"Kembalikan! Itu milikku!" hardik Sam kesal."Aku tidak yakin ini kartu milikmu?" ucap Dinda sambil memperhatikan kartu itu dengan membolak baliknya.Sam hanya menghembuskan napasnya dengan kasar. Rasanya kepalanya sudah cukup pusing berurusan dengan Wira. Sekarang malah bertambah satu lagi."Ucapanku benar! Kau pasti sudah mencuri dompet seseorang tapi kenapa Reno tidak percaya sih!" keluhnya."Aku mencuri? Ayo kita buktikan saja!" seringai Sam.Sam pun merebut kartu miliknya dari tangan mak lampir itu dan memberikan pada kasir."Tunggu! Sebaiknya diperiksa dulu kartu itu milik siapa! Asli atau tidak?!" titah Dinda dengan mata melotot pada kasir."Baik, Mbak. Tunggu sebentar!"Kasir itu pun mulai melakukan transaksi dan saat Sam memasukkan nomor pin, ternyata transaksi berhasil."Kenapa lama sekali? Apa terjadi sesuatu?" tanya Arya yang tiba-tiba muncul.Mereka semua penasaran kenapa Wira lama sekali membayarnya, bahkan Sam juga di sini. Jadi Arya datang menyusul untuk melihat apa ya
Setelah parkir tidak jauh dari mobil Sam, orang itu mengikuti sampai pintu masuk apartemen.Orang itu adalah Dinda. Dinda yang melihat Sam sudah masuk ke dalam, mengikutinya setelah itu bersembunyi di balik pilar besar di dekat dinding. Setelah memastikan situasinya aman, dia pun dengan cepat berjalan karena Sam sudah masuk ke dalam lift.Setelah sampai ternyata dia tidak melihat Sam lagi saat keluar dari lift. Dia ingin memastikan sendiri bahwa Sam memang tinggal di sana. Gadis berambut pirang itu kembali masuk ke dalam lift untuk turun.Setelah sampai di parkiran, dia pun langsung masuk ke dalam mobil sambil membanting pintunya dengan kasar."Tidak mungkin! Darimana dia punya uang sebanyak itu? Bukankah selama ini untuk makan saja dia susah?!" gerutunya kesal.Dinda pun memutuskan untuk pulang karena Reno sudah terlalu lama menunggunya.Mobil ini adalah milik Reno, tadi sore Dinda merengek untuk memakainya dengan alasan untuk mencari tau tentang Sam."Kenapa baru sekarang dia jadi k
Setelah sampai di bengkel. Sam menyerahkan motornya untuk diperiksa."Ini ada paku payung yang menancap, Mas!" jelas pria yang memeriksa ban motor Sam."Benarkah? Jadi bukan paku yang berkarat?" tanya Sam heran."Bukan, Mas. Ini masih baru dan bagus!" sambungnya lagi."Hmmm. Ok, saya paham!" ujar Sam dengan sedikit tersenyum.'Aneh? Kenapa bisa 'ya?' batin Sam bingung.Dia pun mengeluarkan ponselnya di dalam saku celana kainnya."Pak, aku ingin rekaman CCTV di parkiran hotel Royal Venus sekarang juga! Lalu bawa ke apartemenku!" titahnya.["Baik, Tuan Muda!"]Klik!Sam mematikan ponselnya dengan perasaan yang campur aduk."Kita lihat saja siapa pelakunya!" ucapnya sambil mengatupkan rahang.Setelah motor selesai diperbaiki, Sam segera bergegas pulang untuk menunggu Pak Yudi.Sementara itu...Plaakkkk!!!Sebuah tamparan mendarat di pipi kanan salah satu preman itu."Dasar tidak becus! Tidak berguna! Percuma aku bayar mahal kalian!" makinya pada mereka semua."Kami tidak mungkin menghaja
Sam baru saja selesai menerima panggilan telepon dari Pak Yudi. Dia tersenyum senang karena akhirnya ia berhasil membuat Reno membayar apa yang sudah dia lakukan.Sam pun segera bersiap untuk datang ke kantor polisi guna memberikan keterangan.Setelah sampai di kantor polisi...Sam melihat Dinda yang sedang menunggu di luar ruangan interogasi."Sam? Untuk apa kamu ke sini?" tanya Dinda dengan raut wajah kesal."Tentu saja aku ingin memberikan keterangan pada polisi! Bukan untuk bertemu denganmu!" jawab Sam dingin."Tidak perlu! Cepat kamu pergi dari sini!" usirnya dengan menunjuk ke arah pintu."Kamu tidak berhak untuk mengusirku! Aku adalah korban di sini dan pacarmu itu akan mempertanggungjawabkan semua perbuatannya!" ucap Sam dengan mendengus kasar."Apa?! Dasar ka-"Belum selesai Dinda menyelesaikan ucapannya, Sam sudah terlebih dahulu meninggalkan gadis itu. Dia tidak ingin berlama-lama lagi b
Reno tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Dia merasa harapan untuk keluar dari sini sangat tipis. Tapi sekarang orang yang sangat dirinya harapkan berada di depannya."Papa!" ucapnya senang.Tapi Papanya hanya menunjukkan ekspresi wajah datar."Ayo pulang!" jawabnya cuek.Reno pun tidak jadi melanjutkan ucapannya dan memilih untuk mengikuti papanya dari belakang. Setelah keluar dari kantor polisi, mereka langsung menuju parkiran. Reno pun masuk ke mobil papanya dengan perasaan senang. Dia merasa lega karena tidak jadi mendekap bertahun-tahun di balik jeruji besi. Hal yang sangat memalukan dirinya dan juga keluarga.Setelah berkendara selama beberapa puluh menit, mobil yang membawa Reno serta papanya tiba di kediaman mereka."Pergilah mandi! Papa tunggu di ruang keluarga!" ujar papanya.Setelah mengatakan itu papa Reno langsung pergi meninggalkannya seorang diri di depan pintu."Iya, Pa!" jawab Reno mengangguk paham.Reno yakin, papanya pasti sedang marah padanya karena ulahnya.
Di Rumah Reno…Orang tua dan anak itu sedang duduk bersama di ruang keluarga. Suasana mendadak begitu hening, Reno hanya bisa menunduk tidak berani menatap wajah papanya tapi di sisi lain dia juga tidak sabar untuk mendengarkan apa yang ingin orang tuanya katakan."Apalagi kali ini?" Suara papanya terdengar seperti petir.Setelah lama hening dan memulai pembicaraan di antara mereka, Reno pun sedikit mengangkat kepalanya untuk melihat papanya."Apa maksud, Papa?" tanya Reno sedikit gugup."Apa kau tahu? Papa mengeluarkan banyak uang untuk menebusmu! Bahkan sampai menggadaikan sertifikat hotelmu ke Bank!" jelas papa Reno dengan marah yang tersirat jelas dari sorot matanya."A-APA?!" pekik Reno dengan mata terbelalak.'Hotelku! Oh, damn it!' ratapnya dalam hati"Kenapa papa melakukan itu?" tanyanya lagi dengan takut. "Tentu saja aku harus melakukannya, kalau tidak kau tidak akan mungkin bisa duduk di atas sofa nyaman itu!" ujarnya dengan nada tinggi.Reno menundukkan kembali wajahnya.
"Apa? Membeli mobil?" tanya Reno dengan mata yang terbelalak."Iya, Sayang! Aku ingin punya mobil. Bukankah bulan lalu kamu sudah janji mau membelikan aku mobil jadi aku tidak perlu repot untuk pergi bolak-balik ke rumah, ke hotel atau restoran, benarkan?" ujar Dinda dengan mata yang berbinar.Reno pun meneguk ludahnya kasar.'Aduh! Bagaimana ini? Aku tidak punya cukup uang untuk membeli mobil! Apa aku ulur waktu saja dulu?' pikirnya dalam hati."Baiklah, aku akan membelikanmu mobil, Sayang!" ucap Reno akhirnya."Yes! Terimakasih ya, Sayang!" sorak Dinda kegirangan lalu mengecup pipi sebelah kiri Reno."Iya, tapi belum dalam waktu dekat ini," ucap Reno pelan."Loh, kenapa?" "Itu karena aku baru saja memakai dana darurat untuk mengembangkan hotel dan juga restoran jadi untuk saat ini aku harap kamu bersabar dulu ya," jawabnya menjelaskan pada Dinda."Yah! Jadi aku harus menunggu lagi?!" gerutunya kesal
Sam tersenyum miring melihat reaksi Dinda yang terlihat senang mendengar jawaban darinya.Dia sengaja membuat gadis itu merasa bahagia seperti terbang ke awan tapi lihat saja nanti, permainan baru saja dimulai.“Aku mau tapi bukan untuk berpacaran lagi denganmu,” ujar Sam melanjutkan.Sam menepis tangan Dinda yang merangkulnya sedikit kasar membuat gadis itu terkesiap karena terkejut dengan reaksi Sam yang tiba-tiba.“Apa maksud ucapanmu, Sam? Aku serius ingin memulai kembali hubungan kita. Aku janji akan berubah menjadi pacar yang baik buat kamu,” ucapnya mencoba meyakinkan Sam.“Tidak! Aku mau kamu pergi dari hadapanku dan jangan lagi mengganggu hidupku! Hubungan kita sudah berakhir selamanya!” jawab Sam tegas.“Ta-tapi kenapa? Apa karena perempuan yang bersamamu tadi? Apa dia pacar barumu?” Dinda bertanya dengan menahan emosi yang meluap.“Bukan urusanmu! Setelah aku punya uang banyak barulah kamu mau pacaran denganku! Dasar perempuan mata duitan! Sudah pergi dari sini! Urus saja p