Adam Sanjaya Galaxi memandang lekat putranya yang terlihat kurus dan tidak terawat. Pria 48 tahun itu memindai putranya dari atas sampai bawah. Sangat berbeda saat terakhir kali Sam pergi meninggalkan rumah mereka.
"Pulanglah, Samuel Lino!" ucapnya dengan memanggil nama lengkap Sam.Sam hanya menggeleng."Maaf, Pa. Aku tidak ingin pulang," jawab Sam tegas.Samuel Lino Galaxi, itu adalah nama lengkapnya. Sam adalah panggilan kecil dari Mamanya. Sam merasa terbebani saat menyandang nama keluarga besarnya.Tapi hari ini Papanya berhasil menemukan keberadaannya. Itu pasti karena kekuatan uang Papanya atau permintaan Mamanya."Kamu harus mendengarkan papa, Sam. Perusahaan besar itu tidak mungkin papa sanggup mengurusnya sendirian." rayu papanya lagi."Bukankah sudah ada Om Hendra, suami dari Tante Angelina?" tanya Sam dengan wajah cuek."Mereka bukan pewaris utama, lagipula anaknya Angelina seorang perempuan yang masih sekolah, mereka tidak bisa mengambil alih perusahaan Kakekmu. Kita harus berhati-hati dengan Hendra, kamu pahamkan?” ungkap Adam.Angelina adalah Adik kandung dari Adam yaitu Tante Sam.Kakek Sam mewariskan Perusahaan yang bergerak di bidang Hotel, Resort bahkan Apartemen mewah yang tersebar di seluruh Indonesia bahkan di luar negeri yang sekarang dipimpin oleh Papanya."Berpikirlah dewasa, Nak. Apa kamu tidak merindukan Mamamu?" tanya Adam dengan nada sedih semakin menambah kerutan di wajahnya."Apa kabar Mama, Pa?"Sam sebenarnya sangat merindukan Mamanya. Wanita yang selalu memanjakan Sam."Kesehatan Mamamu sering drop, itu karena dia selalu memikirkan dan mencemaskanmu," jelas Adam sendu tapi tidak mengurangi wajahnya yang tetap tampan.Sam jadi ikut sedih mendengar penuturan Papanya, matanya sedikit berembun dan terlihat gelisah.Tapi Sam akan tetap pada pendiriannya."Aku akan memikirkan itu nanti, Pa. Beri aku waktu," desahnya pelan."Baiklah, Sam. Papa tidak akan memaksamu. Pulanglah disaat kau merasa sudah siap, pintu rumah kita terbuka lebar untukmu."Adam pun memberikan dompet milik Sam yang tidak dia bawa saat pergi dulu. Juga sebuah ponsel baru dan nomornya beserta nomor asisten pribadinya sudah ada di sana."Bawalah ini, di dalam ada kartu milikmu. Pakailah untuk membeli apa saja yang kamu butuhkan," jelas Adam."Baiklah, terimakasih, Pa. Sampaikan salamku pada Mama."Sam mengambil dompetnya lalu melangkah pergi dari sana meninggalkan Adam yang menatapnya khawatir.Sam pun berpikir apa yang akan dilakukannya sekarang, dia sudah tidak punya tempat tinggal.Dia juga tidak punya baju untuk mengganti pakaian kerjanya yang sudah kumal. Sam teringat dompetnya, dengan semangat dia membukanya. Ada kartu identitas dan beberapa lembar uang, ada sebuah kartu unlimited berwarna hitam dari Bank terkemuka dan dicetak khusus untuk keluarga mereka dengan lambang huruf ‘G’ berwarna emas di salah satu sisi kartu. Hanya nama Galaxi yang memiliki kartu seperti itu.Seperti mendapat Oase di padang pasir, Sam kembali bersemangat karena bisa menggunakan kartu itu untuk membeli kebutuhannya.Di Mall Mewah….Sam baru saja turun dari taksi. Dia tahu kalau Mall ini sudah menjadi anak cabang dari perusahaan Papanya."Aku beli baju dulu deh, tidak mungkin aku memakai baju seragam ini terus. Sudah bau juga!" ujar Sam sambil mengendus tubuhnya.Sam mulai menuju toko pakaian yang tidak terlalu mahal, dia hanya ingin membeli beberapa baju kaos dan beberapa potong celana jeans.Para karyawan di sana melihat Sam dengan tatapan jijik dan aneh karena penampilannya yang kotor dan dekil.Sam tidak peduli meskipun semua orang mengawasinya, dengan cepat dia mengambil beberapa potong pakaian dan langsung menuju kasir."Pak, apa tidak salah masuk? Di sini hanya menjual pakaian mahal! Pergi sana! Dasar pria kotor dan miskin!" usirnya dengan ketus."Aku ingin membeli semua ini, aku akan membayarnya!" Sam tetap bersikeras.Dia masih bersikap sabar menghadapi karyawan itu. Dia juga tidak mau menyombongkan diri kalau dia sebenarnya punya kekayaan melimpah."Apa Bapak punya uang?" jawab karyawan wanita itu sinis."Kalau aku mau, semua yang ada di sini bisa aku beli!" ujar Sam percaya diri."Apa? Hahaha!" dia malah menertawakan Sam.Sam berusaha untuk tetap tenang dan menyerahkan kartu unlimited miliknya.Karyawan wanita itu tidak percaya kalau kartu itu asli karena tampilannya yang berbeda dari kartu yang biasa diterimanya."Apa ini kartu mainan, Pak? Anda pasti tidak bisa membuktikannya karena penipu kan?! Mengaku saja kalau tidak punya uang!" ujarnya dengan bibir manyun."Co-coba dicek dulu transaksinya!" pinta Sam sedikit gugup.Sam sebenarnya juga ragu apakah kartu itu bisa berfungsi atau tidak.Dia juga tidak tahu apakah di dalamnya ada uang atau tidak.Tapi saat selesai mengeceknya, mulut wanita itu menganga dengan lebar melihat transaksi yang berhasil."I-ini kartu Anda!" jawab wanita itu dengan wajah pucat karena Sam berhasil membeli seluruh barang yang ada di toko itu."Lain kali jangan hanya melihat seseorang dari penampilannya!" ucap Sam tegas.Dia lega setelah tahu kalau kartu itu benar-benar berfungsi."Maaf sudah meragukan Anda. Terima kasih sudah belanja!" ucap karyawan itu menunduk hormat."Pakaian yang lain bisa kalian kirimkan ke Yayasan amal! Aku hanya butuh ini!" ujar Sam sambil mengambil kantong belanjaannya.Sam pun berganti pakaian di ruang ganti, dia juga membuang seragam usangnya ke dalam tong sampah. Dia tidak memerlukan pakaian kotor itu lagi.Sam merasa bersemangat setelah mengetahui semua uangnya ada di dalam genggamannya saat ini."Aku akan membeli apartemen!" gumamnya tersenyum lebar.Karena perutnya masih lapar, dia memutuskan untuk makan terlebih dahulu.Baru saja pemuda blasteran itu duduk, suara wanita yang tidak asing membuatnya mendongak."Wah! Lihat siapa yang duduk di sini?" Dinda berkata dengan tangan terlipat di depan dada.Ada juga Reno berdiri di samping Dinda dengan gaya angkuh."Aku hanya ingin makan, apa itu salah?" jawab Sam santai.Dia tidak lagi takut menghadapi Reno sekarang, bahkan hotel kecil miliknya bisa Sam beli saat ini juga."Apa kau punya uang untuk membayar makanan di sini?" Reno duduk di kursi depan Sam."Tentu saja tidak, Sayang. Mana bisa pria miskin dan pengangguran makan di restoran mahal!" Dinda menertawakan Sam.Sam yang melihat sikap Dinda saat ini merasa menyesal pernah mencintai gadis itu."Kalau kalian sudah selesai bicara, silahkan pergi dari sini!" Sam tidak tahan lama-lama melihat mereka."Hahaha! Untuk apa aku pergi dari restoran milikku!" ucap Reno sambil tertawa kencang.'Jadi Restoran kecil ini miliknya? Sombong!'Sam tidak terkejut lagi seperti saat di hotel, malah sekarang lebih terlihat santai, karena dia ingin melihat apa saja aset yang Reno miliki."Kau yang seharusnya pergi dari sini! Kau hanya akan membuat dirimu malu, Sam!" Dinda juga ikut mengusirnya dari sana."Aku yakin dia pasti sudah mencuri dompet seseorang. Apa kau kemari berjalan kaki? Seharusnya kau membawa mobil sepertiku!" Reno kembali menyombongkan diri."Apa hanya itu yang kau punya?" tanya Sam dengan tersenyum miring.Reno merasa geram dengan sikap Sam yang tidak lagi takut padanya dan juga aura Sam yang terlihat berbeda saat ini."Cepat pergi dari sini pria miskin!" usir Reno menggebrak meja.Sam yang sudah tidak bisa menahan emosinya bangkit berdiri dan melayangkan bogem mentah ke wajah Reno hingga tubuhnya tersungkur ke lantai."Hei, apa yang kau lakukan?" Dinda berteriak histeris.Sam pun mencengkram kerah baju Reno dan kembali memukul wajahnya, tidak ada seorang pengunjung pun yang berani melerai mereka."Jangankan makanan di sini, sekarang juga restoran ini bisa aku beli!" Sam berkata dengan nada dingin dan tatapan tajam pada Reno.Sam kembali mendaratkan pukulan di wajah Reno. Meskipun Reno berusaha untuk melawan tapi Sam berhasil menekan tubuhnya hingga tak bisa bergerak dan itu membuat Sam dengan leluasa menghajarnya berulang kali."Hentikan, Sam! Aku bilang berhenti!" pekik Dinda histeris melihat darah di sudut bibir Reno dan wajahnya yang sudah membiru.Sam yang sudah puas menyalurkan kekesalan dan emosinya, menghentikan aksinya dan melepaskan kerah baju Reno yang dipegangnya.Dia juga melihat sekeliling banyak orang yang memperhatikan mereka. Sam tidak ingin mencari masalah lebih jauh, jadi dia akan menahan dirinya untuk membalas Reno dan mengakhiri semuanya sekarang. Sementara orang-orang di sana hanya bisa menonton mereka tanpa berani melerai, tidak ingin ikut campur."Sekolahkan dulu mulutmu sebelum kau bicara!" tunjuk Sam ke arah Reno dengan ekspresi yang tak terbaca.Dinda membantu Reno berdiri dengan susah payah."Dasar pria miskin pembuat onar! Pergi dari sini tukang pel!" maki Dinda kesal.Mulutnya
"Maaf, tapi yang membeli mobil ini adalah Bapak Sam," jawab petugas itu tersenyum sopan.Sam langsung membubuhkan tanda tangannya dan petugas itu pamit permisi.Reno sangat malu karena sudah berbohong pada Dinda. Bukan itu saja tapi dia juga penasaran bagaimana bisa pria pengangguran seperti Sam bisa membeli mobil mewah dalam waktu singkat."Apa kau ingin mencoba mobil baru itu, Pak?" tanya Sam dengan tersenyum manis."Sayang, ayo kita pergi dari sini!" Reno sudah tidak sanggup berlama-lama di sana."Tapi sayang, dia harus kita laporkan ke-"Ucapan Dinda langsung dipotong oleh Reno."Sudah, biarkan saja dia! Aku mau istirahat!" jawabnya beralasan.Wajah Reno memerah karena menahan malu dan marah.Sam tersenyum penuh kemenangan karena berhasil membuat Reno tak berkutik sekaligus membuktikan ucapannya bahwa dia bisa membeli melebihi apa yang pria sombong itu punya.Sore hari…Reno baru saja memarkirkan mobilnya dan ingin masuk ke dalam apartemennya lalu dia mendengar bunyi klakson mobil
Sam langsung mematikan telponnya. Dia pun kembali ke apartemennya menaiki taksi.Sesampainya di apartemen Sam melihat seseorang yang sudah menunggunya. Dia pun menghampiri orang tersebut."Apakah kau mau mampir?" tanya Sam ramah.Tapi orang itu hanya tersenyum mengejek dan berjalan menghampirinya."Aku akan mengungkap semua rahasiamu malam ini!" ucapnya dengan senyuman miring di sudut bibirnya.Ternyata orang itu adalah Reno. Dia sudah menunggu Sam dari tadi untuk membuktikan apakah benar bahwa dia tinggal di apartemen itu dan mempunyai uang untuk membelinya.Sam pun menghembuskan napasnya dengan kasar lalu dia melipat tangannya di dada dengan menatap tajam kearah Reno."Apa maksudmu datang kemari?" tanya Sam dengan nada dingin.Reno pun mendekatkan wajahnya di depan pemuda itu. Mereka saling menatap dengan sengit."Dinda bilang padaku, dia sangat yakin bahwa kau hanya bekerja sebagai supir karena dia melihatmu bersama seorang wanita datang untuk melamar pekerjaan di restoran milikku.
Besok paginya Sam bertemu dengan Pak Yudi, di cafe biasa yang letaknya tak jauh dari hotel Royal Venus."Ini berkas, Tuan muda." Yudi menyerahkan map itu pada Sam"Terimakasih, Pak!" Sam pun mulai membukanya dan memeriksa dengan teliti."Apa yang akan Tuan muda lakukan dengan itu?" tanya Yudi penasaran."Aku ingin Pak Yudi membawa lamaran ini ke hotel Royal Venus!" pinta Sam."Baik, Tuan muda. Oh ya, kenapa tidak langsung memimpin perusahaan, seperti yang Tuan besar mau?" ucap Yudi dengan wajah serius sambil membetulkan letak kacamata di pangkal hidungnya."Tidak, Pak. Belum saatnya karena aku masih ingin menjalani kehidupan seperti yang aku mau," Jelas Sam."Bagaimana kalau Tuan muda bekerja di sana saja, sehingga bisa dengan mudah memahami bisnis milik Tuan besar," Yudi pun memberikan saran."Hmm, menarik. Baiklah kalau begitu, bawakan juga berkas milikku ini!" Sam memberikan map berisi surat lamaran kerja beserta data miliknya."Baiklah, Tuan. Sebenarnya Tuan besar juga berpesan,
Sarah terkejut melihat orang itu di depan pintu kosnya, padahal hari sudah larut malam."Selamat malam, Bu!" sapanya dengan ramah."Malam! Mana uangnya? Ini hari terakhir saya kasi kami waktu!" ucap wanita paruh baya itu cepat.Bu Wati pemilik tempat kost Sarah datang untuk menagih uang sewa karena sudah 2 bulan Sarah menunggak."Maaf, Bu. Saya minta tambahan waktu. Besok saya mulai bekerja, nanti kalau sudah dapat gaji saya akan bayar semuanya!" pinta Sarah engan wajah sendunya."Halah! Jangan banyak alasan! Bayar sekarang atau kamu pergi!" hardiknya kasar."Ada apa ini?!" "Sam? Kenapa kamu kembali?" tanya Sarah heran."Aku ingin mengembalikan ponselmu yang terjatuh saat di taksi tadi," jelas Sam sambil menyodorkan ponsel Sarah."Terimakasih! Maaf merepotkan kamu terus!" ujar Sarah tidak enak karena saat ini Bu Wati masih ada di sana."Sini ponselmu! Anggap sebagai jaminan!"Wanita itu merebut ponsel itu dari tangan Sarah."Jangan, Bu! Kembalikan, saya butuh ponsel saya!" ucap Sarah
Mereka berhenti tepat di depan Cafe La Vista. Tempat yang sangat mahal bagi karyawan biasa seperti mereka.Wira yang gugup berusaha tetap tenang di depan semua orang."Kenapa kita kemari? Kenapa tidak ke belakang hotel?" tanya Wira dengan tidak sabar."Tadinya Arya ingin mengajakku ke sini, jadi sekalian saja kita semua kemari. Iya kan?" Sam menyenggol lengan Arya."Iya, iya benar, Ra! Kapan lagi kita makan di sini, kamu 'kan banyak uang!" sahut Arya mendukung ide Sam."O-ok! Ayo masuk!" tutur Wira tetap dengan gaya angkuhnya.Mereka pun masuk ke dalam dengan bersemangat dan menyanjung Wira yang baik hati kali ini. Wira hanya bisa tersenyum dalam keadaan terdesak karena saat ini jantungnya berdegup kencang mengingat harga makanan di sini tidak bersahabat dengannya.'Gara-gara Sam! Aku terpaksa ikut kemari! Aku akan meminta bantuan pada kakakku kalau uangnya tidak cukup!' batin Wira.Sam dan yang lainnya pun duduk di meja yang cukup besar, cukup untuk mereka berlima. Lalu pramusaji pun
"Kembalikan! Itu milikku!" hardik Sam kesal."Aku tidak yakin ini kartu milikmu?" ucap Dinda sambil memperhatikan kartu itu dengan membolak baliknya.Sam hanya menghembuskan napasnya dengan kasar. Rasanya kepalanya sudah cukup pusing berurusan dengan Wira. Sekarang malah bertambah satu lagi."Ucapanku benar! Kau pasti sudah mencuri dompet seseorang tapi kenapa Reno tidak percaya sih!" keluhnya."Aku mencuri? Ayo kita buktikan saja!" seringai Sam.Sam pun merebut kartu miliknya dari tangan mak lampir itu dan memberikan pada kasir."Tunggu! Sebaiknya diperiksa dulu kartu itu milik siapa! Asli atau tidak?!" titah Dinda dengan mata melotot pada kasir."Baik, Mbak. Tunggu sebentar!"Kasir itu pun mulai melakukan transaksi dan saat Sam memasukkan nomor pin, ternyata transaksi berhasil."Kenapa lama sekali? Apa terjadi sesuatu?" tanya Arya yang tiba-tiba muncul.Mereka semua penasaran kenapa Wira lama sekali membayarnya, bahkan Sam juga di sini. Jadi Arya datang menyusul untuk melihat apa ya
Setelah parkir tidak jauh dari mobil Sam, orang itu mengikuti sampai pintu masuk apartemen.Orang itu adalah Dinda. Dinda yang melihat Sam sudah masuk ke dalam, mengikutinya setelah itu bersembunyi di balik pilar besar di dekat dinding. Setelah memastikan situasinya aman, dia pun dengan cepat berjalan karena Sam sudah masuk ke dalam lift.Setelah sampai ternyata dia tidak melihat Sam lagi saat keluar dari lift. Dia ingin memastikan sendiri bahwa Sam memang tinggal di sana. Gadis berambut pirang itu kembali masuk ke dalam lift untuk turun.Setelah sampai di parkiran, dia pun langsung masuk ke dalam mobil sambil membanting pintunya dengan kasar."Tidak mungkin! Darimana dia punya uang sebanyak itu? Bukankah selama ini untuk makan saja dia susah?!" gerutunya kesal.Dinda pun memutuskan untuk pulang karena Reno sudah terlalu lama menunggunya.Mobil ini adalah milik Reno, tadi sore Dinda merengek untuk memakainya dengan alasan untuk mencari tau tentang Sam."Kenapa baru sekarang dia jadi k