamu Punya Uang?

    Kening Sam berkerut mendengar ucapan Sarah. Dia melepaskan genggaman tangannya di pundak istrinya yang cantik itu secara perlahan. Kali ini Sam benar-benar memasang wajah mode serius. "What? Bisnis apa, Sarah?" Sam sedikit bingung kemana arah pembicaraan ini. Sarah sudah menduga reaksi yang akan Sam berikan saat dia mengutarakan keinginannya itu. Dia pun mengatur napas dan kembali berkata, "Aku kan sangat suka memasak, apalagi membuat cake. Jadi aku mau buka toko kue sendiri, Sam. Aku mau punya kegiatan juga daripada … hanya duduk bengong di rumah," jelasnya sedikit takut dengan wajah tertunduk. "A-apa? Hahaha!"Tidak seperti dugaan Sarah, Sam malah menertawakannya. "Loh, kenapa kamu ketawa? Apa ada yang lucu?" Sarah bertanya dengan polosnya. Sam menggelengkan kepalanya lalu menjawab, "Aku pikir kamu akan mengatakan sesuatu yang aneh atau apalah yang membuatku khawatir, ternyata hanya itu. Kenapa tidak la

  • Tuan Pewaris, Mohon Pimpin Kami Lagi!   Bab 161 : Kerja Sama Balas Dendam

    Rio tersenyum senang mendengar itu. Keduanya pun bergegas menghampiri meja tempat pria itu sedang duduk. Johan pun mulai mengenalkan Rio dengan temannya itu secara langsung. Pria itu pun berdiri untuk menerima jabatan tangan dari Rio. "Aku Rio! Senang bertemu denganmu!" ucapnya mulai duluan. Dia pun tersenyum tipis, "Aku Damar! Senang bertemu denganmu juga!" jawabnya dengan suara berat yang khas. Terdengar sangat jantan dan pria sekali. Tubuh tinggi, tegap dengan kulit sawo matang semakin menambah kesan kalau dia orang yang pekerja keras. "Oke, Tuan-tuan. Cukup basa basinya! Mari kita lanjutkan obrolan ini dengan hal yang lebih serius!" ujar Johan terlihat bersemangat. Mereka pun duduk di kursi masing-masing, melingkari meja kaca yang ada di tengah. Tentu saja, Johan akan membahas soal masalah yang sudah menimpa Rio karena satu kesalahannya. Sekarang mereka ingin meminta bantuan pada Damar untuk menyaingi Sam. Ya, Damar Suseno adalah pengusaha yang sukses.Sama seperti Sam

  • Tuan Pewaris, Mohon Pimpin Kami Lagi!   Bab 160 : Teman Baru Kita!

    "A-apa?! Untuk apa, Tuan?" kening Juna langsung berkerut bingung. Sam pun menyandarkan punggungnya ke kursi. Terlihat tidak ada beban dan rileks. "Tenanglah, Juna. Aku punya rencana lain kali ini," ucap Sam santai. Juna pun mendengarkan apa yang Tuannya itu katakan tentang rencananya. Meskipun sedikit berbelit dan rumit tapi Sam akan berpura-pura tidak tahu perihal kebebasan Rio. "Tapi aku sedang tidak ingin membicarakan mereka saat ini, Juna. Nanti saja kita urus mereka. Fokus dulu pada jadwal pekerjaan kita ke depan. Lagipula aku tidak mau mereka mengambil alih semua pikiranku. Mereka itu hanya tikus kecil!" ujar Sam sambil mengibaskan tangan kanannya. Juna mengangguk setuju, tapi baginya tetap saja hal itu mengganggu pikirannya dan membuatnya tidak tenang. Bagaimanapun juga mereka sekarang akan terang-terangan menjadi musuh setelah kejadian ini. Entah kenapa perasaannya yakin akan hal itu. Dia juga ma

  • Tuan Pewaris, Mohon Pimpin Kami Lagi!   Bab 159 : Pria Itu Bebas?!

    Johan pun tersenyum menyeringai dan menjawab dengan santai. "Tentu saja! Jangan panggil aku Johan kalau tidak bisa melakukan hal itu!" ujarnya dengan menepuk dada sebelah kirinya, terkesan bangga. Mereka berdua pun tertawa bersama dan sangat terlihat akrab dengan merangkul pundak masing-masing. "Ayo! Aku traktir minum sepuasnya! Hahaha!" serunya dengan bersemangat. Mereka pun masuk ke dalam mobil untuk pergi ke klub miliknya. Hari ini khusus untuk merayakan kebebasannya setelah beberapa waktu merasakan dinginnya tidur di balik dinding sempit dan pengap. Pria itu adalah Rio. Ya, Johan memenuhi janjinya untuk menolong temannya itu ke luar dari penjara. Tentu saja dengan uang Rio miliki saat ini cukup untuk membuatnya bebas dengan syarat tetap harus ada penjamin yang mewakilinya. Meskipun Sam sudah meminta pihak kepolisian untuk memberatkan hukumannya tapi pria itu tidak gentar dan putus asa.Dia sudah banyak melakukan segala cara untuk bisa bebas. Dan akhirnya setelah lama men

  • Tuan Pewaris, Mohon Pimpin Kami Lagi!   Bab 158 : Rela Mengesampingkan Ego

    Kedua mata Reno pun terbelalak lebar. Entah kenapa dia merasa sangat takut kalau sudah menyangkut nama Papanya. Kali ini Juna berhasil membuatnya semakin kehilangan kendali. Tapi dia sudah bicara jujur dan mengungkapkan segala sesuatu yang Juna inginkan. Reno pun memutuskan untuk melunak dan mengikuti apa yang pria itu mau. Demi papanya!"Ja-jangan! Aku mohon jangan ganggu Papaku! To-tolong dengarkan aku! Aku bicara jujur dan sudah mengatakan semuanya padamu. Aku tidak tahu menahu tentang apa yang gadis itu lakukan! Percayalah!" ucapnya dengan mengiba. Sorot matanya terlihat sangat ketakutan sekaligus sedih. Reno tidak ingin Papanya susah lagi karena ulahnya. Uang mereka sudah banyak habis untuk menebusnya dari penjara. Dia tentu saja tidak ingin jatuh miskin. Saat ini saja mereka masih cukup kesulitan untuk mengembalikan harta kekayaan yang hampir terkuras habis. Demi menyelamatkan perusahaan dan nama ba

  • Tuan Pewaris, Mohon Pimpin Kami Lagi!   Bab 157 : Aku Tidak Terlibat!

    Juna pun menautkan kedua alisnya mendengar permintaan Sam. Dia pikir Tuannya itu akan membicarakan soal pekerjaan atau sebuah proyek baru, tapi ternyata malah mencari pria yang sudah seharusnya mereka lupakan. "Maaf, Tuan. Kalau boleh saya tahu, untuk apa Tuan mencari pria itu? Bukankah kita tidak ada urusan lagi dengannya?" Juna memberanikan diri untuk bertanya. Sam pun membuka kancing jasnya dengan cepat dan duduk di kursi kebesarannya. "Juna, apa kamu lupa? Bukankah gadis gila itu bilang kalau ada yang membantunya bebas? Mereka bebas bersama dari penjara dan bisa saja kan pacarnya itu membantunya dalam penyerangan kemarin! Kau harus cari tahu hal itu!" ucapnya tegas. Juna pun buru-buru mengatupkan mulutnya. Dia malu, kenapa bisa sebodoh ini dan tidak terpikirkan ke arah sana.Padahal dialah yang seharusnya memikirkan hal itu, bukannya Sam. Juna pun mengangguk cepat sebelum Sam jadi marah, "Maafkan saya, Tuan! Saya ak

DMCA.com Protection Status