Besok paginya Sam bertemu dengan Pak Yudi, di cafe biasa yang letaknya tak jauh dari hotel Royal Venus.
"Ini berkas, Tuan muda." Yudi menyerahkan map itu pada Sam"Terimakasih, Pak!"Sam pun mulai membukanya dan memeriksa dengan teliti."Apa yang akan Tuan muda lakukan dengan itu?" tanya Yudi penasaran."Aku ingin Pak Yudi membawa lamaran ini ke hotel Royal Venus!" pinta Sam."Baik, Tuan muda. Oh ya, kenapa tidak langsung memimpin perusahaan, seperti yang Tuan besar mau?" ucap Yudi dengan wajah serius sambil membetulkan letak kacamata di pangkal hidungnya."Tidak, Pak. Belum saatnya karena aku masih ingin menjalani kehidupan seperti yang aku mau," Jelas Sam."Bagaimana kalau Tuan muda bekerja di sana saja, sehingga bisa dengan mudah memahami bisnis milik Tuan besar," Yudi pun memberikan saran."Hmm, menarik. Baiklah kalau begitu, bawakan juga berkas milikku ini!" Sam memberikan map berisi surat lamaran kerja beserta data miliknya."Baiklah, Tuan. Sebenarnya Tuan besar juga berpesan, dimanapun Tuan bekerja di kantor anak cabang perusahaan Galaxi Group, maka Tuan besar meminta agar Tuan bekerja di bagian staff HRD," tutur Yudi seperti yang diamanatkan oleh papanya Sam."Baiklah, terserah kalian saja!" ucap Sam sambil memutar bola mata malas."Oh, satu lagi! Jangan beritahu siapapun kalau aku adalah pemilik dari hotel itu, karena saat ini aku sedang menyembunyikan identitasku dari semua orang!" pinta Sam sambil mencondongkan tubuhnya di depan wajah Yudi."Aku akan langsung menemui GM hotel, Tuan tenang saja. Tapi kalau ada yang mengenali Tuan nanti, bagaimana?" ucap Yudi khawatir."Aku yakin tidak akan ada yang mengenaliku karena sebelumnya aku tidak pernah ke hotel itu dan juga para jajaran staf di sana juga tidak pernah bertemu denganku kecuali dengan papa. Aku yakin Pak Yudi bisa menyakinkan mereka karena mereka pasti tidak akan pernah bisa menolak permintaan dari Pak Yudi kan?" ucap Sam tersenyum penuh arti."Tentu saja, Tuan muda. Jangan khawatir soal hal itu. Besok pagi Tuan muda dan juga teman Tuan sudah bisa bekerja di hotel ini. Sekarang juga aku akan membawa lamaran ini ke hotel Royal Venus!" jelasnya."Baiklah, terimakasih. Aku serahkan semua padamu!" pinta Sam tulus."Laksanakan, Tuan. Kalau Tuan butuh sesuatu silahkan menghubungi saya kapan saja! Saya permisi dulu," ucap Yudi sambil tersenyum.***Setelah dari cafe, Pak Yudi langsung menuju hotel Royal Venus. Dia tidak menunda lagi hal yang berhubungan dengan tuannya."Selamat pagi, Pak Adi!" sapa GM Hotel itu dengan ramah.Yudi hanya mengangguk dan langsung duduk dengan santainya di kursi sofa yang tersedia di ruangan itu. Membuat pria itu menjadi berpikir apa yang membuat seorang Pak Yudi datang menemui dirinya."Apa kabar, Pak? Wah tumben sekali datang ke hotel kami. Apa ada hal penting yang ingin disampaikan?" tanya pria bernama Sandy.Pria 39 tahun itu sudah 5 tahun menjabat sebagai GM hotel ini. Dia tentu tau siapa Pak Yudi dan juga semua staf di sana karena dia adalah orang penting dan kepercayaan dari pemilik hotel ini.'Apa aku membuat kesalahan?' batinnya cemas."Benar, langsung saja ke intinya. Aku membawa 2 berkas lamaran, wanita di bagian resepsionis dan pria di bagian staf HRD. Aku ingin besok mereka sudah mulai bekerja di sini!" titah Yudi tanpa basa basi.Sandy pun merasa terkejut sekaligus lega.'Ah! Aku pikir apa tadi, aku selamat!'"Apa mereka orang yang terpercaya? Maaf karena saya hanya ingin yang terbaik untuk hotel ini," jelasnya gugup."Tentu saja! Aku tidak mungkin memberi pekerjaan pada orang jahat! Aku harap kau memperlakukan mereka dengan baik! Meskipun mereka hanya karyawan biasa. Apa kau mengerti?" perintah Yudi dengan pandangan menusuk tapi tetap tenang."Te-tentu saja! Tentu saja, Pak Yudi!" ucap Sandy dengan mengangguk sopan.Membuat rambutnya yang dioles gel berakhir dengan tidak beraturan."Baiklah kalau begitu. Kalau ada sesuatu, silahkan hubungi aku!" pesan Yudi sekali lagi sebelum keluar dari ruangan itu."Baik, Pak! Terimakasih sudah datang!"GM Hotel pun mengantarkan Pak Yudi sampai keluar dari hotel.Sore harinya…Suara ponsel Sam berbunyi. Melihat nama yang tertera di layar, dia pun tersenyum."Halo, Sarah?" sapanya ramah.["Sam! Aku punya kabar gembira. Tadi siang pihak hotel Royal Venus menelponku dan aku diterima bekerja di sana dan kamu tahu? Di bagian Resepsionis! Itu adalah hal yang aku impikan dari dulu kalau bekerja di hotel!" jelas Sarah panjang lebar dengan semangat.]"Benarkah? Selamat ya, Sarah!" ujar Sam ikut senang.["Terima kasih. Baiklah, karena aku sudah diterima bekerja aku akan mentraktirmu makan malam! Bagaimana? Apa kamu mau?" ajak Sarah.]Wajah Sarah memerah karena malu meskipun Sam tidak sedang berada di depannya saat ini karena mengajak pria itu duluan tapi dia melupakan segala gengsinya karena sudah sangat bersyukur hari ini.Sam pun tampak berpikir sejenak tapi akhirnya ia pun memutuskan untuk menerima ajakan itu."Baiklah, aku mau. Temui aku di cafe La Coffee yang terletak di pinggir jalan dekat tempat tinggalmu!" saran Sam.["Oke, aku tunggu di sana, ya! Sampai jumpa nanti!" jawab Sarah dengan suara riangnya yang khas.]Telepon pun dimatikan. Sam pun kembali ke apartemen untuk bersiap.Di Cafe La Coffee ..."Sebelah sini, Sam!" pekik Sarah yang sedang duduk di meja terletak di sudut ruangan.Sarah datang terlebih dulu sengaja menunggu Sam. Dia sedikit terkesima melihat penampilan Sam malam ini yang sedikit berbeda dari saat pertama kali mereka bertemu. Sam memakai kemeja dark grey lengan pendek yang membuat ketampanan wajahnya naik. Bahkan beberapa pengunjung wanita melirik ke arahnya sepanjang pria blasteran itu berjalan."Hai! Kelihatannya kamu sangat senang?" sapa Sam sambil menarik kursi di depan Sarah."Tentu saja. Tapi aku heran? Kenapa tiba-tiba mereka menerima lamaranku, padahal kemarin mereka jelas-jelas menolaknya?" tutur Sarah dengan ekspresi wajah bingung."Aku memberikan berkas lamaranmu pada temanku yang bekerja juga di sana. Aku bertemu dengannya saat sedang pergi ke supermarket dan dia bilang dia akan membantu kita. Oh, ya aku juga bekerja di sana besok!" jelas Sam.Dia memberikan alasan dengan sedikit dibumbui dengan kebohongan walau tidak semuanya. Dasar Sam!"Wah! Benarkah?" tanya Sarah tampak antusias."Tentu saja, lagi pula lowongan untuk wanita sedang banyak, karena temanku yang membawamu mereka Langsung menerimanya," tutur Sam dengan senyum manis."Kebetulan sekali! Aku ingin menemuinya nanti untuk mengucapkan terima kasih!" pekik Sarah bersemangat."Oh, dia sedang cuti saat ini," kilahnya cepat.Sam lagi-lagi harus berbohong pada Sarah."Oh, begitu?" ucapnya dengan bibir membulat."Lain kali aku akan mengenalkannya padamu," sambung Sam."Ok! Aku akan mentraktirnya makan siang nanti!" ucap Sarah tersenyum kembali memperlihatkan lesung pipinya.Sam pun bisa bernapas lega karena Sarah tidak curiga. Itu karena Sarah tidak sempat berpikir hal lain. Gadis itu sudah terlalu senang mengingat besok dia sudah bisa bekerja di hotel itu.Setelah makan malam dan obrolan santai, Sam pun menawarkan diri untuk mengantar Sarah pulang karena hari sudah larut malam."Sudah malam, ayo kita pulang! Aku akan mengantarmu!" ucap Sam kalem."Ah, tidak usah. Aku bisa sendiri kok," tolaknya halus.Sarah masih menolak ajakan Sam ."Kita akan pulang dengan taksi,""Apa kamu punya uang?" tanya Sarah khawatir."Tenang, temanku sudah meminjamkan uang padaku!" jawab Sam seadanya."Baiklah kalau begitu!" Sarah pun akhirnya mengalah pada Sam.Setelah sampai di tempat tinggal Sarah, Sam pun pamit pulang."Sampai jumpa besok!""Ok, terimakasih!" ucap Sarah memberikan senyum manisnya.Baru saja Sarah ingin melangkahkan kakinya tiba-tiba ia terkejut karena melihat seseorang yang sudah menunggunya di depan pintu kamar kostnya.Sarah terkejut melihat orang itu di depan pintu kosnya, padahal hari sudah larut malam."Selamat malam, Bu!" sapanya dengan ramah."Malam! Mana uangnya? Ini hari terakhir saya kasi kami waktu!" ucap wanita paruh baya itu cepat.Bu Wati pemilik tempat kost Sarah datang untuk menagih uang sewa karena sudah 2 bulan Sarah menunggak."Maaf, Bu. Saya minta tambahan waktu. Besok saya mulai bekerja, nanti kalau sudah dapat gaji saya akan bayar semuanya!" pinta Sarah engan wajah sendunya."Halah! Jangan banyak alasan! Bayar sekarang atau kamu pergi!" hardiknya kasar."Ada apa ini?!" "Sam? Kenapa kamu kembali?" tanya Sarah heran."Aku ingin mengembalikan ponselmu yang terjatuh saat di taksi tadi," jelas Sam sambil menyodorkan ponsel Sarah."Terimakasih! Maaf merepotkan kamu terus!" ujar Sarah tidak enak karena saat ini Bu Wati masih ada di sana."Sini ponselmu! Anggap sebagai jaminan!"Wanita itu merebut ponsel itu dari tangan Sarah."Jangan, Bu! Kembalikan, saya butuh ponsel saya!" ucap Sarah
Mereka berhenti tepat di depan Cafe La Vista. Tempat yang sangat mahal bagi karyawan biasa seperti mereka.Wira yang gugup berusaha tetap tenang di depan semua orang."Kenapa kita kemari? Kenapa tidak ke belakang hotel?" tanya Wira dengan tidak sabar."Tadinya Arya ingin mengajakku ke sini, jadi sekalian saja kita semua kemari. Iya kan?" Sam menyenggol lengan Arya."Iya, iya benar, Ra! Kapan lagi kita makan di sini, kamu 'kan banyak uang!" sahut Arya mendukung ide Sam."O-ok! Ayo masuk!" tutur Wira tetap dengan gaya angkuhnya.Mereka pun masuk ke dalam dengan bersemangat dan menyanjung Wira yang baik hati kali ini. Wira hanya bisa tersenyum dalam keadaan terdesak karena saat ini jantungnya berdegup kencang mengingat harga makanan di sini tidak bersahabat dengannya.'Gara-gara Sam! Aku terpaksa ikut kemari! Aku akan meminta bantuan pada kakakku kalau uangnya tidak cukup!' batin Wira.Sam dan yang lainnya pun duduk di meja yang cukup besar, cukup untuk mereka berlima. Lalu pramusaji pun
"Kembalikan! Itu milikku!" hardik Sam kesal."Aku tidak yakin ini kartu milikmu?" ucap Dinda sambil memperhatikan kartu itu dengan membolak baliknya.Sam hanya menghembuskan napasnya dengan kasar. Rasanya kepalanya sudah cukup pusing berurusan dengan Wira. Sekarang malah bertambah satu lagi."Ucapanku benar! Kau pasti sudah mencuri dompet seseorang tapi kenapa Reno tidak percaya sih!" keluhnya."Aku mencuri? Ayo kita buktikan saja!" seringai Sam.Sam pun merebut kartu miliknya dari tangan mak lampir itu dan memberikan pada kasir."Tunggu! Sebaiknya diperiksa dulu kartu itu milik siapa! Asli atau tidak?!" titah Dinda dengan mata melotot pada kasir."Baik, Mbak. Tunggu sebentar!"Kasir itu pun mulai melakukan transaksi dan saat Sam memasukkan nomor pin, ternyata transaksi berhasil."Kenapa lama sekali? Apa terjadi sesuatu?" tanya Arya yang tiba-tiba muncul.Mereka semua penasaran kenapa Wira lama sekali membayarnya, bahkan Sam juga di sini. Jadi Arya datang menyusul untuk melihat apa ya
Setelah parkir tidak jauh dari mobil Sam, orang itu mengikuti sampai pintu masuk apartemen.Orang itu adalah Dinda. Dinda yang melihat Sam sudah masuk ke dalam, mengikutinya setelah itu bersembunyi di balik pilar besar di dekat dinding. Setelah memastikan situasinya aman, dia pun dengan cepat berjalan karena Sam sudah masuk ke dalam lift.Setelah sampai ternyata dia tidak melihat Sam lagi saat keluar dari lift. Dia ingin memastikan sendiri bahwa Sam memang tinggal di sana. Gadis berambut pirang itu kembali masuk ke dalam lift untuk turun.Setelah sampai di parkiran, dia pun langsung masuk ke dalam mobil sambil membanting pintunya dengan kasar."Tidak mungkin! Darimana dia punya uang sebanyak itu? Bukankah selama ini untuk makan saja dia susah?!" gerutunya kesal.Dinda pun memutuskan untuk pulang karena Reno sudah terlalu lama menunggunya.Mobil ini adalah milik Reno, tadi sore Dinda merengek untuk memakainya dengan alasan untuk mencari tau tentang Sam."Kenapa baru sekarang dia jadi k
Setelah sampai di bengkel. Sam menyerahkan motornya untuk diperiksa."Ini ada paku payung yang menancap, Mas!" jelas pria yang memeriksa ban motor Sam."Benarkah? Jadi bukan paku yang berkarat?" tanya Sam heran."Bukan, Mas. Ini masih baru dan bagus!" sambungnya lagi."Hmmm. Ok, saya paham!" ujar Sam dengan sedikit tersenyum.'Aneh? Kenapa bisa 'ya?' batin Sam bingung.Dia pun mengeluarkan ponselnya di dalam saku celana kainnya."Pak, aku ingin rekaman CCTV di parkiran hotel Royal Venus sekarang juga! Lalu bawa ke apartemenku!" titahnya.["Baik, Tuan Muda!"]Klik!Sam mematikan ponselnya dengan perasaan yang campur aduk."Kita lihat saja siapa pelakunya!" ucapnya sambil mengatupkan rahang.Setelah motor selesai diperbaiki, Sam segera bergegas pulang untuk menunggu Pak Yudi.Sementara itu...Plaakkkk!!!Sebuah tamparan mendarat di pipi kanan salah satu preman itu."Dasar tidak becus! Tidak berguna! Percuma aku bayar mahal kalian!" makinya pada mereka semua."Kami tidak mungkin menghaja
Sam baru saja selesai menerima panggilan telepon dari Pak Yudi. Dia tersenyum senang karena akhirnya ia berhasil membuat Reno membayar apa yang sudah dia lakukan.Sam pun segera bersiap untuk datang ke kantor polisi guna memberikan keterangan.Setelah sampai di kantor polisi...Sam melihat Dinda yang sedang menunggu di luar ruangan interogasi."Sam? Untuk apa kamu ke sini?" tanya Dinda dengan raut wajah kesal."Tentu saja aku ingin memberikan keterangan pada polisi! Bukan untuk bertemu denganmu!" jawab Sam dingin."Tidak perlu! Cepat kamu pergi dari sini!" usirnya dengan menunjuk ke arah pintu."Kamu tidak berhak untuk mengusirku! Aku adalah korban di sini dan pacarmu itu akan mempertanggungjawabkan semua perbuatannya!" ucap Sam dengan mendengus kasar."Apa?! Dasar ka-"Belum selesai Dinda menyelesaikan ucapannya, Sam sudah terlebih dahulu meninggalkan gadis itu. Dia tidak ingin berlama-lama lagi b
Reno tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Dia merasa harapan untuk keluar dari sini sangat tipis. Tapi sekarang orang yang sangat dirinya harapkan berada di depannya."Papa!" ucapnya senang.Tapi Papanya hanya menunjukkan ekspresi wajah datar."Ayo pulang!" jawabnya cuek.Reno pun tidak jadi melanjutkan ucapannya dan memilih untuk mengikuti papanya dari belakang. Setelah keluar dari kantor polisi, mereka langsung menuju parkiran. Reno pun masuk ke mobil papanya dengan perasaan senang. Dia merasa lega karena tidak jadi mendekap bertahun-tahun di balik jeruji besi. Hal yang sangat memalukan dirinya dan juga keluarga.Setelah berkendara selama beberapa puluh menit, mobil yang membawa Reno serta papanya tiba di kediaman mereka."Pergilah mandi! Papa tunggu di ruang keluarga!" ujar papanya.Setelah mengatakan itu papa Reno langsung pergi meninggalkannya seorang diri di depan pintu."Iya, Pa!" jawab Reno mengangguk paham.Reno yakin, papanya pasti sedang marah padanya karena ulahnya.
Di Rumah Reno…Orang tua dan anak itu sedang duduk bersama di ruang keluarga. Suasana mendadak begitu hening, Reno hanya bisa menunduk tidak berani menatap wajah papanya tapi di sisi lain dia juga tidak sabar untuk mendengarkan apa yang ingin orang tuanya katakan."Apalagi kali ini?" Suara papanya terdengar seperti petir.Setelah lama hening dan memulai pembicaraan di antara mereka, Reno pun sedikit mengangkat kepalanya untuk melihat papanya."Apa maksud, Papa?" tanya Reno sedikit gugup."Apa kau tahu? Papa mengeluarkan banyak uang untuk menebusmu! Bahkan sampai menggadaikan sertifikat hotelmu ke Bank!" jelas papa Reno dengan marah yang tersirat jelas dari sorot matanya."A-APA?!" pekik Reno dengan mata terbelalak.'Hotelku! Oh, damn it!' ratapnya dalam hati"Kenapa papa melakukan itu?" tanyanya lagi dengan takut. "Tentu saja aku harus melakukannya, kalau tidak kau tidak akan mungkin bisa duduk di atas sofa nyaman itu!" ujarnya dengan nada tinggi.Reno menundukkan kembali wajahnya.