Sam kembali mendaratkan pukulan di wajah Reno. Meskipun Reno berusaha untuk melawan tapi Sam berhasil menekan tubuhnya hingga tak bisa bergerak dan itu membuat Sam dengan leluasa menghajarnya berulang kali.
"Hentikan, Sam! Aku bilang berhenti!" pekik Dinda histeris melihat darah di sudut bibir Reno dan wajahnya yang sudah membiru.Sam yang sudah puas menyalurkan kekesalan dan emosinya, menghentikan aksinya dan melepaskan kerah baju Reno yang dipegangnya.Dia juga melihat sekeliling banyak orang yang memperhatikan mereka. Sam tidak ingin mencari masalah lebih jauh, jadi dia akan menahan dirinya untuk membalas Reno dan mengakhiri semuanya sekarang. Sementara orang-orang di sana hanya bisa menonton mereka tanpa berani melerai, tidak ingin ikut campur."Sekolahkan dulu mulutmu sebelum kau bicara!" tunjuk Sam ke arah Reno dengan ekspresi yang tak terbaca.Dinda membantu Reno berdiri dengan susah payah."Dasar pria miskin pembuat onar! Pergi dari sini tukang pel!" maki Dinda kesal.Mulutnya ternyata masih pedas juga, Sam pikir dia akan bersikap biasa, tapi Dinda masih tetap menghina dan mencelanya."Aku akan menuntutmu pria miskin! Lihat saja kau akan masuk penjara!" ancam Reno sambil meringis menahan sakit di wajahnya."Laporkan saja. Aku tidak takut!" balas Sam berani.Sam pun memutuskan pergi dari sana untuk mencari Restoran lain. Reno dan Dinda menatap kepergian Sam dengan kebencian yang terlihat jelas di kilatan mata mereka.Setelah makan dan membeli keperluan lain, Sam berniat mencari tempat tinggal, tapi karena hari sudah malam, dia akan menundanya dan memutuskan besok pagi saja membeli apartemen.Sam pun naik taksi dan menginap di Hotel Grand Palace. Salah satu Hotel bintang lima yang ada di kota itu. Hotel yang memiliki tarif empat juta per malamnya karena jenis president suites itu memiliki fasilitas kamar yang komplit dan mewah, juga terletak di lantai paling atas. Besoknya…Sam sudah bersiap dengan penampilan yang lebih rapi. Dia mencukur sedikit bulu halus di wajahnya, membuat rahang tegasnya semakin memperjelas ketampanan miliknya.Sam keluar dari taksi yang membawanya, tanpa sadar dia melihat Reno yang baru saja masuk ke dalam mobilnya, melaju keluar dari gedung apartemen biasa yang mana berseberangan dengan kawasan apartemen yang akan Sam datangi. Dia semakin tertarik untuk membeli unit di sini.Dengan begitu, Sam yakin Reno akan semakin gerah dan kepanasan melihat Sam tinggal di tempat yang lebih mewah darinya."Aku mendapat jackpot menarik!" ucapnya senang.Sam terlihat gagah dan tampan, meskipun tubuhnya tidak lagi berisi, tapi sedikit otot lengannya bisa terlihat dari kaos tipis yang dipakainya. Sangat jauh berbeda saat dirinya masih bekerja sebagai Cleaning service yang membuatnya terus menunduk, Sam berjalan dengan percaya diri saat memasuki kawasan apartemen mewah yaitu Apartment The King yang berada di lingkungan elit, yang mana penghuninya hanya orang kaya dan berkelas yang mampu membeli unit di sana.Setelah selesai membeli apartemen sebagai tempat tinggal sementaranya. Sam lupa kalau dia belum sarapan di hotel tadi, kehidupan yang susah sebelumnya membuat dia terbiasa menahan lapar di pagi hari, tapi sekarang tidak lagi. Sam bisa membeli makanan apapun yang dia inginkan.Dia pun memikirkan kemana akan pergi."Sepertinya akan menarik jika aku makan di sana," gumamnya sambil tersenyum miring.Dia akan makan di tempat yang selama ini dia datangi. Dia juga ingin segera membeli mobil untuk memanasi Reno.Padahal di rumahnya Sam sudah punya beberapa mobil mewah. Sam pun mengeluarkan ponselnya dan menelpon Asisten pribadi Papanya. Dulu Sam selalu bisa mendapatkan apa yang dia mau dan semua perintahnya akan dipenuhi saat itu juga. "Pak, aku ingin mobil keluaran terbaru dan paling mahal. Tolong bawa ke Hotel Marina!" pintanya cepat.Di Hotel Marina…Setelah sampai di pintu masuk Restoran di dalam Hotel itu, karyawan di sana hampir tidak mengenali Sam karena penampilannya yang jauh berbeda.Tidak ada lagi Sam si kumal dan miskin, cuma bisa menunduk ke bawah saat berjalan. Dia memilih tempat duduk yang dekat dengan pintu masuk. "Aku ingin Cappucino panas dan juga menu special di sini!" ucapnya pada waiters yang mencatat pesanannya."Baik, Pak! Pesanan segera datang," jawabnya dengan ramah.Sam melihat sekeliling tapi orang yang dia tunggu belum menampakkan batang hidungnya.Setelah makanan datang, dia pun memulai sarapannya dengan diam dan tenang. Setelah selesai dia meminta tagihan pada waiters yang tadi.Tak lama terdengar suara seseorang yang baru kemarin ditemuinya."Wah, lihat ini? Berani sekali kau menginjakkan kakimu di hotel milikku? Apa kau ingin mengemis pekerjaan padaku?" ucap Reno angkuh.Sam senang karena orang yang ditunggu akhirnya datang. "Aku hanya makan di sini dan aku tidak berniat meminta pekerjaan padamu!" balas Sam tersenyum.Ternyata Reno baru saja kontrol dari klinik ditemani oleh Dinda. Padahal dulu Dinda selalu banyak alasan saat Sam mengajaknya pergi bersama tapi sekarang dia selalu menempel pada Reno kemanapun pria itu pergi."Aku rasa kau berhutang maaf padaku dan kau juga harus membayar tagihan berobat untuk luka ini!" Reno berkata dengan tubuh mencondong di depan Sam."Sudahlah, Sayang! Dia tidak mungkin punya uang!" sahut Dinda dengan sinis."Apa mobil yang terparkir itu milikmu?" tanya Sam tidak peduli dengan ucapan mereka berdua yang berusaha memojokkannya."Kenapa? Apa kau ingin punya mobil juga?" tanya Reno dengan menahan tawa."Uang dari mana dia? Tidak mungkin dia mampu membeli mobil!" ucap Dinda menimpali."Ini sebagai ganti biaya berobat lukamu!" Sam meletakkan segepok uang seratus ribuan di atas meja.Dengan cepat Dinda mengambil uang itu. Reno merasa harga dirinya terluka karena Sam mempunyai banyak uang sekarang.'Dasar cewek mata duitan!' maki Sam kesal.Tapi Sam hanya tersenyum, terlihat tetap tenang dan menunggu sebentar lagi, karena pertunjukan sesungguhnya akan segera dimulai.Tidak lama setelah itu, sebuah mobil mewah keluaran terbaru yang hanya dijual 10 unit saja di dunia, terparkir di depan Hotel yang halamannya tidak terlalu luas itu.Reno dan Dinda yang bisa melihat dari dalam Restoran karena dinding kaca, membuat mulut mereka menganga."Sayang, apa itu mobil yang kamu ingin beli?" ucap Dinda tanpa berkedip.Reno sedikit gugup dan bingung harus menjawab apa. Tapi karena tidak ingin malu di hadapan Sam, dia akan berpura-pura seolah-olah dia yang membelinya. "Be-benar, Sayang! Itu adalah mobilku. Sopir yang mengantarnya kemari!" jelas Reno berbohong.Padahal kalau semua harta yang dia punya dikumpulkan pun tidak akan mampu membeli setengah dari harga mobil itu yang mencapai angka triliunan.Petugas showroom itu pun masuk ke dalam restoran dan mulai mencari Sam."Maaf, Pak. Saya terlambat! Ini kunci mobilnya dan ini semua surat-suratnya silahkan ditandatangani," jelas pria itu menunduk sopan."Pak, apa tidak salah orang?" Dinda bertanya heran karena orang itu malah berbicara dengan Sam bukan Reno."Maaf, tapi yang membeli mobil ini adalah Bapak Sam," jawab petugas itu tersenyum sopan.Sam langsung membubuhkan tanda tangannya dan petugas itu pamit permisi.Reno sangat malu karena sudah berbohong pada Dinda. Bukan itu saja tapi dia juga penasaran bagaimana bisa pria pengangguran seperti Sam bisa membeli mobil mewah dalam waktu singkat."Apa kau ingin mencoba mobil baru itu, Pak?" tanya Sam dengan tersenyum manis."Sayang, ayo kita pergi dari sini!" Reno sudah tidak sanggup berlama-lama di sana."Tapi sayang, dia harus kita laporkan ke-"Ucapan Dinda langsung dipotong oleh Reno."Sudah, biarkan saja dia! Aku mau istirahat!" jawabnya beralasan.Wajah Reno memerah karena menahan malu dan marah.Sam tersenyum penuh kemenangan karena berhasil membuat Reno tak berkutik sekaligus membuktikan ucapannya bahwa dia bisa membeli melebihi apa yang pria sombong itu punya.Sore hari…Reno baru saja memarkirkan mobilnya dan ingin masuk ke dalam apartemennya lalu dia mendengar bunyi klakson mobil
Sam langsung mematikan telponnya. Dia pun kembali ke apartemennya menaiki taksi.Sesampainya di apartemen Sam melihat seseorang yang sudah menunggunya. Dia pun menghampiri orang tersebut."Apakah kau mau mampir?" tanya Sam ramah.Tapi orang itu hanya tersenyum mengejek dan berjalan menghampirinya."Aku akan mengungkap semua rahasiamu malam ini!" ucapnya dengan senyuman miring di sudut bibirnya.Ternyata orang itu adalah Reno. Dia sudah menunggu Sam dari tadi untuk membuktikan apakah benar bahwa dia tinggal di apartemen itu dan mempunyai uang untuk membelinya.Sam pun menghembuskan napasnya dengan kasar lalu dia melipat tangannya di dada dengan menatap tajam kearah Reno."Apa maksudmu datang kemari?" tanya Sam dengan nada dingin.Reno pun mendekatkan wajahnya di depan pemuda itu. Mereka saling menatap dengan sengit."Dinda bilang padaku, dia sangat yakin bahwa kau hanya bekerja sebagai supir karena dia melihatmu bersama seorang wanita datang untuk melamar pekerjaan di restoran milikku.
Besok paginya Sam bertemu dengan Pak Yudi, di cafe biasa yang letaknya tak jauh dari hotel Royal Venus."Ini berkas, Tuan muda." Yudi menyerahkan map itu pada Sam"Terimakasih, Pak!" Sam pun mulai membukanya dan memeriksa dengan teliti."Apa yang akan Tuan muda lakukan dengan itu?" tanya Yudi penasaran."Aku ingin Pak Yudi membawa lamaran ini ke hotel Royal Venus!" pinta Sam."Baik, Tuan muda. Oh ya, kenapa tidak langsung memimpin perusahaan, seperti yang Tuan besar mau?" ucap Yudi dengan wajah serius sambil membetulkan letak kacamata di pangkal hidungnya."Tidak, Pak. Belum saatnya karena aku masih ingin menjalani kehidupan seperti yang aku mau," Jelas Sam."Bagaimana kalau Tuan muda bekerja di sana saja, sehingga bisa dengan mudah memahami bisnis milik Tuan besar," Yudi pun memberikan saran."Hmm, menarik. Baiklah kalau begitu, bawakan juga berkas milikku ini!" Sam memberikan map berisi surat lamaran kerja beserta data miliknya."Baiklah, Tuan. Sebenarnya Tuan besar juga berpesan,
Sarah terkejut melihat orang itu di depan pintu kosnya, padahal hari sudah larut malam."Selamat malam, Bu!" sapanya dengan ramah."Malam! Mana uangnya? Ini hari terakhir saya kasi kami waktu!" ucap wanita paruh baya itu cepat.Bu Wati pemilik tempat kost Sarah datang untuk menagih uang sewa karena sudah 2 bulan Sarah menunggak."Maaf, Bu. Saya minta tambahan waktu. Besok saya mulai bekerja, nanti kalau sudah dapat gaji saya akan bayar semuanya!" pinta Sarah engan wajah sendunya."Halah! Jangan banyak alasan! Bayar sekarang atau kamu pergi!" hardiknya kasar."Ada apa ini?!" "Sam? Kenapa kamu kembali?" tanya Sarah heran."Aku ingin mengembalikan ponselmu yang terjatuh saat di taksi tadi," jelas Sam sambil menyodorkan ponsel Sarah."Terimakasih! Maaf merepotkan kamu terus!" ujar Sarah tidak enak karena saat ini Bu Wati masih ada di sana."Sini ponselmu! Anggap sebagai jaminan!"Wanita itu merebut ponsel itu dari tangan Sarah."Jangan, Bu! Kembalikan, saya butuh ponsel saya!" ucap Sarah
Mereka berhenti tepat di depan Cafe La Vista. Tempat yang sangat mahal bagi karyawan biasa seperti mereka.Wira yang gugup berusaha tetap tenang di depan semua orang."Kenapa kita kemari? Kenapa tidak ke belakang hotel?" tanya Wira dengan tidak sabar."Tadinya Arya ingin mengajakku ke sini, jadi sekalian saja kita semua kemari. Iya kan?" Sam menyenggol lengan Arya."Iya, iya benar, Ra! Kapan lagi kita makan di sini, kamu 'kan banyak uang!" sahut Arya mendukung ide Sam."O-ok! Ayo masuk!" tutur Wira tetap dengan gaya angkuhnya.Mereka pun masuk ke dalam dengan bersemangat dan menyanjung Wira yang baik hati kali ini. Wira hanya bisa tersenyum dalam keadaan terdesak karena saat ini jantungnya berdegup kencang mengingat harga makanan di sini tidak bersahabat dengannya.'Gara-gara Sam! Aku terpaksa ikut kemari! Aku akan meminta bantuan pada kakakku kalau uangnya tidak cukup!' batin Wira.Sam dan yang lainnya pun duduk di meja yang cukup besar, cukup untuk mereka berlima. Lalu pramusaji pun
"Kembalikan! Itu milikku!" hardik Sam kesal."Aku tidak yakin ini kartu milikmu?" ucap Dinda sambil memperhatikan kartu itu dengan membolak baliknya.Sam hanya menghembuskan napasnya dengan kasar. Rasanya kepalanya sudah cukup pusing berurusan dengan Wira. Sekarang malah bertambah satu lagi."Ucapanku benar! Kau pasti sudah mencuri dompet seseorang tapi kenapa Reno tidak percaya sih!" keluhnya."Aku mencuri? Ayo kita buktikan saja!" seringai Sam.Sam pun merebut kartu miliknya dari tangan mak lampir itu dan memberikan pada kasir."Tunggu! Sebaiknya diperiksa dulu kartu itu milik siapa! Asli atau tidak?!" titah Dinda dengan mata melotot pada kasir."Baik, Mbak. Tunggu sebentar!"Kasir itu pun mulai melakukan transaksi dan saat Sam memasukkan nomor pin, ternyata transaksi berhasil."Kenapa lama sekali? Apa terjadi sesuatu?" tanya Arya yang tiba-tiba muncul.Mereka semua penasaran kenapa Wira lama sekali membayarnya, bahkan Sam juga di sini. Jadi Arya datang menyusul untuk melihat apa ya
Setelah parkir tidak jauh dari mobil Sam, orang itu mengikuti sampai pintu masuk apartemen.Orang itu adalah Dinda. Dinda yang melihat Sam sudah masuk ke dalam, mengikutinya setelah itu bersembunyi di balik pilar besar di dekat dinding. Setelah memastikan situasinya aman, dia pun dengan cepat berjalan karena Sam sudah masuk ke dalam lift.Setelah sampai ternyata dia tidak melihat Sam lagi saat keluar dari lift. Dia ingin memastikan sendiri bahwa Sam memang tinggal di sana. Gadis berambut pirang itu kembali masuk ke dalam lift untuk turun.Setelah sampai di parkiran, dia pun langsung masuk ke dalam mobil sambil membanting pintunya dengan kasar."Tidak mungkin! Darimana dia punya uang sebanyak itu? Bukankah selama ini untuk makan saja dia susah?!" gerutunya kesal.Dinda pun memutuskan untuk pulang karena Reno sudah terlalu lama menunggunya.Mobil ini adalah milik Reno, tadi sore Dinda merengek untuk memakainya dengan alasan untuk mencari tau tentang Sam."Kenapa baru sekarang dia jadi k
Setelah sampai di bengkel. Sam menyerahkan motornya untuk diperiksa."Ini ada paku payung yang menancap, Mas!" jelas pria yang memeriksa ban motor Sam."Benarkah? Jadi bukan paku yang berkarat?" tanya Sam heran."Bukan, Mas. Ini masih baru dan bagus!" sambungnya lagi."Hmmm. Ok, saya paham!" ujar Sam dengan sedikit tersenyum.'Aneh? Kenapa bisa 'ya?' batin Sam bingung.Dia pun mengeluarkan ponselnya di dalam saku celana kainnya."Pak, aku ingin rekaman CCTV di parkiran hotel Royal Venus sekarang juga! Lalu bawa ke apartemenku!" titahnya.["Baik, Tuan Muda!"]Klik!Sam mematikan ponselnya dengan perasaan yang campur aduk."Kita lihat saja siapa pelakunya!" ucapnya sambil mengatupkan rahang.Setelah motor selesai diperbaiki, Sam segera bergegas pulang untuk menunggu Pak Yudi.Sementara itu...Plaakkkk!!!Sebuah tamparan mendarat di pipi kanan salah satu preman itu."Dasar tidak becus! Tidak berguna! Percuma aku bayar mahal kalian!" makinya pada mereka semua."Kami tidak mungkin menghaja