"A-apa?! Untuk apa, Tuan?" kening Juna langsung berkerut bingung.
Sam pun menyandarkan punggungnya ke kursi.Terlihat tidak ada beban dan rileks."Tenanglah, Juna. Aku punya rencana lain kali ini," ucap Sam santai.Juna pun mendengarkan apa yang Tuannya itu katakan tentang rencananya.Meskipun sedikit berbelit dan rumit tapi Sam akan berpura-pura tidak tahu perihal kebebasan Rio."Tapi aku sedang tidak ingin membicarakan mereka saat ini, Juna. Nanti saja kita urus mereka. Fokus dulu pada jadwal pekerjaan kita ke depan. Lagipula aku tidak mau mereka mengambil alih semua pikiranku. Mereka itu hanya tikus kecil!" ujar Sam sambil mengibaskan tangan kanannya.Juna mengangguk setuju, tapi baginya tetap saja hal itu mengganggu pikirannya dan membuatnya tidak tenang.Bagaimanapun juga mereka sekarang akan terang-terangan menjadi musuh setelah kejadian ini.Entah kenapa perasaannya yakin akan hal itu.Dia juga maRio tersenyum senang mendengar itu. Keduanya pun bergegas menghampiri meja tempat pria itu sedang duduk. Johan pun mulai mengenalkan Rio dengan temannya itu secara langsung. Pria itu pun berdiri untuk menerima jabatan tangan dari Rio. "Aku Rio! Senang bertemu denganmu!" ucapnya mulai duluan. Dia pun tersenyum tipis, "Aku Damar! Senang bertemu denganmu juga!" jawabnya dengan suara berat yang khas. Terdengar sangat jantan dan pria sekali. Tubuh tinggi, tegap dengan kulit sawo matang semakin menambah kesan kalau dia orang yang pekerja keras. "Oke, Tuan-tuan. Cukup basa basinya! Mari kita lanjutkan obrolan ini dengan hal yang lebih serius!" ujar Johan terlihat bersemangat. Mereka pun duduk di kursi masing-masing, melingkari meja kaca yang ada di tengah. Tentu saja, Johan akan membahas soal masalah yang sudah menimpa Rio karena satu kesalahannya. Sekarang mereka ingin meminta bantuan pada Damar untuk menyaingi Sam. Ya, Damar Suseno adalah pengusaha yang sukses.Sama seperti Sam
Kening Sam berkerut mendengar ucapan Sarah. Dia melepaskan genggaman tangannya di pundak istrinya yang cantik itu secara perlahan. Kali ini Sam benar-benar memasang wajah mode serius. "What? Bisnis apa, Sarah?" Sam sedikit bingung kemana arah pembicaraan ini. Sarah sudah menduga reaksi yang akan Sam berikan saat dia mengutarakan keinginannya itu. Dia pun mengatur napas dan kembali berkata, "Aku kan sangat suka memasak, apalagi membuat cake. Jadi aku mau buka toko kue sendiri, Sam. Aku mau punya kegiatan juga daripada … hanya duduk bengong di rumah," jelasnya sedikit takut dengan wajah tertunduk. "A-apa? Hahaha!"Tidak seperti dugaan Sarah, Sam malah menertawakannya. "Loh, kenapa kamu ketawa? Apa ada yang lucu?" Sarah bertanya dengan polosnya. Sam menggelengkan kepalanya lalu menjawab, "Aku pikir kamu akan mengatakan sesuatu yang aneh atau apalah yang membuatku khawatir, ternyata hanya itu. Kenapa tidak la
Sarah sampai tergagap mendengar ucapan dari wanita yang terlihat masih muda itu. “Maaf, Mbak. Saya ini serius! Saya memang datang untuk membeli toko itu. Saya akan membuka toko kue,” jelas Sarah berusaha untuk meyakinkan. Tapi wanita itu malah mengangkat bibir atasnya dan memandang Sarah dengan remeh karena saat ini istri dari Samuel itu hanya memakai kaos blus yang dipadukan dengan celana jeans dan memakai sepatu Slip On biasa.Itu semua adalah baju yang biasa Sarah pakai bahkan sebelum menikah dengan Sam. Itu sebabnya dia terlihat sangat sederhana, bahkan mungkin tidak akan ada yang percaya kalau dia akan membeli salah satu ruko yang ada di kawasan elit itu. Sarah pun mengeluarkan kartu miliknya dan menyodorkannya di depan karyawan itu.“Ini, Mbak! Saya bisa bayar sekarang. Mana dokumen dan kuncinya? Mama mertua saya bilang saya tinggal mengambil kuncinya saja di sini!” ucapnya mulai terlihat kesal. Gadis itu pun mengambil kartu itu lalu membolak-baliknya.“Kartu apaan nih? Kart
Damar pun kembali ke perusahaannya setelah mengintai perusahaan Sam dari jauh.Dia pun mulai berpikir keras sekarang karena harus bisa membuat rencana selanjutnya. Apalagi Rio dan juga Johan sudah menyerahkan hal ini padanya.Tentu saja rasa gengsinya yang tinggi tidak akan terima kalau sampai ia gagal melakukannya."Perusahaan mereka cukup besar. Aku yakin butuh sesuatu yang berbeda untuk menumbangkan mereka. Ini tidak mudah," gumamnya seorang diri.Damar pun mengelus dagu dengan tangan kanannya.Lalu ia pun mengambil ponselnya dan menelpon temannya. "Halo, Johan! Aku sedang memikirkan kalian berdua dan juga rencana waktu itu. Menurutmu apa yang harus kita lakukan pada pemuda itu?"["Kenapa? Apa sekarang kau ragu?" tanya Johan memastikan.]Pria itu tersenyum sinis."Tentu saja tidak!" jawab Damar cepat. "Aku memang baru saja kembali ke perusahaanku setelah lewat di depan perusahaan mereka. Mereka sama sekali tidak bisa membuatku gentar. Ingat, kalian masih ada janji padaku!" ucapnya
Kedua mata wanita blasteran itu membulat sempurna.Tentu dia bisa menebak siapa yang ingin bicara dengannya. Dia pun berusaha untuk duduk supaya tetap tenang dan tetap bertanya dulu guna memastikan.“Si-siapa, Pak?” ucapnya gugup.Lalu tanpa menjawab petugas itu langsung memberikan gagang telepon pada orang di sampingnya.[“H-ha … halo, Angel. A-apa kabar?” ucapnya dengan terbata.]Tentu saja Angelina tahu dan mengenal dengan baik siapa orang yang sedang bicara dengan saat ini.‘Mas Hendra!’ batinnya terkejut.“Untuk apa lagi kau menelponku? Berani sekali kau melakukan ini!” ketusnya langsung.Tangannya sampai mengepal dengan erat untuk meredam emosi yang mulai bergejolak di dadanya.Hendra pun menelan ludahnya dengan kasar dia tahu tidak mungkin Angelina mau bicara dengannya atau lebih tepatnya orang yang sebentar lagi jadi mantan istrinya itu.Namun dia tidak punya pilihan lain.[“Angel, to-tolong dengarkan aku sebentar saja! Aku ingin bicara hal serius denganmu,” mintanya dengan s
Pria 27 tahun itu memasukkan dompet usang ke dalam saku celana dan mengambil tas selempang satu-satunya yang dia punya dari atas kasur busa yang tipis dan kumal.Sam, nama panggilan pemuda itu.Dia mengunci pintu kos yang berdinding triplek dengan gembok kecil dan berjalan kaki sampai simpang dan lurus ke jalan raya sejauh 2 kilometer menuju hotel tempatnya bekerja karena dia tinggal di tempat yang terpencil dan kumuh.Perutnya terasa lapar, Sam membuka dompet usang miliknya."Cuma bisa beli roti!" Sam mengambil uang terakhir yang tersisa dengan wajah lesu.Kemudian dia mampir untuk membeli makanan di warung yang ada di pinggir jalan."Bu, beli rotinya 1 ya!" Sam pun mengambil satu bungkus roti isi dengan harga lima ribu.Tiba-tiba saja segerombolan anak-anak menabraknya dari belakang membuat rotinya terjatuh."Hei! kalau jalan lihat-lihat!" ucap Sam meneriaki anak-anak itu.Sam menghela napas panjang melihat rotinya yang sudah kotor. Sam tidak punya uang lagi, tapi dia juga tidak in
Adam Sanjaya Galaxi memandang lekat putranya yang terlihat kurus dan tidak terawat. Pria 48 tahun itu memindai putranya dari atas sampai bawah. Sangat berbeda saat terakhir kali Sam pergi meninggalkan rumah mereka."Pulanglah, Samuel Lino!" ucapnya dengan memanggil nama lengkap Sam.Sam hanya menggeleng."Maaf, Pa. Aku tidak ingin pulang," jawab Sam tegas.Samuel Lino Galaxi, itu adalah nama lengkapnya. Sam adalah panggilan kecil dari Mamanya. Sam merasa terbebani saat menyandang nama keluarga besarnya.Tapi hari ini Papanya berhasil menemukan keberadaannya. Itu pasti karena kekuatan uang Papanya atau permintaan Mamanya."Kamu harus mendengarkan papa, Sam. Perusahaan besar itu tidak mungkin papa sanggup mengurusnya sendirian." rayu papanya lagi."Bukankah sudah ada Om Hendra, suami dari Tante Angelina?" tanya Sam dengan wajah cuek."Mereka bukan pewaris utama, lagipula anaknya Angelina seorang perempuan yang masih sekolah, mereka tidak bisa mengambil alih perusahaan Kakekmu. Kita harus
Sam kembali mendaratkan pukulan di wajah Reno. Meskipun Reno berusaha untuk melawan tapi Sam berhasil menekan tubuhnya hingga tak bisa bergerak dan itu membuat Sam dengan leluasa menghajarnya berulang kali."Hentikan, Sam! Aku bilang berhenti!" pekik Dinda histeris melihat darah di sudut bibir Reno dan wajahnya yang sudah membiru.Sam yang sudah puas menyalurkan kekesalan dan emosinya, menghentikan aksinya dan melepaskan kerah baju Reno yang dipegangnya.Dia juga melihat sekeliling banyak orang yang memperhatikan mereka. Sam tidak ingin mencari masalah lebih jauh, jadi dia akan menahan dirinya untuk membalas Reno dan mengakhiri semuanya sekarang. Sementara orang-orang di sana hanya bisa menonton mereka tanpa berani melerai, tidak ingin ikut campur."Sekolahkan dulu mulutmu sebelum kau bicara!" tunjuk Sam ke arah Reno dengan ekspresi yang tak terbaca.Dinda membantu Reno berdiri dengan susah payah."Dasar pria miskin pembuat onar! Pergi dari sini tukang pel!" maki Dinda kesal.Mulutnya