"Apa? Membeli mobil?" tanya Reno dengan mata yang terbelalak.
"Iya, Sayang! Aku ingin punya mobil. Bukankah bulan lalu kamu sudah janji mau membelikan aku mobil jadi aku tidak perlu repot untuk pergi bolak-balik ke rumah, ke hotel atau restoran, benarkan?" ujar Dinda dengan mata yang berbinar.Reno pun meneguk ludahnya kasar.'Aduh! Bagaimana ini? Aku tidak punya cukup uang untuk membeli mobil! Apa aku ulur waktu saja dulu?' pikirnya dalam hati."Baiklah, aku akan membelikanmu mobil, Sayang!" ucap Reno akhirnya."Yes! Terimakasih ya, Sayang!" sorak Dinda kegirangan lalu mengecup pipi sebelah kiri Reno."Iya, tapi belum dalam waktu dekat ini," ucap Reno pelan."Loh, kenapa?""Itu karena aku baru saja memakai dana darurat untuk mengembangkan hotel dan juga restoran jadi untuk saat ini aku harap kamu bersabar dulu ya," jawabnya menjelaskan pada Dinda."Yah! Jadi aku harus menunggu lagi?!" gerutunya kesalSam tersenyum miring melihat reaksi Dinda yang terlihat senang mendengar jawaban darinya.Dia sengaja membuat gadis itu merasa bahagia seperti terbang ke awan tapi lihat saja nanti, permainan baru saja dimulai.“Aku mau tapi bukan untuk berpacaran lagi denganmu,” ujar Sam melanjutkan.Sam menepis tangan Dinda yang merangkulnya sedikit kasar membuat gadis itu terkesiap karena terkejut dengan reaksi Sam yang tiba-tiba.“Apa maksud ucapanmu, Sam? Aku serius ingin memulai kembali hubungan kita. Aku janji akan berubah menjadi pacar yang baik buat kamu,” ucapnya mencoba meyakinkan Sam.“Tidak! Aku mau kamu pergi dari hadapanku dan jangan lagi mengganggu hidupku! Hubungan kita sudah berakhir selamanya!” jawab Sam tegas.“Ta-tapi kenapa? Apa karena perempuan yang bersamamu tadi? Apa dia pacar barumu?” Dinda bertanya dengan menahan emosi yang meluap.“Bukan urusanmu! Setelah aku punya uang banyak barulah kamu mau pacaran denganku! Dasar perempuan mata duitan! Sudah pergi dari sini! Urus saja p
Pak Manajer dan Arya terkejut mendengar pengakuannya. Mereka juga ragu disaat yang bersamaan dengan apa yang Sam laporkan . Atasannya kembali duduk di kursi untuk menenangkan diri.“Apa maksudmu, Sam? Jangan bercanda dong,” ucap Arya pelan.“Benar. Darimana kamu tahu soal ini? Tugasmu tidak ada hubungannya dengan data gaji karyawan,” ucap pria itu mulai serius.Pak Doni pria berusia tiga puluh tujuh tahun itu merasa bahwa Sam hanya mengada-ada dan bermaksud mencari muka padanya. Seperti anak baru pada umumnya.Biasanya di dunia industri, pegawai baru pasti ada yang seperti itu. Begitu pikirnya."Akan saya jelaskan semua. Tadi saya tidak sengaja melihat data absensi Wira yang janggal, jadi saya meminta Manajer keuangan untuk memeriksa datanya bulan lalu. Dugaan saya benar! Bahkan GM hotel ini juga korupsi, Pak!" tutur Sam menjelaskan."Sam, saya yakin Wira tidak seperti itu. Dia selalu memberikan laporan yang benar setiap bul
“Aku adalah pemilik dari hotel ini!”“APA?!” Mereka semua terkejut mendengar pengakuan Sam yang tiba-tiba.“Sam, tolong jangan bicara hal konyol dalam situasi seperti ini!” ucap Doni dengan nada marah yang terdengar jelas.“Hahaha! Sam, jangan karena kita dipecat jadi kau membuat bualan omong kosong!” sahut Wira tak mau kalah mengejek Sam.“Berani sekali kau berkata seperti itu padaku! Keluar dari ruangan ini sekarang juga!” ucap Sandy dengan nada tinggi sambil menunjuk wajah Sam.“Sam, tolong jangan berbuat hal aneh, nasib pekerjaan kita sedang pertaruhkan di sini,” Wira berbisik pada Sam karena khawatir.“Aku serius dan mengatakan hal yang benar! Justru Pak Sandy yang harus keluar dari hotel ini!” ucap Sam dingin.Dia sama sekali tidak memperdulikan apa yang mereka katakan. Kali ini tidak akan ada yang bisa menghentikannya. Hari ini juga Sam akan mengungkap siapa dirinya sebenarnya, karena kalau tidak Pak San
“Ini adalah kartu identitasku yang asli,” ucap Sam sambil mengeluarkan KTP miliknya.Dia juga mengeluarkan kartu khusus yang hanya dikeluarkan untuk keluarga Galaxi.‘Itu kartu yang sama saat di Cafe!’ batin Wira terkejut.‘Jadi itu alasan Sam mampu membayar biaya tagihan yang besar’.“Aku memang hidup susah sebelumnya jadi wajar kalau kalian tidak percaya, tapi aku berkata jujur kalau Adam Galaxi adalah Papaku. Mulai sekarang kalian tidak bisa lagi berbuat sesuka hati kalian di hotel ini,” jelasnya lagi.Karyawan lain yang berada di sekitar Lobby mendadak heboh melihat beberapa orang penting sedang bersitegang.Pak Yudi yang mendengar ucapan dari Sam tadi segera menatap Sandy dengan tajam.“Apa yang sudah dilakukan orang ini, Tuan?” dia kembali bertanya sambil memberikan tatapan dingin pada yang lain.Pak Sandy tidak berani mengangkat wajahnya. Dia menyesal tidak meneliti dulu siapa orang yang sudah dibawa Pak Yudi untuk bekerja di sini. Sekarang karir yang dia perjuangkan susah pay
“Apa? Putra dari keluarga Galaxi yang memiliki seluruh hotel bintang lima dan tujuh di negeri ini?” tanya Reno sekali lagi memastikan.“Iya benar, Kak! Itu yang aku dengar dari orang kepercayaan mereka,” jelas Wira dengan bibir manyun.Mereka duduk di salah satu meja cafe untuk membicarakan tentang status Sam.“Papa pernah memberitahuku bahwa rumornya pewaris Galaxi group sudah meninggal atau sedang bersembunyi, tapi selama ini memang tidak pernah tampil di media, hanya pemimpin Galaxi Group saja yang sering muncul di televisi. Aset properti mereka sangat banyak bukan cuma hotel berbintang saja,” ucap Reno membeberkan informasi tentang keluarga Sam.“Ta-tapi apa benar kalau Sam adalah anak dari pengusaha kaya itu?” tanya Dinda dengan mata berbinar.“Iya, Kak. Bahkan ada tangan kanan papanya yang menjelaskan pada kami, sekarang semua karyawan hotel sudah tau siapa Sam sebenarnya. Sial! kenapa aku harus berurusan dengannya!” maki Wira kesal
"Saya tidak mau ditipu oleh pria kaya seperti Anda!" ucap Sarah sambil memeluk tasnya sebagai upaya melindungi diri.Sam tidak menyangka kalau respon Sarah berlebihan seperti ini. Dia pikir gadis itu bersikap seperti biasa dan akan bertanya padanya tentang kejadian yang sebenarnya.“Sarah, tolong dengarkan dulu penjelasanku! Aku punya alasan dibalik ini semua,” pinta Sam memohon.“Untuk apa, Sam? Kamu berpura-pura jadi orang miskin dan saat bertemu denganku, aku yakin kamu memanfaatkan kepolosanku! Aku merasa tertipu,” ucap Sarah sedikit lebih tenang kali ini.“Tidak, Sarah. Aku buka pria seperti itu, sungguh pertemuan kita tidak pernah aku duga, saat itu semua serba kebetulan. Aku memang memutuskan hidup menjadi orang biasa sejak empat tahun lalu tapi saat ini perusahaan sedang membutuhkanku jadi aku terpaksa membuka identitasku saat mengetahui Pak Sandy menyalahgunakan jabatannya.”Sam menjelaskan yang sebenarnya pada Sarah meskipun tid
Adam dan Sam yang sudah lebih dahulu menyambut Hendra dan Angelina, membiarkan mamanya mengobrol dengan mereka.Om dan tantenya memang jarang sekali ke rumah ini, mereka juga sulit untuk mengatur waktu bertemu. Hanya mama dan tantenya yang sering belanja atau ikut kegiatan sosialita yang disukai tantenya.Sementara suaminya yaitu Hendra pria berumur tiga puluh sembilan tahun itu seorang pengusaha pabrik semen yang sukses.Oleh karena itu bisnis Adam dan Hendra saling berhubungan tapi hanya Angelina yang bekerjasama dengan perusahaan Galaxi karena dia memiliki saham tiga puluh lima persen dan Adam tidak ingin terlibat terlalu jauh dengan iparnya karena ucapan Hendra saat itu yang membuat Samuel pergi dari rumah.Tapi biarlah untuk sementara ini Adam ingin keluarganya terlihat rukun dan damai.Dia sudah melakukan segala cara agar bisa mengawasi pergerakan Hendra dan untuk saat ini semuanya terlihat normal dan baik-baik saja. Adam tahu adiknya sangat mencintai suaminya maka dari itu dia
Sam mengantar keluarga tantenya sampai di halaman rumah.Setelah berbincang santai mereka pamit karena hari sudah malam dan besok Alice harus bangun pagi untuk sekolah."Bye, Cantik! Terima kasih ya Om dan juga Tante, sudah menyempatkan waktu untuk datang," ucap Sam tersenyum."Tidak usah sungkan. Nanti kita juga akan sering ketemu," jawab Angelina kalem."Om harap kita bisa bekerjasama nantinya," ucap Hendra tersenyum penuh arti."Iya, Om. Nanti Sam akan diskusikan hal ini dengan Papa," "Mas, nanti sering ke rumah ya. Aku mau ditemenin main," ucap Alice riang."Baiklah. Selamat jalan!"Sopir keluarga mereka pun segera melajukan mobil dengan pelan dan setelah keluar dari pagar barulah Sam masuk ke dalam rumah."Kerjasama apanya? Dasar ular beracun!" gumam Sam kesal.Sam pun menaiki tangga menuju kamarnya yang berada di lantai dua.Setelah membersihkan diri, Sam ingin menelpon Sarah, tapi k
Kedua mata wanita blasteran itu membulat sempurna.Tentu dia bisa menebak siapa yang ingin bicara dengannya. Dia pun berusaha untuk duduk supaya tetap tenang dan tetap bertanya dulu guna memastikan.“Si-siapa, Pak?” ucapnya gugup.Lalu tanpa menjawab petugas itu langsung memberikan gagang telepon pada orang di sampingnya.[“H-ha … halo, Angel. A-apa kabar?” ucapnya dengan terbata.]Tentu saja Angelina tahu dan mengenal dengan baik siapa orang yang sedang bicara dengan saat ini.‘Mas Hendra!’ batinnya terkejut.“Untuk apa lagi kau menelponku? Berani sekali kau melakukan ini!” ketusnya langsung.Tangannya sampai mengepal dengan erat untuk meredam emosi yang mulai bergejolak di dadanya.Hendra pun menelan ludahnya dengan kasar dia tahu tidak mungkin Angelina mau bicara dengannya atau lebih tepatnya orang yang sebentar lagi jadi mantan istrinya itu.Namun dia tidak punya pilihan lain.[“Angel, to-tolong dengarkan aku sebentar saja! Aku ingin bicara hal serius denganmu,” mintanya dengan s
Damar pun kembali ke perusahaannya setelah mengintai perusahaan Sam dari jauh.Dia pun mulai berpikir keras sekarang karena harus bisa membuat rencana selanjutnya. Apalagi Rio dan juga Johan sudah menyerahkan hal ini padanya.Tentu saja rasa gengsinya yang tinggi tidak akan terima kalau sampai ia gagal melakukannya."Perusahaan mereka cukup besar. Aku yakin butuh sesuatu yang berbeda untuk menumbangkan mereka. Ini tidak mudah," gumamnya seorang diri.Damar pun mengelus dagu dengan tangan kanannya.Lalu ia pun mengambil ponselnya dan menelpon temannya. "Halo, Johan! Aku sedang memikirkan kalian berdua dan juga rencana waktu itu. Menurutmu apa yang harus kita lakukan pada pemuda itu?"["Kenapa? Apa sekarang kau ragu?" tanya Johan memastikan.]Pria itu tersenyum sinis."Tentu saja tidak!" jawab Damar cepat. "Aku memang baru saja kembali ke perusahaanku setelah lewat di depan perusahaan mereka. Mereka sama sekali tidak bisa membuatku gentar. Ingat, kalian masih ada janji padaku!" ucapnya
Sarah sampai tergagap mendengar ucapan dari wanita yang terlihat masih muda itu. “Maaf, Mbak. Saya ini serius! Saya memang datang untuk membeli toko itu. Saya akan membuka toko kue,” jelas Sarah berusaha untuk meyakinkan. Tapi wanita itu malah mengangkat bibir atasnya dan memandang Sarah dengan remeh karena saat ini istri dari Samuel itu hanya memakai kaos blus yang dipadukan dengan celana jeans dan memakai sepatu Slip On biasa.Itu semua adalah baju yang biasa Sarah pakai bahkan sebelum menikah dengan Sam. Itu sebabnya dia terlihat sangat sederhana, bahkan mungkin tidak akan ada yang percaya kalau dia akan membeli salah satu ruko yang ada di kawasan elit itu. Sarah pun mengeluarkan kartu miliknya dan menyodorkannya di depan karyawan itu.“Ini, Mbak! Saya bisa bayar sekarang. Mana dokumen dan kuncinya? Mama mertua saya bilang saya tinggal mengambil kuncinya saja di sini!” ucapnya mulai terlihat kesal. Gadis itu pun mengambil kartu itu lalu membolak-baliknya.“Kartu apaan nih? Kart
Kening Sam berkerut mendengar ucapan Sarah. Dia melepaskan genggaman tangannya di pundak istrinya yang cantik itu secara perlahan. Kali ini Sam benar-benar memasang wajah mode serius. "What? Bisnis apa, Sarah?" Sam sedikit bingung kemana arah pembicaraan ini. Sarah sudah menduga reaksi yang akan Sam berikan saat dia mengutarakan keinginannya itu. Dia pun mengatur napas dan kembali berkata, "Aku kan sangat suka memasak, apalagi membuat cake. Jadi aku mau buka toko kue sendiri, Sam. Aku mau punya kegiatan juga daripada … hanya duduk bengong di rumah," jelasnya sedikit takut dengan wajah tertunduk. "A-apa? Hahaha!"Tidak seperti dugaan Sarah, Sam malah menertawakannya. "Loh, kenapa kamu ketawa? Apa ada yang lucu?" Sarah bertanya dengan polosnya. Sam menggelengkan kepalanya lalu menjawab, "Aku pikir kamu akan mengatakan sesuatu yang aneh atau apalah yang membuatku khawatir, ternyata hanya itu. Kenapa tidak la
Rio tersenyum senang mendengar itu. Keduanya pun bergegas menghampiri meja tempat pria itu sedang duduk. Johan pun mulai mengenalkan Rio dengan temannya itu secara langsung. Pria itu pun berdiri untuk menerima jabatan tangan dari Rio. "Aku Rio! Senang bertemu denganmu!" ucapnya mulai duluan. Dia pun tersenyum tipis, "Aku Damar! Senang bertemu denganmu juga!" jawabnya dengan suara berat yang khas. Terdengar sangat jantan dan pria sekali. Tubuh tinggi, tegap dengan kulit sawo matang semakin menambah kesan kalau dia orang yang pekerja keras. "Oke, Tuan-tuan. Cukup basa basinya! Mari kita lanjutkan obrolan ini dengan hal yang lebih serius!" ujar Johan terlihat bersemangat. Mereka pun duduk di kursi masing-masing, melingkari meja kaca yang ada di tengah. Tentu saja, Johan akan membahas soal masalah yang sudah menimpa Rio karena satu kesalahannya. Sekarang mereka ingin meminta bantuan pada Damar untuk menyaingi Sam. Ya, Damar Suseno adalah pengusaha yang sukses.Sama seperti Sam
"A-apa?! Untuk apa, Tuan?" kening Juna langsung berkerut bingung. Sam pun menyandarkan punggungnya ke kursi. Terlihat tidak ada beban dan rileks. "Tenanglah, Juna. Aku punya rencana lain kali ini," ucap Sam santai. Juna pun mendengarkan apa yang Tuannya itu katakan tentang rencananya. Meskipun sedikit berbelit dan rumit tapi Sam akan berpura-pura tidak tahu perihal kebebasan Rio. "Tapi aku sedang tidak ingin membicarakan mereka saat ini, Juna. Nanti saja kita urus mereka. Fokus dulu pada jadwal pekerjaan kita ke depan. Lagipula aku tidak mau mereka mengambil alih semua pikiranku. Mereka itu hanya tikus kecil!" ujar Sam sambil mengibaskan tangan kanannya. Juna mengangguk setuju, tapi baginya tetap saja hal itu mengganggu pikirannya dan membuatnya tidak tenang. Bagaimanapun juga mereka sekarang akan terang-terangan menjadi musuh setelah kejadian ini. Entah kenapa perasaannya yakin akan hal itu. Dia juga ma
Johan pun tersenyum menyeringai dan menjawab dengan santai. "Tentu saja! Jangan panggil aku Johan kalau tidak bisa melakukan hal itu!" ujarnya dengan menepuk dada sebelah kirinya, terkesan bangga. Mereka berdua pun tertawa bersama dan sangat terlihat akrab dengan merangkul pundak masing-masing. "Ayo! Aku traktir minum sepuasnya! Hahaha!" serunya dengan bersemangat. Mereka pun masuk ke dalam mobil untuk pergi ke klub miliknya. Hari ini khusus untuk merayakan kebebasannya setelah beberapa waktu merasakan dinginnya tidur di balik dinding sempit dan pengap. Pria itu adalah Rio. Ya, Johan memenuhi janjinya untuk menolong temannya itu ke luar dari penjara. Tentu saja dengan uang Rio miliki saat ini cukup untuk membuatnya bebas dengan syarat tetap harus ada penjamin yang mewakilinya. Meskipun Sam sudah meminta pihak kepolisian untuk memberatkan hukumannya tapi pria itu tidak gentar dan putus asa.Dia sudah banyak melakukan segala cara untuk bisa bebas. Dan akhirnya setelah lama men
Kedua mata Reno pun terbelalak lebar. Entah kenapa dia merasa sangat takut kalau sudah menyangkut nama Papanya. Kali ini Juna berhasil membuatnya semakin kehilangan kendali. Tapi dia sudah bicara jujur dan mengungkapkan segala sesuatu yang Juna inginkan. Reno pun memutuskan untuk melunak dan mengikuti apa yang pria itu mau. Demi papanya!"Ja-jangan! Aku mohon jangan ganggu Papaku! To-tolong dengarkan aku! Aku bicara jujur dan sudah mengatakan semuanya padamu. Aku tidak tahu menahu tentang apa yang gadis itu lakukan! Percayalah!" ucapnya dengan mengiba. Sorot matanya terlihat sangat ketakutan sekaligus sedih. Reno tidak ingin Papanya susah lagi karena ulahnya. Uang mereka sudah banyak habis untuk menebusnya dari penjara. Dia tentu saja tidak ingin jatuh miskin. Saat ini saja mereka masih cukup kesulitan untuk mengembalikan harta kekayaan yang hampir terkuras habis. Demi menyelamatkan perusahaan dan nama ba
Juna pun menautkan kedua alisnya mendengar permintaan Sam. Dia pikir Tuannya itu akan membicarakan soal pekerjaan atau sebuah proyek baru, tapi ternyata malah mencari pria yang sudah seharusnya mereka lupakan. "Maaf, Tuan. Kalau boleh saya tahu, untuk apa Tuan mencari pria itu? Bukankah kita tidak ada urusan lagi dengannya?" Juna memberanikan diri untuk bertanya. Sam pun membuka kancing jasnya dengan cepat dan duduk di kursi kebesarannya. "Juna, apa kamu lupa? Bukankah gadis gila itu bilang kalau ada yang membantunya bebas? Mereka bebas bersama dari penjara dan bisa saja kan pacarnya itu membantunya dalam penyerangan kemarin! Kau harus cari tahu hal itu!" ucapnya tegas. Juna pun buru-buru mengatupkan mulutnya. Dia malu, kenapa bisa sebodoh ini dan tidak terpikirkan ke arah sana.Padahal dialah yang seharusnya memikirkan hal itu, bukannya Sam. Juna pun mengangguk cepat sebelum Sam jadi marah, "Maafkan saya, Tuan! Saya ak